Oleh:
BAB I
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny. Ernawati
Umur
: 42 tahun
Alamat
: Lubuk Minturun
No.MR
: 850888
ANAMNESIS
Seorang wanita usia 42 tahun masuk ke KB IGD RSUP DR.M.Djamil pada tanggal 2
Desember 2014 pukul 22.21 WIB rujukan dari RSUD Dr. Rasidin dengan G6P4A1H3 gravid
aterm 36-37 minggu + gemeli + resti
Riwayat Penyakit Sekarang :
-
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari hilang timbul sejak 2 jam yang lalu
Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-)
Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)
Tidak haid sejak 7 bulan yang lalu
Pasien tidak dapat mengingat HPHT
Gerak anak dirasakan sejak sekitar 5 bulan yang lalu
Riwayat hamil muda: mual(-), muntah(-), perdarahan (-)
ANC : kontrol teratur di bidan bulan ke 3, 5, dan 7
Riwayat hamil tua : mual(-), muntah(-), perdarahan (-)
Riwayat menstruasi : menarche usia 13 tahun, siklus teratur, lama 5-7 hari,ganti duk
2-3 kali per hari,nyeri haid (-)
Pemeriksaan Fisik :
Status Generalisata :
Keadaan Umum
: sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis Cooperative
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu
: 36,8oC
Mata
Leher
Toraks
Paru
Jantung
Abdomen
: status obstetrikus
Genital
: status obstetrikus
Ekstrimitas
Status Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
nyeri lepas(-),
Perkusi
: pekak
LII
Diagnosis
G6P4A1H3, gravid preterm 28-30 minggu+ partus prematurus iminens
Bekas SC satu kali+polihidramnion
Janin hidup tunggal intrauterin
Rencana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Definisi
Gambar 1. Polihidramnion
3.2
Epidemiologi
Penelitian yang telah dilakukan oleh Biggio dkk pada tahun 1999 pada 36000 wanita
hamil didapatkan insiden kejadian polihidramnion sebesar 1%. Angka kejadian ini
dikonfirmasi lagi oleh Hill dkk yang mendapatkan hidramnion ringan (didefinisikan sebagai
kantung yang berukuran vertikal 8-11 cm) terdapat pada 80 persen kasus dengan cairan
berlebihan. Hidramnion sedang (didefinisikan sebagai kantung yang hanya mengandung
bagian bagian kecil dan berukuran kedalaman 12-15 cm) dijumpai pada 15 persen. Hanya 5
persen yang mengalami hidramnion berat (yang didefinisikan sebagai adanya janin
mengambang bebas dalam kantung cairan yang berukuran 16 cm atau lebih). 1,3
3.3
>20 minggu
Fisiologi
Cairan amnion berperan sangat penting untuk perkembangan dan
Etiologi
Kelainan jumlah cairan amnion dapat terjadi, dan seringkali
merupakan pertanda yang paling awal terlihat pada janin yang mengalami
gangguan. Kelainan jumlah cairan amnion dapat menimbulkan gangguan
pada janin seperti hipoplasia paru, deformitas janin, kompresi tali pusat,
amnion dapat disebabkan oleh faktor janin dan faktor ibu, dimana
sebagian besar berkaitan dengan kelainan kongenital pada janin. Kelaninan
kongenital yang paling banyak dikaitkan dengan polihidramnion adalah obstruksi saluran
pencernaan seperti atresia esophagus, atresia duodenum. 1
Tabel 3.4 Beberapa keadaan yang menyebabkan
polihidramnion1
Faktor janin
Anomali kongenital
Faktor ibu
Diabetes tak terkontrol
- Obstruksi gastrointestinal
Idiopatik
3.5
Patofisiologi
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat
mirip dengan cairan ektrasel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan molekul
kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion, tapi juga menembus kulit janin. Selama
trimester kedua, janin mulai berkemih, dan menelan cairan amnion. Keadaan ini secara
bermakna mengatur pengendalian volume cairan amnion. Karena dalam keadaan normal
janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa mekanisme ini adalah salah satu cara
pengaturan volume cairan amnion. Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion
hampir selalu terjadi bila janin tidak dapat menelan, seperti pada kasus atresia esofagus.
Proses menelan ini jelas bukan satu-satunya mekanisme untuk mencegah hidramnion.
Pritchard dan Abramovich mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa kasus
hidramnion berat, janin menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. 1
Pada kasus anesefalus dan spina bifida, terjadinya polihidramnion mungkin dapat
disebabkan karena meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke dalam
rongga amnion. Penjelasan lain yang mungkin dimana tidak berkaitan dengan gangguan
menelan adalah terjadi peningkatan berkemih akibat stimulasi pusat-pusat di serebrospinal
yang tidak terlindung atau berkurangnya efek antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin
vasopressin. Hal sebaliknya telah jelas dibuktikan bahwa kelainan janin yang menyebabkan
anuria hampir selalu menyebabkan oligohidramnion. Pada hidramnion yang terjadi pada
kehamilan kembar monozigot, diajukan hipotesis bahwa salah satu janin merampas sebagian
besar sirkulasi bersama dan mengalami hipertropi jantung, yang pada gilirannya
menyebabkan peningkatan luaran urin pada masa neonates dini, yang mengisyaratkan bahwa
hidramnion disebabkan oleh meningkatnya produksi urin janin. 1
Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih belum
dapat diterangkan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yang
menimbulkan diuresis osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan bahwa
volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status
glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan produksi urin
janin pada wanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol nondiabetik. 1
Diagnosis1-3
Pemeriksaan Fisik
-
Pada inspeksi dapat memperlihatkan rahim yang cepat membesar pada ibu hamil
Pemeriksaan Laboratorium
-
Tes toleransi glukosa untuk ibu yang dengan diabetes mellitus tipe 2
Tes hidrops janin: Jika adanya hidrops janin, imunologi dan infeksi janin harus
diselidiki. Termasuk skrining untuk antibodi ibu ke antigen D, C, Kell, Duffy, dan
Kidd untuk menentukan produksi antibodi ibu terhadap sel darah merah janin. Infeksi
janin dapat meliputi cytomegalovirus (CMV), toksoplasmosis, sifilis, dan Parvovirus
B19. Pemeriksaan harus mencakup sebagai berikut:
Tes Venereal Disease Research Laboratories (VDRL) untuk tes sifilis
Titer Imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM) untuk mengevaluasi
Pemeriksaan Ultrasonografi
Hidramnion harus dibedakan dari asites, kista ovarium, dan molla hidatidosa. Untuk
membantu diagnosis dan mencari etiologi dibuat foto rontgen atau ultrasonogram.4
Operator berpengalaman dapat mendeteksi polihidramnion secara subyektif. Suatu
pendekatan kuantitatif dapat dilakukan dengan membagi rongga rahim menjadi empat
kuadran atau kantong. Kantong vertikal terbesar diukur dalam sentimeter dan volume total
dihitung dengan mengalikan tingkat ini dengan 4. Hal ini dikenal sebagai Amnion Fluid
Index (AFI). Polihidramnion didefinisikan sebagai AFI lebih dari 24 cm atau kantong tunggal
cairan minimal 8 cm yang menghasilkan volume cairan total lebih dari 2.000 mL. Untuk
derajat beratnya polihidramnion dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Derajat polihidramnion5
Derajat polihidramnion
Ringan
Sedang
Berat
Nilai AFI
25-30 cm
31-35 cm
>35 cm
Evaluasi proses menelan janin. Penurunan tingkat menelan janin terjadi pada
anencephaly, trisomi 18, trisomi 21, distrofi otot, dan displasia tulang.
Evaluasi anatomi janin; menilai hernia diafragma, massa paru-paru, dan tidak adanya
gelembung perut (yang berhubungan dengan atresia esofagus). Tanda gelembung
hidrops.
Lingkar perut besar yang abnormal dapat diamati dengan ascites dan hidrop janin.
Janin makrosomia diamati dalam kaitannya dengan diabetes ibu yang tidak terkontrol.
Menilai kecepatan aliran darah pada arteri serebral anterior janin untuk melihat
adanya anemia janin.
2.2.7 Penatalaksanaan1,3,4
-
secara konservatif.
Persalinan prematur biasa dilakukan karena overdistensi dari rahim, dan langkahlangkah harus diambil untuk meminimalkan komplikasi ini. Termasuk pemeriksaan
antenatal yang teratur dan pemeriksaan rahim dan bedrest sampai cukup bulan.
Scan ultrasound serial harus dilakukan untuk memantau AFI dan monitor
pertumbuhan janin.
Anemia hidrops janin diobati dengan transfusi eritrosit, baik intravaskular atau
melalui perut janin. Hal ini mengurangi kemungkinan kegagalan kongestif janin,
sehingga memungkinkan perpanjangan kehamilan dan meningkatkan kelangsungan
hidup.
Jika didiagnosis adanya diabetes kehamilan, kontrol glikemik yang ketat harus
dipertahankan. Hal ini biasanya dilakukan dengan manipulasi diet dan insulin jarang
dibutuhkan.
Indometacin adalah obat pilihan untuk pengobatan medis polihidramnion. Hal ini
sangat efektif, terutama dalam kasus dimana kondisi ini terkait dengan peningkatan
produksi urin janin. Mekanisme aksi adalah efek pada produksi urin oleh ginjal janin,
mungkin dengan meningkatkan efek dari vasopresin. Hal ini tidak efektif dalam kasus
di mana penyebab yang mendasari adalah penyakit neuromuskuler yang
mempengaruhi proses menelan janin, atau hidrosefalus. Tapi hal ini merupakan
kontraindikasi pada sindrom kembar-ke-kembar atau setelah 35 minggu, karena efek
samping yang ditimbulkan lebih besar daripada manfaat dalam kasus ini.
Amniosentesis direkomendasikan dalam kasus di mana indometacin menjadi suatu
kontraindikasi, pada polihidramnion berat, atau pada pasien yang simptomatik. Ini
menjadi kontraindikasi pada ketuban pecah dini atau pelepasan plasenta, atau
2.2.8 Komplikasi5
Janin:
-
fetal malpresentation
cord prolapse
placental abruption
premature labour,
Ibu:
postpartum hemorrhage
high risk of operative deliveries with consequent risk of emergency anesthesia and
surgery
2.2.9 Prognosis1,5
-
Jika kondisi ini tidak terkait dengan temuan lain (tidak ditemukan penyebab
hidramnion pada ibu dan anak), outcome biasanya baik. Biasanya tingkat
polihidramnionnya adalah ringan hingga sedang. Pada polihidramnion berat banyak
terdapat kasus kelainan kongenital pada fetus, kesakitan ibu, dan kematian perinatal
beberapa anomali. Dalam hal ini, prognosis tergantung pada beratnya anomali.
Penelitian menunjukkan bahwa, jika keparahan polihidramnion meningkat,
DISKUSI
Dilaporkan pasien dengan G6P4A1H3 gravid aterm 36-37 minggu pada tanggal 2
Desember 2014 pukul 22.21 WIB rujukan dari RSUD Dr. Rasidin dengan G6P4A1H3 gravid
aterm 36-37 minggu + gemeli + resti. Dari anamnesis didapatkan nyeri pinggang menjalar ke
ari-ari hilang timbul sejak 2 jam yang lalu. Pasien tidak haid sejak 7 bulan yang lalu. Gerak
anak dirasakan sejak sekitar 5 bulan yang lalu. ANC : kontrol teratur di bidan bulan ke 3, 5,
dan 7. Riwayat hamil muda dan hamil tua tidak ada keluhan. Riwayat menstruasi : menarche
usia 13 tahun, siklus teratur, lama 5-7 hari,ganti duk 2-3 kali per hari,nyeri haid (-).Pasien
menggunakan suntik KB dari 1996 hingga Agustus 2013. Pasien pernah hamil 6 kali, abortus
1 kali, bersalin 4 kali dengan penjabaran sebagai berikut :
1. 1995/ abortus usia kehamilan 16 minggu/ kuret/ RSUP DR.M.Djamil Padang
2. 1996/laki-laki/ 3300gram/ aterm/spontan/bidan/hidup
3. 1999/ perempuan-perempuan/2100-2800gram/aterm/ SC ec gemeli/ dokter spesialis/
meninggal usia 9-10 hari
4. 2003/ laki-laki/ 3500gram/aterm/spontan/bidan/hidup
5. 2008/ perempuan/ 3100gram/ aterm/spontan/bidan/hidup
6. Sekarang
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang dengan status generalisata dalam batas
normal. Dari status obstetrikus didapatkan abdomen tampak membesar sesuai usia kehamilan
preterm, sikatrik (+) , bekas SC disisi linea mediana, striae gravidarum (+). Palpasi
balotemen (+), FUT pertengahan pusat-processus xiphoideus. Perkusi pekak. Auskultasi
bising Usus (+)N, DJJ 145-155x per menit
LI
LII
TINJAUAN PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstorm KD. Williams
obstetric. 23rd ed. New York. McGraw-Hill Companies, Inc; 2010
2. Rajiah P MD. 2013. Polyhydramnions Imaging: article.
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/404856-overview#showall
3. Prawirohardjo S. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
4. Carter BS. Pediatric Polyhydramnios. Medscape [serial online] 2012 (diunduh 7
Desember
2014).
Tersedia
http://emedicine.medscape.com/article/ 975821.
dari:
URL:
HYPERLINK
5. Mayo Clinic Staff. Polyhydramnios. Mayo Clinic [serial online] 2014 (diunduh 7
Desember
2014).
Tersedia
dari:
URL:
HYPERLINK
http://www.mayoclinic.com/health/polyhydramnios.
6. Thomas H, Knott L. Polyhydramnios. Patient.co.uk [serial online] 2011 (diunduh 7
Desember
2014).
Tersedia
dari:
URL:
HYPERLINK
http://www.patient.co.uk/doctor/Polyhydramnios.htm.
7. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF (ed). Obstetri Patologi: Ilmu
Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC; 2004. hlm.39-40.
8. Fawad A, Shamshad, Danish N. Frequency, Causes and Outcome of Polyhydramnios.
Gomal Journal of Medical Sciences. 2008; 6(2): 106-109.