Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PENDAHULUAN
ULKUS DIABETES
RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA
OLEH:
KHOMSATUN MUNIFAH, S. Kep.
A. PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Jumlah penyandang DM di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
menunjukkan peningkatan yang sangat tinggi. Indonesia kini menempati urutan
ke-4 terbesar dalam jumlah penderita DM didunia. Pada tahun 2000, jumlah
penyandang di Indonesia sebanyak 8,4 juta jiwa. Pada tahun 2006, jumlah
penyandang DM di Indonesia mencapai 14 juta orang. Dari jumlah itu, baru 50%
penderita yang sadar mengidap, dan sekitar 30% di antaranya melakukan
pengobatan secara teratur. Penderita DM diperkirakan akan mencapai angka 21,3
juta jiwa pada tahun 2030 nanti (Hans, 2008).
Tingginya angka kejadian DM ini sangat perlu diwaspasai akan terjadinya
komplikasi yang mungkin akan terjadi. Setelah bertahun-tahun penyakit diabetes
melitus ini dapat merusak jaringan tubuh disebabkan terjadinya berbagai
komplikasi. Komplikasi tersebut diantaranya yaitu komplikasi pada mata
(penglihatan kabur, katarak, retinopati), gangguan pada saraf (neuropati), ulkus
diabetikum dan komplikasi pada sistem kardiovaskuler (Widharto, 2007).
Hingga saat ini belum ada obat yang secara pasti dapat menyembuhkan
penyakit DM. Akan tetapi, terapi (pengobatan) yang dilakukan bertujuan untuk
mengendalikan kadar gula dalam darah sehingga penderita tidak mengalami
gangguan berupa rasa sakit. Terapi yang selama ini dilakukan juga memerlukan
biaya yang cukup tinggi (Widharto, 2007).
2.
Tujuan
a.
Tujuan Umum
Tujuannya adalah untuk mengetahui konsep teori ulkus diabetes dan asuhan
keperawatan yang tepat.
b.
Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian dari ulkus diabetes.
2) Mengetahui etiologi ulkus diabetes.
3) Mengetahui patofisiologi ulkus diabetes.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pengertian
Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes
mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya
kematian jaringan setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada
permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi
vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita
yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan
oleh bakteri aerob maupun anaerob (Windharto, 2007).
Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita diabetes mellitus menurut
Wagner dikutip oleh Waspadji S, terdiri dari 6 tingkatan:
0
1
2
3
4
5
2.
Etiologi
Apabila pada seseorang penderita kencing manis kadar glukosa darahnya
tinggi dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul komplikasi menahun
(kronis yang mengenai mata menyebabkan gangguan penglihatan bila mengenai
sistem syaraf akan menyebabkan gangguan rasa dan gangguan bila mengenai
ginjal menyebabkan gangguan fungsi ginjal). Adapun gambaran luka
padapenderita kencing manis dapat berupa: demopati (kelainan kulit berupa
bercak-bercak bitam di daerah tulang kering), selulitis (peradangan dan infeksi
kulit), nekrobiosisi lipiodika diabetik (berupa luka oval, kronik, tepi keputihan),
osteomielitis (infeksi pada tulang) dan gangren (lika kehitaman dan berbau
busuk). Ada beberapa hal yang mempengaruhiterjadinya ulkus diabetik, yaitu:
a.
Neuropati diabetik.
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah
yang bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau
c.
Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik
(neoropati) (Soeparman, 2000).
3.
Patofisiologi
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes
mellitus adalah ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor
yang sering disebut trias yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi.
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan
terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan
syaraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan
akson menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek
otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila
diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika.
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena
kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini
disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga
sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut
nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin
risiko
lain
yaitu
hipertensi
akan
meningkatkan
kerentanan
terhadap
4.
Pathway
Proses menu/kemunduran
Fungsi pengecap
Fungsi pankreas
HIPERGLIKEMIA (DM)
Komplikasi vaskuler
Proses pembentukan
ATP/energi terganggu
osmotik
diuresis
Mikrovaskuler
BB
Retinopati
PK: KAD
Ketidakseimbangan
Nutrisi: kurang dari
Kebutuhan tubuh
Glycosuria
Makrovaskuler
Neuropati
Nefropati
Kelelahan/
Keletihan
Risiko
cedera
Kekuarangan
volume cairan
parestesia (kesemutan)
semibilitas nyeri
suhu menurun
PK: GGK
Risiko infeksi
Nyeri
Ulkus
Ekstremitas
5.
Manifestasi klinis
Ulkus diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut
emboli membrikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola
dari fontaine :
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus) (Brunner
& Suddart, 2002).
6.
Komplikasi
Komplikasi diabetes Mellitus adalah sebagai berikut (Mansjoer, 1999) :
a.
Komplikasi akut
1) Kronik hipoglikemia
2) Ketoasidosis untuk DM tipe I
3) Koma hiperosmolar nonketotik untuk DM Tipe II
b. Komplikasi kronik
1) Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak
2) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik dan
nefropati diabetik
3) Neuropati diabetik
4) Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
5) Ulkus diabetikum (Price, 2007).
7.
Penatalaksanaan
a. Strategi Pencegahan
Fokus pada penanganan ulkus diabetikum adalah pencegahan
terjadinya luka. Strategi yang dapat dilakukan meliputi edukasi kepada
pasien, perawtan kulit, kuku dan kaki serta pengunaan alas kaki yang dapat
melindungi. Pada penderita dengan resiko rendah boleh menggunakan sepatu
hanya saja sepatu yang digunakan jangan sampai sempit atau sesak.
Perawatan kuku yang dianjurkan pada penderita Resiko tinggi adalah kuku
harus dipotong secara tranversal untuk mencegah kuku yang tumbuh
kedalam dan merusak jaringan sekitar.
b.
8.
Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan
status
kesehatan
dan
pola
pertahanan
penderita,
letargi,
9.
ekstrimitas.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan
d.
e.
f.
g.
pengaturan.
Risiko cidera berhubungan dengan retinopati.
Kelelahan berhubungan dengan status penyakit
Diagnosa
Kriteria Hasil
Keperawatan
Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
kulit berhubungan x 24 jam, di harapkan integritas kulit klien utuh.
dengan
adanya Kriteria hasil:
gangren
pada Indikator
Awal Akhir
ekstrimitas
1. Temperatur
jaringan
sesuai
yang di harapkan
2. Warna sesuai yang
diharapkan
3. Tekstur sesuai yang
diharapkan
4. Ketebalan
sesuai
yang di harapkan
5. Bebas lesi jaringan
6. Perfusi jaringan
7. Pertumbuhan
rambut pada kulit
Intervensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
Nyeri
akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24
berhubungan
jam, diharapkan nyeri klien teratasi, dengan
dengan agen cidera kriteria:
biologi.
Indikator
Skala
Skala
awal
tujuan
Ekspresi nyeri pada
wajah
Pernyataan nyeri
Frekuensi nyeri
Perubahan frekuensi
pernafasan
Perubahan nadi
Perubahan tekanan
darah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan.
Kontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin.
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
Tingkatkan istirahat.
Berikan informasi tentang nyeri seperti
pupil
DAFTAR PUSTAKA