Batam,
Juni 2013
Pen
ulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................2
TRAKSI DAN TRANSPORTASI LISTRIK
1. Kendaraan Traksi...............................................................................3
2. Sistem Kelistrikan Tegangan.............................................................7
3. Sistem Kontrol Traksi.........................................................................5
1. Kendaraan Traksi
1.1.........................................................................................................Pen
goperasian Kendaraan Traksi............................................................4
2. Sistem Kelistrikan Tegangan
2.1.........................................................................................................Sup
lai Tegangan Tinggi...........................................................................7
2.2.........................................................................................................Sup
lai Tegangan Rendah.........................................................................8
2.3.........................................................................................................Sist
em Tegangan Tinggi..........................................................................10
2.4.........................................................................................................Sist
em Traksi...........................................................................................16
2.5.........................................................................................................Tra
ksi Motor...........................................................................................19
3.SISTEM KONTROL TRAKSI
3.1.........................................................................................................Kon
trol Elektronik....................................................................................21
1.
KENDARAAN TRAKSI
Traksi atau tarikan biasanya dimaksudkan sebagai semua jenis kendaraan yang
melaju diatas rel, baik yang mempunyai jalur tersendiri maupun yang jalurnya membaur
dengan kendaraan jalan raya. Dalam istilah PERUMKA, traksi ini biasanya diidentikkan
dengan kereta api karena gerak kereta api menggunakan gaya tarik yang berupa
tarikan lokomotif. Untuk kendaraan traksi yang dioperasikan dengan jalur yang
membaur dengan jalan raya biasanya disebut trem atau trem car.
Kendaraan traksi mempunyai karakteristik yang khas dalam hal mekanika gerak dan
pengaturan waktu tempuhnya. Mekanika gerak traksi menyangkut akselerasi, resistensi
kereta dan kemiringan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari usaha gerak
(tractive effort) traksi. Dengan diketahuinya besar usaha gerak dari traksi untuk tiaptiap kondisi dapat dihitung besarnya energi yang diperlukan untuk mengoperasikan
traksi.
Traksi listrik adalah traksi yang digerakkan oleh motor listrik. Untuk mensuplai daya
pada kendaraan traksi ini digunakan rel ketiga (aliran rel) atau dengan pantograph
(aliran atas). Untuk kereta api dibawah tanah umumnya digunakan rel ketiga dan untuk
keadaan jalan kereta api di Indonesia digunakan system aliran atas karena banyaknya
rel yang memotong jalur kendaraan lain.
1.1
1.1.2
Kereta untuk Angkutan Penumpang dalam Kota dan Sekitar Kota (sub
urban passenger traffic).
Jenis layanan ini untuk daerah atau rute lalu-lintas kereta yang padat dan sering
berhenti. Untuk itu diperlukan pengereman dak akselerasi yang cepat untuk mencapai
kecepatan rata-rata. Kecepatan maksimumnya lebih rendah dari pada main line
passenger traffic, yaitu mencapai 120 km/jam atau 75 mil/jam. KRL. Jabotabek termasuk
dalam jenis layanan ini.
1.1.3
Kereta untuk Angkutan Barang Antar Kota (main line freight traffic).
Layanan jenis ini ditujukan untuk angkutan barang dengan jarak yang jauh. Biasanya
digunakan untuk pengangkutan barang-barang dengan jumlah banyak, misalnya batu
bara, bahan baku industry, hasil produksi dan lain-lain.
1.1.4
Layanan jenis ini diberikan untuk mengangkut barang disekitar kota besar atau pusat
industry. Misalnya untuk mengangkut barang dari pelabuhan ke pusat industry atau
sebaliknya dalam satu kota. Jika dilihat dari sistem penggeraknya, KRL dapat dibagi
menjadi dua tipe, yaitu : Kereta Listrik Penggerak Tersebar dan Kereta Listrik Penggerak
Terpusat.
1.1.5
1.1.6
TC 2
gerbong gandengan biasa. Sistem ini lebih fleksibel dan dapat mengangkut mutan yang
lebih banyak karena daya output motor penggeraknya yang besar. Sistem ini banyak
diapakai untuk perjalanan jarak jauh atau angkutan antar kota dan untuk kereta barang.
COntoh dari kereta ini adalah kereta listrik Shinkansen di Jepang.
Kawat Kontak
LE
TC 1
TC 2
TC..N
Gambar 3.2
Kereta Listrik Penggerak Terpusat
2.
adanya pemakaian tegangan yang bervariasi, misalnya pada saat kereta akan
berangkat berarti menarik arus yang cukup besar, sehingga tegangan menjadi turun,
sebaliknya saat pengereman, kereta memberikan energi ke saluran yang
mengakibatkan tegangan menjadi naik.
2.1 Suplai Tegangan Tinggi
1500 V DC tegangan tinggi dari overhead line masuk kereta melalui pantograph.
Pantograph berada di atap M1 mensuplai tegangan tinggi untuk intalasi traksi M1 dan
static converter TC1. Pantograph diatap M2 mensuplai tegangan tinggi untuk instalasi
traksi M2 dan static converter TC2. Arus yang tidak dipakai dari instalasi tegangan
tinggi dibuang keluar ke rel lewat sikat-sikat pada dua gandar atau as roda dari M1 dan
M2. Berikut dari pantograph dipasang lightning arrester, yang akan melindungi dari
beban lebih atau petir. Antara pantograph dan instalansi tegangan tinggi dipasang
rangkaian pentanahan (grounded), yang diperlukan untuk keperluan perawatan
peralatan kereta.
Tegangan tinggi untuk static converter TC1/TC2 diberi pembatas arus sebagai
pengaman (fuse) sebesar 50 A, yang diletakkan diruangan
tegangan tinggi dibawah M1/M2. Static converter menerima suolai tegangan tinggi
melalui sebuah penghubung (disconnecting switch) yang akan terhubung pada
instalansi dalam keadaan :
emergency start dalam tembok akhir dari M2. Tegangan tinggi untuk instalasi traksi di
220/380 V AC
110 V DC
Output 220/380 V AC sama untuk kedua statik converter tetapi tidak saling terhubung.
Kekuiatan maksimum output adalah 26 KW 110 V DC diambil dari 220/380 V AC output.
Statik converter dari TCI 380 V AC dan 110 V DC terdiri dari sebuah transformer dan
sebuag diode bridge ( uncontrolled rectifier ). Statik converter dari TC2 380 V AC dan
110 V DC terdiri dari sebuah transformer dan sebuah thyristor bridge (controlled
rectifier). Kekatan output maksimum dari thyristor bridge adalah 7.4 KW.
Output tegangan rendah AC dari statik converter pada TCI 220/380 V berfungsi untuk
mensuplai peralatan.
1.
2.
V DC.
Peralatan ini berfungsi sebagai penghubung antara instalasi traksi dengan Overhead
Conductor. Tipe yang digunakan adalah single arm dan diletakkan di atap MC1 dan
MC2. Tekanan udara yang diperlukan untuk menaikkan pantograph adalah sebesar 4
bar. Jika teganggan kurang dari 4 bar maka pantograph akan digerakkan oleh pompa
kaki supaya terhubung dengan saluran atas.
2.3.2
Line Switch.
Line Filter.
Line Chopper.
Kegunaan dari komponen ini adal;ah untuk merubah teganggan line (DC) tanpa regulasi
menjadi tegangan DC dengan regulasi atau variable tegangan DC. Dalam beberapa
pemakaian chopper terdiri dari tiga jenis, yaitu :
Buck converter menghasilkan tegangan DC yang lebih kecil; dari tegangan input.
Boost converter menghasilkan tegangan DC lebih besar dari pada tegangan input.
Buck-boost converter merupakan gabungan dari keduanya.
Karena tegangan input dari saluran catenary lebih kecil dari tegangan output untuk
mensuplai inverter maka chopper yang di pakai di sini memakai jenis boost converter
dengan input nominal 1500 V DC dan tegangan output 2200 sampai 2500 V DC.
Frekuensi pulsa line chopper adalah 550-650 Hz. Rangkaian ini berfungsi juga untuk
mengembalikan energi saluran ke line dan membatasi arus saluran (saat pengemudian
dan pengereman). Saat pengeraman tegangan yang dikembalikan ke line tidak boleh
lebih dari 1800 V DC maka tegangan akan diberikan ke braking resistor untuk dibuang.
Rangkaian ekuivalen dari line chopper dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Ketika dalam mode UP, diode dibias terbalik sehingga menyekat sisi output dan sisi
input mencatu energy pada inductor ( arus jala-jala mengalir dari jal-jala ke DC link).
Sedangkan pada mode DOWN (energy dikembalikan ke jala-jala), sisi output merupakan
penjumlahan tegangan inductor dan tegangan input dengan asumsi bawah arus
inductor mengalir secara continu, maka :
Vtup + V otdown = V odown
Dengan membagi dan menata ulang kedua sisi dengan T (tup + tdown), didapat :
Vo = T
V1
tdown
Dimana
Tup
= tegangan output
tup
Tup + tdown
Maka
Vo =
V1
1
1-D
Gambar 3.8 menunjukkan gambar diagram rangkaian line chopper dan DC link.
Gambar 3.9 menunjukkan penggunaan penggunaan line chopper
Saat set up GTO conduct, coil line chopper akan diisi ke tingkat yang lebih tinggi.
Setelah set up GTO tidak lagi conduct dan coil melepaskan energy, daya diode lebih,
sampai kapasitor DC link. Energy lebih ini menaikkan potensial link menjadi 2200 V DC.
Uc = Uinv = Uline = Ucoil
Dalam keadaan jalan, energy akan mengalir dari rangkaian melalui inverter ke dalam
motor sedangkan untuk keadaan pengereman energy akan mengalir dari motor menuju
rangkaian melalui inverter (generating mode). Pengaturan untuk memperkecil
komponen harmonisa dasar yang timbul di gunakan tioe PWM (Pulse Width Modulation)
yang terdiri dari dua cara, yaitu :
Square Wave Modulation
Sinusoidal Modulation
Sinusoidal Modulation digunakan jika lebar pulsa yang terdapat pada tegangan pasha
bervariasi sebagai fungsi sinusoidal, agar tegangan efektif yang kecil pada harga
negative dan positif dapat dimunculkan. Sinusoidal Modulation ini digunakan pada
frekuensi inverter yang rendah.
Circuit Breaker
2.
pemeliharaan.
3. gkaPutaran yang di ijinkan dapat lebih tinggi karena tidak mempunyai komutator.
4. Mempunyai efisisensi tinggi
5. Tahan terhadap goncangan dan tekukan
6. Kemampuan pembebanan yang lebih tinggi, baik mekanis maupun thermos, karena
menggunakan rotor sanr yang masiv dan tanpa isolasi.
Sattu set kereta (2 MC dan 2 TC) menggunakan 8 buah motor traksi dengan masingmasing daya sebesar 155 kW. Delapan traksi motor merubah energy elektrik menjadi
energy percepatan elektrik ( gaya rotasi peregrakan roda) dan mengembalikan energy
pengereman menjadi energy listrik kesaluran atas. Dalam rangkaian traksi delapan
motot traksi di letakkan dalam motor bogies dibawah motor car (dua motor per bogie,
dua motor per motor car dan dua motor car per rangkaian traksi(. Saat start, metode
yang digunakan adalah star-delta untuk ke- 4 motor dan menggerakkan motor tersebut
secara bersamaan.
Pengaturan saat kereta jalan adalah dengan cara mengatur frekuensi dan tegangan
yang diinputkakn ke motor yang akan mengakibatkan motor akan berputar. Motor ini
kemudian dihubungkan ke gearbox yang akan mengubah kecepatan rotasi dari motor
induksi menjadi kecepatan rotasi roda kereta. Dari kecepatan rotasi roda kereta dapat
ditentukan kecepatan kereta dan dari kecepatan roda kereta dapat di lihat frekuensi dan
tegangan yang di inputkan ke motor. Untuk mengatur kecepatan sinkron motor yang
akan di putar terbalik (maju atau mundur) dapat di lakukan dengan jalan membalik dua
pasha di antarnya yang di inputkan ke motor (R-S-T di balik menjadi R-T-S, S-T-R di balik
menjadi S-R-T dan T-R-S di balik menjadi T-S-R).
Untuk mengatur inverter diberikan oleh mikriprosesor XE-MPR4A+B (pos 108 + 109)
dan XE-MPR3A (pos 110) dan di monitor di PCB Xe-GIBIA (pos 103). Mikroprosesor pada
PCB XE-MPR3A membangkitkan pulsa untuk mengatur inverter GTO dan XE-GIBIA untuk
mengukur arus motor. Pengendali line antar XE-GCB1A untuk mengukur arus motor.
Pengendali line antar XE-GCBIA dan P-FAH2A dibuat dari fiber glas dan membangkitkan
sinyal lampu kontrol.
Sinyal ini di ubah dari elektrik ke lampu oleh opto-couper pada PCB P-GFIIA. Selama
memngfungsikan beberapa perangkat penting instalasi traksi yang akan di sampling
sebanyak 200 sample/100 ms dan dicatat oleh pencatat kegagalan PCB XE-RPR1B (pos
107). Jika terjadi kegagalan traksi, pulsa trigger akan akan diberikan dan informasi
kegagalan tersebut akan di simpan selama mengalami kegagalan. Penyimpanan
informasi dapat divisualisasikan oleh pengguna PC.
Converter dilemgkapi oleh PCB p-EVP2A yang akan mensuplai peralatan elektronik di
dalam kaset, merubahy tegangan 48 DC menjadi +5 VDC dan + 24 VDC. Dalam mode
suplai PCb XE-SMS1A (pos 101) menerima tegangan + 24 VDC/-24 VDC dan merubah
suplai tersebut menjadi + 12/-12 VDC (suplai PCB kaset). XE-SMS1A
memonitor semua suplai converter 110/48 VDC juga memberikan suplai ke P-PSU2A dan
unit ini akan merubah 48 VDC menjadi tegangan AC 48 VAC/35 kHz.