Perhitungan daya dukung tiang pancang tunggal yang akan Kita bahas kali ini ditinjau
berdasarkan nilai N-SPT dan CPT.
Daya Dukung Berdasarkan Hasil Bor Log (N-SPT)
Uji bor atau Soil Penetration Test (SPT) dilakukan untuk mendapatkan nilai daya dukung ijin
pondasi berdasarkan data nilai N-SPT dengan menggunakan metode Meyerhoff dan faktor
keamanan atau safety factor (SF) sebesar 2. Data N-SPT untuk tanah yang ditinjau ditunjukkan
pada Gambar berikut.
Dimana :
Nb = nilai rata- rata N-SPT pada dasar tiang,
Maka
Q ult = 380 x 36,57 x 0,2826 = 3927,17 kN = 392,71 ton.
Daya dukung yang diizinkan (Q allowable) :
Q all = Q ult / SF = 392,71 ton / 2 = 261,8 ton.
Kolom adalah bagian dari elemen struktur Gedung yang menerima beban aksial (P) dan Beban
Lentur Momen (M). Nah, untuk mengetahui kemampuan kolom tersebut dalam menerima beban
yang bekerja, Kita perlu membuat Diagram Interaksi Kolom yaitu Diagram yang menggambarkan
hubungan antara gaya aksial (P) dan momen (M). Pada kasus kali ini, perhitungan struktur
kolom yang direncanakan adalah kolom di lantai 2 As F-3. Analisis komponen struktur kolom
yang menerima kombinasi lentur dan beban aksial pada bangunan dengan kategori gedung
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) direncanakan berdasarkan ketentuan Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4. Letak
kolom yang ditinjau ditunjukkan pada Gambar 1.
Pu = 3808 kN
Mx = 200 kNm
My = 457,2 kNm
Langkah pembuatan diagram interaksi kolom dengan software PCA Column adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan Jenis Satuan dan Tipe Diagram Interaksi Kolom :
Tipe diagram interaksi kolom yang dipilih adalah biaxial (2 arah), karena ada 2 momen yang
bekerja yaitu Mx dan My.
Setalah semua data dimasukkan, kemudian bisa Kita execute untuk menampilkan diagram
interaksi kolom sebagai berikut :
Pelat lantai adalah bagian dari eleman gedung yang berfungsi sebagai tempat berpijak. Perencanaan
elemen pelat lantai tidak kalah pentingnya dengan perencanaan balok, kolom, dan pondasi. Pelat lantai
yang tidak direncanakan dengan baik bisa menyebabkan lendutan dan getaran saat ada beban yang bekerja
pada pelat tersebut. Data teknis plat lantai yang akan Kita rencanakan kali ini adalah sebagai berikut :
Mutu beton, fc = 30 MPa
h = 700 mm,
b = 400 mm,
L = 2400 mm,
h = 600 mm,
b = 400 mm,
L = 7200mm,
Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 Pasal 11.5.3.(3).(c) mengatur tebal pelat lantai minimum dengan
balok yang menghubungkan tumpuan pada semua sisinya tidak boleh kurang dari hmin, dimana tebal
minimum pelat lantai dengan m > 2 dihitung sebagai berikut :
Gambar 3. Momen Pelat Lantai M11 dan M22 Hasil Analisis Program ETABS v9.7.2
Besarnya momen yang bekerja pada plat lantai hasil analisa software ETABS v.9.7.2
ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Output Momen Pelat Lantai Tipe S1 Denah Lantai 3
Diagram momen tumpuan dan lapangan yang bekerja pada plat lantai adalah pada Gambar 5.13.
Perhitungan struktur balok anak relatif sederhana, karena balok anak di desain untuk membagi
luasan plat lantai agar tidak melendut dan tidak terjadi getaran pada plat saat ada aktivitas di
atasnya. Melihat fungsinya yang relatif sederhana, maka balok anak cukup didesan untuk
menerima beban mati dan hidup saja, tanpa didesain menerima beban gempa. Tahap
perhitungan balok anak adalah sebagai berikut :
1.
Menentukan Dimensi,
2.
Menentukan Beban- beban yang bekerja,
3.
Menentukan Gaya Dalam,
4.
Menghitung Tulangan Utama,
5.
Menghitung Tulangan geser (Sengkang),
6.
Gambar
Detail tahap perhitungan balok adalah dijelaskan sebagai berikut :
1. Menentukan Dimensi
Dimensi tinggi balok anak diperkirakan h = (1/10 1/15) L dan lebar balok anak b = (1/2 2/3) h
(Vis dan Gideon, 1997). Balok anak yang di desain adalah bentang 7200 mm.
h = 1/12 x 7200 = 600 mm
b = 2/3 x 600 = 400 mm
Balok anak yang ditinjau terletak pada lantai 3 dengan L = 7200 mm seperti ditunjukkan pada
Gambar 1 sebagai berikut.
Beban mati merata yang bekerja pada plat lantai sebagai berikut :
Beban plat lantai = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m2
Bagian yang Kami beri tanda tersebut menunjukkan luas tulangan yang diperlukan pada
penampang balok. Penulangan bisa diasumsikan menggunakan D16. As = 1/4 x 3,14 x 16 x 16 =
200,96 mm2
As perlu di daerah tumpuan = 656 mm2 (dari ETABS). Maka jumlah tulangan yang
dibutuhkan = 656 / 200,96 = 3,3 -> digunakan 4D16
As perlu di daerah lapangan = 439 mm2 (dari ETABS). Maka jumlah tulangan yang
dibutuhkan = 439 / 200,96 = 2,2 -> digunakan 3D16
Perencanaan struktur hubungan balok kolom atau yang dikenal dengan Beam Column Joint,
sangat diharuskan terutama pada Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Dimana
pada konsep desain SRPMK, kita harus memastikan kolom mempunyai kapasitas yang lebih
besar daripada balok, sehingga kegagalan struktur pada kolom dan joint dapat dicegah dengan
membuat titik lemah (sendi plastis) pada zona 2h dari ujung balok. Contoh kasus hubungan
balok kolom (Beam Column Joint) yang ditinjau adalah pada portal bagian tengah dengan
spesifikasi penampang sebagai berikut :
Dimensi balok 400 x 700
Hasil perhitungan sebelumnya, telah didapatkan Momen kapasitas balok Mpr2 = 458,12
kNm dan Mpr1 = 783,14 kNm
Beberapa mekanisme perilaku struktur saat menerima beban gempa ditunjukkan ada Gambar
berikut :
b.
Kondisi
1
(Bagian
kanan)
Nilai gaya- gaya yang bekerja pada balok dalam kondisi plastis berdasarkan tulangan tarik yang
terpasang 7D22 seperti berikut:
Kekakuan kolom atas dan kekakuan kolom pada joint memiliki nilai yang sama, karena bentang
dan ukuran kolom sama, sehingga DF = 0,5.
Batas ijin tegangan geser hubungan balok-kolom yang terkekang pada keempat sisinya adalah:
Tahap Perencanaan Pondasi Dalam (tiang pancang) - Pada umumnya terdapat dua macam pondasi
yang sering dipakai dalam kontruksi gedung, yaitu pondasi dangkal (shallow foundations) dan pondasi
dalam (deep foundations). Pondasi dangkal digunakan untuk kasus- kasus konstruksi gedung sederhana (13 lantai) dengan beban standard dan bentang pendek. Beberapa contoh pondasi dangkal adalah pondasi
batu kali, pondasi tapak, pondasi raft, dan pondasi rollag bata. Sedangkan untuk kasus gedung tingkat
tinggi tentu menggunakan pondasi dalam seperti : pondasi tiang pancang (pilecap foundation) dan pondasi
tiang bore (bore pile).
Bahasan kali ini akan mengupas tentang pondasi tiang pancang. Mengapa..? Ya jawabannya karena jenis
pondasi ini yang paling populer dipakai di proyek dengan alasan praktis, dan efektif dalam pengerjaan.
Beberapa point dalam perencanaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
1.
Perhitungan kuat dukung pondasi,
2.
Perhitungan jumlah tiang pondasi,
3.
Perhitungan tebal dan dimensi pile cap,
4.
Kontrol gaya geser dua arah (geser pons),
5.
Kontrol gaya lateral (metode brooms),
6.
Penulangan pile cap,
7.
Gambar detail.
Bagan alir dari perhitungan pondasi dalam (pondasi tiang pancang) ditunjukkan pada Gambar berikut :