Tugas Gerontik Kelompok 1
Tugas Gerontik Kelompok 1
TEORI PENUAAN
Di susun oleh:
Tingkat III B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ajeng Febrina
Dewinta Ari H.
Mia Kurnia P.
Nailatul Casanah
Nur Dziki P.
Zuhrotul Umi H
(12.008)
(12.029)
(12.084)
(12.090)
(12. 096)
(12.156)
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN LUMAJANG
TAHUN 2014
1. Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan manusia terdiri dari serangkaian proses
perubahan yang rumit dan panjang sejak pembuahan sejak pembuahan ovum oleh
sperma dan berlanjut sampai akhirnya kehidupan. Secara garis besar,
perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahap yaitu kehidupan sebelum lahir,
saat bayi, saat masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan usia lanjut (lansia).
Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan
jaringan uuntuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan mempertahankan
struktur dan fungsi dan normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang di derita. Lanjut usia merupakan kelompok
orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam
waktu tertentu. Menurut WHO, lansia di kelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
a.
b.
c.
d.
Pengertian lansia di bedakan dengan 2 yaitu lansa kronologis (kalender) dan lansia
biologis. Lansia kronologis mudah di ketui dan di hitung, sedangkan lansia
biologis dapat tergolong lansi, jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya.
Lanjut usia merupakan proses almiahdan berkesinambungan yang
menhgalami perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau organ
yang pada akhirnnya mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan badan secara
keseluruhan (Fatma,2010). Proses penuaan terdiri atas teori-teori tentang penuaan,
aspek bolois pada proses menua, proses penuaan pada tingkat sel, proses penuaan
menurut sistem tubuh, dan aspek psikologis pada proses penuaan (S, Tamher dan
Noorkasiani, 2009)
2. Teori-Teori Tentang Menua
Menurut Fatma (2010), menua (aging) merupakan proses yng harus terjadi
secra umum pada seluruh spesies secra progresif seiring waktu yang
menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi oran dan kegagalan suatu
organ atau system tubuh tertentu. Terdapat tiga dasar fundamental yang di pakai
untuk menyusun berbagai teori menua yaitu :
a. Pola penuaan pada hampir semua spesies mamalia di ketahui adalah sama
b. Laju penuaan di tentukan oleh gen yang sangat bervariasi pada setiap
spesies
c. Laju atau kecepatan penuaan dapat diperlambat, namun tidak dapatdi
hindari atau di cegah
Beberapa teori penuaan yang di ketahui di jelaskan berikut ini.
2.1 Teori berdasarkan system organ.
Teori berdasarkan system organ (organ system-based theory) ini berdasarkan
atas dugaan adanya hambatan dari organ tertentu dalam tubuh yang akan
menyebabkan terjadnya proses penuaan. Organ tersebut adalah system endokrin
dan system imun. Pada system enuaan, organ kelenjar timus mengecil yang
menurunkan fungsi imun. Penurunan system imun menimbulkan peningkatan
insidensi penyakit infeksi pada lansia. Dapat di katakan bahwa peningkatan usia
berhubungan dengan peningkatan insidensi penyakit infeksi.
2.2 Teori kekebalan tubuh.
Teori kekebalan tubuh (breakdown theory) ini . memandang proses penuaan
terjadi akibat adanya penurunan system kekebalan secara bertahap, sehingga
tubuh tidak dapat lagi mempertahankan diri terhadap luka, penyakit, sel mutan,
ataupun sel asing. Hal ini terjadi karena hormone-hormon yang di eluarkan oleh
kelenjar timus yang mengntrol system kekebalan tubuh telah menghilang seiring
dengan bertambahnya usia.
2.3 Teori fisiologik.
Sebagai contoh, teori adaptasi terhadap stress. Stress dapat beraal dari luar, juga
dapat bersifat fisik, psikologik, maupun social.
2.4 Teori psikososial.
Semakin lanjut usia seseorang maka ia semakin lebih memperhatikan dirinya
dan arti hidupnya, dan kurang memperhatikan peristiwa atau isu-isu yang sedang
terjadi.
usia lanjut akan tetap berinteraksi dengan lingkungannya serta tetap memelihara
identitas dan kekuatan egonya karena memiliki tipe kepribadian yang aktif dalam
kegiatan sosial.
2.6 Teori Sosiologik.
Teori perubahan sosial yang menerangkan menurunnya sumber daya dan
meningkatnya ketergantungan, mengakibatkan keadaan sosial yang tidak merata
dan menurunnya sistem penunjang sosial.
2.7 Teori pelepasan ikatan (disengagement theory)
Menjelaskan bahwa pada usia lanjut terjadi penurunan partisipasi ke dalam
masyarakat karena terjadi proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara
pelan-pelan dari kehidupan sosialnya. Pensiun merupakan contoh ilustrasi proses
pelepasan ikatan yang memungkinkan seseorang untuk bebas dari tanggung jawab
dari pekerjaan dan tidak perlu mengejar peran lain untuk mendapatkan tambahan
penghasilan. Teori ini banyak mendapatkan kritikan dari berbagai ilmuwan sosial.
2.8 Teori Aktivitas.
Berlawanan dengan teori pelepasan ikatan, teori aktivitas ini menjelaskan
bahwa lansia yang sukses adalah yang aktif dan ikut dalam banyak kegiatan
sosial. Jika seseorang sebelumnya sangat aktif, maka pada usia lanjut ia akan tetap
memelihara keaktifannya seperti peran dalam keluarga dan masyarakat dalam
berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, karena ia tetap merasa dirinya berarti
dan puas di hari tuanya. Bila lansia kehilangan peran dan tanggung jawab di
masyarakat atau keluarga, maka ia harus segera terlibat dalam kegiatan lain
seperti klub atau organisasi yang sesuai dengan bidang atau minatnya. Teori ini
menganggap bahwa pelepasan ikatan bukan merupakan proses alamiah seperti
pendapat Cumming & Hendry. Dalam pandangan teori aktivitas, teori pelepasan
adalah melekatnya sifat atau pembawaan lansia dan tidak mengembangkannya kea
rah masa tua yang positif.
dicapainya.
Kelompok-kelompok
lansia
seperti
ini
bila
dan
dihipotesiskan
penyebabnya,
yaitu
ketidaktepatan
dalam
inti kromatin.
Perubahan itu terjadi dalam inti kromatin kompleks, merupakan
suatu mekanisme kontrol yang bertanggung jawab terhadap
lemak.
Kerusakan membrane
dan
cross-linkage
biomolekul
merupakan hasil rangkaian reaksi radikal bebas. Hasil reaksi radikal bebas adalah
turunnya penyatuan sel karena turunnya aktivitas enzim, kesalahan metabolisme
asam nukleat, kerusakan fungsi membrane, dan penumpukan lipofusin pada
lisosom.
Penumpukan lipofusin tidak tampak sebagai titik-titik kehitaman pada
tangan seseorang, tetapi tampak secara mikroskopis pada saraf dan otot.
Mengetahui jumlah penumpukan lipofusin adalah cara yang paling baik untuk
melihat perubahan kronologis usia dan mungkin menjadi salah satu cara untuk
melihat kenyataan penuaan pada mamalia. Penumpukan lipofusin merupakan
contoh perubahan degenerative. Apabila terjadi pada jaringan, penumpukan akan
menghambat suplai oksigen dan nutrisi kesekeliling jaringan, menyebabkan
degenerasi, dan kemungkinan kematian jaringan.
Teori radikal bebas pada penuaan ditunjukkan oleh hormone. Perubahan
hormone pada penuaan menunjang reaksi radikal bebas dan akan menimbulkan
efek patologis, seperti kanker dan aterosklerosis. Penelitian telah dikembangkan
untuk melihat fungsi antioksidan pada radikal bebas. Vitamin E, vitamin C,
adanya penyakit. Termasuk dalam proram diet adalah pantangan merokok, minum
alkohol, dan mengendalikan penyebab stres seperti kecemasan, frustasi, atau stres
yang disebabkan oleh kerja keras.
3. Proses penuaan
Menurut Tambayong, Jan (2000) definisi proses penuaan itu tidak mudah,
karena sulit membedakan antara proses menua norrmal dan proses akibat
penyakit. Penuaan merupakan suatu proses multidimensional, yakni mekanisme
perusakan dan perbaikan di dalam tubuh atau sistem tersebut terjadi secara
bergantian pada kecepatan dan saat yang berbeda-beda.
Kesehatan dan panjang umur dipengaruhi beberapa faktor bawaan atau
turunan, kebudayaan, ras atau bangasa,dan nutrisi. Variasi dalam umur ini adalah
fungsi genetik terbatas sampai 90-110 tahun (yaitu lamanya DNA manusia dapat
tahan hidup). Faktor lingkungan ada yang berasal dari luar dan ada yang dari
dalam tubuh sendiri.
Berbagai
percobaan
dengan
hewan
menunjukkan
hasil
yang
pertengahan,
atau
bahwa
mengisolasi
diri.
Tipe
ketiga,
kegemaran yang sebelumnya pernah ada. Hal ini tentu erat kaitannya
dengan kemunduran kemampuan kogntif antara lain berupa berkurangnya
ingatan (suka lupa) dimana ingatan kepada hal-hal dimasa mudanya masih
baik, namun ingatan terhadap hal-hal yang baru terjadi sangat terganggu.
Ungkapan untuk ini dikenal dengan istilah shortterm memoryversus
lomgterm memory. Komponen yang pertama dilupakan adalah namanama. Hal ini dikaitkan dengan kemunduran fungsi pusat-pusat ingatan
pada lobus frontalis dan lobus lainnya di otak besar (cerebrum). Pada usi
lanjut,
orientasinya
secara
umum
serta
persepsinya
terhadap
3.3.3 Sedangkan teori non-adaptif yang mengatakan bahwa menua adalah proses
evolusi sebagai suatu konsekuensi tak langsung terhadap kekuatan yang
membentuk riwayat kehidupan.
3.4 Proses penuaan pada Tingkat Sel
Sebagaimana layaknya manusia yang bertumbuh semakin lama semakin tua, pada
dasarnya sel juga bertumbuh semakin lama semakin tua dan pada akhirnya sel-sel
tua itu mengalami kematian sel. Kematian tersebut bergantung pada masingmasing jenis sel yang membentuk jaringan tubuh.
Ciri-ciri sel yang semakin menua adalah bentuk selnya mengecil, sintesis
protein yang biasanya berlangsung di dalam sel. Prosenya semakin melambat,
badan Golgi kemudian memecah, mitokondria mengalami fragmentasi, sehingga
pada akhirnya sel yang bersangkutan mati bahkan lambat laun menghilang akibat
proses penyerapan dalam jaringan tubuh. Dalam konteks jaringan, sel-sel
parenkim menyusut, ketidakteraturan juga tampak dalam jumlah maupun ukuran
sel. Khusus untuk sel saraf/ganglion, terjadi pengurangan butir Nisl,
penggumpalan kromatin , penambahan pigmen lipofusin, vakoulisasi protoplasma,
dan organel berkurang seperti diuraikan di atas. Jaringan ikat ekstraseluler
semakin mengeras, yang selanjutnya menghambat sirkulasi dan nutrisi jaringan.
Secara mikroskopis, elektron dapat diamati adanya pengurangan kadar RNA yang
berfungsi selaku pusat dari metabolisme sel.
Usia masing-masing jenis sel tubuh berbeda-beda. Misalnya sel mukosa
saluran saluran pencernaan berusia sangat pendek, yaitu hanya hingga 1,5 hari, sel
eritrosit bisa mencapai 4 bulan, sementara ada sel yang berusia sangat lama
bahkan sel saraf (dalam kondisi eksperimen laboratorium) bisa mencapai usia 100
tahun.
Untuk sel-sel imun dalam tubuh, dikatakan semakin tua usia seseorang,
semakin banyak jumlahnya . akan tetapi, fungsinya semakin berkurang,. Hal ini
antara lain berakibat bahwa semakin tua seseorang akan semakin mudah terserang
penyakit infeksi dibanding mereka yang lebih muda.
Secara umum dapat dikatakan bahwa setelah melewati masa dewasa, selsel jaringan tubuh mulai menua. Pada masa dewasa sel-sel memncapai maturitas
(kematangan). Sebagai contoh, sel saraf tidak berproduksi lagi. Pada masa ini bila
seseorang mengalami cedera atau penyakit tertentu yang berakibat pada kematian
sel saraf itu, maka selnya sendiri tidak akan tergantingan lagi. Fungsinya akan
diambil alih oleh sel-sel lain yang tertinggal. Akibat pekerjaan ekstra itu, maka
sel-sel yang bersangkutan akan mengalamu proses penuaan yang lebih cepat lagi.
Kemudian dengan berlanjutnya usia, organ tubuh kehilangan sebagian
kemampuannya untuk dapat berfungsi secara optimal. Sehingga secara
keseluruhan fungsi tubuh semakin berkurang saja.
Di lain pihak, sel-sel hati dan pankreas terus saja mengalami reprosuksi
walaupun seseorang telah mencapai usia matur (hal ini jauh berbeda dengan selsel otak dan saraf seperti desibutkan di atas). Dalam kaitan usia biologis, terdapat
para ahli yang mengemukakan teori lain, bahwa setiap orang terlahir dengan jam
genetik tertentu yang berfungsi memengaruhi panjang pendeknya peluang usia
seseorang. Teori ini mendasari pandangannya pada kenyataan bahwa terdapat
keluarga-keluarga tertentu yang memiliki pola usia panjang dan sebaliknya.
3.5 Proses Penuaan menurut Sistem Tubuh
Proses tumbuh kembang (growth and development) dalam fase kehidupan setiap
individu dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) fase menurut tingkat kecepatan
perlangsungannya, yaitu : 1. Fase progresif (tumbuh kembang cepat ), 2. Fase
stabil (tumbuh kembang stasioner), dan 3. Fase regresif (kemunduran tumbuh
kembang).
Dalam fase ketiga (fase kemunduran), secara mikro berlangsung
kemunduran biologis dan fungsional (seperti yang diuraikan dalam Bab 3),
dengan akibat terjadinya perubahan-perubahan secara makro, yang meliputi:
perubahan pada kulit, sistem indra, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi , sistem
gastrointestinal, sistem perkemihan dan reproduksi, serta sistem neurologis.
Perubahan tersebut dijabarkan sebagai berikut.
3.5.1 Sistem kulit dan integument
Pada kulit, terutama kulit wajah yang mengeriput, hal pertama yang dialami
adalah kulit di sekitar mata dan mulut, sehingga berakibat wajah dengan ekspresi
sedih (lebih jelas pada wanita). Rambut semakin beruban dan khusus pada pria tak
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism tubuh melalui air seni.
Darah yang masuk ke ginjal akan di saring oleh unit yang terkecil dari ginjal,
yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus)
Pada lansia terjadi penurunan jumlah nefron sebesar 5-7% setiap decade, mulai
usia 25 tahun. Bersihan kreatinin (CCT)menurun 0,75 ml/m/tahun dan
mengakibatkan berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sisa
metabolisme lewat urine, termasuk sisa obat-obatan. Oleh karena itu,
penyesuaian dosis juga perlu diingat bagi pasien geriatric.
3.5.7. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada jantung terlihat dalam gambaran anatomis berupa bertambahnya
jaringan kolagen, bertambahnya ukuran miokard. Berkurangnya jumlah miokard
dan berkurangnya jumlah air jaringan
Tebal bilik kiri dan kekakuan katup bertambah seiring dengan penebalan septum
interventrikuler, ukuran rongga jantung membesar
Selain itu akan terjadi penurunan jumlah sel-sel pacu jantung serta serabut berkas
His dan purkinye. Keaadaan diatas mengakibatkan menurunnya kekuaatan dan
kecepatan kontraksi miokard disertai dengan memanjangnya waktu pengisian
diastolic hasil akhirnya berupa berkurangnya fraksi enjeksi sampai 10-20%.
Timbulnya aritmia jantung juga akan meningkat sejalan dengan penambahan usia.
Pembuluh darah akan lebih kaku hingga kehilangan kelenturannya. Endapan
lemak
yang
menyebabkan
aterosklerosis
akan
makin
banyak
dengan
berusia lebih dari 50 tahun). Ini tanda bahwa proses menua sudah berjalan.
Pendengaran mulai terganggu (presbikusis), sejak usia lebih dari 45 tahun.
(Tambayong, Jan. 2000).
4.2 Aspek Sosial pada Proses Penuaan
Lingkungan social sangat mempengaruhi proses penuaan, bahkan pengaruhnya
paling besar dalam domain HRQL (health related quality life) menurut Clark, D O
(2000). Lansia yang seusia dan yang berasal daritempat yang sama akan memiliki
pengalaman hidup yang hampir serupa, baik pria maupun wanita.
Dalam prospektif stratifikasi menurut usia adalah berdasarkan kohor usia . lihat
gambar model HRQL
Healthy Model in Geriatrics
Perwatan mandiri
(self care)
Strata sosial
Penyakit
kronis
Rentang gerak
(ROM)
Status
fungsional
Level
HEQL
Strata sosial
Di mana domain self care terdiri atas perilaku positive yang mencegah penyakit
kronis /kecacatan. Range of motion meliputi anggota gerak atau dan bawah,
sedangkan status fungsional mencakup ADL dan IADL
Di Negara maju penyakit DM non-insulin merupakan penyakit terbanyak dimana
separuh diantaranya tidak disadari. Di lain pihak, survei yang menggunakan
questioner akan bermasalah ketika membandingkan strata social, dimana terdapat
perbedaan yang menyolok mengenai akses pada informasi kesehatan maupun
pelayanannya.
Untuk pemecahannya antara lain dengan meneliti sebab kematian, namun
kelemahan timbul karena sertifikat kematian yang tidak lengkap dan tidak akurat.
Lima sebab utama kematian di antara para lansia adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
Penyakit kardiovaskular
Penyakit kanker
Penyakit serebrovaskular
Penyakit pneumonia/influenza
Penyakit COPD
Namun, penyakit yang palig mahal adalah golongan penyakit yang menyebabkan
kecatatan namun tak sampai meninggal. Penyakit arthitis merupakan penyakit
kronis yang paling sering dan paling banyak menyebabkan kecacatan.
Penyebab kecatatan lainnya adalah hipertensi, gangguan visual, dan
diabetes disamping penyakit kardiovasuler, COPD, dan membroveskular.
Bila dilakukan penanganan yang baik terhadap penyakit tersebut diatas
akan dapat memperbaiki range of motion dan kecacatan. Keterbatasan gerak
merupakan penyebab utama gangguan aktivitas hidup keseharian (activity of daily
living-ADL) dan IADL (ADL instrumental) (Guralnik, dkk). Demikian pula
halnya mempengaruhi provalensi penyakit kronis akan mengurang hambatan
gerak.
Saat ini menurut data terbaru bahwa di Amerika Serikat gangguan ADL
dan IADL semakin berkurang, yaitu antara 15-20% (menurut Clark, 1997).
Berkenbangnya penyakit kronis merupakan penyebab dari akumulasi perilaku
berisiko seta gangguan terhadap faktor-faktor fisik dan sosial selama masa
kehidupan.
4.3 Perubahan Fisiologi Penuaan
Menurut Pujiastuti, Sri Surini (2003) pada penuaan, perubahan fisiologis
mengenai sistem muskuloskeletal, saraf, kadio-vaskular-respirasi,indra, dan
integuen.
4.3.1 Sistem muskuloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut.
a. Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai protein
pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago, dan jaringan
pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan cross lineking yang
tidak teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan hubungan
tarikan linier pada jaringan kolagen merupakan salah satu penurunan
mobilitas pada jaringan tubuh.setelah kolagen mencapai puncak fungsi
atau daya mekaniknya karena penuaan, tensile strength dan kekuatan dari
kolagen mulai menurun. Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan
ikat pada jaringan penghubung mengalami perubahan kualitatif dan
kuantitatif sampai penuaan.
Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya
fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri,
penurunan kemampuann untuk meningkatkan keuatan otot kesulitan
bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok, dan berjalan, dan hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Upaya fisioterapi untuk mengurangi
dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk menjaga mobilitas.
b. Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan
mengalami granulasi dan akhirnya permukaan ssendi mmenjadi rata.
Selanjutnya, kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
generrasi yang terjadi cenderung ke arah progresif. Ptroteoglikan yang
merupakan komponen dasar matriks kartilago berkurang atau hilang
secaraa bertahap. Setelah matriks mengalami deteriorasi, jaringan fibril
pada kolagen kehilangan kekuatannya, dan akhirnya kartilago cenderung
mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa tempat,
seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif,
tidak hanya sebagai pereda kejut, tetapi juga sebagai permukaan sendi
yang berpelumas. Konsekuaensinya, kartilago pada ersendian menjadi
rentan terhadap gesekan.
Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar menumpu berat
badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mngalami peradangan,
kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya aktivitas seharihari.
c. Tulang. Berkurangnnya kepadatan tulang, setelah diobservasi,adalah
bagian dari penuaan fisiologi. Trabekula longitudinal menjadi tipis dan
trabekula tranversall terabsorbsi kembali.sebagai akibat perubahan itu,
jumlah tulang spongiosa berkurang dan tulang compakta menjadi tipis.
Perubahan lain yang terjadi adalah penurunan esterogen sehingga produksi
osteoclas tidak terkendalli, penurunan penyerapan kalsium di usus,