Anda di halaman 1dari 23

4

BAB II
DASAR TEORI
2.1.

Penggunaan Sumber Air


Sampai saat ini penggunaan sumber air permukaan lebih dominan

daripada sumber air hujan ataupun air tanah. Seperti halnya di Indonesia yang
memiliki iklim dan kondisi geografis, dimana air permukaan dari sungai, danau,
telaga banyak dijumpai.
a. Mata Air
Mata Air merupakan sumber air yang sangat potensial karena pada umumnya
berkualitas baik, terlebih dapat dialirkan ke sistem penampung secara
gravitasi. Hanya saja keberadaannya dari waktu ke waktu semakin mengecil,
baik ditinjau dari jumlah maupun debitnya. Hal ini tidak terlepas dari
berkurangnya Catchment Area akibat kegiatan manusia. Pada masa
mendatang, jika konservasi lingkungan hutan tidak dilakukan, maka
pemanfaatan jenis sumber air ini semakin menurun.
b. Air Tanah
Terlebih yang terletak pada lapisan akuifer tidak bebas, yang imbuhannya
berasal dari Catchment Area di daerah hulu. Meskipun demikian,jenis
sumber air ini pada umumnya masih dapat dikembangkan, terutama untuk
dataran rendah sampai sedang dengan pertimbangan kuantitas yang
memadaidan kualitas air yang baik dan relatif tidak terpengaruh musim (air
tanah dalam).
c. Air Sungai
Air sungai merupakan alternatif sumber air yang paling mudah diperoleh
karena terletak dekat dengan permukiman masyarakat jika ditinjau dari segi
kuantitas berfluktuasi tinggi. Sedangkan dari segi kualitas tidak memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai air bersih tanpa proses pengolahan yang
memadai.

Pada

saat

ini

berbagai

upaya

telah

dilakukan

untuk

mempertahankan debit air sungai, terutama dengan pembangunan waduk.


Dengan kondisi saat ini dan pertambahan kebutuhan air ke depan, jenis

sumber air ini akan semakin banyak dimanfaatkan untuk pengembangan ke


depan, tetapi memerlukan biaya investasi dan operasional yang tinggi karena
kebutuhan pengolahannya.
2.2.

Kebutuhan Air Bersih

2.2.1. Proyeksi Jumlah Penduduk


Proyeksi

penduduk

adalah

suatu

metode

yang

dipakai

untuk

memeperkirakan jumlah penduduk dimasa yang akan datang dengan dasar kondisi
perkembangan penduduk dari tahun ke tahun. Pendekatan (metode) untuk
memperkirakan laju pertumbuhan penduduk ada beberapa cara, dimana dasar
penyelesaiannya dengan melakukan kajian terhadap data terlebih yang ada
sebelumnya. Untuk memperoleh nilai proyeksi yang akurat, maka perlu dicari
terlebih dahulu nilai koefesien korelasi (r) dari rumus-rumus proyeksi yang akan
digunakan.
Rumus koefesien korelasi :
r

X Y
( X )( X
i i

...... (2.1)

Nilai koefesien korelasi yang dipakai adalah yang mendekati 1, yang


menggambarkan bahwa rumus yang dipakai adalah yang mewakili nilai
pendekatan pertumbuhan penduduk secara optimum terhadap pola pertumbuhan
yang terjadi sebenarnya di masa mendatang. Metode untuk menentukan proyeksi
pertumbuhan penduduk antara lain :
Anonim (2011), Beberapa metode proyeksi penduduk yang digunakan dalam
perencanaan sistem penyediaan air bersih adalah sebagai berikut :
a. Metode Rata-rata Aritmatik
Pt =

Po + (Pn+1 Pn) t (2.2)

dengan :
Pt

jumlah penduduk tahun proyeksi,

Po

jumlah penduduk tahun ke 0,

Pn+1 - Pn

rata-rata pertumbuhan penduduk,

periode perencanaan,

Pn

jumlah penduduk pada tahun ke-n,

Pn+1 =

jumlah penduduk pada tahun ke-n+1.

b. Metode Geometrik
Metode ini banyak dipakai karena mudah dan mendekati kebenaran.
Pt = Po (1 + r)n ... (2.3)
dengan :
Po

jumlah penduduk tahun yang diketahui,

persen pertambahan penduduk tiap tahun,

tahun proyeksi.

c. Metode Least Square


Y = a + bX .. (2.4)
dengan :
Y

Jumlah penduduk pada tahun proyeksi,

Jumlah tambahan dari tahun dasar,

a,b

Konstanta.

d. Metode Pertumbuhan Seragam


Metode ini mengasumsi bahwa persen pertumbuhan penduduk dari dekade ke
dekade adalah konstan dan perhitungan didasarkan pada proses pertumbuhan
rata-rata. Metode ini hanya cocok bagi kota yang relatif muda dengan
pertumbuhan penduduk yang tepat.
e. Metode Selisih Pertumbuhan
Metode Selisih Pertumbuhan yaitu jumlah penduduk saat ini ditambah dengan
rata-rata pertambahan penduduk dalam sepuluh tahun dan rata-rata selisih
pertambahan.
f. Metode Grafis (Rentang Grafis Populasi)
Proyeksi penduduk dihitung dengan menggunakan kurva, plotting antara
waktu (tahun) dengan populasi. Dari data yang dikumpulkan dan terbentuk
kurva, kemudian direntangkan ke depan sesuai dengan bentuk nature kurva,
akan diperoleh populasi dari tahun yang diinginkan.
2.2.2

Macam Kebutuhan Air Bersih

Anonim (1984), menyatakan dua faktor yang mempengaruhi tingkat


kebutuhan air bersih adalah sebagai berikut:
a. Banyaknya penduduk yang dilayani,
b. Pemakaian air perkapita.
Anonim (1980), kebutuhan air untuk penduduk di Indonesia adalah antara
50 liter/orang/hari sampai 300 liter/orang/hari dan kebutuhan air rata-rata 60
liter/orang/hari. Jumlah kebutuhan air untuk berbagai jenis kota sangat erat
kaitannya dengan jumlah penduduk. Selain untuk pemenuhan kebutuhan dasar
bagi penduduk perkotaan, juga diperlukan untuk kebutuhan kegiatan ekonomi
yaitu kebutuhan komersial dan industri. Karena itu, Winarno (1986), membedakan
kebutuhan air perorang berbeda menurut kategori kota yang ada, seperti pada
Tabel 2.1. berikut ini.
Tabel 2.1. Jenis kota dan standar kebutuhan air perorang
Standar

Kategori Kota
1.
2.
3.
4.
5.

Metropolitan, penduduk 1 juta jiwa


Kota Besar, penduduk 0,5 1 juta jiwa
Kota Sedang, penduduk 0,1 - 0,5 juta jiwa
Kota Kecil, penduduk 20.000 100.000 jiwa
Semi Urban, (Ibu kota Kecamatan)
penduduk 3.000 20.000 jiwa
Sumber : Winarno, 1986
Clark

(1977

dalam

Radianta

(liter/orang/hari)
120
100
90
60
45

Triatmadja,2006),

memperkirakan

kebutuhan manusia akan air untuk kegiatan sehari-hari sebagai berikut.


Tabel 2.2. jumlah kebutuhan air sehari-hari
Kegunaan
Minum
Memasak

Jumlah yang dikonsumsi


Liter/orang/hari
% total
5
5

2,5
2,5

10
10
30
45
70
25

2,5
5
5
15
22,5
35

Lanjutan tabel.
Ablution
Bersih-bersih
Cuci pakaian
WC
Mandi
Lain-lain

Total
200
Sumber : Radianta Triatmadja (2006)

12,5
100%

Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air yang harus disediakan tergantung


dari jenis pemakaian air untuk berbagai macam keperluan, yang pada umumnya
terbagi dalam :
1. Kebutuhan air domestik
Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air rumah tangga untuk berbagai
keperluan seperti memasak, mandi, mencuci, dan lain-lain. Bambang
Triadmodjo (2008), Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah
penduduk dan kebutuhan air perkapita. Kriteria penentuan kebutuhan air
domestik yang dikeluarkan oleh Puslitbang Pengairan Departemen Pekerjaan
Umum, menggunakan parameter jumlah penduduk sebagai penentuan jumlah
air yang dibutuhkan perkapita per hari. Berdasarkan diktat kuliah PSDA,
penggunaan air dirumuskan sebagai berikut :
Q( dom)

Pd S ( pd ) 30
1000

(satuan dalam m3/bulan) ..... (2.5)

Q(dom) Pd S ( pd )

(satuan dalam m3/bulan) .. (2.6)


dengan :
Q(dom)

kebutuhan air untuk penduduk (m3/bulan),

Pd

jumlah penduduk (jiwa),

S(pd)

standar kebutuhan air penduduk (liter/orang/hari).

Anonim (1980), untuk kebutuhan dasar manusia (masak, cuci, mandi),


indonesia memakai standar yaitu:
a. Masyarakat perkotaan : 85 liter per orang per hari atau 1 liter per detik
untuk 1000 jiwa.
b. Masyarakat pedesaan : 45 liter per orang per hari atau 0,53 liter per detik
untuk 1000 jiwa.
2. Kebutuhan air non-domestik
Kebutuhan air non-domestik adalah kebutuhan air yang digunakan untuk
beberapa kegiatan meliputi kebutuhan air untuk :

a. Kebutuhan institusional seperti perkantoran dan tempat pendidikan


(sekolah),
b. Industri dan komersial antara lain untuk pasar, rumah makan, hotel dan
lain-lain,
c. Kebutuhan fasilitas umum yaitu untuk tempat ibadah, rekreasi dan
terminal.
Contoh penggunaan air non-domestik misalnya untuk perkantoran dirumuskan
sebagai berikut.
N ( kt ) P( g ) S ( kt ) 30
Q( kt )
1000

....... (2.7)

dengan :
Q(kt)

kebutuhan air untuk perkantoran (m3/bulan),

N(kt)

jumlah kantor,

Pg

rata-rata pegawai (orang),

S(kt) =

standar kebutuhan air pegawai (liter/orang/hari).

Penggunaan air untuk sekolah dirumuskan sebagai berikut.


Q( sk )

N ( sk ) M s( sk ) 30
1000

........ (2.8)

dengan :
Q(sk)

kebutuhan air untuk sekolah (m3/bulan),

N(sk)

jumlah sekolah,

rata-rata murid (orang),

S(sk)

standar kebutuhan air murid (liter/orang/hari).

2.3.
2.3.1

Sistem Penyediaan Air Bersih


Jaringan Distribusi Dan Sistem Pengaliran
Pada dasarnya ada 2 sistem jaringan distribusi air bersih yaitu jaringan

terbuka dan tertutup, dimana pemakaian kedua sistem tersebut tergantung dari
beberapa faktor.
a. Jaringan Terbuka

10

Karakteristik jaringan ini adalah pipa-pipa distribusi tidak saling berhubungan,


air mengalir dalam satu arah dan area layan disuplai melalui satu jalur pipa
utama.

Gambar 2.1. Jaringan Terbuka


Sumber : ????????????
b. Jaringan Tertutup
Karakteristik jaringan ini adalah pipa-pipa distribusi saling berhubungan, air
mengalir melalui beberpa jalur pipa utama. Sistem ini cenderung diterpakan
pada daerah yang bersifat jalannya saling berhubungan.

Gambar 2.2. Jaringan Tertutup


Sumber : ????????????
Didalam mendistribusikan air bersih faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan sistem pengaliran tersebut adalah keadaan topografi, lokasi
sumber air, beda tinggi daerah pengaliran atau daerah layanan serta faktor-faktor
lain. Sistem pengaliran tersebut antara lain :
a. Pengaliran Gravitasi
Air bersih didistribusikan ke daerah layanan dengan memanfaatkan
tenaga/tekanan gaya grafitasi pada daerah tersebut. Prinsipnya adalah beda
tinggi antara sumber air dan area pelayanan yang cukup.
b. Pengaliran Pemompaan dengan Elevated Reservoir

11

Air dari sebelum didistribusikan ke daerah layanan terlebih dahulu dipompa


dan ditampung di reservoir kemudian didistribusikan dengan memanfaatkan
tinggi tekanan dari elevasi reservoir tersebut.
c. Pengaliran Pemompaan Langsung
Air bersih didistribusikan ke daerah layanan dengan mengandalkan tekanan
dari pompa, yang disesuaikan dengan tinggi tekanan minimum.
2.3.2

Perlengkapan jaringan pipa


Yang dimaksud dengan perlengkapan jaringan pipa adalah seluruh

peralatan yang dipasang pada jaringan pipa, antara lain sambungan-sambungan


pipa seperti kran, valve (katup pengatur aliran) dan sebagainya.
2.4

Analisa Jaringan Pipa


Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran, dan

digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang
dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas, dan tekanan bisa lebih besar
atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh
maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka. Karena mempunyai
permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan adalah zat cair. Tekanan di
permukaan zat cair disepanjang saluran terbuka adalah tekanan atmosfer,
(Bambang Triatmodjo,2008).
Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada
pipa adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara
pada saluran terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga
masih ada rongga yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama
dengan aliran pada saluran terbuka. Contoh konkrit di lapangan adalah aliran air
pada gorong-gorong. Pada kondisi penuh air, desainnya harus mengikuti kaidah
aliran pada pipa, namun bilamana aliran air pada gorong-gorong di desain tidak
penuh maka sifat alirannya adalah sama dengan aliran pada saluran terbuka.
Perbedaan yang lainnya adalah saluran terbuka mempunyai kedalaman air y,
sedangkan pada pipa kedalaman air tersebut ditransformasikan berupa p/y. Oleh
karena itu konsep analisis aliran pada pipa harus pada kondisi pipa terisi penuh
dengan air.

12

2.4.1

Teori kekekalan energi (Hukum Bernoulli)


Bambang triatmodjo (2008), sesuai dengan prinsip bernoulli, tinggi tenaga

total di setiap titik pada saluran pipa adalah jumlah dari tinggi elevasi, tinggi
tekanan, dan tinggi kecepatan. Garis yang menghubungkan titik-titik tersebut
dinamakan garis tenaga, yang digambarkan di atas tampang memanjang pipa
seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.3. perubahan diameter pipa dan tempattempat tertentu dimana kehilangan tenaga sekunder terjadi ditandai dengan
penurunan garis tenaga. Apabila kehilangan tenaga sekunder diabaikan, maka
kehilangan tenaga hanya disebabkan oleh gesekan pipa.

Gambar 2.3. Garis tenaga dan garis tekanan


Sumber : ????????????

Salah satu prinsip hidrolika menyatakan bahwa tinggi energi pada suatu
zat cair yang mengalir dalam suatu sistem tidak akan berubah dari satu titik ke
titik yang lain. Energi total adalah jumlah energi karena ketinggian elevasi
(potensial energy), energi tekanan (pressure energy), dan energi kecepatan
(velocityhead). Prinsip energi kekal ini lebih dikenal dengan Theorema Bernoulli
dan dengan persamaan dapat ditulis :
2
2
P V
P V
z 1+ 1 + 1 =z2 + 2 + 2
...
2g
2g
(2.9)

13

Persamaan ini berlaku untuk zat cair ideal. Dalam suatu sistem yang
mengalirkan zat cair selalu diikuti dengan kehilangan energi/tenaga. Dengan
memperhitungan kehilangan tenaga ini, maka persamaan tersebut menjadi :
P1 V 21
P2 V 22
z 1+ + =z2 + + +h
2g
2g

.... (2.10)

dengan :
z1

P
y

energi statis batas (m),


=

energi tekanan (m),

energi kecepatan (m),

V
2g
h

2.4.2

kehilangan tenaga selama pengaliran dalam sistem (m).

Kehilangan Energi Pada Pipa (friction loss)


Dalam perjalanannya, fluida bergerak mengalami kehilangan energi.

Kehilangan energi ini dapat berakibat pada semakin kecilnya nilai tinggi tekan
atau kecepatan yang berkurang yang berakibat pada semakin kecilnya debit. Pada
penerapan praktis teknik sipil, kehilangan energi lebih sering disebut dengan
kehilangan tinggi tekan.
Tahanan hf sebagai kehilangan tinggi besar dan hm sebagai kehilangan
tinggi kecil sebagaimana dalam uaraian berikut :
a. Kehilangan tinggi besar (major losses), hf
Walau menggunakan teorema bernoulli untuk kondisi ideal tanpa gesekan
(frictionless), setiap pipa memiliki tahanan gesekan terhadap gerak air
(frictional resistance) oleh karena kekasaran pipa.
hf ( mayor)

10 ,67 L

C hw1,85

4,87

Q1,85

. (2.11)
dengan :
Chw

koefisien kekasaran,

diameter pipa (m),

panjang pipa (m),

kemiringan garis energy.

b. Kehilangan tinggi kecil (minor losses)

14

Kehilangan tinggi ini disebabkan oleh gangguan lokal terhadap aliran normal
1.
2.
3.
4.
5.

dalam pipa. Beberapa contoh gangguan lokal tersebut adalah:


Lubang masuk dan keluar ke dan dari dalam pipa
Perubahan bentuk penampang tiba-tiba (pembesaran dan penyempitan)
Belokan pipa
Halangan (tirai,pintu air)
Perlengkapan pipa (sambungan, katup, percabangan, dan lain-lain)
Pada pipa yang panjang , kehilangan minor yang ini sering diabaikan tanpa
kesalahan yang berarti, ttetapi cukup penting pada pipa yang pendek.
Kehilangan minor pada umumnya akan lebih besar bila terjadi perlambatan
kecepatan aliran didalam pipa dibandingkan peningkatan kecepatan akibat
terjadi pusaran arus yang ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari bidang batas
pipa. Kehilangan tinggi minor dihitung dengan persamaan berikut :

h Lm(minor)

v2
k
2g
................................................................................. (2.12)

dengan :
hLm

kehilangan tinggi minor (m)

kecepatan rata-rata dalam pipa (m/dt)

percepatan grafitasi (m/dt2)

koefisien kehilangan tinggi tekanan minor

Didalam praktek, faktor penting dalam studi hidrolika adalah kecepatan (V)
dan debit (Q). Dalam hitungan praktis rumus yang banyak digunakan adalah
persamaan kontinuitas.
V

= Q T .......... (2.13)

= V / A ... (2.14)

= D .. (2.15)

dengan :
Q

debit aliran (m3/det),

kecepatan aliran (m/det),

tampang saluran (m2),

diameter pipa (m).

waktu (m/det)

15

Bambang Triatmodjo (1996), kecepatan aliran dalam pipa dapat


dihitung dengan menggunakan rumus Manning yang menyatakan hubungan
antara kecepatan aliran (V), jari-jari hidraulis pipa (R), garis kemiringan energi
(I) dan koefisien Manning yang dalam bentuk persamaan dapat tulis sebagai
berikut :

1
Rh 2 / 3 I 1 / 2
n

... (2.16)

dengan :
V

kecepatan aliran (m/det),

Rh

jari-jari hidrolis (m),

kemiringan gradien hidrolis,

koefisien kekasaran pipa Manning.

dan untuk pipa lingkaran menggunakan persamaan sebagai berikut :


Rh = D/4 ....... (2.17)
dengan :
D

diameter pipa (m),

Rh

jari-jari hidrolis (m).

Adapun cara praktis untuk menentukan diameter pipa adalah dengan


cara uji coba kehilangan tenaga, apabila nilai D memberikan kehilangan
tenaga yang lebih kecil dari tinggi tekan yang tersedia maka nilai D tersebut
memenuhi syarat.
Besar kecilnya friction loss dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini.
Jarak yang perlu ditempuh atau panjang pipa. Lebih panjang pipa maka
friction loss yang terjadi akan lebih besar.
i.

Jumlah air yang dipindahkan. Semakin besar debit air maka friction loss

ii.

yang terjadi akan semakin besar.


Ukuran pipa. Untuk pipa dengan ukuran besar maka gesekan yang terjadi
akan lebih kecil dibanding pipa dengan ukuran kecil, dengan demikian

friction loss akan lebih besar bila pipa yang dipakai lebih kecil.
iii. Jenis bahan pipa (kekasaran).

16

iv. Jenis cairan yang dipindahkan. Jenis zat cair yang alirkan besar juga
pengaruhnya pada friction loss, misalnya friction loss karena air jelas akan
lebih kecil dibanding bila kita mengalirkan aspal cair, hal ini terjadi karena
kekentalan (Viscosity) yang berbeda.
c. Pembesaran penampang (expansion)
Dimana Kehilangan tenaga pada pembesaran penampang pipa dapat dicari
dengan persamaan berikut :

V ke

(v1 v 2
)
2g
....(2.18)

dengan :

(1

A1 2
)
A2

ke

he

kehilangan tenaga minor akibat pembesaran penampang(m)

V1

kecepatan aliran di pipa pertama (m/det)

percepatan gravitasi = 9,81 m/det2

A1

luas penampang pipa pertama (m2)

A2

luas penampang pipa kedua (m2)

Bambang Triatmodjo (2008), Kehilangan tenaga pada pembesaran


penampang akan berkurang apabila pembesaran dibuat secara berangsur-angsur
seperti ditunjukkan dalam gambar 2.4.

Gambar 2.4. Pembesaran penampang berangsur-angsur


Sumber : ????????????
Tabel 2.3. Nilai ke sebagai fungsi dari

10
0,078

20
0,31

30
0,49

40
0,60

50
0,67

60
0,72

75
0,72

17

Sumber : ????????????
d. Pengecilan penampang (contraction)
Dimana kehilangan energinya dihitung dengan Persamaan (kodoatie,2001)

v 22
hc kc
2g
.... (2.19)
dengan :
hc
kc
v2

=
=
=

kehilangan tenaga minor akibat pengecilan penampang (m)


koefisien kehilangan energi akibat penyempitan
kecepatan rata-rata aliran dengan diameter D2 (yaitu di hilir
dari penyempitan) (m/det)
D1
=
diameter pipa hulu (m)
D2
=
diameter pipa hilir (m)
g
=
percepatan gravitasi = 9,81 (m/det2)
Tabel 2.4. Nilai KC untuk berbagai nilai D2/D1 (Featherstone & Nalluri, 1988)
D2/D1
0
0,2
Kc
0,5
0,45
Sumber : ????????????

0,6
0,38

0,6
0,28

1,8
0,14

1,0
0,0

Pada pengecilan penampang pipa yang mendadak, terjadi perubahan garis


aliran pada bagian hulu dari sambungan yang akan menguncup dan mengecil pada
vena kontrakta.
Tabel 2.5. Koefisien kehilangan untuk penyempitan tiba-tiba (Klaas, 2009)
D2/D1

0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1,0

Kc
0,50 0,45 0,42
Sumber : ????????????

0,39

0,36

0,33

0,28

0,22

0,15

0,06

0,00

Bambang Triatmodjo (2008), Kehilangan tenaga pada pengecilan pipa


dapat dikurangi dengan membuat pengecilan penampang yang berangsur-angsur
seperti ditunjukkan dalam gambar 2.5.

Gambar 2.5. Pengecilan penampang secara berangsur-angsur


Sumber : ????????????

18

Nilai Kc tergantung pada sudut transisi dan perbandingan luas


penampang A2/A1 seperti ditunjukkan dalam gambar 2.6.

Gambar 2.6. Koefisien Kc sebagai fungsi


Sumber : ????????????

e. Belokan pipa
Kehilangan tenaga yang terjadi pada belokan tergantung pada sudut belokan
pipa. Rumus kehilangan tenaga pada belokan adalah serupa dengan rumus
perubahan penampang, yaitu :
v2
hb k b
2g
.... (2.20)
Kehilangan energi sekunder diabaikan apabila kurang dari 5% kehilangan
energi primer.

Gambar 2.7. Belokan pipa sebagai fungsi sudut belokan


Sumber : ????????????

19

Tabel 2.6. Koefisien kehilangan pada belokan pipa, Kb (Klaas, 2009)

Dinding

15
Halus
0,042
Kasar
0,062
Sumber : ????????????

30
0,130
0,165

45
0,236
0,320

60
0,471
0,684

90
1,129
1,265

Tabel 2.7. Koefisien Kb sebagai fungsi sudut belokan (B.Triatmodjo, 2008)

20
Kb
0,05
Sumber : ????????????

40
0,14

60
0,36

80
0,74

90
0,98

Untuk sudut belokan pipa 90 dan dengan belokan halus (berangsurangsur), kehilangan tenaga tergantung pada perbandingan anatara jari-jari belokan
dan diameter pipa, (Bambang Triatmodjo, 2008).

Gambar 2.8. Belokan pipa sebagai fungsi R/D


Sumber : ????????????
Tabel 2.8. Nilai Kb sebagai fungsi R/D (B.Triatmodjo, 2008)
R/D
1
2
Kb
0,35
0,19
Sumber : ????????????
2.5

4
0,17

6
0,22

10
0,32

16
0,38

20
0,42

Sistem Jaringan Transmisi


Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada suatu tempat yang tidak

memiliki sumber air bersih, maka harus diusahakan dari tempat lain yang
memiliki sumber air bersih seperti waduk, danau dan sebagainya. Agar bisa
membawa

air

bersih

dari

sumbernya

ke

tempat

masyarakat

yeng

20

membutuhkannya, dibutuhkan sarana-sarana atau fasilitas pembawa yang disebut


jaringan transmisi. Jaringan transmisi merupakan jaringan perpipaan yang
menghubungkan sumber air bersih dengan jaringan distribusi. Sistem transmisi
merupakan sistem yang terdiri dari pipa panjang yang membawa air dari
penampungan atau reservoir ke jaringan distribusi di lokasi konsumen.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sistem transmisi
adalah:
1. Tipe pengaliran jaringan pipa transmisi yang meliputi sistem pemompaan,
sistem gravitasi dan sistem gabungan. Sistem pemompaan diterapkan pada
kondisi dimana letak dari bangunan intake lebih rendah dari bangunan
pengolahan. Sebaliknya sistem gravitasi diterapkan pada kondisi dimana
elevasi letak bangunan penangkap air relatif lebih tinggi atau sama dengan
bangunan pengolahan air. Sistem gabungan diterapkan pada kondisi topografi
bangunan intake ke bangunan pengolahan yang naik turun.
2. Menentukan tempat bak pelepas tekan.
Bak pelepas tekan dibuat untuk menghindari tekanan yang tinggi, sehingga
tidak akan merusak sistem perpipaan yang ada. Bak ini dibuat di tempat
dimana tekanan tertinggi mungkin terjadi atau pada stasiun penguat (boaster
pump) sepanjang saluran pipa transmisi.
3. Menghitung panjang dan diameter pipa.
Panjang pipa dihitung berdasarkan jarak dari bangunan penangkap air ke
bangunan pengolahan, sedangkan diameter pipa ditentukan sesuai dengan
debit hari maksimum.
4. Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak
memerlukan banyak perlengkapan.
Jaringan transmisi biasanya terletak di bawah permukaan tanah,
merupakan pipa yang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Pipa dengan sistem pengaliran gravitasi: pipa dengan sistem pengaliran ini
tergantung dari pengaruh pusat gravitasi, karena itu jalur-jalur perpipaan harus
mempunyai slope 1:100 untuk pipa 4 inchi keatas, sedangkan untuk pipa 3
inchi kebawah disarankan adalah 1:50 untuk setiap jalur dibawah permukaan
tanah.
2. Pipa dengan sistem pengaliran bertekanan: pipa dengan sistem pengaliran ini
menggunakan pompa sebagai sumber tekanan.

21

Menurut Canonica (1991), bahwa adanya aliran gravitasi disebabkan


karena air memiliki energi potensial, yaitu energi yang dimiliki suatu benda
karena kedudukannya. Energi potensial ini selanjutnya berubah menjadi energi
kinetik dan selanjutnya menjadi energi tekanan pada suatu jaringan.
Pipa yang Saling berhubungan dan menjadi laluan aliran ke suatu lubang
tertentu yang dapat datang dari beberapa rangkaian disebut jaringan pipa (Streeter
dan Wylie, 1988). Dari uraian terdahulu disebutkan bahwa jaringan pipa transmisi
berfungsi membawa air dari sumber air ke jaringan distribusi masyarakat yang
membutuhkan, dalam perancangannya biasanya menggunakan pipa sebagai
medium pengalirannya.
Panjang pipa diusahakan dengan jarak terpendek dan kehilangan energi
terendah. Sedangkan diameter pipa menurut Triatmodjo (2008) dapat dihitung
dengan menggunakan Rumus Hazen Williams.

V 0,354 C H D 0,63 I 0,54


... (2.21)
dengan:
V

Kecepatan Aliran (m/det)

Diameter Pipa (m)

CH

Koefisien Hazen Williams

Kemiringan Saluran

Nilai CH tergantung pada kekasaran masing-masing jenis pipa seperti pada


tabel 2.9. berikut.
Tabel 2.9. Koefisien Hazen Williams
Nilai CH
Jenis Pipa
140
Pipa sangat halus
130
Pipa halus, semen, besi tuang baru
120
Pipa baja dilas baru
110
Pipa baja dikeliling baru
100
Pipa besi tuang tua
95
Pipa baja dikeliling tua
60-80
Pipa tua
Sumber : Bambang Triatmodjo, 2008

22

Selanjutnya untuk mempermudah perhitungan maka digunakan ukuran


pipa sesuai dengan Tabel 2.10.
Tabel 2.10. Diameter Pipa Berdasarkan Formulasi Hazen Williams
Debit (Q)
Diameter Pipa
(liter/detik)
(mm)
1
0,075 - 0,15
25
2
0,15 - 0,50
50
3
0,50 0,80
75
4
0,80 2,50
100
5
2,50 5,50
150
6
5,50 11,00
200
7
11,00 <
250
Sumber : Memoranda Teknik EUIDP-II, 1996
Berdasarkan kondisi tinggi tekan yang tersedia yang merupakan syarat
No

pengaliran air dalam pipa, maka sistem transmisi dibagi menjadi sistem transmisi
gravitasi dan sistem transmisi pompa, (Klaas, 2009).
a. Sistem Transmisi Gravitasi

Gambar 2.8. Sistem transmisi gravitasi


Sumber : ????????????\
Klaas, (2009), Pada sistem gravitasi, letak penampungan cukup tinggi
sehingga air dapat mengalir dengan prinsip gravitasi oleh karena tersedia tinggi
tekan yang cukup. Akan tetapi tinggi tekan yang tersedia lebih banyak hilang oleh
karena gesekan pada pipa transmisi. Persamaan dasar yang digunakan untuk
sistem transmisi gravitasi adalah:

ho z o z1

8 f L Q2

2 g D5
... (2.22)

Persamaan 2.21. kemudian dijabarkan kembali menjadi:

23

Q=0,965. D2
(2.23)

g . D .h f

1,78.
L
ln
+
L
3,7. D
D
g . D. h f

......

dengan :

h0

tinggi air pada penampungan

hf

kehilangan tinggi (m)

zo

elevasi penampungan

z1

elevasi titik tinjauan

koefisien gesekan Darcy-Weisbach (faktor gesekan) yang nilainya


ditentukan oleh bilangan Reynolds

panjang pipa (m)

debit aliran (m/det)

g
D

=
=
=
=

percepatan gravitasi (m/det2)


diameter pipa transmisi (m)
kekasaran pipa (m)
kekentalan kinematik (m2/det) yang ditentukan oleh suhu

2.5.1

Sistem Jaringan Distribusi


Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air

melalui sistem perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah


pelayanan (konsumen). Anonim (2011), dalam perencanaan sistem distribusi air
bersih, beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain adalah:
1. Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Jumlah penduduk
yang dilayani tergantung pada:
a. Kebutuhan
b. Kemauan/minat
c. Kemampuan atau tingkat sosial ekonomi masyarakat

2. Kebutuhan air
Kebutuhan air adalah debit yang harus disediakan untuk distribusi daerah
pelayanan.
3. Letak topografi daerah layanan, yang akan menentukan sistem jaringan dan
pola aliran yang sesuai.
4. Jenis sambungan sistem
Jenis sambungan dalam sistem distribusi air bersih dibedakan menjadi:

24

a.

Sambungan halaman, yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk/pipa

utama ke tiap-tiap rumah atau halaman


b. Sambungan rumah, yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk/pipa
utama ke masing-masing utilitas rumah tangga
c. Hidran umum merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara
komunal pada suatu daerah tertentu untuk melayani 100 orang dalam setiap
hidran umum
d. Kran merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal pada
kelompok masyarakat tertentu, yang mempunyai minat tetapi kurang mampu
dalam membiayai penyambungan pipa ke masing-masing rumah. Biasanya
satu kran umum dipakai untuk melayani kurang lebih 20 orang.
2.5.2

Jenis dan Ukuran Pipa


Pipa PVC (Polyvinyl Chloride) saat ini merupakan bahan yang

sering/wajib dipakai dalam untuk saluran supplay air bersih dan saluran air
kotor/buangan. Pipa PVC adalah jenis pipa plastik yang terbuat dari gabungan
materi vinyl klorida yang selama ini menghasilkan pipa yang sangat ringan, tahan
lama, anti karat, kuat terhadap tekanan maupun temperatur yang tinggi dan juga
pipa pvc harga yang ditawarkan lebih ekonomis maupun pemasangannya. Oleh
karena itu, PVC ini paling sering digunakan dalam sistem irigasi/perairan dan
pelindung kabel.
Di indonesia standar ukuran yang dipakai untuk sistem perairan rumah
tangga atau lainnya adalah standar JIS (Japanese Industrial Standard), sedangkan
untuk PDAM biasanya memakai standar Nasional SNI. Berikut ini macam-macam
ukuran pipa PVC dengan standar JIS sebagai berikut:
a. Pipa dengan jenis AW, adalah pipa paling tebal, biasanya dipakai untuk
pemipaan aliran bertekanan tinggi (seperti adanya tekanan dari pompa air).
Juga biasa dipakai untuk saluran air di dalam tanah yang diperkirakan akan
mengalami tekanan besar dari kendaraan berat yang mungkin melintas
diatasnya. Berikut tabel ukuran pipa AW dengan tekanan kerja 10 kgf/cm2.
Tabel 2.11. Ukuran pipa AW (10 kgf/cm2)
Type

Diameter Luar
Outside Diameter

Tebal
Dinding
Wall

Panjang
Length

25

Thickness
Inch
mm
mm

22
1,6

26
1,8
1
32
2
1
42
2,3
1
48
2,3
2
60
2,4
2
76
2,6
AW
2
(10 kgf/cm )
3
89
3,1
4
114
4,1
5
140
5,5
6
165
6,4
8
216
8,3
10
267
9,6
12
318
11,5
Sumber : http://www.pipajaya.com/pipa-pvc-standard-awd/

Meter
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

b. Pipa dengan jenis D, tidak setebal AW tapi lebih tebal dari C, digunakan
untuk saluran yag tidak akan mengalami tekanan yang besar, biasa dipakai
untuk saluran buangan air di dalam rumah. Berikut ukuran pipa jenis D
dengan tekanan kerja 5 kgf/cm2.
Tabel 2.12. Ukuran pipa D (5 kgf/cm2)
Diameter Luar
Type

Outside Diameter

Tebal
Dinding
Wall

Thickness
Inch
mm
mm
1
42
1,3
1
48
1,3
2
60
1,3
2
76
1,4
3
89
1,7
D
4
114
2,1
(5 kgf/cm2)
5
140
2,6
6
165
3
8
216
4,2
10
267
5,3
12
318
6,5
Sumber : http://www.pipajaya.com/pipa-pvc-standard-awd/

Panjang
Length
Meter
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

26

d. Pipa dengan jenis C, pipa ini paling tipis, saya tidak merekomendasikan
untuk dipakai pada instalasi saluran air pada rumah, karena jenis pipa ini
rentan dan gampang pecah. C 5/8 untuk pelindung kabel listrik dan C 3,4
biasa untuk pembuangan air yang memiliki tekanan rendah.

Anda mungkin juga menyukai