2. SEJARAH HAM
Sejarah kelahiran HAM dimulai dari inggris, yang memiliki tradisi perlawanan
terhadap raja yang berusaha untuk berkuasa secara mutlak.
a) Pada tahun 1215 kaum bangsawan memaksa raja jhon untuk menerbitkan magna
charta libertatum(larangan penghukuman,penahanan, dan perampasan benda dengan
sewenang-wenang)
b) Pada tahun 1679 terbit habeas corpus act(orang yang di tahan harus di hadapkan pada
hakim dalam waktu 3 hari dan diberitahu atas tuduhan apa ia ditahan)
c) Pada tahun 1689 terbit bill of rights(akta deklarasi dan kebebasan kaula dan tata cara
suksesi raja). Akta ini merupakan konstitusi modern pertama di dunia.
3. JENIS HAM
HAM terdiri atas:
Hak hidup
Hak memiliki sesuatu
Hak kemerdekaan
Nama deklarasi
Right of men
Fundamental human
1948
right
Human right
keterangan
Hak asasi
manusia
Hak-hak
penjelasan
manusia
Deklarasi umum
Internasional bill
HAM(DUHAM):tida
of right(undang-
k mengikat secara
undang
legal
internasional
HAM)
1966
Kovenan internasional
Konvensi
internasional:
Hak sipil dan
politik
Kovenan internasional
tentang hak ekonomi,
sosial, dan
Konfensi internasional
politik
Hak ekonomi,
budaya
Perjanjian
internasional
tentang hak-
hak khusus
Ratifikasi
konvensi
Sejumlah 25
konfensi PBB
Negara mengikat
secara hukum dan
wajib membantu
Uu, peraturan,
keputusan yang
mendukung, dan
tidak bertentangan
dengan isi
1993
Vienna declaratiaon
Deklarasi wina
konvensi
Universalitas
HAM dan
kewajiban negara
untuk memajukan
dan melindunginya
Pelanggaran HAM bisa terjadi kapan dan dimana saja. Setiap individu berahak
atas partisipasi dalam uasaha penegakan HAM apabila ia mendapat pengakuan atau
melihat tindakan yang melanggar HAM
Bentuk partisipasi yang dapat di lakukan adalah melaporkan apabila terjadi
pelanggaran HAM kepada KOMNAS HAM atau lembaga lainnya yang berwenang.
Setiap individu juga berhak mengajukan usulan mengenai kebijakan yang berkaitan
dengan HAM kepada komnas ham tau lembaga lainnya.
Seiring dengan perkembangan masyarakat dewasa ini perubahan yang terjadi
ditengah masyarakat juga semakin pesat dan dinamis sehingga sangat sulit bagi
pemerintah untuk mengamati kebutuhan HAM masyarakat setiap waktu. Untuk
mengatasi kendala tersebut masyarakat dapat membantu dengan melakukan penelitian
pendidikan dan penyebar luasan informasi mengenai HAM baik di lakukan secara
individu maupun bekerja sama dengan komnas HAM.
Merdeka.com - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS)
mendesak Komnas HAM segera melakukan penyelidikan pro justisia terhadap peristiwa
tragedi Jambo Keupok, Kecamatan Kota Bahagia, Aceh Selatan dan mendorong
Pemerintah Aceh bersama Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) membentuk Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR).
Tragedi Jambo Keupok pada 17 Mei 2003 adalah sebuah peristiwa pelanggaran HAM
berat yang wilayah Aceh Selatan. Sebanyak 16 orang penduduk sipil tak berdosa
mengalami penyiksaan, penembakan, pembunuhan di luar proses hukum (extrajudicial
killing) dan pembakaran serta 5 orang lain turut mengalami kekerasan oleh anggota TNI.
Peristiwa ini diawali setelah sebelumnya ada informasi dari seorang informan (cuak)
kepada anggota TNI bahwa pada 2001-2002, Desa Jambo Keupok termasuk salah satu
daerah basis Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Informasi tersebut kemudian ditindaklanjuti
oleh aparat keamanan dengan melakukan razia dan menyisir kampung-kampung.
Dalam operasinya, aparat keamanan sering melakukan tindak kekerasan terhadap
penduduk sipil; seperti penangkapan, penghilangan orang secara paksa, penyiksaan dan
perampasan harta benda. Puncaknya pada 17 Mei 2003, sekitar pukul 7 pagi, sebanyak 3
(tiga) truk reo berisikan ratusan pasukan berseragam militer.
Berbekal topi baja, sepatu lars, membawa senjata laras panjang dan beberapa pucuk
senapan mesin, para tentara mendatangi desa Jambo Keupok dan memaksa seluruh
pemilik rumah keluar. Lelaki, perempuan, tua, muda, dan anak-anak semua disuruh keluar
dan dikumpulkan di depan rumah seorang warga.
TNI kemudian menginterogasi warga satu per satu, menanyakan keberadaan orang-orang
GAM yang mereka cari. Ketika warga menjawab tidak tahu, pelaku langsung memukul
dan menendang warga. Peristiwa tersebut mengakibatkan 4 warga sipil mati dengan cara
disiksa dan ditembak, 12 warga sipil mati dengan cara disiksa, ditembak, dan dibakar
hidup-hidup.
"Sebanyak 3 rumah warga dibakar, 1 orang perempuan terluka dan pingsan terkena
serpihan senjata, 4 orang perempuan ditendang dan dipopor dengan senjata," kata Haris
Azhar, Koordinator Badan Pekerja Kontras lewat rilis yang dikirim ke merdeka.com,
Jumat (17/5).
Peristiwa ini juga membuat warga harus mengungsi selama 44 hari ke sebuah Masjid
karena takut tentara akan kembali datang ke desa Jambo Keupok. Peristiwa itu sudah 10
tahun berlalu, namun warga Jambo Kepuok tidak memperoleh keadilan dari negara.
Bahkan mereka hingga saat ini masih mengalami trauma.
Banyak anak-anak korban yang tidak mampu melanjutkan pendidikan karena tidak
memiliki biaya (berhenti pada SD, SLTP dan SLTA). Sementara, proses hukum terhadap
para pelaku belum juga dilakukan. Oleh sebab itu Kontras mendesak kepada komnas
HAM segera menyelidiki peristiwa ini termasuk memeriksa para pelaku yang terlibat
secara akuntabel dan transparan.
Kontras juga mendorong Pemerintah Aceh dan DPRA segera membahas dan membentuk
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) yang merupakan amanat dari MoU Helsinki
tahun 2005.
pekan lalu. Dan, setelah kami teliti, hari ini kami nyatakan lengkap," kata Irfan.
Wawan dan keponakannya, Ade, kata dia, bakal didakwa secara berlapis, yakni dengan Pasal 365
ayat (4), Pasal 339, dan Pasal 338 Kitab Hukum Pidana. Ia mengaku keterangan para tersangka
dan barang bukti kasus pembunuhan Sisca Yofie tetap berpotensi memicu polemik, seperti soal
terseretnya tubuh korban dan raibnya salah satu telepon milik korban.
"Tapi, daripada tak selesai-selesai (pada tahap pemberkasan), lebih baik kami serahkan soal (yang
memicu) polemik itu ke (pemeriksaan) pengadilan. Pengadilan nanti terbuka untuk umum, kita
semua bisa sama-sama mengawal kasus ini di pengadilan," kata dia.
Dua tersangka pembunuhan Yofie, Wawan dan Ade, ditangkap berturut-turut pada beberapa hari
setelah pembunuhan. Ade menyerahkan diri ke polisi secara resmi pada Sabtu, 10 Agustus 2013.
Sementara Wawan disergap saat kabur ke Cianjur pada Ahad siang, 11 Agustus 2013. Sejak itu
pula mereka dijebloskan ke sel tahanan penyidik Polrestabes Bandung.
Trafficking children.
Biasanya mereka yang mengalami ini adalah anak-anak perempuan, dalam banyak
kasus, mereka dijanjikan bekerja sebagai buruh migran, PRT, pekerja restoran,
penjaga toko, atau pekerjaan-pekerjaan tanpa keahlian tetapi kemudian dipaksa
bekerja pada industri seks saat mereka tiba di daerah tujuan.
Anak-anak yang ditrafiking bekerja dengan jam kerja relatif panjang dan rawan
kekerasan fisik, mental, dan seksual. Mereka tidak mempunyai dukungan atau
perlindungan minimal dari pihak luar. Kesehatan mereka juga terancam oleh infeksi
seksual, perdagangan alkohol dan obat-obatan terlarang.
Penelantara anak.
Gizi buruk.
Kasus pelanggaran HAM anak yang lain adalah gizi buruk (marasmus kwasiokor)
yang berdasarkan dari UNICEF, badan PBB untuk perlindungan anak, jumlahnya
mencapai 10 jutabjiwabdibIndonesia. Dalam data Komnas PA, salah satu wilayah
yang paling terjadi kasus gizi buruk itu adalahbSumaterabBarat. Di daerah ini, 23 ribu
anak dari 300 ribu usia balita mengalami gizi buruk. Namun kasus gizi buruk dan
kekurangan gizi juga banyak terdapat di daerah lain.
Bahan ajar
Peran sererta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan
HAM
di lindungi
derogable rights(hak yang dalam keadaan normal harus dilindungi.
Berdasarkan/ menurut pasal 1 ayat (6) UU NO.39 THN 1999 tentang HAM yang
mengedepankan
tanggung
jawab
pemerintah
terhadap
perlindungan(protect),
secara
langsung
terhadap
penduduk
pembunuhan;pemusnahan;perbudakan;pengusiran;atau
sipil.berupa
pemindahan
masing-masing
Memperkuat dan melakukan konsolidasi demokrasi
4. Contoh pelanggaran HAM di Indonesia
Pelanggaran ham pada orde baru sampai era reformasi:
II.
III.
kejahatan perang
Mahkamah pidana internasional, yang bertugas untuk mengadili tindakan
kejahatan kemanusiaan dan memeutus rantai kekebalan hukum.
Peradilan internasional yang berwenang mengadili para tersangka
kejahatan internasional dapat di kategorikan dalam 2 bentuk:
1. Bentuk pertama, pengadilan internasional yang bersifat ad hoc atau
sementara, yang berarti setelah selesai mengadili peradilan diikuidasi
atau di bubarkan(di bentuk berdasarkan perjanjian internasional)
2. Bentuk kedua, pengadilan internasional yang permanen dan tetap.
(dibentuk melalui dewan keamanan PBB.
keberhasilan
pembangunan
nasional
dapat
membantu