PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah keperawatan yang paling sering ditemukan di RS. Jiwa
adalah perilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, harga diri rendah, waham,
bunuhdiri, ketergantungan napza, dan defisit perawatan diri. Perilaku
kekerasan sendiri adalah suatu keadaan dimanan seorang individu mengalami
perilakuyang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri / orang lain.
(Townsend,1998).
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke
rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai
bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak
alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling
banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh
keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya
sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
manajemen perilaku kekerasan (MPK).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap
perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di
rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu
asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku
kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh
asuhan keperawatan ini dapat dituangkan menjadi pendekatan proses
keperawatan
Walau demikian meskipun perilaku kekerasan kadang bernilai
negative tapi tetap ada karena sebenarnya marah juga berguna yaitu untuk
meningkatkan
energi
dan
membuat
seseorang
lebih
berfokus/bersemangatmencapai tujuan. Kamarahan yang ditekan atau purapura tidak marah akanakan mempersulit diri sendiri dan mengganggu
hubungan intra personal. (Harnawatiaj,2008,3,http://www.gaya hidup sehat
Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa pada
semester 4. Dan diharapkan untuk dapat memahami tentang asuhan
1.3.2
Perilaku Kekerasan.
Mahasiswa mampu
memahami
faktor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Definisi
Menurut Stuart & Sundeen, Marah merupakan perasaan jengkel yang
timbul sebagai respons terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi
yang dirasakan sebagai ancaman. Perasaan marah normal bagi tiap individu,
namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi
sepanjang rentang adaptif dan maladaftif.
Rentang respon marah:
a. Asertif
Maladaptif
Frustasi
Pasif
Agresif
Amuk/PK
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,
manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik
emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga
menggambarkan
rasa
tidak
aman,
kebutuhan
akan
perhatian
dan
2. Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan diterima (permisive).
agresif
mempunyai
dasar
biologis.
Penelitian
neurobilogi
periforniks
hipotalamus
dapat
menyebabkan
seekor
kucing
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara yang tinggi,
berdebat.
Sering pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan,
memukul jika tidak senang.
b. Wawancara
Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang
dirasakan klien.
a. Emosi : Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam),
jengkel
b. Fisik : muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit
fisik, penyalahgunaan obat, dan tekanan darah.
c. Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
d. Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan/kebenaraan diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat.
e. Social : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan
humor.
anak bertambah dewasa, maka ia akan menampakkan reaksi yang lebih keras pada
saat kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi, seperti melempar barang, menjerit,
menahan nafas, mencakar, merusak atau bersikap agresif terhadap barang
mainannya. Bila reward dan punishment tidak dijalankan, maka ia cenderung
mengganggap perbuatan tersebut benar.
Kontrol lingkungan seputar anak yang tidak berfungsi dengan baik,
menimbulkan reaksi agresi pada anak yang akan bertambah kuat sampai dewasa.
Sehingga bila ia merasa benci dan frustasi dalam mencapai tujuannya ia akan
bertindak angesif. Hal ini akan bertambah apabila ia merasa kehilangan orangorang yang ia cintai atau orang yang berarti. Perilaku kekerasan dianggap sebagai
suatu akibat yang ekstrim dari marah atau kepanikan (takut). Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana
agresif verbal disuatu sisi dan kekerasan disisi yang lain.
2.6 Penatalaksanaan
a. Tindakan keperawatan (Keliat, dkk. 2002), mengemukaan cara khusus
yang dapat dilakukan keluarga dalam mengatasi marah klien:
1. Berteriak, menjerit, memukul, menerima marah klien, diam
sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah
rusak seperti bantal atau kasur.
2. Bantu klien latihan relaksasi, misalnya, latihan fisik atau olah
raga. Latihan pernapasan 2x/hari, tiap kali 10x tarikan dan
hembusan napas.
3. Bantu melalui humor. Jaga humor tidak menyakiti orang,
observasi ekspresi muka orang yang menjadi sasaran dan diskusi
cara umum yang sesuai.
b. Terapi medis
amenorrhea
pada
wanita,
hiperpireksia
atau
10
11
6. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
1. Gambaran diri, stressor yang menyebabkan berubahnya
gambaran diri karena proses patologik penyakit.
2. Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan
individu.
3. Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak
sesuaian antara satu peran dengan peran yang lain dan
peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas
perannya,
serta
peran
berlebihan
sementara
tidak
Perkembangan
hubungan
sosial
yang
tidak
adekuat
12
d. Spiritual
Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinannya masih kuat tetapi
tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahmya sesuai dengan
agama dan kepercayaannya.
8. Status mental
a. Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya
sendiri.
b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c. Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan
adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme,
otomatis, steriotipi.
d. Alam perasaan
Klien nampak ketakutan dan cemas.
e. Afek dan emosi.
Perubahan emosi yang tidak stabil terjadi karena klien berusaha
membuat jarak dengan perasaan tertentu karena jika langsung
mengalami perasaan tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan
ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk
melindungi dirinya, karena afek yang telah berubah memampukan
klien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari
lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak bizar
dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah
berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai,
berlebihan dan ambivalen.
f. Interaksi selama wawancara
13
14
Masalah Utama
Penyebab
Perilaku Kekerasan
15
orla
dan
PERENCANAAN
TUJUAN
dan dengan
lingkungan
manajemen
berhubungan
kekerasan.
dengan
kekerasan.
INTERVENSI
KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN
1
2
Resiko mencederai TUM:
melakukan
perilaku
3
1.1 Klien
mau
4
membalas 1.1.1
salam
1.2 Klien
mau
menjabat 1.1.2
tangan
1.3 Klien mau menyebutkan
nama
1.1.3
1.4 Klien mau tersenyum
1.5 Klien mau kontak mata
Klien dapat membina
1.1.4
1.6 Klien mau mengetahui
hubungan
saling
nama perawat
percaya.
1.1.5
1.1.6
Klien
mengidentifikasikan
penyebab
perilaku
kekerasan
dapat
hubungan inte
Jelaskan
kontrak
yan
dibuat
Beri rasa am
sikap empati
Lakukan
untuk
2.2Klien
dapat
mengungkapk
mengungkapkan
perasaannya
perasaan
2.2.1Bantu
klien
mengungkapk
penyebab
orang lain).
3.1
Klien
TUK 3:
Klien
perasaanya
penyebab
tangan
Jelaskan
singkat tapi se
Beri
kes
nama
Sebutkan
perawat samb
perilaku TUK:
TUK 2:
Beri salam /
mengungkapkan
jengkel
dapat 3.1.1 Anjurkan klie
mengungkapkan
mengidentifikasikan
tanda-tanda
jengkel
perilaku
jengkel / kesal
16
kekerasan
3.2
Klien
dapat 3.1.2
menyimpulkan
Observasi
tanda- perilaku
kekerasa
3.2.1 Simpulkan
klien tanda-tanda j
TUK 4:
4.1
Klien
Klien
dapat mengungkapkan
mengidentifikasi
kekerasan
dapat 4.1.1
perilaku
yang
biasa
kekerasan
dilakukan klien.
dengan
kekerasan
perilaku
yang
sesuai
biasa
yang
biasa
menyelesaikan
dapat
apakah dengan ca
masalah
klien lakukan ma
dapat
selesai.
5.1.1 Bicarakan akibat/
menjelaskan akibat
mengidentifikasi
perilaku
Bicarakan denga
dapat
atau tidak.
5.1
Klien
TUK 5:
yang
dilakukan.
dengan
kekerasan
dilakukan.
akibat
yang
Klien
klien
mengungkapkan
Anjurkan
digunakan klien
dilakukan klien
5.1.2
kekerasan
Bersama
menyimpulkan aki
Tanyakan pad
apakah
ia
mempelajari cara b
TUK 6:
Klien
medefisinisikan
cara
sehat?
Tanyakan
pada
apakah ia ingin
berespon terhadap
mempelajari c
17
kemarahan
berespon
secara konstruktif
yang sehat?
terhadap kemarahan
Diskusikan deng
memukul bantal/ ka
yang memerlukan t
b. Secara verbal:
bahwa anda
memenuhi keingina
c. Secara
dalam
sosial:
kelompo
d.
ma
perilaku kekerasa
e. Secara spiritual:
klien
sembahyang, berdoa
untuk dibe ri ke
mengadu
tentang
kejengkelan.
18
pada
ke
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respons klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua
yaitu; Evaluasi proses/formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, evaluasi hasil/sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara
respons klien dan tujuan khusus seta umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai
pola pikir.
S : Respons Subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat
diukur dengan menanyakan ; Bagaimana perasaan anda setelah latihan napas
dalam?
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat
tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau
memberi umpan balik sesuai hasil observasi.
A : Analaisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau data yang
kontraindikasi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil
dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.
Evaluasi yang dilakukan pada pasien :
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan dan akibat dari poerilaku kekerasan yang
dilakukan.
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara
teratur sesuai jadwal :
Secara fisik, secara sosial atau verbal, secara spiritual, dengan terapi
pshikofarmaka.
Evaluasi yang dilakukan pada keluarga :
a. Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan
b. Keluarga mampu menunjukan sikap yang mendukung dan menghargai
pasien
19
20
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart & Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan
untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
(Stuart dan Sundeen, 1995.
Tanda gejala yang muncul dapat dilihat dari emosi (Tidak adekuat, tidak
aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel), fisik (muka merah,
pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit fisik, penyalahgunaan obat,
dan tekanan darah.), intelektual ( mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat,
meremehkan),
spiritual
(kemahakuasaan,
kebajikan/kebenaraan
diri,
dari
perilaku
kekerasan
dapat
dilakukan
secara
21
Daftar Pustaka
1. Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa
Schizofrenia, FKUI; Jakarta.
2. Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat
Pelayanan Keperawatan, 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan,
Jakarta.
3. .Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.
4. .Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa,
penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta.
5. .Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit
buku kedokteran EGC ; Jakarta.
6. .Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK,
UI : Jakarta.
7. Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi
Dengan Keluarga, Edisi 1, CV. Agung Seto; Jakarta.
8. .Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi
3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.
9. Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.
10. WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku
Kedokteran EGC ; Jakarta.
22