Anda di halaman 1dari 29

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

TEORI PENUAAN

Di susun oleh:
Tingkat III B
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ajeng Febrina
Dewinta Ari H.
Mia Kurnia P.
Nailatul Casanah
Nur Dziki P.
Zuhrotul Umi H

(12.008)
(12.029)
(12.084)
(12.090)
(12. 096)
(12.156)

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN LUMAJANG
TAHUN 2014

1. Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan manusia terdiri dari serangkaian proses
perubahan yang rumit dan panjang sejak pembuahan sejak pembuahan ovum oleh
sperma dan berlanjut sampai akhirnya kehidupan. Secara garis besar,
perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahap yaitu kehidupan sebelum lahir,
saat bayi, saat masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan usia lanjut (lansia).
Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan
jaringan uuntuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan mempertahankan
struktur dan fungsi dan normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang di derita. Lanjut usia merupakan kelompok
orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam
waktu tertentu. Menurut WHO, lansia di kelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
a.
b.
c.
d.

Usia pertengahan (middle age)


Lansia (elderly)
Lansia tua (old)
Usia sangat tua (very old)

: usia 45-49 tahun


: usia 60-74 tahun
: usia 75-90 tahun
: usia > 90 tahun

Pengertian lansia di bedakan dengan 2 yaitu lansa kronologis (kalender) dan lansia
biologis. Lansia kronologis mudah di ketui dan di hitung, sedangkan lansia
biologis dapat tergolong lansi, jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya.
Lanjut usia merupakan proses almiahdan berkesinambungan yang
menhgalami perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau organ
yang pada akhirnnya mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan badan secara
keseluruhan (Fatma,2010). Proses penuaan terdiri atas teori-teori tentang penuaan,
aspek bolois pada proses menua, proses penuaan pada tingkat sel, proses penuaan
menurut sistem tubuh, dan aspek psikologis pada proses penuaan (S, Tamher dan
Noorkasiani, 2009)
2. Teori-Teori Tentang Menua
Menurut Fatma (2010), menua (aging) merupakan proses yng harus terjadi
secra umum pada seluruh spesies secra progresif seiring waktu yang
menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi oran dan kegagalan suatu
organ atau system tubuh tertentu. Terdapat tiga dasar fundamental yang di pakai
untuk menyusun berbagai teori menua yaitu :

a. Pola penuaan pada hampir semua spesies mamalia di ketahui adalah sama
b. Laju penuaan di tentukan oleh gen yang sangat bervariasi pada setiap
spesies
c. Laju atau kecepatan penuaan dapat diperlambat, namun tidak dapatdi
hindari atau di cegah
Beberapa teori penuaan yang di ketahui di jelaskan berikut ini.
2.1 Teori berdasarkan system organ.
Teori berdasarkan system organ (organ system-based theory) ini berdasarkan
atas dugaan adanya hambatan dari organ tertentu dalam tubuh yang akan
menyebabkan terjadnya proses penuaan. Organ tersebut adalah system endokrin
dan system imun. Pada system enuaan, organ kelenjar timus mengecil yang
menurunkan fungsi imun. Penurunan system imun menimbulkan peningkatan
insidensi penyakit infeksi pada lansia. Dapat di katakan bahwa peningkatan usia
berhubungan dengan peningkatan insidensi penyakit infeksi.
2.2 Teori kekebalan tubuh.
Teori kekebalan tubuh (breakdown theory) ini . memandang proses penuaan
terjadi akibat adanya penurunan system kekebalan secara bertahap, sehingga
tubuh tidak dapat lagi mempertahankan diri terhadap luka, penyakit, sel mutan,
ataupun sel asing. Hal ini terjadi karena hormone-hormon yang di eluarkan oleh
kelenjar timus yang mengntrol system kekebalan tubuh telah menghilang seiring
dengan bertambahnya usia.
2.3 Teori fisiologik.
Sebagai contoh, teori adaptasi terhadap stress. Stress dapat beraal dari luar, juga
dapat bersifat fisik, psikologik, maupun social.
2.4 Teori psikososial.
Semakin lanjut usia seseorang maka ia semakin lebih memperhatikan dirinya
dan arti hidupnya, dan kurang memperhatikan peristiwa atau isu-isu yang sedang
terjadi.

2.5 Teori Kontinuitas.


Gabungan antara teori pelepasan ikatan dan teori aktivitas. Perubahan diri lansia
dipengaruhi oleh tipe kepribadiannya. Seseorang yang sebelumnya sukses, pada

usia lanjut akan tetap berinteraksi dengan lingkungannya serta tetap memelihara
identitas dan kekuatan egonya karena memiliki tipe kepribadian yang aktif dalam
kegiatan sosial.
2.6 Teori Sosiologik.
Teori perubahan sosial yang menerangkan menurunnya sumber daya dan
meningkatnya ketergantungan, mengakibatkan keadaan sosial yang tidak merata
dan menurunnya sistem penunjang sosial.
2.7 Teori pelepasan ikatan (disengagement theory)
Menjelaskan bahwa pada usia lanjut terjadi penurunan partisipasi ke dalam
masyarakat karena terjadi proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara
pelan-pelan dari kehidupan sosialnya. Pensiun merupakan contoh ilustrasi proses
pelepasan ikatan yang memungkinkan seseorang untuk bebas dari tanggung jawab
dari pekerjaan dan tidak perlu mengejar peran lain untuk mendapatkan tambahan
penghasilan. Teori ini banyak mendapatkan kritikan dari berbagai ilmuwan sosial.
2.8 Teori Aktivitas.
Berlawanan dengan teori pelepasan ikatan, teori aktivitas ini menjelaskan
bahwa lansia yang sukses adalah yang aktif dan ikut dalam banyak kegiatan
sosial. Jika seseorang sebelumnya sangat aktif, maka pada usia lanjut ia akan tetap
memelihara keaktifannya seperti peran dalam keluarga dan masyarakat dalam
berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, karena ia tetap merasa dirinya berarti
dan puas di hari tuanya. Bila lansia kehilangan peran dan tanggung jawab di
masyarakat atau keluarga, maka ia harus segera terlibat dalam kegiatan lain
seperti klub atau organisasi yang sesuai dengan bidang atau minatnya. Teori ini
menganggap bahwa pelepasan ikatan bukan merupakan proses alamiah seperti
pendapat Cumming & Hendry. Dalam pandangan teori aktivitas, teori pelepasan
adalah melekatnya sifat atau pembawaan lansia dan tidak mengembangkannya kea
rah masa tua yang positif.

2.9 Teori Penuaan Ditinjau dari Sudut Biologis.

Dulunya prosespenuaan biologistubuh dikaitkan dengan organ tubuh. Akan


tetapi, kini proses penuaan biologis ini dihubungkan dengan perubahan dalam selsel tubuh disebabkan oleh:
a.
b.
c.

Memiliki batas maksimum untuk membelah diri sebelum mati,


Setiap spesies mempunyai karakteristik dan masa hidup yang berbeda,
Penurunan fungsi dan efisiensi selular terjadi sebelum sel mampu
membelah diri secara maksimal.

Teori Penuaan Ditinjau dari Sudut Biologis


a. Teori error catastrophe.
Kesalahan susunan asam amino dalam protein tubuh mempengaruhi sifat
khusus enzim untuk sintesis protein, sehingga terjadi kerusakan sel dan
mempercepat kematian sel.
b. Teori pesan yang berlebih-lebihan (redundant message).
Manusia memiliki DNA yang berisi pesan yang berulang-ulang atau
berlebih-lebihan yang menimbulkan proses penuaan.
c. Teori imunologi.
Teori ini menekankan bahwa lansia mengalami pengurangan kemampuan
mengenali diri sendiri dan sel-sel asing atau pengganggu, sehingga tubuh
tidak dapat membedakan sel-sel normal dan tidak normal, dan akibatnya
antibody menyerang kedua jenis sel tersebut sehingga muncul penyakitpenyakit degenerative.
Menurut S, Tamher dan Noorkasiani (2009) Teori-teori tentang penuaan sudah
banyak yang dikemukakan, namun tidak semuanya bisa diterima. Teori-teori itu
dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu yang termasuk kelompok teori
biologiss dan teori psikososial.
2.10 Teori biologis
Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut.
2.10.1 Teori jam genetik
Menurut Hayflick (1965) secara genetik sudah terprogram bahwa material
di dalam inti sel dikatakan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi
mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies
tertentu memiliki harapan hidup (life span) yang tertentu pula. Manusia
yang memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya
diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali,sesudah itu akan
mengalami deteriorisasi

2.10.2 Teori interaksi seluler


Bahwa sel-sel satu sama lain saling berinteraksi dan mempengaruhi.
Keadaan tubuh akan baik-baik saja selama sel-sel masih berfungsi dalam
satu harmoni. Akan etapi, bila tidak lagi demikian, maka akan terjadi
kegagalan mekanisme food-back di mana lambat laun sel-sel akan
mengalami degenerasi (Berger, 1994)
2.10.3 Teori mutagenesis somatik
Bahwa begitu terjadi pembelahan sel (mitosis), akan terjadi mutasi
spontan yang terus-menerus berlangsung dan akhirnya mengarah pada
kematian sel
2.10.4 Teori eror katastrop
Bahwa eror akan terjadi pada struktur DNA, RNA, dan sintesis protein.
Masing-masing eror akan saling menambah pada eror yang lainnya dan
berkulminasi dalam eror yang bersifat katastrop (Kame,1994)`
2.10.5 Teori pemakaian dan keausan
Teori pemakaian biologis yang paling tua adalah teori pemakaian dan
keausan (tar and wear), dimana tahun demi tahun hal ini berlangsung dan
lama kelamaan akan timbul deterioreni.
2.11 Teori psikososial
Adapun mengenai kelompok teor psikososial. Berturut-turut dikemukakan
beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
2.11.1 Disengagement theory
Kelompok teori ini dimulai dari University of Chicago, yaitu
Disengagement Theory, yang mengatakan bahwa individu dan masyarakat
mengalami disengagement dalam suatu mutual withdrawl (menarik diri).
Memasuki usia tua, individu mulai menarik diri dari masyarakat, sehingga
memungkinkan individu untuk menyimpan lebih banyak aktivitas-aktivitas
yang berfokus pada dirinya dalam memenuhi kestabilan pada stadium ini.
2.11.2 Teori aktivitas

Menekankan pentingnya peran serta dalam kegiatan masyarakat bagi


kehidupan seorang lansia. Dasar teori ini adalah bahwa konsep diri
seorang bergantung pada aktivitasnya dalam berbagai peran. Apabila hal
ini hilang, maka akan berakibat negatif terhadap kepuasan hidupnya.
Ditekankan pda bahwa mutu dan jenis interaksi lebih menentukan
daripada jumlah interaksi. Hasil studi serupa ternyata menggambarkan
pula bahwa aktivitas informal lebih berpengaruh daripada aktivitas formal.
Kerja yang menyibukkan tidaklah meningkatkan self esteem seseorang,
tetapi interaksi yang bermakna dengan orang lainlah yang lebih
meningkatkan self esteem.
2.11.3 Teori kontinuitas
Berbeda dari kedua teori sebelumnya, disini ditekankan pentingnya
hubungan antara kepribadian dengan kesuksesan hidup lansia. Menurut
teori ini, ciri-ciri kepribadian individu berikut strategi kopingnya telah
terbentuk lama sebelum seseorang memasuki usia lanjut. Namun, ambaran
kepribadian itu juga bersifat dinamis dan berkembang secara kaontinu.
Dengan menerapkan teori ini, cara terbaik untuk meramal bagaimana
seseorang dapat berhasil menyesuaikan diri adalah dengan mengetahui
bagaimana orang itu melakukan penyesuaian terhadap perubahanperubahan seelama hidupnya.
2.11.4 Teori subkultur
Pada teori subkultural (Rose, 1962) dikatakan bahwa lansia sebagai
kelompok yang memiliki norma, harapan, rasa percaya , dan adat
kebiasaan tersendiri, sehingga dapat digolongkan selaku suatu subkultur.
Akan tetapi , mereka ini kurang terintegrasi pada masyarakat luas dan
lebih banyak interaksi antarsesama mereka sendiri. Di kalangn lansia,
status lebih ditekankan pada bagaimana tingkat kesehatan dan kemampuan
mobilitasnya, bukan pada hasil pekerjaannya/pendidikan/ekonomi yyang
perrnah

dicapainya.

Kelompok-kelompok

lansia

seperti

ini

bila

terkoordinasi dengan baik dapat menyalurkan aspirasinya, dimanan secara


teoritis oleh para pakar dikemukakan bahwa hubungan antar-peer group
dapat meningkatkan proses penyesuaian pada masa lansia.

2.11.5 Teori stratifikasi usia


Teori ini yang dikemukakan oleh Riley (1972) yang menerangkan adanya
saling ketergantungan antara usia dengan struktur sosial yang dapat
dijelaskan sebagai berikut. (a) orang-orang tumbuh dewasa bersama
masyarakat dalam bentuk kohor dalam artian sosial, biologis,

dan

psikologis. (b) kohor baru terus muncul dan masing-masing kohor


memiliki pengalaman dan selera tersendiri. (c) suatu masyarakat dapat
dibagi kedalam beberapa strata sesuai dengan lapisan usia dan peran (d)
masyarakat sendiri senantiasa berubah, begitu pula individu dan perannya
dalam masing-masing strata. (e) terdapat saling keterkaitan antara penuaan
individu dengan perubahan sosial.
Kesimpulannya adalah, lansia dan mayoritas masyaakat senantiasa saling
memengaruhi dan selalu terjadi perubahan kohor maupun perubahan
dalam masyarakat.
2.11.6 Teori penyesuaian individu dengan lingkungan
Teori ini dikemukakan oleh Lawton (1982). Menuru teori ini, bahwa ada
hubungan antara kompetensi individu dengan lingkungannya. Kompetensi
di sini berupa segenap proses yang merupakan ciri fungsional individu,
antara lain kekuatan ego, keterampilan motorik, kesehatan biologis,
kapasitas kognitif, dan fungsi sensorik. Adapun lingkungan yang dimaksud
mengenai potensinya untuk menimbulkan respon perilaku dari seseorang.
Bahwa untuk tingkat kompetensi seseorang terdapat suatu tingkatan
suasana/tekanan lingkungan tertentu yang menguntungkan baginya. Orang
yang berfungsi pada level kopetensi yang rendah hanya mampu berrtahan
pada level tekanan lingkungan yang rendah pula, dan sebaliknya. Suatu
korelasi yang sering berlaku adalah semakin terganggu. (cacat) seseorang,
maka tekanan lingkungan yang dirasakan akan semakin besar.
2.12. Teori radikal bebas
Menurut Tambayong, Jan (2000) ada beberapa teori penuaan. Radikal
bebas adalah molekul atau bagian molekul yang tidak utuh lagi karena
sebagian selah pecah atau melepaskan diri. Bagian yang pecah atau
melepaskan diri ini melekat pada molekul lain dan merusak atau

mengubah sruktur atau fungsi molekul yang bersangkutan. Menurut


Krohn, oksigen sangat reaktif, dan oksidasi dari protein, lemak, dan hidrat
arang, dan ungsur lain dalam tubuh, akan menghasilakan radikal bebas ini.
Dalam proses menua, kecepatan unsur radikal bebas ini bertambah,
melebihi kecepatan perbaikan atau pemulihannya. Vitamin E berfungsi
sebagai anti-oksidan, sehingga dapat menghambat proses penuaan.
Kegiatan radikal bebas juga dibangkitkan oleh pengaruh lingkungan,
seperti produk samping dari individu plastik, ozon atmoafer, asap knalpot
mobil dan motor, dll. Jadi tubuh manusia diserang dari luar dan dalam oleh
radikal bebas. Karenanya manusia harus melindungi diri dari pengaruh tadi
de ngan memilih makanan yang sesuai, agar dapat hidup lebih sehat.
Dosis vitamin A (d-alfa-tocopherol) untuk usia kurang dari 40 tahun adalah
400 I.U per hari dan untuk lebih dari 40 tahun 800 I.U per hari. Selain
vitamin E, dianjurkan minum vitamin C (sebaiknya yang lepas berkala)
2000 mg/h, dan beta-carotene 25.000 unit/h. Protein hewani diganti protein
dari kedelai (tempe, tahu). Ikan yang dianjurkan adalah ikan sarden,
makerel, dan salmon (mahal). Pakai minyak goreng yang segar, yang
paling baik adalah minyak zaitun (olive oil).
2.13. Teori imun
Teori ini menganggap proses penuaan itu suatu proses autoimun, artinya
sisem imun tubuh tidak dapat lagi mengenali sel-selnya sendiri. Respons
autoimun merusak sel, termasuk sel-sel imuno-kompeten. Akibatnya
kekebalan tubuh menurun, sehingga mudah terkena berbagai infeksi,
kanker, penyakit degeneratif, penyakit auto-imun, dan lain-lain. Proses
penuaan terutama mempengaruhi sel-T dari sistem imun.

2.14. Teori hubungan-silang

Teori kadang-kadang disebut teori kolagen. Hubungan silang terjadi diantara


struktur molekuler yang biasanya terpisah. Unsur penyebab ini banyak
terdapat di dalam makanan dan lingkungan luar, sehingga tidak mungkin lari
darinya. Salah satu tanda setelah terjadi hubungaan silang adalah bila terjadi
perubahan pada jaringa ikat. Akibatnya kolagen tua menjadi kurang dapat
larut, lebih kaku, mengakibatkan permeabilitas sel menurun, sehngga
menghambat pengeluaran nutrien, metabolik, anti-bodi, dll melalui dinding
pembuluh darah. Juga pelapisan paru dan saluran cerna. Selain kolagen,
juga elatin mengalami perubahan. Contoh paling jelas pada kulit, yang
menjadi kering dan keriput.
2.15. Teori genetik
Hidup seseorang sudah ditetapkan sebelum lahir pada gen dalam molekul
DNA. Berarti seseorang anak dari ayah atau kakekyang panjang umur
memiliki perkiraan jangka hidup yang panjang pula, bila dibandingkan
dengan seorang turunan dari orang tua berumur pendek. Pada umumnya
wanita lebih panjang umur bila dibandingkan dengan pria (sampai 6 tahun).
Juga bangsa ikut berpengaruh. Orang kulit putih lebih panjang umur
dibanding yang berkulit hitam (Tambayong, Jan. 2000).
2.16. Teori Kedokteran Tentang Penuaan (Teori-Teori Geriatri)
Mula-mula teori medis tentang penuaan membatasi diri pada pertanyaan
mengenai hubungan antara penyakit dan usia tua. Namun, dewasa ini
cenderung telah ditinggalkan dan beralih pada kajian mengenai peningkatan
status fungsional. Biasanya penyakit cenderung lebih berhubungan dengan
usia harapan hidup (life expectancy).
2.16.1 Teori organ tubuh
Menurut teori ini menua adalah kegagalan pada organ vital tubuh akibat
penyakit atau aus-nya organ-organ tubuh. Teori ini menyatakan seolaholah bahwa tubuh tidak akan mati andai kata tidak ada penyakit atau
kecelakaan.

2.16.2 Teori senescence (kohn, 1982)


Teori ini mengatakan bahwa inti teori ini didasarkan pada studi terhadap
200 jenazah yang meninggal pada usia 85 tahun keatas, ternyata 26% di
antaranya tidak terdapat penyebab kematian seperti yang terdaftar pada
sertifikat kematian. Menurut studi ini bahwa andai saja faktor-faktor
penyebabnya menyerang masing-masing yang bersangkutan pada usia
pertengahan mereka, mungkin sekali mereka belum meninggal. Dengan
demikian, bila penyebabnya tak layak menimbulkan kematian, berarti kita
bisa menyimpulkan bahwa kematian mereka disebabkan karena usia tua
(senescence). Wacana yang timbul dari teori ini adalah sindrom penuaan
merupakan sesuatu yang universal, progresif, dan berakhir dengan
kematian.
2.16.3 Teori life expectancy
Lanjut usia dibedakan atas mereka yang tetap sehat dan mereka yang
sakit-sakitan. Para perencana dan pengambil keputusan menaruh perhatian
pada aspek ini mengingat usia yang panjang, tetapi sakit-sakitan akan
menguras banyak sumber daya. Dengan insdeks ADL menurut Katz
(indeks ini akan diuraikan pada bab-bab berikutnya), dapat diprediksi
berapa usia harapan hidup aktif pada suatu masyarakat. Hasilnya
menunjukkan bahwa lansia setelah melewati kategori 65-69 tahun hanya
memiliki 10 tahun harapan hidup dalam keadaan aktif, sementara mereka
yang berusia diatasnya, periodenya lebih singkat. Bagi mereka yang
berusia 85 tahun ke atas (di Amerika Serikat), waktu aktifnya tinggal 2,5
tahun. Dari berbagai studi disimpulkan bahwa status fungsional (ADL)
terkait erat bukan hanya dengan usia, tetapu juga penyakit, sehingga para
praktisi di klinik perlu menguasai seni menangani lansia agar dapat
memulihkan/memaksimalkan serta memelihara status fungsional selama
mungkin.
Di samping berbagai teori penemuan yang telah diuraikan di atas, terdapat
pula teori dari bidang keperawatan yang dikemukakan oleh Miller (1990),

yang disebut teori konsekuensi fungsional. Pertanyaan pokoknya adalah


Apa bedanya antara merawat lansia dengan merawat orang dewasa
lainnya?. Teori keperawatan menerangkan tentang kebutuhan spesifik
dalam merawat lansia. Menurut teori Miller, para lansia selain mengalami
perubahan akibat proses penuaan juga terdapat sejumlah faktor risiko.
Semua ini menimbulkan apa yang disebutnya sebagai konsekuensi
fungsional (untuk selanjutnya disingkat KF). Tanpa adanya intervensi
(baik secara medis maupun keperawatan), maka KF yang timbul adalah
bersifat KF negatif.
Sebaliknya, bila diberi intervensi, KF akan menjadi positif. Peran perawat
adalah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab KF dan memberikan
tindakan keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien, sehinggaakan
mengarah pada KF positif. Hasil akhir dari proses keperawatan ini
memungkinkan lansia berfungsi semaksimal mungkin tanpa memandang
adanya perubahan-perubahan akibat penuaan serta faktor risiko yang
dialaminya.
Teori Penuaan
Ada empat asumsi dasar yang harus diperhatikan dalam mempelajari lansia.
Empat asumsi dasar itu sebagai berikut.
a. Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan
akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis 70 tahun
mungkin dapat memiliki usia fisiologis seperti orang usia 50 tahun. Atau
sebaliknya, seseorang dengan usia 50 tahun mungkin memiliki banyak
penyakit kronis sehingga usia fisiologisnya 90 tahun.
b. Peningkatan jumlah lansia merupakan hasil dari perkembangan ilmu dan
teknologi abad ke-20. Menurut ahli gerontology, James Birren,
bertambahnya umur harapan hidup seseorang merupakan hasil dari
perkembangan di bidang kedokteran dan teknologi modern, yaitu dengan
penemuan teknik pengobatan terhadap penyakit ganas, teknik dan alat
bedah/operasi modern, serta teknik dan alat diagnosis.
c. Penuaan alamiah/fisiologis harus dibedakan dari penuaan patologis.
Penurunan fungsi tidak hanya disebabkan oleh faktor penuaan, tetapi dapat

juga disebabkan oleh faktor patologis. Penurunan fungsi karena faktor


patologis bukan penuaan yang normal.
d. Tidak satu teori pun mampu menjelaskan penuaan secara universal.
Meskipun penuaan merupakan proses yang universal, tidak seseorang pun
mengetahui penyebabnya atau mengapa manusia menjadi tua pada usia
yang berbeda-beda
Secara umum, teori penuaan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
teori genetik dan teori nongenetik.
a. Teori Hayflick. Menurut studi Hayflick dan Moorehead (1961),
penuaan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perubahan fungsi
sel, efek komulatif dari tidaknya sel, dan kemunduran sel dalam organ
dan jaringan.
b. Teori kesalahan. Dalam teori ini dinyatakan bahwa kesalahan dalam
proses atau mekanisme pembuatan protein akan mengakibatkan
beberapa efek. Penurunan ketepatan sintesis protein secara spesifik
telah

dihipotesiskan

penyebabnya,

yaitu

ketidaktepatan

dalam

penyiapan pasangan kodon mRNA dan antikodon tRNA. Namun,


penelitian terakhir ternyata bertentangan dengan teori kesalahan, yang
menerangkan bahwa tidak semua penuaan sel menghimpun molekul
non-spesifik dan penuaan itu tidak selamanya dipercepat ketika
molekul non-spesifik ditemukan.
c. Teori DNA lewah (kelebihan DNA). Medvedev (1972) mengemukakan
teori yang berhubungan dengan teori kesalahan. Ia percaya bahwa
perubahan usia biologis merupakan hasil akumulasi kesalahan dalam
memfungsikan gen (plasma pembawa sifat). Perbedaan usia makhluk
hidup mungkin merupakan suatu fungsi dari tingkat urutan genetik
berulang (repeated genetic sequences). Jika kesalahan muncul dalam
urutan genetik tidak berulang (nonrepeated genetic sequences),
kesempatan untuk menjaga hasil akhir produksi gen selama evolusi
atau selama hidup akan berkurang.
d. Teori rekaman. Rekaman (transcription) adalah tahap awal dalam
pemindahan informasi dari DNA ke sintesis protein. Teori yang
mengacu pada teori Hayflick itu menyatakan empat kondisi berikut.
Dengan peningkatan usia terjadi perubahan yang sifatnya
merusak metabolisme posmitotic cells yang berbeda.

Perubahan merupakan hasil dari kejadian primer yang terjadi pada

inti kromatin.
Perubahan itu terjadi dalam inti kromatin kompleks, merupakan
suatu mekanisme kontrol yang bertanggung jawab terhadap

penampilan dan urutan penuaan primer


Mekanisme control itu meliputi regulasi transkripsi meskipun
regulasi lain dapat terjadi.

2.17 Teori Nongenetik


Teori nongenetik memfokuskan lokasi di luar nucleus sel, seperti organ, jaringan,
dan system. Teori yang berdasarkan nongenetik antara lain sebagai berikut.
2.17.1 Teori radikal bebas.
Pada dasarnya radikal bebas adalah ion bermuatan listrik yang berada di luar orbit
dan berisi ion tak berpasangan. Radikal bebas mampu merusak membrane sel,
lisosom, mitokondria, dan inti membrane melalui reaksi kimia yang disebut
peroksidasi

lemak.

Kerusakan membrane

dan

cross-linkage

biomolekul

merupakan hasil rangkaian reaksi radikal bebas. Hasil reaksi radikal bebas adalah
turunnya penyatuan sel karena turunnya aktivitas enzim, kesalahan metabolisme
asam nukleat, kerusakan fungsi membrane, dan penumpukan lipofusin pada
lisosom.
Penumpukan lipofusin tidak tampak sebagai titik-titik kehitaman pada
tangan seseorang, tetapi tampak secara mikroskopis pada saraf dan otot.
Mengetahui jumlah penumpukan lipofusin adalah cara yang paling baik untuk
melihat perubahan kronologis usia dan mungkin menjadi salah satu cara untuk
melihat kenyataan penuaan pada mamalia. Penumpukan lipofusin merupakan
contoh perubahan degenerative. Apabila terjadi pada jaringan, penumpukan akan
menghambat suplai oksigen dan nutrisi kesekeliling jaringan, menyebabkan
degenerasi, dan kemungkinan kematian jaringan.
Teori radikal bebas pada penuaan ditunjukkan oleh hormone. Perubahan
hormone pada penuaan menunjang reaksi radikal bebas dan akan menimbulkan
efek patologis, seperti kanker dan aterosklerosis. Penelitian telah dikembangkan
untuk melihat fungsi antioksidan pada radikal bebas. Vitamin E, vitamin C,

selenium, glutation peroksidase, dan superokside dismutase telah digunakan untuk


menghambat radikal bebas dan peroksidase lemak. Pengaruh dari penghambatan
radikal bebas mencegah degenerasi sel, seperti penurunan pengumpulan lipofusin.
2.17.2 Teori autoimun.
Menurut teori autoimun, penuaan diakibatkan oleh antibiodi yang bereaksi
terhadap sel normal dan merusaknya. Reaksi itu terjadi karena tubuh gagal
mengenal sel normal dan memproduksi antibody yang salah. Akibatnya, antibody
itu bereaksi terhadap sel normal, di samping sel abnormal yang menstimulasi
pembentukannya. Teori ini mendapat dukungan dari kenyataan bahwa jumlah
antibody autoimun meningkat pada lansia dan terdapat persamaan antara penyakit
imun (mis. Artritis rheumatoid, diabetes, tiroiditis, dan amiloidosis) dan fenomena
menua.
2.17.3 Teori hormonal.
Donner Denckle percaya bahwa pusat penuaan terletak pada otak. Pernyataan ini
didasarkan pada studi hipotiroidisme. Hipotiroidisme dapat menjadi fatal apabila
tidak diobati dengan tiroksin, sebab seluruh manifestasi dari penuaan akan
tampak, seperti penurunan sistem kekebalan, kulit keriput, uban, dan penurunan
prosess metabolisme secara perlahan. Pada wanita, menopouse merupakan
peristiwa hormonal yang kronis, tetapi tidak mengatur penuaan. Ovarium
merupakan glandula endokrin yang kapasitas fungsinya berkurang sejalan dengan
penuaan normal. Pada laki-laki, produksi androgen dari testis tidak mudah di
perkirakan karena perbedaan pada tiap individu.
2.17.4 Teori pembatasan energi.
Roy Walford (1986) adalah penganut kuat diet yang didasarkan pada pembatasan
kalori, yang dikenal sebagai pembatasa energi. Dietnutrisi tinggi yang rendah
kalori berguna untuk meningkatkan fungsi tubuh agar tidak cepat tua. Program
pembatasan energi bertujuan untuk mengurangi berat badan secara bertahap dalam
beberapa tahun sampai efisiensi metabolisme tercapai untuk hidup sehat dan
panjang usia. Tinggi rendahnya diet mempengaruhi perkembangan umur dan

adanya penyakit. Termasuk dalam proram diet adalah pantangan merokok, minum
alkohol, dan mengendalikan penyebab stres seperti kecemasan, frustasi, atau stres
yang disebabkan oleh kerja keras.
3. Proses penuaan
Menurut Tambayong, Jan (2000) definisi proses penuaan itu tidak mudah,
karena sulit membedakan antara proses menua norrmal dan proses akibat
penyakit. Penuaan merupakan suatu proses multidimensional, yakni mekanisme
perusakan dan perbaikan di dalam tubuh atau sistem tersebut terjadi secara
bergantian pada kecepatan dan saat yang berbeda-beda.
Kesehatan dan panjang umur dipengaruhi beberapa faktor bawaan atau
turunan, kebudayaan, ras atau bangasa,dan nutrisi. Variasi dalam umur ini adalah
fungsi genetik terbatas sampai 90-110 tahun (yaitu lamanya DNA manusia dapat
tahan hidup). Faktor lingkungan ada yang berasal dari luar dan ada yang dari
dalam tubuh sendiri.
Berbagai

percobaan

dengan

hewan

menunjukkan

hasil

yang

menggembirakan, karena proses penuaan itu dapat dihambat. Bagaimana pada


manusia? Dikatakan bahwa program diet makrobiotik atau diet semi-vegetarian
yang cukup protein, rendah lemak, tinggi serat, banyak vitamin dan mineral derta
anti-oksidan, sangat menyokong kebenaran hipotesis tersebut di atas.
3.1 Aspek-aspek yang memengaruhi proses penuaan
Dalam ruang lingkup aging proccess, berikut ini akan diuraikan kedua aspek
utama yang melatarbelakanginya, yaitu aspek psikologis, biologis, dan sosial.
3.2 Aspek psikologi pada proses penuaan
Pertanyaan yang sering diajukan adalah seberapa jauh memengaruhi perilaku?
Apakah pola perilaku berubah menurut peningkatan usia? Dan dengan cara apa?
Komponen yang berperan disini adalah kapasitas penyesuaian diri yang
terdiri atas pembelajaran, memori (daya ingat), perasaan, kecerdasan, dan
motivasi. Selain hal-hal tersebut, dari aspek psikologis dikenal pula isu yang erat
hubungannya dengan lansia, yaiu teori mengenai timbulnya depresi, gangguan
kognitif, stres, serta koping.

3.2.1 Teori kebutuhan manusia


Hal yang terkenal adalah hirarki kebutuhan (menurut Maslow, 1954)
Hierarki kebutuan berturut-turut dari tingkat rendah ke tingkat tinggi
terdiri atas kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, rasa sayang
dan memiliki, dan aktualisasi diri. Disini berlaku prioritas pemenuhan
kebutuhan menurut tingkatan. Namun, orang senantiasa mengiginkan
untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Contohnya dari tingkatan ke-5
(tingkatan tertinggi) adalah mencapai otonomi, kreativitas, kemandirian,
dan hubungan antarmanusia yang positif.
3.2.2 Teori keberlangsungan hidup dan perkembangan kepribadian
Menurut teori ini keberlangsungan hidup seseorang terbagi dalam
beberapa tahap dan orang bergerak melewati tingkatan-tingkatan tersebut
menurut pola tertentu, di mana kesuksesan pada tahap yang satu
menentukan kesuksesan pada tahap berikutnya. Selanjutnya, tentang
perkembangan kepribadian masih dipertanyanakan apakah kepribadian
seseorang berubah-ubah ataukah tetap sama disepanjang masa hidupnya.
Terdapat para ahli yang berpandangan bahwa kepribadian seseorang tetap
stabil dan menurut mereka terdapat 4 tipe dasar kepribadian, yaitu tipe
integrasi (matang), tipe bertahan, tipe bertanggung/pasif, dan tipe tak
terintegrasi. Tipe pertama mampu menyesuaikan diri secara positif dengan
proses penuaan. Tipe kedua, ingin tetap berada pada polanya semasa di
usia

pertengahan,

atau

bahwa

mengisolasi

diri.

Tipe

ketiga,

memperlihatkan sangat bergantung pada orang lain (apatis, biasa disebut


tipe kursi goyang). Tipe keempat (tidak banyak terdapat) termasuk mereka
yang memiliki kelainan jiwa. Kebanyakan perilakunya aneh dan
biasanyatidak dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.
Uraian mendetail tentang teori-teori psikologi ini beserta kaitannya
dengankehidupan lansia selanjutnya tidak akan dibahas, karena berada di
luar ruang lingkup buku ini.
Memasuki usia lanjut, secara kejiwaan individu berpotensi untuk
mengalami perubahan sifat, seperti: bersifat kaku dalam berbagai hal,
kehilangan minat, tidak memiliki keinginan-keinginan tertentu, maupun

kegemaran yang sebelumnya pernah ada. Hal ini tentu erat kaitannya
dengan kemunduran kemampuan kogntif antara lain berupa berkurangnya
ingatan (suka lupa) dimana ingatan kepada hal-hal dimasa mudanya masih
baik, namun ingatan terhadap hal-hal yang baru terjadi sangat terganggu.
Ungkapan untuk ini dikenal dengan istilah shortterm memoryversus
lomgterm memory. Komponen yang pertama dilupakan adalah namanama. Hal ini dikaitkan dengan kemunduran fungsi pusat-pusat ingatan
pada lobus frontalis dan lobus lainnya di otak besar (cerebrum). Pada usi
lanjut,

orientasinya

secara

umum

serta

persepsinya

terhadap

ruang/tempatdan waktu juga mundurnkarena biasanya pandangannya juga


mulai menyempit dalam berbagai hal. Dalam buku pedoman pembinaan
kesehaan usia lanjut (depkes RI Jakarta, 2000) selanjutnya diuraikan
meskipun mereka telah mempunyai banyak pengalaman, tetapi hasil skor
yang dicapai dalam tes-tes intelegensia menjadi lebih renda, serta tidak
mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru.
3.3 Aspek Biologis pada Proses Penuaan
Proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya angka kematian usia khusus
merupakan ciri umum pada mamalia, burung, reptil, dan kebanyakan hewan tak
bertulang belakang (Comford, 1979 dan Vinch, 1990). Dengan angka kematian
usia khusus dimaksudkan untuk mengukur angka kematian pada selang usia
tertentu dengan ciri atau karakteristik serupa. Misalnya bayi, balita, dewasa muda,
dewasa tua, lansia, dan jompo.
Terdapat tiga pandangan mengenai asal-muasal terjadinya proses penuaan
yang diuraikan sebagai berikut.
3.3.1 Menua hanyalah sekadar harga yang harus dibayar oleh organismetingkat
tinggi karena fungsi tubuhnya yang kompleks. Jadi, tidak perlu dilihat proses
penuaan secara evolusi, namun ia hanyalah proses biologis dari pemakaian dan
keausan.
3.3.2 Adaptasi yang bersifat evolusioner, bahwa penuaan merupakan suatu
program terminasi kehidupan yang dikontrol secara genetik sejak lahir hingga
mati.

3.3.3 Sedangkan teori non-adaptif yang mengatakan bahwa menua adalah proses
evolusi sebagai suatu konsekuensi tak langsung terhadap kekuatan yang
membentuk riwayat kehidupan.
3.4 Proses penuaan pada Tingkat Sel
Sebagaimana layaknya manusia yang bertumbuh semakin lama semakin tua, pada
dasarnya sel juga bertumbuh semakin lama semakin tua dan pada akhirnya sel-sel
tua itu mengalami kematian sel. Kematian tersebut bergantung pada masingmasing jenis sel yang membentuk jaringan tubuh.
Ciri-ciri sel yang semakin menua adalah bentuk selnya mengecil, sintesis
protein yang biasanya berlangsung di dalam sel. Prosenya semakin melambat,
badan Golgi kemudian memecah, mitokondria mengalami fragmentasi, sehingga
pada akhirnya sel yang bersangkutan mati bahkan lambat laun menghilang akibat
proses penyerapan dalam jaringan tubuh. Dalam konteks jaringan, sel-sel
parenkim menyusut, ketidakteraturan juga tampak dalam jumlah maupun ukuran
sel. Khusus untuk sel saraf/ganglion, terjadi pengurangan butir Nisl,
penggumpalan kromatin , penambahan pigmen lipofusin, vakoulisasi protoplasma,
dan organel berkurang seperti diuraikan di atas. Jaringan ikat ekstraseluler
semakin mengeras, yang selanjutnya menghambat sirkulasi dan nutrisi jaringan.
Secara mikroskopis, elektron dapat diamati adanya pengurangan kadar RNA yang
berfungsi selaku pusat dari metabolisme sel.
Usia masing-masing jenis sel tubuh berbeda-beda. Misalnya sel mukosa
saluran saluran pencernaan berusia sangat pendek, yaitu hanya hingga 1,5 hari, sel
eritrosit bisa mencapai 4 bulan, sementara ada sel yang berusia sangat lama
bahkan sel saraf (dalam kondisi eksperimen laboratorium) bisa mencapai usia 100
tahun.
Untuk sel-sel imun dalam tubuh, dikatakan semakin tua usia seseorang,
semakin banyak jumlahnya . akan tetapi, fungsinya semakin berkurang,. Hal ini
antara lain berakibat bahwa semakin tua seseorang akan semakin mudah terserang
penyakit infeksi dibanding mereka yang lebih muda.
Secara umum dapat dikatakan bahwa setelah melewati masa dewasa, selsel jaringan tubuh mulai menua. Pada masa dewasa sel-sel memncapai maturitas
(kematangan). Sebagai contoh, sel saraf tidak berproduksi lagi. Pada masa ini bila

seseorang mengalami cedera atau penyakit tertentu yang berakibat pada kematian
sel saraf itu, maka selnya sendiri tidak akan tergantingan lagi. Fungsinya akan
diambil alih oleh sel-sel lain yang tertinggal. Akibat pekerjaan ekstra itu, maka
sel-sel yang bersangkutan akan mengalamu proses penuaan yang lebih cepat lagi.
Kemudian dengan berlanjutnya usia, organ tubuh kehilangan sebagian
kemampuannya untuk dapat berfungsi secara optimal. Sehingga secara
keseluruhan fungsi tubuh semakin berkurang saja.
Di lain pihak, sel-sel hati dan pankreas terus saja mengalami reprosuksi
walaupun seseorang telah mencapai usia matur (hal ini jauh berbeda dengan selsel otak dan saraf seperti desibutkan di atas). Dalam kaitan usia biologis, terdapat
para ahli yang mengemukakan teori lain, bahwa setiap orang terlahir dengan jam
genetik tertentu yang berfungsi memengaruhi panjang pendeknya peluang usia
seseorang. Teori ini mendasari pandangannya pada kenyataan bahwa terdapat
keluarga-keluarga tertentu yang memiliki pola usia panjang dan sebaliknya.
3.5 Proses Penuaan menurut Sistem Tubuh
Proses tumbuh kembang (growth and development) dalam fase kehidupan setiap
individu dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) fase menurut tingkat kecepatan
perlangsungannya, yaitu : 1. Fase progresif (tumbuh kembang cepat ), 2. Fase
stabil (tumbuh kembang stasioner), dan 3. Fase regresif (kemunduran tumbuh
kembang).
Dalam fase ketiga (fase kemunduran), secara mikro berlangsung
kemunduran biologis dan fungsional (seperti yang diuraikan dalam Bab 3),
dengan akibat terjadinya perubahan-perubahan secara makro, yang meliputi:
perubahan pada kulit, sistem indra, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi , sistem
gastrointestinal, sistem perkemihan dan reproduksi, serta sistem neurologis.
Perubahan tersebut dijabarkan sebagai berikut.
3.5.1 Sistem kulit dan integument
Pada kulit, terutama kulit wajah yang mengeriput, hal pertama yang dialami
adalah kulit di sekitar mata dan mulut, sehingga berakibat wajah dengan ekspresi
sedih (lebih jelas pada wanita). Rambut semakin beruban dan khusus pada pria tak

jarang terjadi kebotakan (alopesia). Gigi tanggal, sehingga berpengaruh pada


proses mengunyah makanan.
3.5.2 Sistem indra (penglihatan,pendengaran, penciuman, dan pengecapan).
Gangguan pada mata sering disebabkan oleh katarak, glaukoma, atau degenerasi
makula. Pada usia lanjut dengan katarak yang berat, terjadi penurunan visus,
bahkan pada stadium lanjut hanya dapat membedakan terang dan gelap. Penyebab
katarak antara lain pengobatan steroid yang berlangsung lam, trauma, radiasi, atau
idiopatik (tak diketahui penyebabnya).
Kedua jenis gangguan pada sistem indra tersebut di atas, (sistem penglihatan dan
pendengaran) akan berdampak pada gangguan komunikasi.
Pada lansia, timbulnya gangguan komunikasi tidak saja sebagai akibat dari
presbiakusis, tapi sering ditambah pula dengan situasi dalam percakapan yang
kurang mendukung. Timbulnya gangguan komunikasi dikaitkan dengan hal-hal
berikut:
a. Pembicaraan terjadi dalam interferensi karena gangguan suara lain, seperti
suara music, radio, televise, dan lain-lain.
b. Sumber suara mengalami distorsi misalnya berasal dari pengeras suara
yang tidak sempurna (terminal, gedung) atau dari telepon maupun yang
diucapkan oleh anak-anak, orang asing, atau si pembicara berbicara terlalu
cepat
c. Kondisi akustik ruangan yang tidak sempurna, seperti dapur atau ruang
pertemuan yang berdinding mudah memantulkan suara
Sering kali keluarga atau orang sekelilingnya menganggapnya sebagai tanda
jompo (senil atau uzur) Lansia mungkin saja sedih melihat kenyataan bahwa
dirinya tidak lagi sektif dulu. Tidak lagi merasa bebas, merasa ditolak oleh
lingkungan, serta khawatir karena dianggap tidak lagi mandiri oleh keluarga dan
lingkungan. Lansia akan merasa malu atas salah pengertian terhadap ucapan orang
lain dan enggan berkomunikasi serta mengisolasi diri. Akibatnya lansia akan
mengalami kebosanan, depresi, dan frustasi.
Bagi lansia dengan gangguan pendengaran, agar dapat berkomunikasi lebih baik
diperlukan suasana yang mendukung antara lain awali dengan menyebut nama

lansia, sebisa mungkin , hindari pembicaraan di tempat ramai (interferensi,


distorsi) dan tempat yang terlalu banyak menimbulkan pantulan suara
menghadapkan wajah (bibir, mulut, dan ekspresi muka ) pada lansia saat
berbicara; berbicara dengan jelas tanpa berteriak; jangan berbicara sambil
minum/makan maupun merokok (untuk menghindari distorsi); serta perlu diingat
bahwa lansia dengan gangguan pendengaran akan lebih sulit menangkap
pembicaraan bila sedang lelah/sakit.
3.5.3 perubahan komposisi tubuh
Dengan bertambahnya usia, maka massa bebas lemak berkurang 8,3% BB per
decade seiring dengan penambahan massa lemak kurang lebih2% Per decade.
Massa air berkurang sebesar 2,5% per decade.
3.5.4. Saluran cerna
Dengan bertambahnya usia, pada system ini terjadi perubahan-perubahan sebagai
berikut :
a. Jumlah gigi berangsur-angsur berkurang akibat tanggal atau ekstrasi akibat
indikasi tertentu. Hal ini akan mengurangi kenyamanan saat makan serta
membatasi jenis makanan yang dimakan. Produksi air liur dengan berbagai
enzim didalamnya juga akan menurun, keadaan mulut yang kering selain
mengurangi kenyamanan saat makan juga mengurangi kelancaran saat
menelan.
b. Pada lidah terdapat banyak tonjolan saraf pengecap yang memberi
berbagai sensasi rasa (manis, gurih, asin, dan pahit). Akibat penambahan
usia, maka jumlah tonjolan saraf tersebut berkurang, sehingga lansia
kurang dapat merasakan rasa kecap, akibatnya mereka butuh lebih banyak
jumlah gula/garam untuk mendapatkan rasa yang sama kualitasnya.
c. Esophagus adalah bagian saluran pencernaan yang menghubungkan mulut
dengan lambung, gerakannya secara ritme mengalirkan makanan ke
lambung sehingga lama-kelamaan lambung dapat mengalami perlambatan,
terutama di usia 70 tahun keatas. Perlambatan tersebut terjadi akibat
melemahnya kekuatan otot lingkar antara esophagus dan lambung sejalan
dengan bertambahnya usia
d. Pada lambung, yang akan terlihat adalah berkurangnya produksi zat
hydrogen klorida (asam lambung) sebesar 11% sampai dengan 40% dari

populasi. Penurunan asam lambung juga memengaruhi penyerapan


vitamin B12. Akibat lainnya adalah bakteri usus halus akan tumbuh secara
berlebihan dan menyebabkan berkurangnya penyerapan vitamin B
kompleks dan lemak.
e. Penurunan sekresi enzim lactase usus halus juga terjadi sesuai dengan
penambahan usia, tampak misalnya kejadian diare setelah minum susu
yang tinggi laktosa.
f. Pada usus besar terjadi penurunan kontraktilitas akibatnya mudah timbul
sembelit atau gangguanbuang air besar.
Di antara sejumlah penyakit saluran cerna, di sini akan dibahas beberapa yang
tersering dan erat kaitannya dengan asupan makanan dan pemberian obat
a. Mulut kering (dry mouth)
b. Akibat berkurangnya sekresi air liur dapat mengakibatkan mulut
kering/serostomia, maka fungsinya sebagai pelumas alami terganggu,
kemampuan merasakan makanan akan nerkurang dan proses mengunyah
dan menelan juga berpengaruh. Mulut kering akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi dan tukak pada rongga mulut.
c. Disfagia atau gangguan menelan
d. Kesulitan menelan maupun menyalurkan makanan dari rongga mulut
kelambung akibat disfagia. Jumlah dan bentuk makanan terbatas serta
kurang variatif, sehingga lansia akan terpapar pada kondisi malnutrisi
e. Intoleransi makanan terutama disebabkan oleh susu sehingga timbul diare
f. Dyspepsia
g. Sekumpulan gejala seperti perut kembung, perih, mual, makanan tidak
mau turun, dapat timbul pada lansia (dapat mudah dimengerti bila pada
kondisi ini asupan nutrisi berkurang hingga mereka menderita kekurangan
gizi
3.3.5. Hepar atau hati
Mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari 80 tahun,
maka obat-obatan yang mengalami proses metabolism di organ ini perlu
ditentukan dosisnya secara tepat agar lansia terhindar dari efek samping yang
tidak di inginkan.
3.3.6. Ginjal

Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism tubuh melalui air seni.
Darah yang masuk ke ginjal akan di saring oleh unit yang terkecil dari ginjal,
yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus)
Pada lansia terjadi penurunan jumlah nefron sebesar 5-7% setiap decade, mulai
usia 25 tahun. Bersihan kreatinin (CCT)menurun 0,75 ml/m/tahun dan
mengakibatkan berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sisa
metabolisme lewat urine, termasuk sisa obat-obatan. Oleh karena itu,
penyesuaian dosis juga perlu diingat bagi pasien geriatric.
3.5.7. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada jantung terlihat dalam gambaran anatomis berupa bertambahnya
jaringan kolagen, bertambahnya ukuran miokard. Berkurangnya jumlah miokard
dan berkurangnya jumlah air jaringan
Tebal bilik kiri dan kekakuan katup bertambah seiring dengan penebalan septum
interventrikuler, ukuran rongga jantung membesar
Selain itu akan terjadi penurunan jumlah sel-sel pacu jantung serta serabut berkas
His dan purkinye. Keaadaan diatas mengakibatkan menurunnya kekuaatan dan
kecepatan kontraksi miokard disertai dengan memanjangnya waktu pengisian
diastolic hasil akhirnya berupa berkurangnya fraksi enjeksi sampai 10-20%.
Timbulnya aritmia jantung juga akan meningkat sejalan dengan penambahan usia.
Pembuluh darah akan lebih kaku hingga kehilangan kelenturannya. Endapan
lemak

yang

menyebabkan

aterosklerosis

akan

makin

banyak

dengan

berbagaimanisfestasi seperti penyakit jantung koroner, ganggua aliran pembuluh


darah,otak dan ekstremitas
3.5.8. Sistem pernapasan
Seiring penambahan usia, kemampuanpegas dinding dada dan kekuatan otot
oernafasan akan menurun, sendi-sendi tulang iga akan menjadi kaku.
Keadaan tersebut mengakibatkan :
a. Penurunan laju ekspirasi paksa satu detik sebesar kurang lebih 0,2
liter/decade serta berkurangnya kapasitas vital
b. Menurunnya system pertahanan yang terdiri atas gerak bulu getar leukosit,
antibody dan reflex batuk, semua ini berakibat lansia menjadi lebih rentan
terhadap infeksi.

3.5.9. Sistem hormonal


Produksi testosterone dan sperma menurun mulai usia 45 tahun, namun tidak
mencapai titik nadir. Pada usia 70 tahun seorang laki-laki masih memiliki libido
dan mampu melakukan kopulasi.
Pada wanita karena jumlah ovum dan folikel yang sangat rendah, maka kadar
esterogen akan menurun setelah menopause (45-50 tahun). Hal ini menyebabkan
dinding rahim menipis, selaput lender, mulut rahim dan saluran kemih menjadi
kering. Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita lansia. Pada wanita
yang sering melahirkan, keadaan diasats memperbesar kemungkinan terjadinya
inkontenensia.
4. Efek biologis penuaan pada tubuh
Menurut tambayong, Jan. 2000 proses penuaan secara berangsur mengurangi
fungsi organ tubuh, meskipun sangat bervariasi.
4.1 Efek umum penuaan
Proses penuaan dapat menimbulkan reaksi lebih yang lambat, gerakan lebih kaku
dan lambat, koordinasi menurun, sikap tubuh berubah (lebih bengkok), kulit
mengering dan keriput, rambut mulai rontok dan beruban. Diskus intervertebralis
menipis, vertebra menipis sehinga tinggi padan menyusut, punggung lebih
bengkok (kifosis), tulang-tulang panjang tidak berubah sehingga batang tubuh
memendek, ekstremitas tetap sehingga tampak berlawanan dengan keadaan anak.
Otot menyusut, lemak bertambah (mesentrium, sekitar ginjal), lemak di bawah
kulit mengurang sehingga terbentuk keriput. Mineral dari tulang berjurang
karenanya tulang lebih rapuh (osteopoosis) dan menjadi mudah patah tulang.
Berat badan menurun.
Nilai-nilai normal darah tidak berubah namun bila oleh sebab tertentu
(misalnya, penyakit) menurun dibawah normal, akan lebih banyak memerluka
waktu untuk pemulihannya. Respon terhadap infeksi turun dan reaksinya lain,
misalnya bila terkena infeksi, suhu badan dan denyut jantung tidak banyak
berubah.
Lensa mata mulai kaku, ini akan mempengaruhi akomodsi (presbiopi),
sehingga untuk melihat dekat memerlukan bantuan kacamata positif (setelah

berusia lebih dari 50 tahun). Ini tanda bahwa proses menua sudah berjalan.
Pendengaran mulai terganggu (presbikusis), sejak usia lebih dari 45 tahun.
(Tambayong, Jan. 2000).
4.2 Aspek Sosial pada Proses Penuaan
Lingkungan social sangat mempengaruhi proses penuaan, bahkan pengaruhnya
paling besar dalam domain HRQL (health related quality life) menurut Clark, D O
(2000). Lansia yang seusia dan yang berasal daritempat yang sama akan memiliki
pengalaman hidup yang hampir serupa, baik pria maupun wanita.
Dalam prospektif stratifikasi menurut usia adalah berdasarkan kohor usia . lihat
gambar model HRQL
Healthy Model in Geriatrics
Perwatan mandiri
(self care)

Strata sosial

Penyakit
kronis

Rentang gerak
(ROM)

Status
fungsional

Level
HEQL

Strata sosial

Di mana domain self care terdiri atas perilaku positive yang mencegah penyakit
kronis /kecacatan. Range of motion meliputi anggota gerak atau dan bawah,
sedangkan status fungsional mencakup ADL dan IADL
Di Negara maju penyakit DM non-insulin merupakan penyakit terbanyak dimana
separuh diantaranya tidak disadari. Di lain pihak, survei yang menggunakan
questioner akan bermasalah ketika membandingkan strata social, dimana terdapat
perbedaan yang menyolok mengenai akses pada informasi kesehatan maupun
pelayanannya.
Untuk pemecahannya antara lain dengan meneliti sebab kematian, namun
kelemahan timbul karena sertifikat kematian yang tidak lengkap dan tidak akurat.
Lima sebab utama kematian di antara para lansia adalah :

a.
b.
c.
d.
e.

Penyakit kardiovaskular
Penyakit kanker
Penyakit serebrovaskular
Penyakit pneumonia/influenza
Penyakit COPD

Namun, penyakit yang palig mahal adalah golongan penyakit yang menyebabkan
kecatatan namun tak sampai meninggal. Penyakit arthitis merupakan penyakit
kronis yang paling sering dan paling banyak menyebabkan kecacatan.
Penyebab kecatatan lainnya adalah hipertensi, gangguan visual, dan
diabetes disamping penyakit kardiovasuler, COPD, dan membroveskular.
Bila dilakukan penanganan yang baik terhadap penyakit tersebut diatas
akan dapat memperbaiki range of motion dan kecacatan. Keterbatasan gerak
merupakan penyebab utama gangguan aktivitas hidup keseharian (activity of daily
living-ADL) dan IADL (ADL instrumental) (Guralnik, dkk). Demikian pula
halnya mempengaruhi provalensi penyakit kronis akan mengurang hambatan
gerak.
Saat ini menurut data terbaru bahwa di Amerika Serikat gangguan ADL
dan IADL semakin berkurang, yaitu antara 15-20% (menurut Clark, 1997).
Berkenbangnya penyakit kronis merupakan penyebab dari akumulasi perilaku
berisiko seta gangguan terhadap faktor-faktor fisik dan sosial selama masa
kehidupan.
4.3 Perubahan Fisiologi Penuaan
Menurut Pujiastuti, Sri Surini (2003) pada penuaan, perubahan fisiologis
mengenai sistem muskuloskeletal, saraf, kadio-vaskular-respirasi,indra, dan
integuen.
4.3.1 Sistem muskuloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut.
a. Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai protein
pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago, dan jaringan
pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan cross lineking yang
tidak teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan hubungan
tarikan linier pada jaringan kolagen merupakan salah satu penurunan
mobilitas pada jaringan tubuh.setelah kolagen mencapai puncak fungsi

atau daya mekaniknya karena penuaan, tensile strength dan kekuatan dari
kolagen mulai menurun. Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan
ikat pada jaringan penghubung mengalami perubahan kualitatif dan
kuantitatif sampai penuaan.
Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya
fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri,
penurunan kemampuann untuk meningkatkan keuatan otot kesulitan
bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok, dan berjalan, dan hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Upaya fisioterapi untuk mengurangi
dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk menjaga mobilitas.
b. Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan
mengalami granulasi dan akhirnya permukaan ssendi mmenjadi rata.
Selanjutnya, kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
generrasi yang terjadi cenderung ke arah progresif. Ptroteoglikan yang
merupakan komponen dasar matriks kartilago berkurang atau hilang
secaraa bertahap. Setelah matriks mengalami deteriorasi, jaringan fibril
pada kolagen kehilangan kekuatannya, dan akhirnya kartilago cenderung
mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa tempat,
seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif,
tidak hanya sebagai pereda kejut, tetapi juga sebagai permukaan sendi
yang berpelumas. Konsekuaensinya, kartilago pada ersendian menjadi
rentan terhadap gesekan.
Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar menumpu berat
badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mngalami peradangan,
kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya aktivitas seharihari.
c. Tulang. Berkurangnnya kepadatan tulang, setelah diobservasi,adalah
bagian dari penuaan fisiologi. Trabekula longitudinal menjadi tipis dan
trabekula tranversall terabsorbsi kembali.sebagai akibat perubahan itu,
jumlah tulang spongiosa berkurang dan tulang compakta menjadi tipis.
Perubahan lain yang terjadi adalah penurunan esterogen sehingga produksi
osteoclas tidak terkendalli, penurunan penyerapan kalsium di usus,

peningkatan kanal haversi sehingga tulang keropos. Berkurangnya


jaringan dan ukuran tulang secara keseluruhan menyeabkan kekuatan dan
kekakuan tulangg menurun.
d. Otot. Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi. Penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung, dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkann efek negatif.
e. Sendi. Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen, dan
fasia mengalami penurunan elastisitas. Ligamen, kartilago, dan jaringan
periartikular mengalami penuruna daaya lentur dan elastisitas. Terjadi
degenerasi, erosi, dan klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi
kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan ruas gerak sendi.
4.3.2 Sistem saraf
Lansia mengalami penuruan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan
respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif.
Hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan
orfologis dan biokimia. Berat otak pada lansia berkurang berkaitan dengan
berkurangnya kandungan protein dan lemak pada otak sehingga otak menjadi
lebih ringan (Pujiastuti, Sri Surini. 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Fatma. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga: Jakarta
Pujiastuti, Sri Surini. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. ECG: Jakarta
S, Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
asuhan keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai