Anda di halaman 1dari 14

A.

Definisi
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular
yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah
tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem lympa
maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut.
(http://www.infopenyakit.com/2009/01/penyakit-kaki-gajah-filariasis-atau.html)
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang mematikan,
namun demikian bagi penderita mungkin menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan
dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/cara-pencegahan-penyebaran-penyakitelephalitis/)
Penyakit ini dapat disebabkan oleh infestasi satu atau dua cacing jenis filarial yaitu
wucheria bancrofty atau brugia malayi. Cacing filarial ini termasuk family filaridae, yang
bentuknya lansing dan ditemukan dalam system peredaran darah limfe, otot, jaringan ikat,
atau rongga serosa pada vertebrata. Cacing pada bentuk dewasa dapat ditemukan pada
pembuluh darah limfa pasien
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ; 1767)
B. Epidemiologi
Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info dari
WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah adalah Asia
Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika.
Microfilaria W. Brancrofty ditemukan umumnya pada malam hari(nocturnal) terutama di
belahan bumi bagian selatan termasuk Indonesia, sedangkan di daerah pasifik ditemukan
siang dan malam (non periodic) sedangkanmikrofilaria B. Malayi mempunyai periodisitas
nocturnal. Sebab timbulnya periodisitas ini belum diketahui, mungkin dipengaruhi oleh
tekanan zat asam dalam kapiler paru atau lingkaran hidup cacing filarial
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam )

Prevalensi microfilaria meningkat bersamaan dengan umur pada anak-anak dan


meningkat antara umur 20-30 tahun, pada saat usia pertumbuhan, serta lebih tinggi pada lakilaki dibanding wanita
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam )
Filariasis malayi, penyebaran geografis parasit ini luas meliputi sri lanka, Filipina,
Indonesia, India selatan, asia, thiongkok, korea, dan sebagian kecil di jepang. Daerah
penyebarannya terdapat daerah dataran sesuai dengan tempat hidup nyamuk mansonia.
Nyamuk terdapat didaerah rendah dengan banyak kolam yang bertanaman pistia (suatu
tumbuhan air). Penyakit ini terdapat di luar kota bila vektornya adalah mansonia dan bila
vektornya adalah anopheles terdapat didaerah kota dan sekitarnya.
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam)
Filariasi Timori, filarial tipe ini penyebarannya di daerah timor, pulau rote, flores dan
beberapa daerah disekitarnya.(IPD) Di Indonesia penyakit Kaki Gajah tersebar luas hampir di
Seluruh propinsi. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat
sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi
yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survai laboratorium, melalui
pemeriksaan darah jari, rata-rata Mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta orang
sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk
ketularan karena nyamuk penularnya tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai
tuntas
C. Penyebab
Filariasis disebabkan oleh infestasi satu atau lebih cacing jenis filariasis yaitu ;Whuceria
bancrofty, Brugia malayi, fialaria tipe timori (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam)
Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah
tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan akan ditularkan ke
orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghisap darah orang tersebut.
Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies
nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah,
Filariasis dapat menular dengan sangat cepat

D. Patofisiologi
Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembuluh getah bening akibat
inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan oleh microfilaria. Cacing dewasa
hidup di pembuluh getah bening aferen atau sinus kelenjar getah bening dan menyebabkan
pelebaran pembuluh getah bening dan penebalan dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma,
eosinofil, dan makrofag di dalam dan sekitar pembuluh getah bening yang mengalami
inflamasi bersama dengan proliferasi sel endotel dan jaringan penunjang, menyebabkan
berliku-likunya system limfatik dan kerusakan atau inkompetensi katup pembuluh getah
bening
Limfadema dan perubahan kronik akibat statis bersama dengan edema keras terjadi pada
kulit yang mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat filariasis ini disebabkan
oleh efek langsung dari cacing ini dan oleh respons imun pejamu terhadap parasit. Respons
imun ini dipercaya menyebabkan proses granulomatosa dan proliferasi yang menyebabkan
obstruksi total pembuluh getah bening. Diduga bahwa pembuluh-pembuluh tersebut tetap
paten selama cacing tetap hidup dan bahwa kematian cacing tersebutmenyebabkan reaksi
granulomatosa dan fibrosis. Dengan demikian terjadilah obstruksi limfatik dan penurunan
fungsi limfatik.
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam).
E. Gejala dan Tanda
Tanda dan Gejala Penyakit Kaki Gajah
Seseorang yang terinfeksi penyakit kaki gajah umumnya terjadi pada usia kanak-kanak,
dimana

dalam

waktu

yang

cukup

lama

(bertahun-tahun)

mulai

dirasakan

perkembangannya.Adapun gejala akut yang dapat terjadi antara lain :

Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul

lagi setelah bekerja berat


Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak

(lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit


Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)

Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah

Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan
terasa panas (early lymphodema)

Kiluria terjadi akibat bocornya atau pecahnya saluran limfe oleh cacing dewasa yang
menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran kemih. Kelainan ini disebabkan
oleh W. bancrofti. Pasien dengan kiluria mengeluhkan adanya urine yang berwarna putih
seperti susu (milky urine).Diagnosis kiluria ditetapkan dengan ditemukannya limfosit
pada urine.

Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap
(elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti)
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III)

W. bancrofty
Manifestasi dini penyakit ini adalah peradangan, sedangkan bila sudah lanjut akan
menimbulkan gejala obstruktif . microfilaria yang tampak dalam darah pada stadium akut
akan menimbulkan peradangan yang nyata, seperti limfangitis, limfadenitis, fenikulitis,
epididimitis, dan orkitis. Ada kalanya tidak menimbulkan gejala sama sekali terutama
bagi penduduk yang sejak kecil sudah terdiam di daerah endemic. Gejala peradangan
tersebut sering timbul setelah bekerja berat dan dapat berlangsung antara beberapa hari
hingga beberapa minggu (2-3 minggu). Gejala dati limfadenitis adalah adalah nyeri local,
keras di daerah kelenjar limfe yang terkena dan biasanya disertai demam, sakit kepala,
dan badan, muntah-muntah, lesu, dan tidak nafsu makan. Stadium akut ini lambat laun
akan beralih ke stadin menahun dengan gejala-gejala hidrokel, kiluria, limfadema dan
elephantiasis
Karena filariasis bancrofti dapat berlangsung selama beberapa tahun maka dapat
mempunyai perputaran klinis yang berbeda-beda. Reaksi pada manusia terhadap infeksi
filaria berbeda-beda

1) Bentuk tanpa gejala


Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan pembesaran kelenjar limfe terutama didaerah
inguinal.
2) Filariasis dengan peradangan

Limfangitis, demam, menggigil, sakit kepala, muntah dan kelemahan dapat berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu dan terutama yang terkena adalah saluran limfe
ketiak, tungkai, epitroklear, dan alat genital. Pada orang laki-laki umumnya terdapat
funikulitis disertai dengan penebalan dan rasa nyeri, epididimitis, orkitis dan
pembengkakan skrotum. Bila keadaan berat dapat menyebabkan abses pelvis ginjal,
pembengkakan epididimis jaringan retroperitoneal, kelenjar ari-ari. Hal ini karena cacing
yang mati berdegenerasi. Hematuria, sekitar 40% pasien dengan mikrofilaremia terdapat
hematuria dan proteinuria yang menunjukkan adanya kerusakan ginjal derajat rendah.
3) Filariasi dengan penyumbatan
Hidrokel dan limfangitis

B. Malayi dan timori


Gejala klinis filariasis malayi sama dengan gejala klinis filariasis timori, tetapi berbeda
dengan filariasi bancrofty. Stadium akut ditandai dengan serangan demam dengan gejala
dan gejala peradangan saluran dan kelenjar limfe, yang hilang timbul berulangkali.
Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar limfe inguinal di satu sisi dan peradangan ini
sering timbul setelah penderita bekerja berat di ladang atau sawah. Kadang-kadang
peradangan pada kelenjar limfe ini menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe dan
menimbulkanlimfangitis retrogad, yang bersifat khas untuk filariasis
Peradangan pada saluran limfe ini dapat menjalar ke daerah sekitar dan menimbulkan
infiltrasi pada seluruh paha atas. Pada stadium ini tungkai bawah biasanya ikut
membengkak dan menimbulkan gejala limfedema. Limfadenitis dapat pula berkembang
menjadi bisul, pecah menjadi ulkus. Ulkus pada pangkal paha ini, bila sembuh
meninggalkan bekas sebagai jaringan parut dan tanda ini merupakan salah satu gejala
obyektif filariasis limfatik. Selain ini pembesaran kelenjar limfe ini dapat juga dilihat
sebagai tali yang memanjang yang merupakan salah satu tanda lain yang penting untuk
filariasis malayi . system limfe alat kelamin tidak pernah terkena, berbeda dengan
filariasis bankrofty.

F. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan dengan :


1. Anamnesis yang berhubungan dengan nyamuk di daerah endemic
2. Gejala klinis

3. Microfilaria dalam darah tepi. Pada filarial bancrofti, microfilaria juga ditemukan
pada cairan hidrokel atau cairan kiluria
4. Biopsy kelenjar atau jaringan limfe, dimana akan didapatkan potongan cacing
dewasa
G. Pemeriksaan Diagnostik
Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah,
Sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena microfilaria hanya
muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja.
Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa
penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai Penjaringan
membran, Metode konsentrasi Knott dan Teknik pengendapan.
Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak
WHO adalah dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan
peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan cara mengambil sample
darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus dimalam hari
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan klinis
Tidak

sensitif

dan

tidak

spesifik

untuk

menentukan

adanya

infeksi

aktif.

2. Pemeriksaan parasitologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menemukan mikrofilaria dalam sediaan darah, cairan
hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaan darah tebal dengan pewarnaan Giemsa,
tehnik Knott, membrane filtrasi dan tes provokasi DEC.
Sensitivitas bergantung pada volume darah yang diperiksa, waktu pengambilan dan
keahlian teknisi yang memeriksanya. Pemeriksaan ini tidak nyaman, karena pengambilan
darah harus dilakukan pada malam hari antara pukul 22.00-02.00 mengingat periodisitas
mikrofilaria umumnya nokturna.
Spesimen yang diperlukan 50l darah dan untuk menegakan diagnosis diperlukan 20
mikrofilaria/ml(Mf/ml).21
3. Deteksi antibody

Peranan antibodi antifilaria subklas IgG4 pada infeksi aktif filarial membantu
dikembangkannya serodiagnostik berdasarkan antibodi kelas ini. Pemeriksaan ini
digunakan untuk pendatang yang tinggal didaerah endemik atau pengunjung yang pulang
dari daerah endemik.
4. Deteksi antigen yang beredar dalam sirkulasi.
Pemeriksaan ini memberikan hasil yang sensitif dan spesies spesifik dibandingkan
dengan pemeriksaan makroskopis. Terdapat dua cara yaitu dengan ELISA (enzymelinked immunosorbent) dan ICT card test (immunochromatographic). Hasil tes positif
menunjukkan adanya infeksi aktif dalam tubuh penderita, selain itu, tes ini dapat
digunakan juga untuk monitoring hasil pengobatan.
Kekurangan pemeriksaan ini adalah tidak sensitif untuk konfirmasi pasien yang diduga
secara klinis menderita filariasis. Tehnik ini juga hanya dapat digunakan untuk infeksi
filariasis bancrofti. Diperlukan keahlian dan laboratorium khusus untuk tes ELISA
sehingga sulit untuk di aplikasikan di lapangan.
ICT adalah tehnik imunokromatografik yang menggunakan antibodi monoklonal dan
poliklonal. Keuntungan dari ICT adalah invasif minimal (100 l), mudah digunakan,
tidak memerlukan teknisi khusus, hasil dapat langsung dibaca dan murah.
5. Deteksi parasit dengan Polymerase Chain Reaction (PCR).
Tehnik ini digunakan untuk mendeteksi DNA W. bancrofti dan B. malayi. PCR
mempunyai sensitivitas yang tinggi yang dapat mendeteksi infeksi paten pada semua
individu yang terinfeksi, termasuk individu dengan infeksi tersembunyi (amikrofilaremia
atau individu dengan antigen +). Kekurangannya adalah diperlukan penanganan yang
sangat hati-hati untuk mencegah kontaminasi spesimen dan hasil positif palsu.
Diperlukan juga tenaga dan laboratorium khusus selain biaya yang mahal.
6. Radiodiagnostik
Menggunakan USG pada skrotum dan kelenjar inguinal pasien, dan akan tampak
gambaran cacing yang bergerak-gerak (filarial dancing worm).
Limfosintigrafi menggunakan dextran atau albumin yang ditandai dengan zat radioaktif
yang menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik sekalipun pada pasien dengan
asimptomatik milrofilaremia
H. Pengobatan

Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kaki Gajah

Tujuan terapi adalah mengurangi dan mengontrol edema serta mencegah infeksi. Tirah
baring ketat dengan tungkai sedikit ditinggikan dapat membantu memobilisasi cairan.
Latihan pasif dan aktif membantu pengaliran cairan limfa ke aliran darah. Alat kompresi
eksternal akan memompa cairan ke proksimal dari kaki ke pinggang.
Apabila pasien dirawat jalan, ia harus mengenakan stoking elastic yang ukurannya sesuai.
Pada terapi awal, furosenid (Lsix) diberikan secara intermitten untuk menghindari
kelebihan cairan yang terjadi akibat mobilisasi cairan ekstrasel. Diuretic juga digunakan
secara paliatif untuk limfadema disertai peninggian tungkai dan pemakaian stoking
penekan,. Tetapi penggunaan diuretic masih controversial.
Penatalaksaan cangkok kulit dan flap secara pascaoperatif sama dengan terapi yang
digunakan pada keadaan lain. Antibiotika profilaksis perlu diberikan selama 5-7 hari.
Peninggian tungkai yang terkena dan observasi adanya komplikasi sangat penting.
Komplikasi bisa berupa nekrosis pada flap, hematoma atau abses di bawah flap dan
selulitis. (Keperawatan Medikal bedah vol 2; 922)
Berdasarkan sumber dari Ilmu penyakit dalam, pengobatan dibagi menjadi 4 yaitu ;
a. Pengobatan Umum
1. Istirahat di tempat tidur, pindah ketempat daerah yang lebih dingin akan
mengurangi derajat serangan akut.
2. Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi sekunder.
3. Pengikatan didaerah pembendungan akan mengurangi edema.
b. Pengobatan spesifik
1. DEC sebagai satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relative murah. Pengobatan
dilakukan dengan pemberian DEC 6 mg/kg BB/ hr selama !2 hari. Pengobatan ini
dapat diulang 1 hingga 6 bln kemudian bila perlu atau DEC selama 2 hr/bln (6-8
mg/kgBB)
2. Ivermektin
Meski ivermektin sangat efektif dalam menurunkan kadar mikrofilaremia tampaknya
tidak dapat membunuh cacing dewasa sehingga tidak dapat menyembuhkan infeksi
secara menyeluruh.
3. Albendazol
Bersifat makrofilarisidal dengan pemberian setiap hari selama 2-3 minggu. Namun
dari penelitian dikatakan obat ini masih belum optimal.
c. Pengobatan penyakit

Hidrokel besar yang tidak mengalami regresi spontan sesudah terapi adekuat harus
dioperasi dengan tujuan drainase cairan dan pembebasan tunika vaginalis yang terjebak
untuk melancarkan aliran limfe.
d. Pembedahan
I. Pencegahan

Pencegahan Penyakit Kaki Gajah


Bagi penderita penyakit gajah diharapkan kesadarannya untuk memeriksakan kedokter
dan mendapatkan penanganan obat-obtan sehingga tidak menyebarkan penularan kepada
masyarakat lainnya. Untuk itulah perlu adanya pendidikan dan pengenalan penyakit
kepada penderita dan warga sekitarnya.
Pemberantasan nyamuk diwilayah masing-masing sangatlah penting untuk memutus mata
rantai penularan penyakit ini. Menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal terpenting
untuk mencegah terjadinya perkembangan nyamuk diwilayah tersebut.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang mematikan,
namun demikian bagi penderita mungkin menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan
bahkan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
Ilmu penyakit dalam

Pencegahan individu
Kontak dengan nyamuk terinfeksi dapat dikurangi melalui penggunaan obat oles
antinyamuk, kelambu atai insektisida
Pencegahan masal
Control penyakit pada populasi adalah melalui control vector (nyamuk). Namun hal ini
terbukti tidak efektif mengingat panjangnya masa hidup parasit (4-8 tahun). Pada
pengobatan masal pemberian DEC diberikan dalam dosis rendah (6mg/kgBB)dengan
jangka waktu pemberian yang lebih lama untuk mencapai dosis total yang sama.

J. Prognosis

Pada kasus-kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah dari daerah
endemic. Pengawasan daerah endemic tersebut dapat dilakukan dengan pemberian obat,
serta pemberantasan vektornya. Pada kasus-kasus lanjut terutama dengan edematungkai,
prognosis lebih buruk.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

2. Diagnosa
Dx.1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik : penekanan pada akar syaraf
(kanalis spinalis).
Dx.2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, kontrol,
dan atau massa.
Dx.3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh.
Dx.4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Ketidakmampuan melakukan aktivitas
yg biasa dilakukan : kelemahan ekstremitas.
Dx.5. Resiko cidera
Dx.6. Resiko Kerusakan integritas kulit.
Dx.7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan misinterpretasi informasi.

3. Rencana Tindakan
Dx 1
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ....x 24 jam, nyeri pasien dapat
berkurang.
Kriteria hasil:
Ekspresi wajah klien tidak meringis kesakitan
Klien menyatakan nyerinya berkurang
Klien mampu beraktivitas tanpa mengeluh nyeri.

INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri :

Catat lokasi dan intensitas

Mandiri :

Membantu dalam evaluasi

nyeri ( skala 0 10 ). Catat

kebutuhan dan keefektifan intervensi.

faktor-faktor yang

Dan kebutuhan manajemen.

mempercepat dan tanda-tanda


rasa sakit.

Atur posisi imobilisasi pada


daerah nyeri sendi atau nyeri

di tulang yang mengalami

mengurangi nyeri pada daerah nyeri

infeksi.

sendi atau nyeri di tulang yang

Bantu klien dalam

mengalami infeksi

mengidentifikasi faktor

Nyeri dipengaruhi oleh


kecemasan, pergerakan sendi.

pencetus.

Imobilisasi yang adekuat dapat

Ajarkan relaksasi : teknik


mengurangi ketegangan otot
rangka yang dapat

Teknik ini melancarkan peredaran


darah sehingga kebutuhan O2 dalam

mengurangi intensitas nyeri

jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang.

dan meningkatkan relaksasi,


masase.

Ajarkan metode distraksi


selama nyeri akut.

Beri kesempatan waktu

terhadap nyeri ke hal-hal yang

istirahat bila terasa nyeri dan


beri posisi yang nyaman
(misalnya : ketika tidur,
diberikan bantal kecil).

Tingkatkan pengetahuan
tentang penyebab nyeri dan
hubungkan dengan berapa

Mengalihkan perhatian klien


menyenangkan.

Istirahat dapat merelaksasikan


semua jaringan sehingga meningkatkan
kenyamanan.

lama nyeri akan berlangsung

Pengetahuan tersebut membantu


mengurangi nyeri dan dapat membantu
meningkatkan kepatuhan klien terhadap

Kolaborasi :

rencana terapeutik.

Berikan obat sesuai indikasi,


contoh analgesik, relaksan
otot. Intruksi pada ADP.

Kolaborasi :

Menurunkan nyeri/ spasme otot.


Catatan : ADP menentukan obat yang
tepat waktu yang mencegah fluktuasi
nyeri sehubungan dengan tegangan/
spasme.

Dx 2
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ....x 24 jam, pasien mampu
beraktivitas secara optimal
Kriteria hasil:
Pasien mampu beraktivitas secara mandiri
Mempertahankan fungsi ekstremitas yang sehat

Anda mungkin juga menyukai