Anda di halaman 1dari 7

ALLAH DALAM MIMPI

Semilir angin pantai terasa mendinginkan hati yang lagi kelabu, hari ini
aku bangun tidur lebih cepat dari biasanya, aku semangat untuk shalat subuh
berjamaah di mesjid dekat dengan rumahku. Biasanya hanya abah yang selalu
shalat subuh di masjid. Aku memangil ayah dengan sebutan abah dan memanggil
Ibu dengan sebutan bunda, entah kenapa yang tejadi pada diriku pagi ini,, aku
mengukuti Abah ke masjid. Aku bingung kenapa abah tidak menanyakan sepatah
katapun padaku, menurutku ini aneh aku yang dulu tak pernah mau shalat subuh
dimesjid dengan alasan udara pagi dingin sekali abah, Tasya enggak tahan
jawabku malas, jika itu memang alasanku abah hanya menjawab ya sudah
berjamaah saja dengan adik-adikmu dirumah lalu pergi.
Bunda yang terbaring sakit dikamar. Bunda mengalami struk sejak dua
tahun silam. Adik kembarku masih kecil-kecil mereka berusia hampir 3 tahun
mereka kurang kasih sayang dan perhatian kami karena aku juga sibuk dengan
sekolahku. Aku sangat sayang pada bunda tapi terkadang aku juga kesal dengan
tingkah laku adik-adikku, sering kali jika aku kesal dengan mereka aku
mengeluarkan kata-kata kasar pada mereka.
Hari ini sepulang aku dari mesjid aku tidak langsung masuk kerumah tapi
aku duduk diayunan depan rumahku memandang ombak yang berkejaran bebas
dilaut lepas pikiranku kubiarkan terbang jauh kemasa silam saat itu aku lelah baru
pulang sekolah harus mengurus rumah, yah sih memang itu tugas aku sekarang
karena takdirku yang terlahir sebagai anak pertama dalam keluarga.
kenapa aku harus terlahir kedunia? aku berkata dengan suara lantang,
aku enggak tau abah ada dikamar yang sedang menyuapi makan untuk Bunda.
Tiba-tiba abah keluar kamu tadi bilang apa? kata abah mengagetkanku. Aku
terdiam karena tak tau harus menjawab apa, perkataan itu tak pantas keluar dari
mulutmu, apa yang terjadi pada Bunda ini cobaan buat kita sambung abah
dengan muka memerah baru kali ini melihat abah semarah itu padaku, biasanya
walaupun abah capek melaut, setiap pulang kerumah dia selalu tebarkan
senyuman pada kami dengan membawa pulang jajan untuk adik-adikku ditangan

kanannya, sehingga merekapun dengan semangat menunggu abah pulang didepan


pintu pagar rumah.
Aku hanya diam menyesal seperti patung didepan meja makan yang
kosong tanpa sedikitpun sisa-sisa makanan, karena tadi pagi aku bangun
kesiangan jadi aku tak sempat masak. Tak lama kemudian dengan mata berkacakaca suara lirih keluar dari mulutku maafkan Tasya abah, Tasya hanya emosi
sesaat aja, Tasya belum siap dengan keadaan begini abah mendekatiku dan
memengang erat kedua bahuku Tasya keadaan kita yang seperti ini belum apaapanya dibandingkan sahabat-sahabat Rasul yang memperjuangkan islam, apapun
yang terjadi sama kita Allah punya maksud nak, sabar anakku semoga cobaan ini
menjadi nikmat bagi kita nantinya kata-kata abah memang bijaksana, pantas
bundaku selalu bilang cinta setiap harinya pada abah.
Siang ini aku baru sadar jika aku lemah dalam keadaan yang seperti ini
bagaimana dengan keadaaku nantinya?, bagaimana dengan kehidupan adik-adikku
kelak? Aku tidak boleh seperti ini,, semangat tumbuh dalam tangisku. Allah
Maha Tahu itu ucapan bunda ketika aku menyapanya siang itu, perkataan terbatabata yang keluar dari mulut mungil Bunda tak semata-mata hanya untuk
mendamaikan hatiku tapi kalimat ini mengandung arti lebih bagiku. ia Bunda
aku percaya, Allah masih sayang sama kita makanya Allah hanya memberikan
kita cobaan seperti ini, kan bisa saja Allah mencabut nyawa kita semua dalam
sekejap mata aku tersenyum lalu mencium kening Bunda kemudian aku masuk
kekamarku dan menggantikan pakaian dengan segera aku keluar kamar dan
menyiapkan makan siang. Aku kagum dengan Abah yang turut serta ikut
membantuku menyiapkan makan siang kami.
Sejak saat itu semua aktivitas dalam rumah kami selalu sipenuhi senyuman
manis dari Bunda, senyuman ceria dari adik kembarku dan senyuman bahagia
dariku dan Abah. Hidup kami tidak senang dengan dipenuhin harta dan tahta,
tetapi keluarga kami yang selalu mencintai Allah. Abah hanya pelaut yang pergi
pagi pulang sore, ya Alhamdulillah abah juga memiliki usaha lain yaitu toko buku
yang sekarang dikelola oleh paman adik Abahku. Aku tak tahu apa yang
direncanakan Abah, kenapa dia memilih kelaut dari pada duduk ditoko, aku malas

bertanya sama Abah tentang hal itu lagi. Pernah aku bertanya pada abah saat aku
diantar kesekolah saat itu aku baru masuk SMA dan bunda belum sakit abah
kenapa memilih pergi kelaut dengan berpanas-panasan padahal duduk ditoko enak
dingin kataku dibelakang sepeda motor yang diboncengi abah. Allah yang lebih
tahu hanya itu jawaban yang keluar dari mulut manis Abah dan kembali
tersenyum, aku suka jika melihat abah tersenyum rasanya damai dan tentram
hatiku.
Sepulang aku dari sekolah aku tanyakan hal yang sama pada Bunda
tentang pilihan pekerjaan abah abah hanya ingin merasakan panasnya matahari
dunia yang dirasakan adiknya jawab bunda mencontok sikap bijaksana dari abah.
Jawaban itu tak sedikitpun masuk dalam otakku. kan bisa kerja berdua sama abah
atau gantian jaga tokonya sama paman, abah pagi paman sore jawabku dalam
hati karena takut nanti dibilang banyak protes. Walaupun ituku bilang sama bunda
ujung-ujungnya pasti jawabannya suatu saat kamu akan mengerti suara yang
kompak keluar dari mulut abah dan bunda.
Sekarang aku mencoba untuk mengerti sedikit jika paman sendiri ditoko
pasti dia lebih senang karena tidak banyak campur tangan, dan kalau paman
ditoko ada waktu luang untuk belajar dan juga bisa membaca buku-buku tentang
islam. Keluarga orang tuaku memang tergolong pecinta agama islam. Agama ini
bagi mereka bukan hanya turunan dari nenek moyang mereka, islam itu
merupakan jalan keselamatan, baik selamat didunia maupun diakhirat, bagi yang
mencintainya bukan hanya sekedar melakukan kewajiban. Ya Alhamdulillah aku
juga merasakan nikmat islam itu.
Pikiranku terus melayang membuka lembaran-lembaran kusamku dan itu
merupakan lagenda terindah dalam hidupku. Malam itu aku tidur lebih cepat dari
biasanya karena kebetulan esoknya aku ujian akhir nasional (UAN) tingkat SMP,
ku aktifkan alarm sebelum waktu subuh agar aku sempat belajar sejenak
menghadapi master ganas soal-soal ujian yang menentukan kelulusan kami untuk
melanjutkan sekolah menengah atas (SMA) sebelum shalat subuh, yang tidak bisa
aku lupakan ditengah malam itu aku bermimpi.

hembusan semilir angin menyentuh lembut kulitku bersamaan dengan


cahaya bulan yang mengintip disela-sela lobang jendela kamarku yang
membangunkanku tuk melihat kejadian aneh, aku bangun mendekati jendela dan
melihat cahaya bulan yang begitu terang padahal biasanya walau bulan
purnamapun tak seterang ini, kenapa malam ini cahaya bulan seperti cahaya
matahari? Aku bertanya dalam hati kebingungan, mataku terus menerawang
kemana-mana, matahari tidak ada, jikapun bulan dan matahari berjupa pasti
terjadinya gerhana.
Aku semakin takut, mataku terus menjelajah seluruh alam didepanku,
astagfirullah... aku kaget kenapa air laut tak ada, kemana semua orang-orang
disini? kenapa tak ada suara satu manusiapun? aku bertanya dalam hatiku.
Senyap, sepi tak ada suara-suara kehidupan batinku semakin meronta-ronta
ketakutan, aku panggil abah, bunda tak ada jawaban. Aku keluar kamar dan lanjut
memangil adik kembarku Fadli... Fadlan kutunggu jawaban sesaat namun juga
tak ada jawaban. Aku melangkah keluar rumah dan kulihat ditaman rumahku dan
disekeliling rumahku juga tak ada satupun manusia yang lewat.
Dalam hati semakin ketakutan aku teringat lagenda yang menimpa Aceh
beberapa tahun silam STUNAMI 2004, apakah seperti ini yang dikatakan
stunami?. Aku berlari dengan kecepatan seribu langkah tanpa memakai alas kaki
karena ketakutan, aku menuju mesjid dekat kampungku. Tiba aku disana aku
hanya melihat pak sholeh bilal mesjid yang umurnya hampir 80 tahun itu bersama
bundaku, mereka menyambutku dengan senyuman bahagia. Aku langsung
mengambil posisi berdiri ditengah-tengah mereka, aku bertanya yang lain
kemana pak sholeh? pak sholeh hanya diam saja.
Lalu aku bertanya pada bunda bunda abah dan sikembar kemana? bunda
beda lagi dengan pak sholeh, bunda menjawabnya hanya dengan senyuman.
Akhirnya aku memilih diam, tak lama kemudian pak sholeh membuka mulutnya
berkata sudah saatnya kita berlindung sama Allah aku merinding mendengarkan
kata-kata pak sholeh, memangnya apa yang akan terjadi sebentar lagi pak
sholeh? aku bertanya penasaran, lagi-lagi pak sholeh memilih diam. Aku tak mau
abah dan adik-adikku tak ada disini, aku panggil mereka dengan puluhan

panggilan, tapi mereka tak datang jua. Aku harus memanggil mereka dengan suara
yang lebih kuat lagi pikirku agar mereka bisa mendengar suaraku, kutambah lagi
volume suaraku, tak peduli suaraku yang semakin parau menggema sampai
seluruh alam mendengarnya. tubuhku lelah memanggil mereka yang tak datang
juga akhirnya aku menangis dengan menutup mata. Ketika kubuka mata ini aku
melihat mereka sudah ada dihadapan kami bersama dengan beberapa kelompok
orang yang akupun tidak mengenalnya, sepertinya mereka memang datang jauh,
aku tak begitu peduli pada mereka, karena aku terlajur bahagia bersama
keluargaku yang telah sempurna.
Tiba-tiba aku melihat di depanku laut sudah terbelah menjadi dua bagian.
Sebelah di Barat aku melihat banyak gadis-gadis cantik dan seksi-seksi yang
sedang bergoyang di dalam air dipinggir pantai dengan memangi-manggil kami
untuk ikut bergabung bergoyang bersama mereka. Pikirku berarti itu adalah iblis
laknatillah yang sedang menggoda kami. Ku lihat bunda pak soleh dan yang
lainnya sedang berzikir dengan menutup mata.
Lalu aku melihat laut bagian Timur tak ada air laut setetespun sejauh
pandangan mataku laut kering dengan hamparan pasir putih yang begitu indah
tapi menakutkan, aku menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya, aku terus
menunggu tiba-tiba dari kejauhan aku melihat air hitam pekat datang dengan
triliun mayat berhamburan yang datang dari seluruh penjuru dunia, air itu berhenti
tepat dihadapan kami.
Aku menoleh laut sebelah Barat rupanya sudah tidak ada lagi gadis-gadis
itu, kemabali kulihat sebelah Timur lagi-lagi aku dikagetkan. Aku melihat semua
mayat itu sudah hidup. Dalam keramaian itu aku melihat sahabat kelasku bediri
tegak dan berkata Allah itu tidak ada nauzubillah betapa kagetnya aku
dibuatnya, Allah itu ada, begitu besar bencana yang telah ditunjukkan padamu,
masih bisa kamu bilang seperti itu? Kemana imanmu? suaraku lantang. Sehingga
membuat semua orang tercengang mendengarnya dan melihat aku dan dewi
sahabat kelasku itu, dan dia langsung pergi tak memperdulikan ucapanku. Dan
yang lainnya mengangkat tangannya mengucap puji syukur memuji Allah dengan
kompak.

Lalu tiba-tiba datang sekelompok ibu-ibu yang tak kukenal kalau begini
terus bagaimana kita bisa makan siang? berkata seorang ibu dalam kelompok itu,
belum sempat aku menjawab sudah terdengar jawaban dari ibu-ibu yang lain ia
benar, kita juga paerlu makan, ayo mari kita pilang kerumah masing-masing aku
sedih melihat banyaknya orang yang masih terbuai oleh dunia padahal mereka
baru saja diuji oleh Allah, tetapi mengapa mereka dengan mudah melupakannya.
Beberapa langkah orang itu berjalan tiba-tiba bangun seorang pemuda
dengan jubah putih bersih, wajah yang bercahaya apa yang kalian lakukan?,
mengapa kalian tidak sadar dengan apa yang kalian lakukan?, kalian orang-orang
yang beragama islam berpegang teguh pada quran dan hadis, percaya akan adanya
Allah dan Rasul, apa kalian tidak sadar ketika kalian membaca al-quran disana
kalian sudah berjanji tak kan meninggalkan Allah dalam keadaan apapun suara
itu indah sekali aku meresapi kata-kata itu siapakah pemuda itu? aku bertanya
dalam hati.
Namun aku kembali mengis melihat orang-orang itu tidak mau
mendengarkan ucapan itu, mereka tetap memilih pulang dari pada kembali
memuji Allah. kenapa bisa seperti itu bunda? tanyaku pada bunda. tasya tak
semua manusia itu mencintai islam sayang, banyak orang yang masih pura-pura
mengaku dia islam sebenarnya mereka munafik, makanya Allah menciptakan
syurga dan neraka, makanya anak bunda harus mencintai Allah dengan sebenarbenarnya cinta, kita harus selalu bersyukur dengan keadaan kita yang diberikan
Allah, hari ini Allah masih menyelamatkan iman kita pecah tangisku tak bisa
kutahan lagi mendengarkan kata-kata bunda baik bunda, Alhamdulillah ucapku
disela-sela tangisanku.
Tiba-tiba aku terbangun dikagetkan bunyi alarm HPku. Aku merasakin
dingin dipipiku aku langsung bangun dan melihat dicermin ada tetesan air mata
yang membasahi kedua pipiku, kuusap lembut pipiku dan kuingin apa yang terjadi
diam sejenak aku mencoba berpikir subhanallah, ribuan makna yang terkandung
dalam mimpiku, walau dalam mimpi aku juga mencintai Allah ucapku setelah ku
rangkai bunga tidurku yang begitu indah.

Lalu aku tak mau berlama dalam lamunan itu, karena aku harus
mempersiapkan diriku untuk menghadapai ujian hari ini dengan penuh semangat.
Tersadar dalam lamunan panjangku saat sikembar memangil namaku mbak
tasya sekarang aku bersyukur sudah tiba saatnya menjadi muslimah cantik yang
mencintai orang tua.
(*sumber inspirasiku Muhammad Agustono Rohadi)
Karya : Sattariah

Anda mungkin juga menyukai