161 165 1 PB
161 165 1 PB
ABSTRACT
Recently, severe sepsis is s!ll being a main cause of death
in ICU. Almost 15% of pa!ents that were cared in ICU were
the pa!ents with severe sepsis and two third of those
severe sepsis were sep!c shock. Eventhough urosepsis
is the most infec!on type that cause severe sepsis and
sep!c shock, there were s!ll low a'en!on for this case.
ABSTRAK
Sepsis berat sampai saat ini masih menjadi penyebab
kema!an utama di ICU. Hampir 15% pasien yang dirawat
di ICU adalah pasien dengan sepsis berat dan dua
per!ga dari mereka mengalami syok sep!k. Urosepsis
merupakan infeksi yang menjadi salah satu penyebab
tersering terjadinya sepsis berat dan syok sep!k, namun
sering kurang diperha!kan dalam mengelola pasien
sepsis.
PENDAHULUAN
Berdasarkan studi terakhir angka kejadian sepsis berat di USA mencapai 750.000 kasus pertahun dan
membutuhkan perawatan ICU. Meskipun angka kema!an sepsis berat dan syok sep!k sedikit menurun seiring berjalannya waktu dan semakin baiknya pemahaman
tentang patosiologi dan terapi sepsis, angka kema!an
sepsis berat dan syok sep!k masih tetap !nggi (28% dan
55%).1,2,3
Ada 5 penyebab infeksi utama pada pasien sepsis yaitu pneumonia, blood stream infec!on, infeksi intraabdomen, urosepsis, dan infeksi yang terkait dengan
penggunaan kateter. Urosepsis adalah infeksi sistemik
yang berasal dari fokus infeksi di traktus urinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan dapat menjadi
sepsis berat dan syok sep!k. Insiden urosepsis 20-30 %
dari seluruh kejadian sepsis dan lebih sering berasal dari
komplikasi infeksi di traktus urinarius. Mortalitas urosep-
(ISK) (4) acute kidney injury (AKI). Resusitasi cairan dengan kristaloid (ringer laktat) 20 ml/Kg/jam. 1 jam setelah
resusitasi, tekanan darah naik dari 70/40 mmHg menjadi
90/61 mmHg (MAP 70), nadi 105 kali permenit, direncanakan untuk pemasangan kateter vena sentral, namun
keluarga menolak. 2 jam setelah resusitasi cairan, tekanan darah 112/67 mmHg, nadi 110 kali permenit, urine 50
ml dalam 2 jam, dan SpO2 98% dengan O2 6 liter permenit.
Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 10,6 g/dl,
HCT 33%, leukosit 12300/dl dengan neutrol segmen
91%, trombosit 43.000/dl, PT 18 de!k (kontrol 10,2 de!k), APTT 55,2 de!k (kontrol 30,7 de!k), brinogen 595
mg/ml, D-Dimer 0,5 mg/L. Urinalisa : sedimen; epitel (+),
leukosit banyak, eritrosit banyak, bakteri (+), protein (++),
darah (+++), nitrit (+), leukosit esterase (++), kimia darah :
ureum 60 mg/dl, krea!nin 2,1 mg/dl, SGOT 57 u/L, SGPT
26 u/L, albumin 2,9 gr/dl, bilirubin total 7,5 mg/dl, bilirubin direct 2,7 mg/dl, Bilirubin indirect 4,8 mg/dl, GDS 135
mg/dl, Na 136 meq/L, K 2,9 meq/L, Cl 109 meq/L. AGD
pH 7,396 pCO2 30,2 pO2 82, BE -6,4 HCO3 18,7 SaO2
96,4%.
Empat jam kemudian tekanan darah 105/70
mmHg, nadi 102 kali permenit dengan produksi urine 1,5
cc/kg/jam dan kesadaran mulai membaik. Pada jam ke-7
tekanan darah turun 79/55 mmHg (MAP 63), nadi 110
kali permenit. Kemudian diberikan norepinefrin dengan
dosis awal 0,05 mcg/kg/jam di!trasi untuk mencapai
MAP > 65. Terapi an!bio!k empirik yang diberikan adalah
penicillin G 4x1,5 juta unit/IM. Pada jam ke-14 kesadaran
penderita menurun, tekanan darah 75/50 mmHg, nadi
90 kali permenit dengan topangan norepinefrin 0,1 mcg/
kgbb/min, SpO2 83-85%. Dilakukan intubasi endotrakeal,
dan untuk selanjutnya perawatan di ICU. Direncanakan
untuk pemeriksaan serologi leptospira, an! dengue IgG
dan IgM, kultur darah dan sputum.
Saat masuk ICU, pasien tampak sakit berat, dengan sedasi ,terintubasi dibagging dengan SpO2 95%.
Tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 100 kali permenit dengan norepinefrin 0,1 mcg/kgbb/min, suhu 36,5 C. Mata:
tampak sklera ikterik, Pada pemeriksaan paru didapatkan ronki basal bilateral, sekret kental purulen + ada darah. Bunyi jantung I/II murni, gallop (-). Abdomen supel,
paristal!k (+), akral dingin, CRT > 2 de!k. Urine warna
kuning kecoklatan.
Pernapasan pasien di bantu dengan ven!lator
PCV f 12x/menit IP 12, PEEP 10 didapatkan volume !dal 450-500cc , I:E =1:2 , FiO2 1,0 didapatkan SpO2 96%.
Dilakukan pemasangan kateter vena sentral (CVC) , dan
pada pengukuran nilai CVP + 11 cmH20. Resusitasi dilakukan sesuai dengan Surviving Sepsis Campaign 2008.
Setelah 1 jam di ICU target resusitasi tercapai MAP> 65
mmHg, CVP +11 cmH2O, urine > 0,5 cc/kg/jam dan CRT <
2 de!k.
Data laboratorium : Hb 9,8 gr/dl, HCT 27,6%, leukosit 10550/dl, trombosit 40.000/dl , PT 14,4 de!k, APTT
44,4 de!k(1,18 kontrol), INR 1,1, D-Dimer 1200 mg/L,
brinogen 496 mg/ml , ureum 66 mg/dl, krea!nin 1,5,
infeksi selain oleh leptospirosis yaitu pneumoni dan infeksi saluran kemih maka sebaiknya dipilihkan an!bio!ka spektrum luas sesuai dengan rekomentasi SCC 2008.
Pada hari ke-3 perawatan terbuk! secara laboratorium
serologi leptospira nega!f dan kondisi pasien mengalami perburukan maka, berdasarkan pola kuman di RSCM
yang terbanyak disebabkan oleh Pseudomonas sp, maka
dipilihkan kombinasi terapi dengan menggunakan meropenem dikombinasi amikasin sebagai terapi empirik.
Dari kultur sputum didapatkan Klebsiella pneumoniae
yang sensi!f terhadap meropenem dan amikin. Secara
klinis dan gambaran foto toraks memperlihatkan inltar
yang cepat berkurang setelah pemberian terapi empirik
sehingga an!bio!ka ini dilanjutkan sampai hari kelima
untuk amikasin, dan hari ketujuh untuk meropenem.
Pemantauan selama resusitasi dan terapi dapat
dipakai parameter ScvO2 dan laktat darah sebagai parameter keberhasilan resusitasi dan terapi di!ngkat mikrosirkulasi selain parameter makro seper! tekanan darah,
CVP, CRT, produksi urine yang selama ini sudah kita pakai.
Pada kasus ini selama perawatan tampak ScvO2 pasien
pada hari-hari awal perawatan cukup !nggi sampai > 80
%, dan sesuai dengan peningkatan laktat darah penderita (> 2 mmol/L). Keadaan ini dapat menjelaskan kondisi
pasien saat itu masih dalam kondisi syok sep!k dimana
pada kondisi ini sel !dak dapat/!dak terjadi mengektraksi oksigen yang dihantarkan (delivery). Pemberian NTG
pada kasus ini diharapkan dapat membuka sirkulasi mikro, namun sampai saat ini penggunaannya untuk tujuan
tersebut masih menjadi kontroversi. Bila menggunakan
ScvO2 dan laktat darah untuk pemantauan keberhasilan
resusitasi dengan terapi yang diberikan, maka sebaiknya
dilakukan secara serial.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
fec!ous Diseases in Cri!cal Care Medicine, 2nd edi!on, New York : Informa Heatlhcare, 2007; 527-534.
Schiefer HG, Diemer TH, Weidner W. Urosepsis. In
: Emergencies in Urology, Hohenfellner M. Satucci
RA. (Eds), Berlin, Springer, 2007, 45-49.
Lavy MM, et al, 2001 SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS Interna!onal Sepsis Deni!ons Conference, Crit Care
Med 2003 Vol. 31, No. 4 ; 1250-1256
Rivers et al.Early goal directed therapy in the treatment of severe sepsis dan sep!k shock. N Engl J
Med, Vol. 345, No. 19, 2001
Dellinger RP, Carlet JM, Masur H, et al. for the
Surviving Sepsis Campaign Management Guidelines
Commi'ee. Crit Care Med 2004; 32:858-873.
Dellinger RP,Levy MM, Carlet JM. Surviving Sepsis
Campaign: Interna!onal guidelines for management
of severe sepsis and sep!c shock: 2008 , Intensive
Care Med (2008) 34:1760
Departemen Mikrobiologi FKUI. Hasil uji resistensi
bakteri terhadap berbagai an!bio!ka 2006. Jakarta :
Departemen Mikrobiologi FKUI; 2006
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus sepsis berat dengan syok
sep!k akibat urosepsis yang awalnya diduga leptospirosis
dan DSS, yang dalam penatalaksanaannya belum sesuai
dengan SSC 2008. Anamnesis dan pemeriksaan sik yang
baik, serta cermat dalam membaca hasil penunjang sangat pen!ng untuk membangun sebuah diagnosis kerja.
Penatalaksanaan sebaiknya menggunakan SSC 2008
disesuaikan kondisi dan situasi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
1. Trzeciak S, Parillo J.Sep!c Shock. In : Cri!cal Care
Medicine Principles of Diagnosis and Management
in the Adult, 3rd edi!on, Philadelphia: Mosby Elsevier; 2008,439-450.
2. Cavazzoni SL, el al. Severe sepsis and Mul!ple Organ
Dysfunc!on. In cri!cal Care Medicine of Diagnosis
and Management in the Adult. 3rd edi!on Pliladelphia, Mosby-Elsevier, 2008, 467-484
3. Gaudio AR. Severe sepsis. In : Ohs Intensive Care
Manual, 6th edi!on, Bersten AD, Soni N (editor),
China, Elseiver, 2009 709-718.
4. Cunha BA. Urosepsis in the Cri!cal Care Unit. In :In Anestesia & Critical Care Vol 28 No.3 September 2010 48
Lampiran
Kriteria klinik CPIS untuk Diagnosis Pneumonia
Variabel
Suhu 0 C
Lekosit
0
36,1 - 38,4
4000 dan 11000
1
38,5 - 38,9
<4000 dan> 11000
2
39 - 36
Sekresi
PaO2/FIO2
Foto toraks
Tidak ada
>240 atau ARDS
Tidak ada inltrate
Ada purulen
< 240,bukan ARDS
Terlokalisir
Mikrobiologi