Anda di halaman 1dari 41

ANTI INFEKSI

Levofloxacin

Sediaan:
- Tablet : 250 mg, 500 mg
- Vial: 5 mg/ml, 100 ml
Cara Kerja Obat:
Levofloxacin merupakan isomer optik S- (-) dari ofloxacin dengan spektrum antibakteri yang
luas, aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif, termasuk bakteri anaerob.
Levofloxacin juga aktif terhadap Chlamydia pneumoniae dan Mycoplasma pneumoniae.
Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat replikasi dan transkripsi DNA bakteri.

Indikasi:
Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang peka terhadap Levofloxacin,
seperti :
Sinusitis maxilaris akut
Eksaserbasi akut bronkitis kronik
Community acquired pneumonia
Infeksi saluran kemih terkomplikasi
Prostatitis kronik
Infeksi kulit dan jaringan kulit yang tidak terkomplikasi.
Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap levofloxacin, antimikroba golongan kuinolon dan
komponen dari obat ini.

Dosis:
Per Oral (diminum):
Sinusitis akut: 500 mg/hari selama 10 14 hari.
Bronkitis kronik dengan eksaserbasi akut: 250 500 mg perhari selama 7 10 hari.
Pneumonia komuniti: 500 mg satu atau dua kali sehari selama 7 14 hari.
Infeksi saluran kemih terkomplikasi: 250 mg perhari selama 7 10 hari (3 hari pada infeksi
tanpa komplikasi).
Prostatitis kronik: 500 mg selama 28 hari.
Infeksi kulit dan jaringan lunak lainnya: 250 mg perhari atau 500 mg satu sampai dua kali
perhari selama 7 14 hari.

Melalui infus intravena (minimal 60 menit untuk 500 mg):


- Pneumonia komuniti: 500 mg, satu sampai dua kali sehari.
- Infeksi saluran kemih dengan komplikasi: 250 mg perhari.
- Infeksi kulit dan jaringan lunak lainnya: 500 mg 2 kali sehari.
-

Peringatan dan Perhatian :


Keamanan dan manfaat dari levofloxacin pada anak-anak, dewasa dibawah usia 18 tahun,
wanita hamil dan menyusui belum terbukti.
Kolitis pseudomembranosa telah dilaporkan pada penggunaan beberapa antibiotika termasuk
levofloxacin, dari gejala yang ringan sampai yang mengancam jiwa, oleh karena itu perlu
dipertimbangkan diagnosis keadaan tersebut pada penderita yang mengalami diare
sehubungan dengan pemberian antibiotika.
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan flora usus normal terbunuh dan pertumbuhan
berlebih dari bakteri clostridia yang dapat menghasilkan toxin.
Konvulsi dan toxic psikosis pernah dilaporkan pada penggunaan antibiotika kuinolon
termasuk levofloxacin.
Reaksi hipersensitif yang fatal pernah dilaporkan, hentikan penggunaan levofloxacin apabila
timbul gejala-gejala hipersensitif.
Reaksi fototoksisitas ringan sampai berat telah diamati pada penderita yang terkena sinar
matahari langsung selama menerima obat-obat golongan ini.
Sama dengan golongan kuinolon lainnya, levofloxacin harus digunakan dengan hati-hati pada
penderita yang diketahui atau dicurigai menderita gangguan SSP karena dapat menjadi faktor
predisposisi bangkitan kejang atau menurunkan ambang bangkitan kejang (seperti pada
arteriosklerosis serebral berat, epilepsi) atau adanya faktor risiko lain yang dapat
mempengaruhi bangkitan kejang atau menurunkan ambang bangkitan kejang.
Sama dengan golongan kuinolon lainnya, gangguan glukosa darah, termasuk hiper dan
hipoglikemia telah dilaporkan, biasanya pada penderita diabetes, yang menerima pengobatan
bersama-sama dengan obat oral hipoglikemik atau dengan insulin.
Efek Samping :
Efek samping yang dapat terjadi : diare, mual, kembung, konstipasi, nyeri perut, sakit kepala,
insomnia, agitasi, anorexia, ansietas, arthralgia, mulut kering, dyspnea, edema, lelah, demam,
genital pruritus, keringat berlebih, gelisah, rhinitis, gangguan kulit, somnolence dan hilang
rasa.

Cefuroxime

Sediaan:
Cefuroxime vial 750 mg injeksi
Cara Kerja Obat:
Cefuroxim digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri seperti;
bronkitis, gonore, penyakit limfa, dan infeksi pada organ telinga, tenggorokan, sinus, saluran
kemih, dan kulit.
Indikasi:
- Infeksi Gram positif & Gram negatif pada saluran pernafasan, saluran kemih, saluran
pencernaan, kulit & jaringan lunak
- Septikemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik dan atau zat-zat yang dihasilkan oleh
bakteri tersebut)
- Meningitis (radang selaput otak)
Kontraindikasi :
Hipersensitifitas
Dosis:
- Dewasa : 750 mg - 2 gram tiap 8 jam selama 5-10 hari.
- Anak-anak : 30-100 mg/kg berat badan/hari dibagi menjadi 3-4 kali pemberian.
Peringatan dan Perhatian :
- Pasien yang sensitif terhadap Penisilin.
- Gangguan fungsi ginjal.
Efek Samping :
- Efek pada saluran pencernaan, kolitis pseudomembranosa, reaksi hipersensitivitas,
eosinofilia, neutropenia, anemia hemolitikum, superinfeksi.
- Flebitis (radang pembuluh balik).

Ceftazidime

Sediaan:
Ceftazidime 1 gram injeksi
Cara Kerja Obat:
Ceftazidime adalah kelompok obat yang disebut cephalosporin antibiotics. Ceftazidime
bekerja dengan cara mematikan bakteri dalam tubuh. Ceftazidime digunakan untuk
mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau yang mengancam
nyawa.

Indikasi:
Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh kuman yang susceptible antara lain:
Infeksi umum: septicaemia; bacteriaemia; peritonitis; meningitis; penderita ICU dengan
problem spesifik, misalnya luka bakar yang terinfeksi.
Infeksi saluran pernapasan bagian bawah: pneumonia, bronkopneumonia; pleuritis pada paruparu; emfisema; bronciectasis yang terinfeksi; abcess pada paru-paru; infeksi paru-paru pada
penderita cystic fibrosis.
Infeksi saluran kemih: pyelonephritis akut dan kronis; pyelitis; prostatitis; berbagai abscess
renal
Infeksi jaringan lunak dan kulit: celullitis; erysipelas; abscess; mastitis; luka bakar atau luka
lain yang terinfeksi; ulkus pada kulit
Infeksi tulang dan sendi: osteotitis, osteomyelitis; artritis septik; bursitis yang terinfeksi
infeksi abdominal dan bilier, cholangitis, cholecystitis; peritonitis; diverkulitis; penyakit
radang pelvic
Dialysis Infeksi-infeksi yang dikaitkan dengan dialisis haemo dan peritoneal dan CAPD
(continous ambulatory peritoneal dialysis).
Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap antibiotika sefalosporin.

Dosis:
- Dewasa : 1- 6 gram/hari, dalam 2 3 dosis terbagi.
- Bayi > 2 bulan dan anak-anak : 30 100 mg/kg BB/hari, dalam 2 3 dosis terbagi.
- Neonatus dan bayi < 2 bulan : 25 60 mg/kg BB/hari, dalam 2 dosis terbagi.

- Besarnya dosis dapat disesuaikan dengan jenis infeksi, derajat infeksi, usia, berat badan, dan
fungsi ginjal dari penderita.
- Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis dapat disesuaikan dengan cara
menurunkan dosis dan atau dengan memperpanjang interval pemberian obat.
Peringatan dan Perhatian :
- Jika muncul reaksi alergi terhadap Ceftazidime, obat harus dihentikan.
- Pemberian pada wanita hamil dan menyusui harus mempertimbangkan rasio manfaat dan
resiko.
- Penggunaan dosis tinggi harus diberikan dengan hati-hati pada penderita yang mendapat
pengobatan bersama-sama dengan obat nefrotoksik (aminoglikosida), diuretik kuat karena
dapat mempengaruhi fungsi renal.
Efek Samping :
- Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah seperti anaphylaxis bisa
terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi candidal).
- Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS (encephalopathy, convulsion); Efek
hematologis yang jarang; pengaruh terhadap ginjal dan hati juga terjadi.
- Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT (activated partial thromboplastin
time), dan atau hypoprothrombinemia (dengan atau tanpa pendarahan) dikabarkan terjadi,
kebanyakan terjadi dengan rangkaian sisi NMTT yang mengandung cephalosporins.

Ceftriaxone

Sediaan:
Ceftriaxone 1 gram injeksi
Cara Kerja Obat:
Ceftriaxone merupakan golongan sefalosporin yang mempunyai spektrum luas dengan waktu
paruh eliminasi 8 jam. Efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif.
Ceftriaxone juga sangat stabil terhadap enzim beta laktamase yang dihasilkan oleh bakteri.
Indikasi:

Untuk infeksi-infeksi berat dan yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positif maupun
gram negatif yang resisten terhadap antibiotika lain :
Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran kemih
Infeksi gonoreal
Septisemia bakteri
Infeksi tulang dan jaringan
Infeksi kulit
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin (sebagai reaksi alergi silang).

Dosis:
1. Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun :
1-2 g sekali sehari secara intravena
Dosis lebih dari 4 g sehari harus diberikan dengan interval 12 jam.
2. Bayi dan anak-anak di bawah 12 tahun :
- Bayi 14 hari : 20 50 mg/kg berat badan sekali sehari
- Bayi 15 hari s/d 12 tahun : 20 80 mg/kg berat badan sekali sehari
- Anak-anak dengan berat badan 50 kg atau lebih : dapat digunakan dosis dewasa melalui infus
paling sedikit > 30 menit.
Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, kliren creatinin tidak lebih dari 10 ml/menit,
dosis tidak lebih dari 2 g sehari.
Peringatan dan Perhatian :
- Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, kadar plasma obat perlu
dipantau.
- Sebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil (khususnya trimester I).
- Tidak boleh diberikan pada neonatus (terutama prematur) yang mempunyai resiko
pembentukan ensephalopati bilirubin.
- Pada penggunaan jangka waktu lama, profil darah harus dicek secara teratur.
-

Efek Samping :
Gangguan pencernaan: diare, mual, muntah, stomatitis
Reaksi kulit: dermatitis, pruritus, urtikaria, edema, eritema multiforme, dan reaksi anafilaktik
Hematologi: eosinofil, anemia hemolitik, trombositosis, leukopenia, granulositopenia
Gangguan sistem saraf pusat: sakit kepala
Efek samping lokal: iritasi akibat dari peradangan dan nyeri pada tempat yang diinjeksi
Gangguan fungsi ginjal: untuk sementara terjadi peningkatan BUN
Gangguan fungsi hati: untuk sementara terjadi peningkatan SGOT dan SGPT

Cefotaxime

Sediaan dan Komposisi:


- Cefotaxime 500 mg
Tiap vial mengandung: Cefotaxime sodium setara dengan cefotaxime 500 mg
- Cefotaxime 1 g
Tiap vial mengandung: Cefotaxime sodium setara dengan cefotaxime 1.000 mg
Cara Kerja Obat:
Cefotaxime adalah kelompok obat yang disebut cephalosporin antibiotics. Cefotaxime
bekerja dengan cara memperlemah dan memecah dinding sel, membunuh bakteri. Cefotaxime
digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau yang
mengancam nyawa.
Indikasi:
Infeksi saluran pernafasan bagian bawah, infeksi saluran kemih dan kelamin, infeksi kulit &
jaringan lunak, infeksi dalam perut, infeksi tulang dan sendi, infeksi susunan saraf pusat,
infeksi kandungan, infeksi sebelum atau sesudah operasi, bakteremia (beredarnya bakteri
dalam darah) atau septikemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik dan atau zat-zat yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut).
Kontraindikasi
- Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap antibiotik cephalosporin.
- Penderita gagal ginjal yang berat.
-

Dosis:
Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 gram setiap 12 jam. Pada infeksi berat : 2 kali 2 gram/hari
biasanya cukup. Jika diperlukan dosis yang lebih besar, interval pemberian obat dapat
diperpendek menjadi setiap 6 - 8 jam.
Bayi dan anak-anak : 50 - 100 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 - 4 dosis yang setara. Pada
infeksi yang mengancam jiwa dapat digunakan dosis sampai 200 mg/kg BB/hari. Karena
pada bayi prematur, klirens renal belum berkembang sempurna, dosis perhari tidak boleh
melampaui 50 mg/kg BB.
Untuk profilaksis perioperatif, dosis awal diberikan 30 - 60 menit sebelum pembedahan
dimulai. Tergantung dari resiko infeksi, dosis serupa dapat diulang.
Untuk terapi gonore non-komplikata pada orang dewasa, dosis tunggal Cefotaxime 1 gram
diberikan intramuskular. Pada bakteri yang kurang sensitif mungkin diperlukan peningkatan
dosis. Pasien harus diperiksa terhadap kemungkinan infeksi sifilis sebelum terapi dimulai.

- Dosis pada gangguan fungsi ginjal. Bila klirens kreatinin < 5 mL/menit, dosis pemeliharaan
perlu dikurangi sampai separuh dosis normal. Dosis awal tergantung dari sensitivitas patogen
dan kegawatan infeksi. Rekomendasi dosis adalah berdasarkan pengalaman pada orang
dewasa.
Cara pemakaian:
Cara pemberian obat sebaiknya melalui intravena (langsung pada vena atau bagian dari katup
selang infus), walaupun pemberian dapat pula dilakukan secara intramuskular. Pada
pemberian intramuskular injeksi harus disuntikkan dalam-dalam pada otot gluteal.
Disarankan injeksi intramuskular pada satu sisi yang sama tidak melebihi 4 mL (sekitar
1gram Cefotaxime).
-

Peringatan dan Perhatian:


Pada pasien yang hipersensitif terhadap penicillin ada kemungkinan terjadi sensitivitas silang.
- Hati-hati pemberian pada wanita hamil.
Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan riwayat penyakit gastrointestinal terutama
kolitis.
Cefotaxime diekskresikan dalam air susu ibu sehingga penggunaannya sebaiknya hati-hati
pada ibu menyusui.
Agar dilakukan pemeriksaan hitung darah pada penderita yang mendapatkan pengobatan
lebih dari 10 hari dan pengobatan dihentikan jika timbul neutropenia.
Interaksi obat : penggunaan bersamaan dengan diuretik kuat, probenesid, obat yang
berpotensi nefrotoksik (misal Aminoglikosid).
Efek pada parameter laboratorium.
Walaupun jarang, hasil tes Coombs positif palsu dapat dihasilkan pada pasien yang diberi
Cefotaxime.
Hasil positif palsu mungkin diperoleh dari glukosa urin, bila itu ditentukan dengan metode
reduksi. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan metode enzimatik.
Efek Samping:
Gangguan saluran pencernaan; reaksi hipersensitivitas; superinfeksi, rasa sakit/nyeri pada
tempat penyuntikan, flebitis (radang pembuluh balik), leukopenia yang bersifat sementara,
eosinofilia, neutropenia.

Clindamycin (Klindamisin)

Sediaan dan Komposisi:

- Clindamycin 150 mg
Tiap kapsul mengandung:
Clindamycin HCl 163 mg setara dengan Clindamycin base 150 mg
- Clindamycin 300 mg
Tiap kapsul mengandung:
Clindamycin HCl 326 mg setara dengan Clindamycin base 300 mg
Cara Kerja Obat:
Clindamycin merupakan antimikroba yang spektrumnya menyerupai linkomisin namun
aktivitasnya lebih besar terhadap organisme yang sensitif. Clindamycin aktif terhadap
Staphylococcus aureus, D. pneumoniae, Streptococcus pyogenes, Streptococci (kecuali
Streptococcus faecalis). Streptococcus viridans dan Avtinomyces israelli serta aktif terhadap
Bacteroides fragilis dan kuman patogen anaerob yang peka lainnya. Clindamycin
menghambat sintesa protein dengan cara mengikat pada gugus 50 S sub unit ribosomal
bakteri.
Clindamycin diabsorpsi hampir lengkap pada pemberian per oral, dan kadar puncak 2-3
mcg/ml dicapai dalam 1 jam setelah pemberian 150 mg. Adanya makanan dalam lambung
tidak mempengaruhi absorpsinya. Waktu paruhnya 2,7 jam. Clindamycin didistribusi secara
baik ke berbagai cairan tubuh, jaringan dan tulang, kecuali ke cairan serebrospinal dan
diekskresi melalui urin dan feses.

Indikasi:
Efektif untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkanoleh bakteri anaerob, streptokokus,
pneumokokus dan stafilokokus, seperti :
Infeksi saluran pernafasan yang serius.
Infeksi tulang dan jaringan lunak yang serius.
Septikemia.
Abses intra-abdominal.
Infeksi pada panggul wanita dan saluran kelamin.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap klindamisin dan linkomisin.

Dosis:
Dewasa : Infeksi serius 150-300 mg tiap 6 jam
Infeksi yang lebih berat 300-450 mg tiap 6 jam
Anak-anak : Infeksi serius 8-16 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3-4
Infeksi yang lebih berat 16-20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3-4
Untuk menghindari kemungkinan timbulnya iritasi esofageal, maka obat harus ditelan dengan
segelas air penuh.
Pada infeksi streptokokus beta hemolitik,pengobatan harus dilanjutkan paling sedikit 10 hari.

Peringatan dan Perhatian :


- Keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui dengan pasti.
- Perlu dilakukan pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya super infeksi dengan bakteri
dan jamur.
- Selama penggunaan jangka panjang perlu dilakukan pemeriksaan hematologi, fungsi hati dan
ginjal.

- Hati-hati penggunaannya pada penderita kerusakan hati atau ginjal yang berat.
- Hentikan pemakaian antibiotika ini, jika selama pengobatan timbul mencret secara
berlebihan.
- Terapi dengan clindamycin dapat menyebabkan kolitis berat yang dapat berakibat fatal. Oleh
karena itu pemberian clindamycin dibatasi untuk infeksi serius dimana tidak dapat diberikan
antimikroba yang kurang toksik misalnya eritromisin.
- Clindamycin tidak boleh digunakan untuk infeksi saluran nafas bagian atas.
- Pemberian pada bayi dan neonatus harus disertai pengamatan fungsi sistem organ yang tepat.
- Karena clindamycin tidak dapat mencapai cairan serebrospinal dalam jumlah yang memadai,
maka clindamycin tidak dapat digunakan untuk pengobatan meningitis.
- Secara in vitro menunjukkan adanya antagonisme antara clindamycin dan eritromisin. Karena
kemungkinan itu secara klinis dapat terjadi, maka kedua obat ini tidak boleh diberikan secara
bersamaan.
- Hati-hati pemberian pada penderita dengan riwayat penyakit saluran pencernaan terutama
kolitis, serta penderita atopik.
- Hati-hati penggunaan pada penderita yang mendapat terapi obat-obat penghambat
neuromuskular karena dapat meningkatkan kerja obat-obat penghambat neuromuskular.
-

Efek Samping :
Gangguan gastrointestinal: mual, muntah dan kolitis pseudomembranous
Reaksi hipersensitif: pruritus, rash, urtikaria
Hati: jaundice, abnormalitas test fungsi hati
Ginjal: disfungsi ginjal (azotemia, oliguria, proteinuria)
Hematopoietic: neutropenia sementara (leukopenia), eosinofilia, agranulositosis,
thrombositopenia
Muskuloskeletal: polyarthritis

Ofloxacin

Sediaan dan Komposisi:


- Ofloxacin 200 mg
Tiap tablet salut selaput mengandung: Ofloksasin 200 mg
- Ofloxacin 400 mg
- Tiap tablet salut selaput mengandung: Ofloksasin 400 mg
- Vial 2 mg/ml, 100 ml

Cara Kerja Obat:


Ofloxacin adalah senyawa antibakteri sintetik dari golongan kuinolon dan bersifat
bakterisida. Ofloxacin aktif terhadap bakteri aerobik gram positif termasuk penghasil
penisilinase dan bukan penghasil penisilinase, terhadap sebagian besar bakteri aerobik gram

negatif termasuk Enterobakteria dan Pseudomonas aeruginosa, dan terhadap Stafilokokus


yang resisten terhadap metisilina. Aktivitas antibakteri ofloxacin dengan jalan menghambat
DNA girase, suatu enzim essensial yang merupakan katalis penting dalam duplikasi dan
transkripsi DNA bakteri.

Indikasi:
Ofloksasin diindikasikan untuk orang dewasa ( 18 tahun) dengan infeksi-infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang peka, yaitu:
Bronkhitis kronik dengan eksaserbasi bakteri akut.
Pneumonia yang didapat dari masyarakat (community-acquired pneumonia)
Infeksi kulit dan struktur kulit tanpa komplikasi
Gonore serviks dan uretra akut tanpa komplikasi
Servisitis dan uretritis nongonokok
Infeksi campuran serviks dan uretra
Radang pelvik akut
Sistitis tanpa komplikasi
Infeksi saluran kemih dengan komplikasi
Prostatitis

Kontraindikasi :
- Pasien hipersensitif terhadap kandungan obat atau golongan kuinolon lain
- Anak-anak, dewasa < 18 tahun dan wanita hamil
- Wanita menyusui
Dosis:
Dosis umum untuk dewasa: 200 400 mg setiap 12 jam.
Pengobatan infeksi saluran kemih tanpa atau dengan komplikasi: 200 mg setiap 12 jam.
Prostatitis: 300 mg setiap 12 jam.
Infeksi saluran pernapasan bagian bawah atau infeksi kulit dan jaringan lunak: 400 mg setiap
12 jam.
- Pengobatan akut, urethral ringan dan/atau gonore servikal yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae: 400 mg dalam dosis tunggal.
-

Peringatan dan Perhatian :


Hati-hati pada penderita yang peka terhadap gangguan sistem saraf pusat karena seperti
kuinolon lainnya, ofloksasin dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf, walaupun hal ini
jarang terjadi.
Reaksi hipersensitivitas yang fatal dan serius dapat terjadi pada pemberian awal, karena itu
pemberian obat segera dihentikan bila mulai terjadi ruam kulit atau tanda-tanda
hipersensitivitas lainnya. Reaksi tersebut dapat ditanggulangi dengan pemberian epinefrin
dan tindakan resusitasi lainnya; meliputi pemberian oksigen, cairan I.V., antihistamin,
kortikosteroid, amino pressor dan pembebasan jalan nafas, sesuai dengan indikasi klinik.
Reaksi fotosensitivitas dapat terjadi, karena itu penderita jangan terlalu lama kontak dengan
sinar matahari langsung atau sinar ultraviolet buatan. Pengobatan harus segera dihentikan bila
terjadi reaksi fotosensitivitas.
Kolitis pseudomembranosa merupakan kasus yang dilaporkan pada hampir semua antibakteri,
termasuk juga ofloksasin. Oleh karena itu, diagnosis ini perlu dipertimbangkan pada pasien
yang mengalami diare setelah pemberian antibakteri apapun juga.

- Pemberian ofloksasin harus segera dihentikan apabila tendon terasa nyeri, meradang, atau
ruptur. Pasien harus beristirahat dan sementara tidak berolahraga sampai diagnosis adanya
tendinitis atau ruptur tendon telah disingkirkan. Ruptur tendon dapat terjadi selama atau
sesudah terapi ofloksasin.
- Hati-hati pada penderita kerusakan ginjal atau hati, pengamatan klinik dan tes laboratorium
yang sesuai harus dilakukan sebelum dan selama terapi karena eliminasi ofloksasin dapat
berkurang.
- Selama terapi jangka panjang dengan ofloksasin, perlu dilakukan tes fungsi organ secara
periodik, termasuk ginjal, hati dan hematopoietik.
- Hati-hati pada penderita yang melakukan aktivitas yang membutuhkan kepatuhan dan
koordinasi mental yang utuh, misalnya mengoperasikan mesin atau kendaraan bermotor
karena ofloksasin dapat menyebabkan dizziness.
- Sebelum memulai terapi dengan ofloksasin, perlu diketahui apakah pasien mempunyai
sejarah konvulsi, karena terapi dengan ofloksasin dapat mengakibatkan konvulsi.
- Hindari penggunaan pada kehamilan, dan untuk wanita menyusui sebaiknya hanya digunakan
bila benar-benar perlu.
- Hendaknya minum air yang mencukupi untuk mencegah pembentukan kadar yang tinggi
dalam urin.
- Pemberian jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari
mikroorganisme yang kurang peka.
Efek Samping :
Mual, muntah, diare, insomnia, sakit kepala, pusing, kelelahan, kekeringan di mulut, sakit
dan kram perut, sakit dada, nafsu makan menurun, kemerahan kulit, vaginitis, dysgeusia, rasa
gatal digenitalia eksterna (pada wanita), dizziness, kembung, gangguan gastrointestinal,
gugup, faringitis, demam, gangguan tidur, somnolens, trunk pain, vaginal discharge,
gangguan penglihatan dan konstipasi.

Thiamphenicol (Tiamfenikol)

Sediaan dan Komposisi:


- Thiamphenicol kapsul 250 mg
Tiap kapsul mengandung Tiamfenikol 250 mg
- Thiamphenicol kapsul 500 mg
Tiap kapsul mengandung Tiamfenikol 500 mg
- Thiamphenicol sirup 125 mg/ml
Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Tiamfenikol 125 mg
- Thiamphenicol sirup forte 250 mg/ml

Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Tiamfenikol 250 mg


Cara Kerja Obat:
Tiamfenikol adalah antibiotik spektrum luas yang mempunyai cara kerja seperti
kloramfenikol. Tiamfenikol kurang aktif dibandingkan dengan kloramfenikol, namun sama
efektifnya dan efek bakterisidnya lebih baik terhadap Haemophilus spp dan Neisseria spp.
Tiamfenikol bekerja dengan cara berikatan dengan ribosom bakteri secara reversible sehingga
menghambat sintesis protein dan bakteri yang peka, yang pada akhirnya menghambat
pertumbuhan bakteri.
-

Indikasi:
Sebagai pilihan utama untuk pengobatan thyphus atau parathypus
Infeksi saluran kemih dan kelamin
Infeksi gonore (GO)
Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pencernaan
Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap Thiamphenicol
Penderita dengan gangguan faal hati yang berat dan anuria
Jangan digunakan untuk pencegahan infeksi, atau untuk mengobati influenza, batuk-pilek,
atau infeksi tenggorokan
Wanita hamil dan menyusui

Dosis:
- Dewasa :
infeksi ringan : 1 gram/hari dalam 4 dosis terbagi.
infeksi berat : 1,5 gram/hari dalam 3 dosis terbagi.
- Anak-anak : 20-30 mg/kg berat badan/hari.
- Demam tifoid :
1. Dewasa : 2 gram/hari dalam 4 dosis terbagi sampai demam turun, dilanjutkan 1,5 gram dalam
3 dosis terbagi samapi hari ke-14.
2. anak-anak : 75-100 mg/kg berat badan/hari sampai demam turun, dilanjutkan dengan 50-75
mg/kg berat badan/hari sampai hari ke-14.
- Gonore : dosis tunggal sebesar 2,5 gram.
-

Peringatan dan Perhatian :


Hanya digunakan untuk infeksi yang sudah jelas penyebabnya kecuali bila ada kemungkinan
infeksi berat.
Pada pemakaian Tiamfenikol dalam waktu lama perlu dilakukan pemeriksaan darah secara
berkala.
Perlu dilakukan pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya super infeksi yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur.
Keamanan pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui dengan pasti.
Jangan digunakan untuk pencegahan.
Jangan digunakan untuk mengobati influenza, batuk, pilek, atau infeksi tenggorokan.
Hati-hati bila digunakan pada penderita dengan gangguan ginjal.
Hati-hati bila digunakan pada bayi prematur dan bayi yang baru lahir (baru berusia 2 minggu
atau kurang).
Efek Samping :

Diskrasia darah terutama anemia aplastik yang dapat menjadi serius dan fatal.
Depresi eritropoesis, penurunan lekosit dan trombosit.
"Gray syndrome" pada bayi prematur atau bayi yang baru lahir.
Gangguan lambung-usus seperti mual, muntah, diare.

Kanamycin (Kanamisin)

Sediaan:
Kanamycin 1 gram injeksi
Sirup 50 mg/ml x 60 ml
Kapsul 250 mg
Cara Kerja Obat:
Kanamisin adalah suatu antibiotika makrolida yang digunakan untuk mengatasi penyakit
infeksi. Obat ini tersedia untuk pasien dalam bentuk oral ataupun injeksi. Kanamisin
mempengaruhi 30S subunit ribosom yang menyebabkan mutasi dan mencegah translasi
RNA. Akibatnya bukan codon CAT, tetapi codon ATG yang dibaca oleh aminoacyl tRNA (aatRNA). Aminoacyl tRNA sudah tentu akan membawa asam amino yang berbeda karena
anticodon aa-tRNA yang berbeda. Akibat selanjutnya maka sintesis protein hasil dari cetakan
asam amino hasil kesalahan codon menjadi salah dan terus diperbanyak secara salah. Protein
ini justru merusak dan membunuh bakteri itu sendiri. Sifat kanamisin seperti ini dan bersifat
kurang selektif hanya terhadap bakteri saja, tentu akan mengganggu kehidupan sel inang
(host) dan muncul sebagai efek samping yang toksik, terutama indera pendengaran (tuli atau
bunyi berdenging), organ ginjal dan reaksi alergi.
Indikasi:
Septikemia, infeksi saluran nafas, meningitis, infeksi saluran kemih yang berkomplikasi,
gonore yang resisten terhadap penisilin, antituberkulosa sekunder, disentri basiler, diare akut,
dan infeksi usus lain.
Kontraindikasi :
- Pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
- Pasien dengan gangguan fungsi organ rumah siput dan rongga depan telinga.
- Pasien dengan riwayat hipersensitivitas ataupun reaksi toksisitas terhadap kanamycin atau
aminoglikosida lainnya.
- Wanita hamil dan menyusui.
- Pemberian secara intraperitoneal selama operasi pada pasien yang mendapat senyawa
penghambat neuromuskular.

Dosis:
Dewasa
- Infeksi akut : 1 gram perhari dalam dosis terbagi 2 atau 4 (selama maksimum 6 hari). Total
dosis tidak boleh melebihi 10 gram.
- Infeksi kronis : 3 gram perminggu ( 1 gram tiap 2 hari); atau 4 gram seminggu (2 kali
seminggu, 1 gram 2x sehari).
- Lanjut usia : perlu dilakukan pengurangan dosis.
Anak-anak
- Infeksi akut : 15 mg/kg BB perhari dalam dosis terbagi 2 atau 4 (maksimum 6 hari).
- Infeksi kronis : Tidak ada dosis spesifik yang dianjurkan.
Peringatan dan Perhatian :
Kerusakan ginjal dan pendengaran, ulkus pada usus, nutrisi per oral & parenteral yang buruk,
lansia.
Efek Samping :
Pada beberapa pasien kanamycin dapat menyebabkan reaksi alergi seperti : kemerahan pada
kulit, demam dan anafilaksis. Ototoksik dan nefrotoksik kanamycin dapat timbul pada
penggunaan jangka lama.

Chloramphenicol / Kloramfenikol (Kapsul, Salep Mata,


Tetes Mata, Tetes Telinga)

Sediaan:
Kapsul 250 mg
Sirup 125 mg (tiap 5 ml)
Salep Mata 1%
Tetes Mata 0,5% dan 1%
Tetes Telinga 1%

Cara Kerja Obat:


Kloramfenikol adalah antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik, dan pada dosis
tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya dengan menghambat sintesa protein dengan
jalan mengikat ribosom subunit 50S, yang merupakan langkah penting dalam pembentukan
ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram-positif, termasuk
Streptococcus pneumoniae, dan beberapa bakteri aerob gram-negatif, termasuk Haemophilus
influenzae, Neisseria meningitidis, Salmonella, Proteus mirabilis, Pseudomonas mallei, Ps.
cepacia, Vibrio cholerae, Francisella tularensis, Yersinia pestis, Brucella dan Shigella.
Indikasi:
1. Kapsul 250 mg / Sirup 125 mg
- Kloramfenikol merupakan obat pilihan untuk penyakit tifus, paratifus dan salmonelosis
lainnya.
- Untuk infeksi berat yang disebabkan oleh H. influenzae (terutama infeksi meningual),
rickettsia, lymphogranuloma-psittacosis dan beberapa bakteri gram-negatif yang
menyebabkan bakteremia meningitis, dan infeksi berat yang lainnya.
2. Salep Mata dan Tetes Mata
Untuk mengobati blepharitis, catarrhae, konjungtivitis bernanah, traumatic keratitis, trakoma,
keratitis ulserativ, uveitis, konjungtivitis, keratitis, dakriosistitis, dan infeksi lain oleh bakteri
patogen.
3. Tetes Telinga
Infeksi superfisial pada telinga luar oleh kuman gram positif atau gram negatif yang peka
terhadap Chloramphenicol.
Kontraindikasi :
- Penderita yang hipersensitif atau mengalami reaksi toksik dengan kloramfenikol.
- Jangan digunakan untuk mengobati influenza, batuk-pilek, infeksi tenggorokan, atau untuk
mencegah infeksi ringan.
- Perforasi membran timpani (tetes telinga).
-

Dosis:
Kapsul 250 mg / Sirup 125 mg
Dewasa, anak-anak, dan bayi berumur lebih dari 2 minggu :
50 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi 3 4.
Bayi prematur dan bayi berumur kurang dari 2 minggu :
25 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi 4.
Salep Mata:
Oleskan 3 sampai 4 kali sehari pada mata.
Tetes Mata:
Teteskan 2 tetes, 3 sampai 4 kali sehari pada mata.
Tetes Telinga:
Teteskan kedalam lubang telinga 2 - 3 tetes, 3 kali sehari.

Peringatan dan Perhatian :


- Sebaiknya hanya digunakan untuk infeksi yang sudah jelas penyebabnya kecuali bila ada
kemungkinan infeksi berat.
- Pada pemakaian kloramfenikol dalam waktu lama perlu dilakukan pengawasan terhadap
kemungkinan timbulnya superinfeksi dengan bakteri dan jamur.
- Kemanan pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui dengan pasti.

- Jangan digunakan untuk pecegahan infeksi, pengobatan influenza, batuk, pilek atau infeksi
tenggorokan.
- Hati-hati bila digunakan pada penderita dengan gangguan ginjal dan pada bayi prematur dan
bayi pada 2 minggu yang pertama.
- Obat tetes ini hanya bermanfaat untuk infeksi yang sangat superfisial, infeksi yang dalam
memerlukan terapi sistemik.
Efek Samping :
Diskrasia darah terutama aplastik anemia yang dapat menjadi serius dan fatal, reaksi
hipersensitif lainnya seperti anafilaktik dan urtikaria, syndroma gray pada bayi prematur atau
bayi yang baru lahir dan gangguan gastrointestinal seperti misalnya mual, muntah dan diare.

Oxytetracycline / Oksitetrasiklin (Salep Mata dan Salep


Kulit)

Sediaan:
- Salep Mata 1%
- Salep Kulit 3%
Cara Kerja Obat:
Oxytetracycline adalah bakteriostatik dan dalam konsentrasi tinggi adalah bacterisid. Cara
kerja kelompok antibiotik tetrasiklin adalah dengan penghambatan protein mikroorganisme.
Indikasi:
- Salep Mata 1%: Konjungtivitas dan infeksi mata lainnya
- Salep Kulit 3%: Infeksi kulit permukaan yang sensitif terhadap Oxytetracycline
Kontraindikasi :
hipersensitif terhadap oksitetrasiklin
Dosis:
- Salep Mata 1%:
Oleskan pada mata yang sakit sesuai dengan kebutuhan (4 6 kali sehari).
- Salep Kulit 3%:
Oleskan 2 sampai 3 kali sehari pada kulit yang terkena infeksi. Terlebih dahulu bersihkan
bagian yang akan diobati.
Peringatan dan Perhatian :

Pertumbuhan berlebihan organisme yang kebal terhadap Oksitetrasiklin.


Efek Samping :
Reaksi alergi

Gentamicin (Injeksi, Salep Mata, Salep Kulit, Tetes Mata)

Sediaan dan Komposisi:


Salep Mata Sebagai Sulfat 0,3% (3 mg/g (3,5 g))
Salep Kulit Sebagai Sulfat 0,1% (15 g, 30 g)
Tetes Mata Sebagai Sulfat 0,3% (5 ml, 15 ml) Mengandung Benzalkonium Klorida
Infus, Sebagai Sulfat (Premixed in NS) 40 mg (50 ml); 60 mg (50 ml, 100 ml); 70 mg (50
ml); 80 mg (50 ml, 100 ml);90 mg (100 ml); 100 mg (50 ml, 100 ml); 120 mg (100 ml)
Larutan Injeksi, Sebagai Sulfat 10 mg/ml (6 ml, 8 ml,10 ml) Vial
Larutan Injeksi, Sebagai Sulfat 40 mg/ml (2 ml, 20 ml) (Dapat Mengandung Metabisulfit)
Larutan Injeksi, Pediatrik Sebagai Sulfat 10 mg/ml (2 ml) (Dapat mengandung Metabisulfit)
Larutan Injeksi, Pediatrik Sebagai Sulfat (Preservative Free) : 10 mg/ml (2 ml)
Cara Kerja Obat:
Gentamisin merupakan suatu antibiotika golongan aminoglikosida yang aktif menghambat
kuman-kuman gram-positif maupun kuman gram-negatif termasuk kuman-kuman yang
resisten terhadap antimikroba lain, seperti Staphylococcus penghasil penisilinase;
Pseudomonas aeruginosa; Proteus; Klebsiella; E.coli. Mekanisme kerja berdasarkan
penghambatan sintesa protein.
Indikasi:
Infeksi gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Serratia) dan Gram positif (Staphylococcus),
infeksi tulang, infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran urin,
abdomen, endokarditis dan septikemia , penggunaan topical, dan profilaksis untuk bakteri
endokarditis dan tindakan bedah.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap Gentamisin dan Aminoglikosida lain

Dosis:
- Dosis injeksi :
Bayi dan anak < 5 tahun : 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.
Anak > 5 tahun : 2 - 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.
Dewasa: 4 8 mg/hari secara i.v atau i.m.

- Salep mata : Dioleskan pada mata 2 3 kali sehari sampai setiap 3 4 kali
- Tetes mata : Teteskan pada mata yang sakit 1 2 tetes setiap 2 4 jam, naikan 2 tetes setiap
jam untuk infeksi parah
- Salep kulit: Salep dioleskan pada kulit yang sakit 3 4 kali sehari

Peringatan dan Perhatian :


Gangguan fungsi hati, kontrol fungsi hati dan ginjal.
Menyusui.
Miastenia gravis.
Interaksi obat : absorpsi terganggu oleh antasida yang mengandung Aluminium, Kalsium,
atau Magnesium.
Efek Samping :
Beberapa pasien yang peka dapat mengalami fotosensitivitas, alergi kulit pada waktu terkena
sinar matahari.
Reaksi hipersensitivitas / alergi seperti: ruam kulit dan gatal-gatal.
Gangguan pencernaan seperti: mual, muntah, dan diare.
Dapat terjadi anemia hemolitik, trombositopenia.

Doxycycline (doksisiklin)

Sediaan:
Kapsul 100 mg
Komposisi:
Tiap kapsul Doxycycline mengandung doksisiklin Hcl yang setara dengan doksisiklin 100
mg.
Cara Kerja Obat:
Doksisiklin adalah antibiotik golongan tetrasiklin. Doksisiklin bekerja secara bakteriostatik
dengan cara mencegah sintesa protein mikroorganisame. Doksisiklin mempunyai spektrum
kerja yang luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.
-

Indikasi:
Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pencernaan
Infeksi pada saluran kemih dan kelamin
Infeksi jaringan lunak dan kulit
Infeksi telinga, hidung, dan tenggorokan
Kontraindikasi :

Hipersensitif atau alergi terhadap antibiotik doksisiklin atau tetrasiklin.

Dosis:
- Dewasa dan anak > 8 tahun dengan berat badan > 45 kg: 100 mg setiap 12 jam selama hari
pertama dilanjutkan dengan 100 mg sekali sehari. Pengobatan harus dilanjutkan minimal 1-2
hari setelah tanda-tanda dan gejala infeksi menghilang.
- Anak-anak berusia > 8 tahun dengan berat badan < 45 kg: 4,4 mg/kgBB/hari dengan selang
waktu 12 jam selama hari pertama dilanjutkan dengan 2,2 mg/kgBB sekali sehari.
Pengobatan harus dilanjutkan minimal 1-2 hari setelah tanda-tanda dan gejala infeksi
menghilang.
- Infeksi berat : 200 mg sehari.
-

Peringatan dan Perhatian :


Gangguan fungsi hati, kontrol fungsi hati dan ginjal.
Menyusui.
Miastenia gravis.
Interaksi obat : absorpsi terganggu oleh antasida yang mengandung Aluminium, Kalsium,
atau Magnesium.
Efek Samping :
Beberapa pasien yang peka dapat mengalami fotosensitivitas, alergi kulit pada waktu terkena
sinar matahari.
Reaksi hipersensitivitas / alergi seperti: ruam kulit dan gatal-gatal.
Gangguan pencernaan seperti: mual, muntah, dan diare.
Dapat terjadi anemia hemolitik, trombositopenia.

Erythromycin (Eritromisin)

Sediaan:
Tablet 500 mg
Kapsul 250 mg
Sirup 200 mg
Komposisi:

- Tiap tablet Erythromycin mengandung eritromisin etilsuksinat setara dengan eritromisin 500
mg
- Tiap kapsul Erythromycin mengandung eritromisin stearat setara dengan eritromisin 250 mg
- Tiap 5 ml sirup / suspensi mengandung eritromisin etilsuksinat setara dengan eritromisin 200
mg
Cara Kerja Obat:
Eritromisin termasuk golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein
bakteri, bersifat bakteriostatik atau bakterisid, tergantung dari jenis bakteri dan kadarnya
dalam darah. Eritromisin efektif terhadap kuman gram-positif seperti S. aureus (baik yang
menghasilkan penisillinase maupun tidak), Streptococcus group A, Enterococcus, C.
diphtheriae dan Pneumococcus. Juga efektif terhadap kuman gram-negatif seperti Neisseria,
H. influenzae, B. pertusis, Brucella juga terhadap Riketsia, Treponema dan M. pneumoniae.
Resistensi silang dapat terjadi antar berbagai antibiotika golongan makrolida.
-

Indikasi:
Infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
seperti: tonsilitis, abses peritonsiler, faringitis, laringitis, sinusitis, bronkitis akut dan kronis,
pneumonia, dan bronkiektasis
Infeksi telinga seperti otitis media dan eksternal, dan mastoiditis
Infeksi pada mulut
Infeksi mata
Infeksi kulit dan jaringan lunak
Infeksi saluran pencernaan
Infeksi lainnya: osteomielitis, uretritis, GO, sifilis, limfagranuloma venerum, difteri, dan
prostatitis

Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap eritromisin, penyakit hati, porfiria
Dosis:
- Dewasa :
250 mg 4 x sehari, atau 500 mg 2 x sehari (maksimal 4 gr untuk ingeksi berat)
- Anak:
30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis (maksimal 60-100 mg/kgBB/hari untuk infeksi
berat)
Peringatan dan Perhatian :
- Hati-hati penggunaan eritromisin pada penderita gangguan fungsi hati dengan atau tanpa
penyakit kuning dan penderita ginjal.
- Pengobatan eritromisin jangka panjang dapat menimbulkan resistensi kuman.
- Hati-hati pemberian eritromisin pada wanita hamil dan menyusui. Eritromisin dapat
menembus barier plasenta, karena itu pemberian pada wanita hamil hanya bila benar-benar
diperlukan.
Efek Samping :
- Efek samping yang umum terjadi adalah gangguan saluran pencernaan seperti nyeri
epigastrik, mual, muntah, dan diare.

- Kadang-kadang terjadi anafilaksis, dan nefritis interstisial.


- Kadang-kadang terjadi gangguan pendengaran jika digunakan dalam dosis besar atau pada
gangguan fungsi ginjal atau pada pasien usia lanjut.
- Reaksi hipersensitif termasuk ruam kulit, demam obat dan eosinofilia.

Cotrimoxazole

Sediaan & Komposisi:


- Tablet 120 mg (Cotrimoxazole Pediatric), tiap tablet mengandung:
Trimethoprim 20 mg dan Sulfamethoxazole 100 mg
- Sirup 240 mg, tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung:
Trimethoprim 40 mg dan Sulfamethoxazole 200 mg
- Tablet 480 mg, tiap tablet mengandung:
Trimethoprim 80 mg dan Sulfamethoxazole 400 mg
- Tablet 960 mg (Kaplet Forte), tiap tablet mengandung:
Trimethoprim 160 mg dan Sulfamethoxazole 800 mg
Farmakologi:
Cotrimoxazole adalah bakterisid yang merupakan kombinasi sulfametoksazol dan
trimetoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas bakterisid
yang besar karena menghambat pada dua tahap biosintesa asam nukleat dan protein yang
sangat esensial untuk mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai spektrum aktivitas luas
dan efektif terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif, misalnya Streptococci,
Staphylococci, Pneumococci, Neisseria, Bordetella. Klebsiella, Shigella dan Vibrio cholerae.
Cotrimoxazole juga efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibakteri lain seperti H.
influenzae, E. coli. P. mirabilis, P. vulgaris dan berbagai strain Staphylococcus.
-

Indikasi:
Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli. Klebsiella sp, Enterobacter
sp, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris.
Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.
Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bronchitis kronis yang disebabkan Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae.
Enteritis yang disebabkan Shigella flexneri, Shigella sonnei.
Pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii.
Diare yang disebabkan oleh E. coli.
Kontraindikasi :
Gangguan fungsi ginjal dan hati yang parah, hipersensitif terhadap Sulfonamida, diskrasia
darah, wanita hamil dan menyusui, bayi berumur kurang dari 2 bulan, porfiria.

Dosis:
6 minggu 6 bulan: 120 mg, 2 kali sehari.
6 bulan 6 tahun: 240 mg, 2 kali sehari.
6 12 tahun: 480 mg, 2 kali sehari.
Dewasa dan anak diatas 12 tahun: 960 mg, 2 kali sehari.
Peringatan dan Perhatian :
- Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis harus dikurangi untuk mencegah
terjadinya akumulasi obat.
- Selama pengobatan dianjurkan untuk banyak minum (minimal 1,5 liter sehari) untuk
mencegah kristaluria.
- Hentikan penggunaan obat bila sejak awal penggunaan ditemukan ruam kulit atau tanda-tanda
efek samping lain yang serius.
Efek Samping :
Gangguan saluran cerna, sindroma Steven Johnson dan Lyell.
Jarang : hepatitis, kelainan darah, kolitis pseudomembranosa.

Super Tetra (Tetracycline / Tetrasiklin)

Sediaan:
Kapsul 250 mg
Komposisi:
Tiap kapsul lunak mengandung: tetracycline HCL phosphate buffered setara dengan
tetracycline HCL 250 mg
Farmakologi:
Super Tetra mengandung tetracycline HCL phosphate buffered. Bekerja dengan jalan
menghambat sintesa protein kuman.
Indikasi:
- Super Tetra merupakan antibiotik pilihan utama terhadap infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme sebagai berikut: Vibrio cholerae, Vibrio fetus, Haemophilus ducreyi,
Mycoplasma pneumoniae, semua jenis Rickettsia, Borrelia Spp., Chlamydia (psittacosis,
omithosis, lymphogranuloma venereum, Trachoma-Incluston Conjuctivitis), Brucella Spp.
- Super Tetra merupakan obat alternatif lain disamping Penisilin untuk infeksi yang disebabkan
oleh mikroorganisme sebagai berikut: Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum dan
Treponema pertenuc, Haemophilus influenzae,Bacillus anthracis.

- Super Tetra bukan untuk batuk kering dan virus.

Kontraindikasi :
Hipersensitifitas.
Kerusakan ginjal berat.
Hamil.
Anak berusia kurang dari 12 tahun.

Dosis:
- Pemberian dilakukan 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Dosis dan lama
pemakaian tergantung pada jenis dan beratnya infeksi atau sesuai dengan petunjuk dokter.
- Dosis lazim dewasa: 1 - 2 kapsul setiap 6 jam.
- Dosis lazim anak-anak > 8 tahun : 25 - 50 mg/kg berat badan per hari dalam dosis terbagibagi tiap 6 jam.
Peringatan dan Perhatian :
- Penggunaan tetracycline pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, wanita hamil, selama
menyusui dan anak-anak di bawah umur 8 tahun tidak dianjurkan.
- Penggunaan jangka lama dapat berakibat timbulnya super infeksi karena pertumbuhan
mikroorganisme yang resisten terhadap anti infeksi.
Efek Samping :
- Mual, muntah, ruam kulit, urtikaria (biduran/kaligata), nyeri pada ulu hati, toksisitas ginjal
dan hati.
- Bisa mengakibatkan kambuhnya penyakit atau gejala penyakit lupus eritematosus sistemik
yang ada secara mendadak.

Ciprofloxacin

Sediaan:
Tablet 500 mg
Komposisi:
Tiap tablet salut selaput mengandung siprofloksasin hidroklorida monohidrat setara dengan
siprofloksasin 500 mg.
Farmakologi:

Siprofloksasin merupakan anti infeksi sintetik golongan kinolon yang menghambat DNAgirase. Tidak menunjukkan resistensi paralel terhadap antibiotika lain yang tidak termasuk
dalam golongan karboksilat. Efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibiotika lain
misalnya aminoglikosida, penisilin, sefalosporin dan tetrasiklin. Siprofloksasin efektif
terhadap bakteri gram-negatif dan gram-positif.

Indikasi:
Untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang peka terhadap
ciprofloxacin, antara lain pada :
Saluran kemih termasuk prostatitis.
Uretritis dan serpisitis gonore.
Saluran cerna, termasuk demam thyfoid dan parathyfoid.
Saluran nafas, kecuali pneumonia dan streptococus.
Kulit dan jaringan lunak.
Tulang dan sendi.

Kontraindikasi :
- Penderita yang hipersensitivitas terhadap siprofloksasin dan derivat quinolone lainnya.
- tidak dianjurkan pada wanita hamil atau menyusui,anak-anak pada masa pertumbuhan,karena
pemberian dalam waktu yang lama dapat menghambat pertumbuhan tulang rawan.
- Hati-hati bila digunakan pada penderita usia lanjut.
- Pada penderita epilepsi dan penderita yang pernah mendapat gangguan SSP hanya digunakan
bila manfaatnya lebih besar dibandingkan denag risiko efek sampingnya.
Dosis:
1. Untuk infeksi saluran kemih :
- Ringan sampai sedang : 2 x 250 mg sehari
- Berat : 2 x 500 mg sehari
- Untuk gonore akut cukup pemberian dosis tunggal 250 mg sehari
2. Untuk infeksi saluran cerna : Ringan / sedang / berat : 2 x 250 mg sehari
3. Untuk infeksi saluran nafas, tulang dan sendi kulit dan jaringan lunak :
- Ringan sampai sedang : 2 x 500 mg sehari
- Berat : 2 x 750 mg sehari
- Untuk mendapatkan kadar yang adekuat pada osteomielitis maka pemberian tidak boleh
kurang dari2 x 750 mg sehari
4. Dosis untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal : Bila bersihan kreatinin kurang dari 20
ml/menit maka dosis normal yang dianjurkan harus diberikan sehari sekali atau dikurangi
separuh bila diberikan 2 x sehari.
Lamanya pengobatan tergantung dari beratnya penyakit. Untuk infeksi akut selama 5-10 hari
biasanya pengobatan selanjutnya paling sedikit 3 hari sesudah gejala klinik hilang.
Peringatan dan Perhatian :
- Untuk menghindari terjadinya kristaluria maka tablet siprofloksasin harus ditelan dengan
cairan
- Hati-hati pemberian pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal (lihat keteranga pada dosis
)
- Pemakaian tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan
- Selama minum obat ini tidak dianjurkan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan
mesin.

Efek Samping :
Efek samping siprofloksasin biasanya ringan dan jarang timbul antara lain:
Gangguan saluran cerna : Mual,muntah,diare dan sakit perut
Gangguan susunan saraf pusat : Sakit kepala,pusing,gelisah,insomnia dan euforia
Reaksi hipersensitivitas : Pruritus dan urtikaria
Peningkatan sementara nilai enzim hati, terutama pada pasien yang pernah mengalami
kerusakan hati.
Bila terjadi efek samping konsultasi ke Dokter

Cefadroxil

Sediaan:
- Cefadroxil 125 mg / 5 mL, sirup kering, dalam botol 60 mL
- Cefadroxil 250 mg kapsul
- Cefadroxil 500 mg kapsul
Cara Kerja Obat:
Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian oral.
Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel bakteri.
Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus (termasuk
penghasil enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, Proteus mirabilis,
Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis.

Indikasi:
Cefadroxil terutama digunakan untuk infeksi berat yang disebabkan oleh organisme gram
positif yaitu :
Infeksi saluran kemih : Pielonefritis, sistitis, uretritis, adneksitis, endometritis.
Infeksi saluran pernafasan : Tonsilitis, faringitis, bronkitis, pneumonia, abses paru,
bronkhopneumonia, sinusitis, laringitis, otitis media.
Infeksi kulit dan jaringan lunak : Limfadenitis, abses, selulitis, erisipelas, furunkulosis,
mastitis.
Infeksi lain : Osteomielitis, artritis sepsis, peritonitis septikemia.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap cephalosporin atau penicillin.
Dosis:
Dewasa :
Infeksi saluran kemih :

- Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 ; 2 g sehari dalam dosis tunggal atau
dua dosis terbagi, infeksi saluran kemih lainnya 2 g sehari dalam dosis terbagi.
- Infeksi kulit dan jaringan lunak : 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi.
Infeksi saluran pernafasan :
- Infeksi ringan, dosis lazim 1 gram sehari dalam dua dosis terbagi.
- Infeksi sedang sampai berat, 1 2 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Untuk faringitis dan
tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic : 1 g sehari dalam dosis tunggal
atau dua dosis terbagi, pengobatan diberikan minimal selama 10 hari.
Anak-anak :
Infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : 25; 50 mg/kg BB sehari dalam dua
dosis terbagi.
Faringitis, tonsilitis, impetigo : 25; 50 mg/kg BB dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi.
Untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus beta-hemolytic, pengobatan diberikan minimal
selama 10 hari. Pada penderita gangguan ginjal, dosis disesuaikan dengan bersihan kreatinin
untuk mencegah terjadinya akumulasi obat.
Peringatan dan Perhatian :
- Hati-hati pada penderita yang alergi terhadap derivat penisilin karena kemungkinan dapat
terjadi alergi silang.
- Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan bayi prematur karena keamanannya belum
diketahui pasti.
- Dapat memberikan hasil positif semu pada reaksi Coombs, pemeriksaan glukosa urin cara
Benedict dan Fehling.
Efek Samping :
- Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan gejala
pseudomembran.
- Reaksi hipersensitif, seperti ruam kulit, gatal-gatal dan reaksi anafilaksis.
- Efek samping lain seperti vaginitis, neutropenia dan peningkatan transaminase.

Ampicillin

Sediaan:
- Tablet 500 mg
- Sirup kering 125 mg/5 ml x 60 ml

kolitis

Cara Kerja Obat:


Ampisilina termasuk golongan penisilina semisintetik yang berasal dari inti penisilina yaitu
asam 6-amino penisilinat (6-APA) dan merupakan antibiotik spektrum luas yang bersifat
bakterisid.
Secara klinis efektif terhadap kuman gram-positif yang peka terhadap penisilina G dan
bermacam-macam kuman gram-negatif, diantaranya :
1. Kuman gram-positif seperti S. pneumoniae, enterokokus dan stafilokokus yang tidak
menghasilkan penisilinase.
2. Kuman gram-negatif seperti gonokokus, H. influenzae, beberapa jenis E. coli, Shigella,
Salmonella dan P. mirabilis.

Indikasi:
Ampisilina digunakan untuk pengobatan:
Infeksi saluran pernafasan,seperti pneumonia faringitis, bronkitis, laringitis.
Infeksi saluran pencernaan, seperti shigellosis, salmonellosis.
Infeksi saluran kemih dan kelamin, seperti gonore (tanpa komplikasi), uretritis, sistitis,
pielonefritis.
Infeksi kulit dan jaringan kulit.
Septikemia, meningitis.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap penisilina.

Dosis:
- Dewasa dan anak-anak dengan berat badan > 20 kg
: 250-500 mg tiap 6 jam.
- Anak-anak dengan berat badan < 20 kg
: 25-100 mg/kg berat badan/hari dalam dosis
terbagi yang diberikan tiap 6 jam.
-

Peringatan dan Perhatian :


Hipersensitif terhadap Sefalosporin.
Pengobatan jangka panjang membutuhkan pemeriksaan fungsi ginjal, hati, dan hematopoietik.
Kerusakan ginjal.
Leukemia limfatik.

Efek Samping :
- Gangguan saluran pencernaan.
- Ruam kulit, gatal-gatal, urtikaria (biduran/kaligata), demam, anafilaksis, kelainan darah.

Amoxicillin

Komposisi:
- Tiap sendok teh (5 ml) suspensi mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan
amoksisilina anhidrat 125 mg.
- Tiap kapsul mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina anhidrat 250 mg.
- Tiap kap tab mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina anhidrat 500 mg.
Cara Kerja Obat:
Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri spektrum
luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positip dan
beberapa gram negatip yang patogen. Bakteri patogen yang sensitif terhadap Amoxicillin
antara lain : Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H
influenzas, E. coli, dan P. mirabiiis. Amoxicillin kurang efefktif terhadap species Shigella dan
bakteri penghasil beta laktamase.

Indikasi:
Amoksisilina efektif terhadap penyakit:
Infeksi saluran pernafasan kronik dan akut: pneumonia, faringitis (tidak untuk faringitis
gonore), bronkitis, langritis.
Infeksi sluran cerna: disentri basiler.
Infeksi saluran kemih: gonore tidak terkomplikasi, uretritis, sistitis, pielonefritis.
Infeksi lain: septikemia, endokarditis.

Kontraindikasi :
- Penderita yang hipersensitif terhadap Penicillin dan turunannya.
- Bayi baru lahir dimana ibunya hipersensitif terhadap Penicillin atau turunannya.
- Jangan digunakan untuk pengobatan meningitis atau infeksi pada tulang sendi karena
Amoxicillin oral tidak menembus ke dalam cairan cerebrospinal atau sinovial.
-

Dosis:
Dewasa dan anak BB > 20 kg : 250- 500 mg tiap 8 jam.
Anak BB 20 kg : 20 40 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi tiap 8 jam.
Untuk penderita dengan gangguan ginjal, perlu dilakukan pengurangan dosis. Pada penderita
yang menerima dialisa peritoneal, dosis maksimum yang dianjurkan 500 mg/hari.
Gonokokus uretritis : 3 gram amoxicillin sebagai dosis tunggal.
Peringatan dan Perhatian :

- Sebelum pengobatan dengan amoxicillin, harus dilakukan pemeriksaan reaksi kepekaan


terhadap penisillin.
- Amoxicillin harus digunakan dengan hati-hati pada wanita hamil dan menyusui.
- Pengobatan dengan amoxicillin dalam jangka waktu lama harus disertai dengan pemeriksaan
terhadap fungsi ginjal, hati, dan darah.
Efek Samping :
Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti urtikaria, ruam kulit, pruritus,
angioedema dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah, glositis dan stomatitis.

Metronidazole

Komposisi:
Tiap tablet mengandung metronidazol 250 mg.
Tiap tablet salut selaput mengandung metronldazol 500 mg.
Cara Kerja Obat:
Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat nitroimidazoi yang
mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan trikomonosid.
Dalam sel atau mikroorganisme metronidazole mengalami reduksi menjadi produk polar.
Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri dengan jalan menghambat sintesa asam nukleat.
Metronidazole efektif terhadap Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Gierdia
lamblia. Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik.
Indikasi:
Metronidazole efektif untuk pengobatan :
1. Trikomoniasis, seperti vaginitis dan uretritis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
2. Amebiasis, seperti amebiasis intestinal dan amebiasis hepatic yang disebabkan oleh E.
histolytica.
3. Sebagai obat pilihan untuk giardiasis.

Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap metronidazole atau derivat nitroimidazol lainnya dan
kehamilan trimester pertama.
Dosis:
Trikomoniasis:
Pasangan seksual dan penderita dianjurkan menerima pengobatan yang sama dalam waktu
bersamaan.
Dewasa : Untuk pengobatan 1 hari : 2 g 1 kali atau 1 gram 2 kali sehari.
Untuk pengobatan 7 hari : 250 mg 3 kali sehari selama 7 hari berturut-turut.
Amebiasis:
Dewasa : 750 mg 3 kali sehari selama 10 hari.
Anak-anak : 35 - 50 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi 3, selama
10 hari.
Giardiasis:
Dewasa : 250 - 500 mg 3 kali sehari selama 5 - 7 hari atau 2 g 1 kali
sehari selama 3 hari.
Anak-anak: 5 mg/kg BB 3 kali sehari selama 5-7 hari.
Peringatan dan Perhatian :
Metronidazole tidak dianjurkan untuk penderita dengan gangguan pada susunan saraf pusat,
diskrasia darah, kerusakan hati, ibu menyusui dan dalam masa kehamilan trimester II dan III.
Pada terapi ulang atau pemakaian lebih dari 7 hari diperlukan pemeriksaan sel darah putih.
Efek Samping :
Mual, sakit kepala, anoreksia, diare, nyeri epigastrum dan konstipasi.

Fluconazole (Flukonazol)

Sediaan:
Kapsul 50 mg, 150 mg
Vial 2 mg/ml
Cara Kerja Obat:
Fluconazole adalah anti fungi golongan triazole yang mekanisme kerjanya adalah dengan
menghambat enzim cytochrome P450, sehingga merintanqi sintesa ergosterol. Flukonazol
merupakan inhibitor cytochrome P-450 sterol C-14 alpha-demethylation (biosintesis
ergosterol) jamur yang sangat selektif. Pengurangan ergosterol, yang merupakan sterol
utama yang terdapat di dalam membran sel-sel jamur, dan akumulasi sterol-sterol yang
mengalami metilase menyebabkan terjadinya perubahan sejumlah fungsi sel yang
berhubungan dengan membran. Secara in vitro flukonazol memperlihatkan aktivitas
fungistatik terhadap Cryptococcus neoformans dan Candida spp.
Indikasi:

Pengobatan candidiasis orofaringeal, esofageal, atau vulvovaginal & infeksi sistemik serius
yang disebabkan oleh candida.
- Juga untuk pengobatan meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan oleh
Cryptococcus neoformans.

Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap Fluconazole atau golongan azole lainnya.
Dosis:
Kandidiasis orofaringeal pada orang dewasa : 50 mg sekali sehari selama 1-2 minggu.
Kandidiasis esofageal : 50 mg sekali sehari selama 14-30 hari.
Kandidiasis vulvovaginal pada orang dewasa : 150 mg sebagai dosis tunggal.
Kandidiasis sistemik pada orang dewasa : pada hari pertama 400 mg sebagai dosis tunggal
kemudian 200 mg sekali sehari selama 4 minggu dan 2 minggu setelah gejala mereda.
Meningitis kriptokokal pada orang dewasa : pada hari pertama 400 mg sebagai dosis
tunggal kemudian 200-400 mg sekali sehari selama 10-12 minggu setelah cairan
serebrospinal steril.
Mencegah kambuh pada pasien yang menderita AIDS : dosis pemeliharaan sebesar 200 mg
sekali sehari.
Peringatan dan Perhatian :
Terapi jangan dilanjutkan jika terjadi penyakit hati.
Terapi anti jamur alternatif mungkin dibutuhkan pada pasien dengan pertumbuhan yang
pesat golongan kandida yang kebal terhadap Flukonazol.
Hamil.
Anak berusia kurang dari 16 tahun.
Efek Samping :
Mual, nyeri perut, diare, & kemerahan pada kulit.

Nystatin (Nistatin)

Sediaan:
- Tablet : 100.000 IU/ml, 500.000 IU/ml
- Suspensi (Drop) : 100.000 IU/ml

- Ovula (per vaginal ) : 100.000 IU


Cara Kerja Obat:
Nystatin memiliki aktivitas antifungi (anti jamur), yaitu dengan mengikat sterol
(terutama ergosterol) dalam membran sel fungi. Nystatin tidak aktif melawan
organisme (contohnya: bakteri) yang tidak mempunyai sterol pada membran selnya.
Hasil dari ikatan ini membuat membran tidak dapat berfungsi lagi sebagai rintangan
yang selektif (selective barrier), dan kalium serta komponen sel yang lainnya akan
hilang. Aksi utama nystatin adalah melawan Candida (Monilia) spp.
Indikasi:
- Candidosis mulut (oral), esophagus, usus, vagina, dan kulit.
- Profilaksis candidiasis
- Untuk pencegahan bagi pasien yang rentan infeksi jamur topikal
Kontraindikasi :
Pasien yang hipersensitif terhadap Nystatin
-

Dosis:
Candidosis oral, peroral, dewasa dan anak > 1 bulan, 100.000 IU setelah makan 4 x
sehari biasanya untuk 7 hari; dilanjutkan selama 48 jam setelah lesi/gangguan
menghilang.
Candidosis usus, esophagus, peroral, dewasa 500.000 IU 4x/hari ; anak > 1 bulan
100.000 IU 4x/hari; dilanjutkan selama 48 jam setelah penyembuhan klinis.
Candidosis vaginalis, per vaginal, dewasa masukkan 1 2 ovula saat malam untuk
paling sedikit 2 minggu.
Dosis oral lebih dari 5.000.000 IU sehari dapat menyebabkan mual dan gangguan
gastrointestinal.

Peringatan dan Perhatian :


- Dianjurkan untuk melakukan KOH smear, kulturatau metoda diagnosa lainnya untuk
menegakkan diagnosa kandidiasis dan bukannya
infeksi karena patogen lainnya.
- Walaupun sudah terjadi perbaikan gejala pada awal pengobatan, pengobatan harus
tetap diteruskan sesuai dosis yang dianjurkan.
- Jangan digunakan untuk pengobatan mikosis sistemik.
- Hentikan pengobatan bila terjadi iritasi atau sensitisasi.
- Pemberian pada wanita hamil dilakukan dengan mempertimbangkan manfaat dan
resikonya terhadap janin.
- Hati-hati bila diberikan pada wanita menyusui.

Efek Samping :
Jarang:
Nystatin dapat ditolerir oleh semua umur, termasuk untuk pemakian jangka lama.
Pada pemakaian dosis besar jarang mengakibatkan diare, gangguan gastrointestina,
mual dan muntah.
Rash termmasuk urtikerja jarang terjadi.
Steven-Johnson syndrome jarang terjadi

Salep Antifungi Doen

Komposisi:
Tiap gram mengandung:
Asam Benzoat 60 mg
Asam Salisilat 30 mg
Cara Kerja Obat:
Asam salisilat ditambahkan ke dalam salep berfungsi sebagai zat antifungi
(antijamur). Zat ini juga digunakan sebagai obat untuk berbagai penyakit kulit,
seperti panu dan kutu air. Sedangkan asam benzoat dan garamnya berfungsi
sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Indikasi:
Untuk mengobati gatal-gatal, panu, kadas, kudis, dan kutu air.
Kontraindikasi :
Dosis:
oleskan 3-4 kali sehari

Salep 2-4

Komposisi:
Salicylic acid 2%, sulfur 4%
Cara Kerja Obat:
Asam salisilat (salicylic acid) adalah obat topikal yang digunakan untuk mengobati
sejumlah masalah kulit, seperti jerawat, kutil, ketombe, psoriasis, dan masalah kulit
lainnya. Ketika digunakan untuk jerawat, asam salisilat akan mencegah sel-sel kulit
mati menutup folikel rambut sehingga mencegah penyumbatan pori-pori yang dapat
menyebabkan jerawat. Asam salisilat juga membantu menghilangkan sel-sel kulit
mati dari lapisan kulit. Untuk mengobati kutil, diperlukan dosis asam salisilat yang
tinggi. Asam salisilat akan melunakkan kutil sehingga lebih mudah diangkat.
Sulfur (belerang) dapat mengobati bekas luka, jerawat atau kudis karena belerang
mempunyai tingkat keasaman yang cukup tinggi.
Indikasi:
Scabies (kudis), eksim, pedikulosis, jerawat, tinea (jamur)
Kontraindikasi
Penggunaan:
Oleskan pada daerah yang sakit sekitar 3-4 x / hari
Efek Samping :
kulit kering, iritasi kulit ringan

Ketoconazole (Krim 2%)

Komposisi:
Tiap gram krim mengandung: Ketokonazol 20 mg

Farmakologi:
Ketokonazol adalah suatu derivat imidazole-dioxolan sintetis yang memiliki aktivitas
antimikotik yang poten terhadap dermatofit, ragi, misalnya Tricophyton sp., Epidermophyton
floccosum, Pityrosporum sp., Candida sp.
Ketokonazol bekerja dengan menghambat sitokrom P450 jamur, dengan mengganggu
sintesis ergosterol yang merupakan komponen penting dari membran sel jamur.

Indikasi:
-

Ketokonazole krim diindikasikan untuk pengobatan topikal pada pengobatan infeksi


dermatofita pada kulit seperti:
Tinea korporis
Tinea kruris
Tinea manusiaTinea pedis
Yang disebabkan oleh Trichopyton mentagrophytes, Microsporum
canis dan Epidermophyton floccosum. Juga untuk pengobatan kandidosis kutis dan tinea
(pitiriasis) versikolor.

Kontraindikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap bahan-bahan dalam sediaan ini.
Dosis dan Cara Pemberian:

Dioleskan sekali sehari pada daerah yang terinfeksi dan sekitarnya pada penderita
kandidosis kutis, tinea korporis, tinea kruris, tinea manus, tinea pedis dan tinea (pitiriasis)
versikolor.
Pada penderita dermatitis seboroik: pengobatan sekali atau dua kali sehari.
Pengobatan harus dilanjutkan untuk beberapa waktu, sedikitnya sampai beberapa hari
setelah gejal-gejala hilang.
Diagnosa harus dipertimbangkan kembali jika tidak ada perbaikan klinis setelah 4 minggu
pengobatan.
Lama pengobatan biasanya sebagai berikut:
Tinea versikolor : 2-3 minggu
Infeksi ragi : 2-3 minggu
Tinea kruris : 2-4 minggu
Tinea korporis : 3-4 minggu
Tinea pedis : 4-6 minggu
Dermatitis seboroik : 2-4 minggu
Terapi penunjang dermatitis seboroik: oleskan 1 atau 2 kali seminggu.

Efek Samping:

Pada pemberian topikal: iritasi, rasa terbakar dan pruritus.


Peringatan dan Perhatian:
-

Apabila terjadi iritasi maka pemakaian obat ini harus dihentikan.


Keamanan dan efektifitas pada anak belum diketahui dengan pasti.
Krim ini tidak boleh digunakan untuk mata.
Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.
Untuk mencegah rebound effect pada pasien yang menggunakan kortikosteroid topikal
jangka panjang, dianjurkan untuk melanjutkan penggunaan kortikosteroid topikal bersamaan
dengan ketokonazol topikal dan secara bertahap dosis steroid diturunkan selama 2-3
minggu sebelum menghentikannya.

Ketoconazole (Tablet)

Komposisi:
Tiap tablet mengandung: Ketokonazol 200 mg

Farmakologi:
Ketokonazol adalah suatu derivat imidazole-dioxolan sintetis yang memiliki aktivitas
antimikotik yang poten terhadap dermatofit, ragi, misalnya Tricophyton sp., Epidermophyton
floccosum, Pityrosporum sp., Candida sp.
Ketokonazol bekerja dengan menghambat sitokrom P450 jamur, dengan mengganggu
sintesis ergosterol yang merupakan komponen penting dari membran sel jamur.

Indikasi:
-

Infeksi pada kulit, rambut dan kuku (kecuali kuku kaki) yang disebabkan oleh dermatofit
dan/atau ragi (dermatofitosis, onikomikosis, Candida paronychia, pitiriasis versikolor,
pitiriasis kapitis, folikulitis, kandidosis mukokutan kronik), bila infeksi ini tidak dapat diobati
secara topikal karena tempat lesi tidak di permukaan kulit atau kegagalan pada terapi
topikal.
Infeksi ragi pada saluran pencernaan.

Kandidosis vagina kronik dan kandidosis rekuren. Pada terapi lokal penyembuhan infeksi
yang kurang berhasil.
Infeksi mikosis sistemik seperti kandidosis sistemik, parakoksidioidomikosis, histoplasmosis,
koksidioidomikosis, blastomikosis.
Pengobatan profilaksis pada pasien yang mekanisme pertahanan tubuhnya menurun
(keturunan, disebabkan penyakit atau obat), berhubungan dengan meningkatnya risiko
infeksi jamur. Ketokonazol tidak dipenetrasi dengan baik ke dalam susunan saraf pusat.
Oleh karena itu meningitis jamur jangan diobati dengan ketokonazol oral.

Kontraindikasi
Penderita penyakit hati akut atau kronik.
Hipersensitif terhadap ketokonazol atau salah satu komponen obat ini.
Pada pemberian per oral ketokonazol tidak boleh diberikan bersama-sama dengan
terfenadin, astemizol, cisaprid dan triazolam.
Wanita hamil.

Dosis:

Pengobatan kuratif:
Dewasa:
infeksi kulit, gastrointestinal dan sistemik: 1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu
makan. Apabila tidak ada reaksi dengan dosis ini, dosis ditingkatkan menjadi 2 tablet (400
mg) sekali sehari pada waktu makan.
Kandidosis vagina: 2 tablet (400 mg) sekali sehari pada waktu makan.
Anak-anak:
Anak dengan berat badan kurang dari 15 kg: 20 mg 3 kali sehari pada waktu makan.
Anak dengan berat badan 15-30 kg: 100 mg sekali sehari pada waktu makan.
Anak dengan berat badan lebih dari 30 kg sama dengan dewasa.
Tidak boleh digunakan untuk umur < 2 tahun.
Pada umumnya dosis diteruskan tanpa interupsi sampai minimal 1 minggu setelah semua
simtom hilang dan sampai kultur pada media menjadi negatif.
Pengobatan profilaksis:
1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan.
Lama pengobatan:
Kandidosis vagina 5 hari.
Mikosis pada kulit yang disebabkan oleh dermatofit: kurang lebih 4 minggu.
Pitiriasis versikolor: 10 hari.
Mikosis mulut dan kulit yang disebabkan oleh kandida: 2-3 minggu.
Infeksi rambut 1-2 bulan.
Infeksi kuku: 3-6 bulan, bila belum ada perbaikan dapat dilanjutkan hingga 12
bulan.Dipengaruhi juga dengan kecepatan pertumbuhan kuku, sampai kuku yang terinfeksi
digantikan oleh kuku yang normal.
Kandidosis sistemik: 1-2 bulan.
Parakoksidioidomikosis, histoplasmosis, koksidioidomikosis: lama pengobatan optimum 2-6
bulan.

Efek Samping:
-

dispepsia, nausea, sakit perut dan diare.


Sakit kepala, peningkatan enzim hati yang reversibel, gangguan haid, pusing, parestesia dan
reaksi alergi.
Trombositopenia, alopesia, peningkatan tekanan intrakranial yang reversibel (seperti
papiledema,bulging fontanel pada bayi).
Impotensi (sangat jarang).
Ginekomastia dan oligospermia yang reversibel bila dosis yang diberikan lebih tinggi dari
dosis terapi yang dianjurkan.

Hepatitis (kemungkinan besar idiosinkrasi) jarang terjadi (terlihat dalam < 1/10.000
penderita).
Reversibel apabila pengobatan dihentikan pada waktunya.

Peringatan dan Perhatian:


Penting memberikan penjelasan kepada pasien yang diterapi untuk jangka panjang
mengenai gejala penyakit hati seperti letih tidak normal yang disertai dengan demam, urin
berwarna gelap, tinja pucat atau ikterus.
Faktor yang meningkatkan risiko hepatitis: wanita berusia di atas 50 tahun, pernah menderita
penyakit hati, diketahui mempunyai intoleransi dengan obat, pemberian jangka lama dan
pemberian obat bersamaan dengan obat yang mempengaruhi fungsi hati. Tes fungsi hati
dilakukan pada pengobatan dengan ketokonazol lebih dari 2 minggu. Apabila telah
didiagnosis sebagai penyakit hati, pengobatan harus dihentikan.
Fungsi adrenal harus dimonitor pada pasien yang menderita insufisiensi adrenal atau fungsi
adrenal yang border line dan pada pasien dengan keadaan stres yang panjang (bedah
besar, intensive care, dll).
Tidak boleh digunakan untuk anak < 2 tahun.
Jangan diberikan pada wanita hamil, kecuali kemungkinan manfaatnya lebih besar dari risiko
pada janin.
Kemungkinan diekskresikan dalam air susu ibu, maka ibu yang diobati dengan ketokonazol
dianjurkan untuk tidak menyusui.

Interaksi Obat:
Pemberian bersama-sama dengan terfenadin dan astemizol.
Absorpsi Ketokonazol maksimal bila diberikan pada waktu makan. Absorpsinya terganggu
kalau sekresi asam lambung berkurang, pada pasien diberi obat-obat penetrasi asam
(antasida) harus diberikan 2 jam atau lebih setelah ketokonazol.
Pemberian bersama dengan rifampisin dapat menurunkan konsentrasi plasma kedua obat.
Pemberian bersama dengan INH dapat menurunkan konsentrasi plasma ketokonazol, bila
kombinasi ini digunakan konsentrasi plasma harus dimonitor.

Acyclovir (Tablet, Salep Kulit, Salep Mata)

Sediaan:
Tablet 200 mg
Tablet 400 mg
Salep Mata (Salep Acyxlovir 3%)
Salep Kulit (Salep Acyclovir 5%)
Cara Kerja Obat:
Acyclovir adalah zat antivirus yang sangat aktif secara in vitro melawan virus herpes
simpleks (HSV) tipe I dan II, serta virus varisela zoster. Setelah masuk ke dalam sel

terinfeksi, Acyclovir terfosforilasi membentuk senyawa aktif Acyclovir trifosfate.


Tahap awal proses tergantung pada enzim viral-coded thymidine kinase. Acyclovir
trifosfate berperan sebagai inhibitor dan sebagai substrat palsu untuk herpesspecified DNA polymerase yang mencegah sintesis DNA virus tanpa mempengaruhi
proses sel normal.

Indikasi:
Acyclovir aktif melawan virus herpes tapi tidak dapat memberantasnya. Aciclovir
digunakan pada :
Infeksi cacar air (varicella zoster).
Pengobatan infeksi virus herpes simpleks pada kulit & membran mukosa, termasuk
herpes genital awal dan berulang/kambuhan, herpes zoster (shingles/penyakit ruam
saraf/sinanaga).Dapat dioleskan di mulut pada sariawan akibat virus herpes, dan
dioleskan di mata pada infeksi mata akibat herpes simpleks, dan dikombinasikan
dengan terapi sistemik pada herpes optalmika (infeksi oleh herpes zoster)
Mencegah kambuhnya infeksi herpes simpleks pada pasien yang daya tahan
tubuhnya kuat. Mencegah infeksi herpes simpleks pada pasien yang daya tahan
tubuhnya lemah.
Salep mata (salep 3 %) ; Indikasi: keratitis akibat herpes simpleks, infeksi herpes
simpleks sitemik. Dosis: untuk keratitis herpes simpleks, oleskan pada mata dengan
dosis (anak dan dewasa) 1 cm salep 5x sehari. Lanjutkan hingga 3 hari setelah
sembuh sempurna. Efek Samping: iritasi lokal, peradangan, reaksi hipersensitifitas
(jarang).
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap Acyclovir.

Dosis:
1. Herpes simpleks bukan genital
- Anak 1 bulan 2 tahun : 100 mg, 5 kali sehari selama 5 hari. (dapat lebih lama jika
tidak ada perbaikan, dosis dapat dinaikan pada pasien dengan imunokompromise
atau gangguan penyerapan)
- Anak diatas 2 tahun dan dewasa : 200 mg, 5 kali sehari selama 5 hari.
2. Herpes simpleks genital
- 200 mg, 5 kali sehari atau 400 mg, 3 kali sehari selama 5 hari.
- Pasien imunokompromise atau pengidap HIV : 400 mg, 5 kali sehari selama 7 10
hari pada infeksi pertama. 400mg, 3 kali sehari selama 5-10 hari pada infeksi
kambuhan.
3. Herpes simpleks, pencegahan kekambuhan
200 mg, 4 kali sehari atau 400 mg, dua kali sehari. Dapat diturunkan sampai 200mg,
2-3 kali sehari. Dosis dapat dinaikan sampai 400mg, 3 kali sehari jika penyakit
muncul pada saat terapi. Setiap 6-12 bulan, terapi dihentikan untuk melakukan
penilaian kembali.
4. Herpes simpleks, pencegahan pada pasien imunokompromise.
- 200-400 mg, 4 kali sehari.
- Anak < 2 tahun 100-200 mg, 4 kali sehari
5. Varicella dan Herpes zoster
- Anak 1 bulan sampai 12 tahun : 20mg/kg (max.800mg) 4 kali sehari selama 5 hari.
- Dewasa : 800 mg, 5 kali sehari selama 7 hari.
- Salep acyclovir 5% dioleskan pada daerah cacar 5 kali sehari sampe kering

Peringatan dan Perhatian :


- Acyclovir pada wanita hamil hanya diberikan apabila pertimbangan manfaat lebih
besar daripada risiko yang mungkin timbul.
- Hati-hati pemberian pada wanita yang sedang menyusui.
- Jangan diberikan melebihi dosis, frekuensi penggunaan, dan lamanya pengobatan
yang dianjurkan.
Efek Samping :
- Gatal-gatal / ruam kulit
- Gangguan gastrointestinal, termasuk : mual, muntah, diare, dan nyeri abdominal.
- Peningkatan sementara enzim-enzim yang berhubungan dengan bilirubin dan hati,
sedikit peningkatan urea dan kreatinin darah; sakit kepala, reaksi neurologis dan
fatigue.

Anda mungkin juga menyukai