Jawaban Uts PPKN SD
Jawaban Uts PPKN SD
Oleh:
Nama
: Berliana Permatasari
NIM
: 1401411588
Rombel : 7
Soal
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan nilai, moral, dan norma di Indonesia? Dan apa peran
PKn sebagai pendidikan nilai?
2. Jelaskan sejarah perkembangan kurikulum PKn di Indonesia!
3. Mengapa dalam proses belajar mengajar guru tidak diperbolehkan menerapkan
pendekatan yang kasar, keras, dan membuat anak tertekan?
4. Sebutkan alasan mengapa dalam mengembangkan materi ajar PKn SD guru harus
memperhatikan salah satu unsur dalam proses belajar mengajar yaitu "Lingkungan"!
5. Uraikan alasan Ilmiahnya mengapa dalam pengembangan materi ajar PKn SD, guru perlu
menerapkan belajar aktif (active learning) kepada siswanya?
Jawaban
1. a. Secara yuridis-formal, pendidikan nilai, norma dan moral di Indonesia
dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan yan berlandaskan pada UndangUndang Dasar Republik Idonnesia Tahun 1945 (UUD RI 1945) sebagai landasan
konstitusional, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) sebagai landasan operasional, dan Peraturan Menteri Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Nomor 23 Tahum 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai landasan kurikuler. Sejalan dengan Kebijakan
Departemen Pendidikan Nasional melalui Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP), maka kurikulum pendidikan kewarganegaraan untuk lingkungan lembaga
pendidikan formal dilaksanakan dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
UUD 1945 sebagai landasan konstitusional pada bagian Pembukaan alinea
keempat memberikan dasar pemikiran tentang tujun negara. Salah satu tujuan negara
tersebut dapat dikemukakan dari pernyataan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Apabila dikaji, maka tiga kata ini mengandung makna yang cukup dalam.
Mencerdaskan kehidupan bangsa mengandung pesan pentingnya pendidikan bagi
seluruh anak bangsa. Dalam kehidupan berkewarganegaraan, pernyataan ini
memberikan pesan kepada para penyelenggara negara dan segenap rakyat agar
memiliki kemampuan dalam berpikir, bersikap, dan berprilaku secara cerdas baik
dalam proses pemecahan masalah maupun dalam pengambilan keputusan kenegaraan,
kebangsaan, dan kemasyarakatan.
UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas sebagi landasan operasional penuh dengan
pesan yang terkait dengan pendidikan kewarganegaraan. Pada Pasal 3 ayat (2) tentang
fungsi dan tujuan negara dikemukakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Adanya ketentuan tentang pendidikan kewarganegaraan dalam UU Sisdiknas
sebagai mata pelajaran wajib di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi menu
njukkan bahwa mata pelajaran ini menempati kedudukan yang strategis dalam
mencapai tujuan pendidikan nasional di negara ini. Adapun arah pengembangannya
hendaknya difokuskan pada pembentukan peserta didik agar menjadi manusia
Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
b. Peran PKn sebagai pendidikan nilai
Pendidikan
nilai
adalah
pendidikan
yang
mensosialisasikan
dan
Tujuh Bahan Pokok Indoktrinasi (TUBAPI) sebagai buku sumber atau acuan mata
pelajaran Civics yang telah muncul pada tahun 1961. Buku tersebut berisi tentang: (1)
Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (2) Pancasila, (3) UUD 1945, (4) Demokrasi
dan Ekonomi Trpimpin, (5) Konferensi Asia Afrika, (6) Hak dan Kewajiban Warga
Negara,
(7)
Manifesto
Politik,
(8)
Lampiran
lain-lain
Dekrit
yang
Presiden,
Pidato
dipraktekkan
dalam
TUBAPI (Sunarso, 2006: 3). Kemudian pada tahun 1962 istilah Civics diganti lagi
dengan nama Kewargaan Negara.
Pada tahun 1966 (Orde Baru), isi mata pelajaran Civics versi Orde Lama hampir
seluruhnya dihilangkan, karena dianggap sudah tidak relevan dengan tuntutan yang
sedang
berkembang.
Dalam
lagi
tentang
P-4
telah
dicabut
dengan
Ketetapan
MPR
istilah
PKn
kembali
menjadi
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan (PPKn).
3. Karena dalam proses belajar mengajar siswa bersama guru saling berinteraksi agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Jika dalam proses belajar
mengajar guru menerapkan pendekatan yang kasar, keras, dan membuat anak tertekan
maka siswa akan merasa tidak nyaman saat proses pembelajaran. Usia anak SD usia
dimana anak msih ingin bermain jika guru meggunakan pendekatan yang kasar, keras
dan membuat anak tertekan maka psikologis akan terganggu dan akan mempengaruhi
masa pertumbuhannya. Dalam proses belajar mengajar guru sebaiknya menggunakan
model atau metode yang menarik yang dapat membuat siswa merasa nyaman dan
tidak membosankan serta melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga
siswa lebih tertarik dalam proses pembelajaran dan tujuan pembelajaran akan tercapai
secara maksimal. Guru juga dituntut unuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam
proses belajar mengajar dan guru harus memberikan motivasi pada siswa agar siswa
dapat berpartisipasi di dalam kelas.
Karena pendekatan kekerasan, hukuman ataupun nilai rendah. Bagi sebagian
siswa ancaman untuk memberi nilai rendah mungkin efektif, namun hal tersebut bisa
memicu
mereka
mengambil
jalan
pintas
(mencontek).
Dan
mengganggu
Sikap riil merupakan Sikap pendidik hendaknya jangan terlampau otoriter atau
terlampau permissive akan tetapi bersikaplah realistis. Pendidikan memerlukan
kebebasan akan tetapi juga pengendalian. Anak didik harus diberi kebebasan yang
cukup tanpa diawasi ketat oleh guru. Sikap riil ini tidak terlalu otoriter dan tidak
permissive.
Adapun penerapan tipe-tipe disiplin ini memberi dampak yang cukup nyata bedanya.
Pengaruh penerapan disiplin ini pada anak, meliputi beberapa aspek, misalnya :
1. Pengaruh pada perilaku
Anak yang mengalami disiplin yang keras, otoriter, biasanya akan sangat patuh
bila dihadapan orang orang dewasa, namun sangat agresif terhadap teman
sebayanya. Sedangkan anak yang orang tuanya lemah akan cenderung mementingkan
diri sendiri, tidak menghiraukan hak orang lain, agresif dan tidak sosial. Anak yang
dibesarkan
dengan
disiplin
yang
demokratis
akan
lebih
mampu
belajar
hukuman
juga
harus
dilakukan
sesuai
dengan
tingkat
pelanggaran peraturan tersebut tidak terlalu serius, maka hukuman yang diberikan
juga jangan terlalu keras atau terlalu serius.
Penghinaan
Hindari kritik yang berlebihan kepada siswa. Hal ini akan semakin mengurangi rasa
percaya diri dan motivasi mereka. Hal ini juga dapat membuat mereka marah.
Hukuman bersama
Hindari menghukum seluruh kelas atau seluruh kelompok siswa yang mengganggu
dan bandel hanya karena perilaku mengganggu sebagian saja. Tindakan semacam itu
akan memunculkan rasa dendam dari para siswa yang tidak bersalah.
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak ke dalam UU no 23 Tahun 2002. Hal
ini berarti Indonesia harus melakukan penyesuaian untuk melindungi Konvensi Hak
Anak. Isi konstitusi sangat jelas bahwa segala jenis kekerasan denga dalih apapun
tidak dapat dibenarkan dan merupakan pelanggarana terhadap hukum. Oleh sebab itu,
siapapun termasuk pemerintah dapat melakukan kekerasan pada remaja atau anak.
Tidak hanya kekerasan memiliki dampak negatif dan panjang, namun juga melawan
hukum internasional maupun nasional.
Pendekatan yang dipergunakan saat pembelajaran salah satunya dengan
pembelajaran PAIKEM, PAKEM adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan
peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan,
sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. Salah satu
komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah praktik dengan timbal
balik. Anda bisa meningkatkan proses pembelajaran dengan baik yaitu dengan
memberikan siswa aktifitas yang teratur dan berkaitan dengan tujuan. Siswa
seharusnya diberi kesempatan untuk praktek supaya bisa melakukannya. Mereka
seharusnya itdak hanya bisa praktek, tetapi juga diberikan informasi yang berlawanan
tentang penampilannya. Pengaruh timbal balik kadang-kadang ditunjukan sebagai
hasil pengetahuan siswa diberitahu jawaban yang benar dan yang salah, atau
ditunjukan kopian dari jawaban yang benar atau contoh yang mereka pastikan bahwa
jawabanya benar. Pengaruh timbal balik mungkin diberikan dalam bentuk yang kuat.
Kekuatan bagi pelajar dewasa yaitu khusus dalam istilah pernyataan seperti Hebat,
kamu benar. Anak-anak muda sering merespon baik yaitu pemberian dari instruktur
tujuan dan materi pelajaran yang telah ditetapkan. Betapa pentingnya penggunaan
atau pemanfaatan lingkungan dalam pengajaran. Namun demikian dengan berbagai
alasan disinyalir masih banyak para guru yang melupakan pentingnya lingkungan ini
dalam pengajaran sebagai sumber belajar. Kiranya hal ini merupakan hambatan dalam
pembelajaran yang berlangsung di sekolah, karena sebenarnya banyak keuntungan
yang diperoleh dengan memanfaatkan lingkungan ini.
Apabila kita memperhatikan pembelajaran yang terjadi di sekolah disinyalir
sebagian besar guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan belaka kepada siswa tanpa
berusaha untuk mengaitkannya dengan lingkungan anak dan juga tidak berusaha
mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki anak yang berasal dari lingkungan dan
pengalamannya dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari siswa di sekolah.
Dengan demikian belajar hanya bersifat hafalan saja dan tidak bermakna. Untuk
mengatasi masalah ini salah satu upayanya ialah dengan menggunakan pendekatan
lingkungan dalam pembelajaran, yaitu menggunakan sesuatu yang ada di lingkungan
atau dekat dengan anak sebagai sumber belajar sehingga dapat membuat
pembelajaran lebih bermakna. Nasution S. (1995: 133) mengemukakan bahwa penggunaan lingkungan dalam pengajaran ada dua cara yaitu: 1) membawa anak ke
lingkungan untuk keperluan pengajaran; 2) membawa ling-kungan ke dalam kelas
untuk keperluan pengajaran.
Menggunakan atau memanfaatkan lingkungan dalam pengajaran adalah suatu
pekerjaan yang tidak mudah. Banyak hal yang harus dipelajari agar kita dapat dengan
berhasil menggunakannya, disamping perlu latihan-latihan penggunaan lingkungan
dalam pengajaran. Tentunya penggunaan lingkungan ini harus disesuaikan dengan
materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (dalam standar isi yang
dikeluarkan oleh BSNP), jika dipahami ternyata mata pelajaran PKn berkaitan erat
dengan lingkungan, sehingga sangat relevan menggunakan pendekatan lingkungan
terutama lingkungan sosial, sehingga paradigma CTL benar-benar terwujud. Namun
demikian apakah betul guru-guru itu menggunakan atau memanfaatkan lingkungan
dalam pengajaran?Pembelajaran yang terjadi di sekolah disinyalir masih banyak para
guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan belaka kepada siswa tanpa berusaha untuk
Bahan
pelajaran
disusun
atas
dasar
lingkungan
itu.
Donald P (dalam Sudjana N & Rivai A, 1997 80) mengatakan bahwa: sumber belajar
itu meliputi: pesan (message), manusia (people), bahan (materials), peralatan (device), teknik metode (technique), dan lingkungan (setting). Lingkungan sebagai
sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ling-kungan sebagai sumber
belajar yang dirancang dan lingkungan sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan.
Contoh lingkungan sebagai sumber belajar yang dirancang antara lain ruangan kelas,
studio, perpustakaan, auditorium, laboratorium, aula, bengkel kerja dan sebagainya.
Sedang-kan lingkungan sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan antara lain taman,
pasar, kebun, sawah, sungai, selokan, kolam, hutan, pabrik, warung, TPA sampah dan
sebagainya.
Pemanfaatan lingkungan dalam pengajaran mempunyai keun-tungan praktis dan
ekonomis. Keuntungan praktis karena mudah diperoleh, sedangkan keuntungan
ekonomis karena murah dan dapat dijang-kau oleh seluruh siswa. Dengan
memanfaatkan lingkungan sekaligus juga memanfaatkan kepedulian siswa untuk
mencintai lingkungan belajarnya. Hal ini akan lebih terasa bermakna, bermanfaat dan
lang-sung dapat dirasakan oleh siswa. Dengan demikian baik sekolah yang sudah
mempunyai laboratorium lengkap maupun yang sama sekali belum memiliki
laboratorium, sama-sama dapat memanfaat kan laboratorium alam sebagai salah satu
alternatif proses belajar, terlebih-lebih bagi konteks materi pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di sekolah.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka, dapat disimpulkan
hal sebagai berikut:Lingkungan sangat berpengaruh dan berperanan penting dalam
pendidikan dan pengajaran bagi siswa di sekolah. Lingkungan dapat dibagi menjadi
dua yaitu lingkungan sekitar dan alam sekitar. Lingkungan sekitar adalah segala
sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan pengaruh tertentu kepada
individu. Sedangkan alam sekitar adalah segala hal yang ada di sekitar kita, baik yang
jauh maupun yang dekat letaknya, baik masa silam maupun yang akan datang tidak
terikat pada dimensi waktu dan tempat.Pendekatan lingkungan adalah suatu
pendekatan dalam pengajaran dengan memanfaatkan atau menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar.Menggunakan pendekatan lingkungan dalam pengajaran
esensinya adalah memanfaatkan atau menggunakan lingkungan siswa sebagai sumber
5. Suryadi & Soemardi (1999 dalam modul Materi Pembelajaran PKn SD Tahun 2007
hal. 1.8) mengemukakan bahwa untuk mengonsepsikan kembali pendidikan
kewarganegaraan dengan paradigmanya yang baru, konsep negara dapat di dekati dari
sudut pandang sistem. Dalam memasuki era globalisasi yang mana bangsa Indonesia
berada dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat madani
(civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu atau mata pelajaran di
persekolahan perlu menyesuaikan diri sejalan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
yang sedang berubah. Hal ini berhubungan dengan proses pembangunan karakter
bangsa yang siap untuk menghadapi tantangan jaman, baik sekarang maupun masa
yang akan datang. Proses pembangunan karakter bangsa (bational character
building) yang sejak proklamasi RI telah mendapat prioritas, perlu direvitalisasi agar
sesuai dengan arah dan pesan konstitusi negara Republik Indonesia. Dalam
mengembangan materi PKn guru menerapakan pendekatan belajar aktif (active
learning).
Pendekatan belajar aktif (active learning strategy) adalah suatu istilah dalam
dunia pendidikan yakni sebagai strategi belajar mengajar yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan, dan untuk mencapai keterlibatan siswa secara efektif
dan efisien dalam belajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Zaini (dalam Hisyam
dkk., 2005: xvi) bahwa strategi belajar aktif adalah suatu strategi pembelajaran yang
mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Untuk itu, dalam proses belajar mengajar
membutuhkan berbagai pendukung, misalnya dari sudut siswa, guru, situasi belajar,
program belajar dan dari sarana belajar. Dalam hal ini Zuhairini (dalam Zuhairini dkk,
1993: 114) mengemukakan bahwa:
Strategi belajar aktif dapat diartikan sebagai proses belajar mengajar yang
menggunakan berbagai metode, yang menitikberatkan kepada keaktifan siswa dan
melibatkan berbagai potensi siswa, baik yang bersifat fisik, mental, emosional