Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

1.1

Pengertian Kewajiban (Liabilities)


IFRS Framework mendefinisikan kewajiban sebagai kewajiban saat ini yang akan

diselesaikan melalui arus keluar sumber daya yang mengiringi manfaat ekonomi. Kewajiban
diakui pada neraca apabila arus keluar tersebut kemungkinan akan terjadi dan jurnalnya dapat
diukur secara layak.

1.2

Pengertian Kewajiban Lancar (Current Liabilities)


Kewajiban Lancar adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka pendek, paling

lama satu tahun sesudah tanggal neraca, atau harus dilunasi dalam jangka waktu satu siklus
operasi normal perusahaan yang bersangkutan (tergantung mana yang lebih panjang).
Yang dimaksud dengan satu siklus operasi normal adalah waktu yang diperlukan agar
uang kontan dapat diubah menjadi persediaan barang, persediaan barang diubah menjadi
piutang usaha dan akhirnya piutang usaha diubah menjadi uang kontan kembali.
Siklus operasi normal dari masing-masing perusahaan memerlukan jangka waktu yang
berbeda-beda, mulai dari kurang dari satu tahun, satu tahun, tetapi ada juga yang lebih dari
satu

tahun.

Secara umum, kewajiban lancar dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis :


1.

Kewajiban lancar yang sudah pasti (determinable current liabilities)

2.

Kewajiban lancar yang jumlahnya harus diestimasi (contingent liabilities)

1.2.1

Kewajiban Lancar yang Sudah Pasti (Determinable Current Liabilities)


Kewajiban lancar yang sudah pasti adalah kewajiban lancar yang memenuhi dua

syarat, yaitu:
1.

Kewajiban untuk membayar sudah pasti tanggal dan penerimaanya

2.

Jumlah yang harus dibayar sudah pasti


Contohnya adalah utang dagang, utang wesel, bagian utang jangka pnajang yang jatuh
tempo pada tahun ini, utang dividen, jaminan yang dapat dikembalikan, pendapatan diterima
dimuka, utang pajak, utang biaya, dan utang bonus.

A. Utang Usaha (Accounts Payable)


Jumlah yang terutang atas produk atau jasa yang dibeli secara kredit merupakan utang
usaha (accounts payable) atau utang dagang (trade payables).
Contoh :
Pada tanggal 3 Januari 2011 PT. Gombloh membeli perlengkapan seharga Rp500.000 secara
kredit dan akan dilunasi pada tiga bulan kedepan. Maka ayat jurnal untuk mencatat transaksi
tersebut adalah sebagai berikut:
3/1/2011

Pembelian

Rp500.000

Utang dagang

Rp500.000

Pada tanggal 5 Maret 2011 dilakukan pelunasan atas hutang dagang yang terjadi pada tanggal
3 Januari 2011. Maka ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
5/3/2011

Utang dagang

Rp500.000

Kas

Rp500.000

B. Utang Wesel / Wesel Bayar (Notes Payable)


Utang wesel adalah kewajiban berupa janji tertulis untuk membayar sejumlah uang
pada tanggal tertentu dimasa yang akan datang kepada pihak lain yang timbul akibat
pembelian barang atau jasa, transaksi pinjaman, atau utang jangka panjang yang akan jatuh
tempo. Utang Wesel merupakan utang yang didukung dengan adanya surat pengakuan utang
atau surat pernyataan kesediaan untuk membayar yang ditandatangani oleh si debitur itu
sendiri. Jumlah utang wesel yang terjadi dicatat kedalam rekening utang wesel.
Adapun jenis utang wesel adalah utang wesel berbunga (interest bearing note) dan
utang wesel tidak berbunga (zero-interest bearing note).
-

a.

Wesel Berbunga (Interest Bearing Notes)


Yaitu wesel yang disertai beban bunga, sehingga pada tanggal jatuh tempo debitor

harus membayar jumlah nominal ditambah bunga wesel.

Contoh:
Bank INDONUSA meminjamkan uang sejumlah Rp500.000.000,00 kepada PT. Komo pada
tanggal 1 Maret 2011. Jika PT. Komo menandatangani sebuah wesel 4 bulan senilai
Rp100.000.000 dengan bunga 6%, maka ayat jurnal untuk mencatat penerimaan kas PT.
Komo tanggal 1 Maret 2011 adalah sebagai berikut:

1/3/2011

Kas

Rp100.000.000
Wesel bayar

Rp100.000.000

Jika PT. Komo menyusun laporan keuangan secara setengah tahunan, maka ayat jurnal
penyesuaian akan diperlukan untuk mengakui beban bunga dan hutang bunga sebesar
Rp2.000.000 (Rp100.000.000x6%x4/12) pada tanggal 30 Juni. Maka ayat jurnal penyesuaian
nya adalah sebagai berikut:
30/6/2011

Beban bunga

Rp2.000.000

Hutang bunga

Rp2.000.000

Pada tanggal jatuh tempo (1 Juli) PT. Komo harus membayar nilai nominal wesel sebesar
Rp100.000.000 ditambah bunga sebesar Rp2.000.000, maka ayat jurnal untuk mencatat
pembayaran wesel dan bunga akrual adalah sebagai berikut:
1/7/2011

Wesel bayar

Rp100.000.000

Hutang bunga

Rp2.000.000

Kas

Rp102.000.000

b.

Wesel Tidak Berbunga (Zero-Interest Bearing Note).


Adalah wesel yang tidak dibebani bunga, sehingga pada tanggal jatuh tempo, debitor
hanya membayar jumlah nominal wesel kepada pemegangnya.

Contoh:
Pada tanggal 1 Maret 2011 PT. Waris menerbitkan wesel tanpa bunga berjangka waktu 4
bulan senilai Rp102.000.000 kepada Bank UNIGAL. Nilai sekarang dari wesel tersebut
adalah Rp100.000.000. Maka ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai
berikut:
1/3/2011

Kas

Rp100.000.000

Diskonto atas Wesel Bayar

Rp

2.000.000

Wesel bayar

Rp102.000.000

Biaya sebesar Rp2.000.000 dalam kasus ini merupakan biaya pinjaman sebesar
Rp100.000.000 selama 4 bulan. Oleh karena itu diskonto atas wesel bayar merupakan beban
bunga yang dapat dibebankan ke periode masa depan.

C.

Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo Tahun Ini


Adalah kewajiban jangka panjang yang akan dilunasi dalam jangka waktu satu tahun

kedepan.
Contoh :
PT. Maju akan melakukan pelunasan wesel bayar yang berjangka waktu 3 tahun dimulai pada
tahun 2009 dan akan jatuh tempo pada tahun ini senilai Rp100.000.000 dengan bunga 10%
pertahun. Bunga dibayarkan setiap awal tahun (setiap tanggal 1 Januari) dan pelunasan pada
akhir tahun (tanggal 31 Desember). Maka ayat jurnal untuk mencatat transaksi tanggal 1
Januari 2011 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
1/1/2011

Beban bunga

Rp10.000.000

Kas

31/12/2011 Utang wesel

Rp10.000.000

Rp100.000.000

Kas

D.

Rp100.000.000

Utang Dividen (Dividends Payable)


Utang dividen adalah kewajiban perusahaan kepada pemegang saham karena

mengumumkan pembagian laba berupa kas atau aktiva lainnya.


Contoh :
PT. Mewah pada tanggal 10 Juni 2011 mengumumkan dividen tunai sebesar Rp100 atas satu
juta lembar saham yang dibayarkan tanggal 16 Juli 2011 kepada semua pemegang saham
yang tercatat per 24 Juni 2011. Maka ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi diatas
adalah sebagai berikut:
-

Pada tanggal pengumuman:


10/6/2011

Laba ditahan Rp100.000.000


Hutang dividen

Rp100.000.000

*Laba ditahan meruapakan modal yang diperoleh perusahaan.


-

Pada tanggal pencatatan:


24/6/2011

Tidak ada ayat jurnal

Pada tanggal pembayaran


16/7/2011

Hutang dividen

Rp100.000.000

Kas

E. Jaminan yang Dapat Dikembalikan

Rp100.000.000

Jaminan yang diminta dari langganan merupakan utang jangka pendek jika jaminan
itu dapat ditarik kembali sewaktu-waktu. Tetapi jika jaminan disimpan dalam jangka waktu
lama maka termasuk utang jangka panjang.
Contoh:
Pada tanggal 1 Januari 2011 perusahaan distributor menerima 200 minuman kemasan dalam
botol dari produsen dan dikirim setiap bulan dengan jumlah yang sama. Botol-botol tersebut
harus dikembalikan setiap 6 bulan sekali kepada produsen. Harga botol minuman tersebut
adalah Rp250. Maka ayat jurnal yang diperlukan oleh Produsen untuk mencatat transaksi
diatas adalah sebagai berikut:
-

Pada saat menerima jaminan


1/1/2011

Kas (200x6xRp250)

Rp300.000

Utang jaminan
-

Rp300.000

Pada saat mengembalikan jaminan


31/6/2011

Utang jaminan

Rp300.000

Kas

F.

Rp300.000

Pendapatan Diterima di Muka


Pendapatan diterima di muka (unearned revenues) adalah kas yang diterima oleh

perusahaan dari pelanggan sebelum pendapatan dihasilkan. Perusahaan memiliki kewajibankewajiban untuk menyediakan barang atau jasa kepada pelanggan.
Contoh :
Malaysia Airlines menjual tiket dan menagih kas di muka. Karena itu, Malaysia
Airlines akan melaporkan Pendapatan Tiket Diterima di Muka atas tiket maskapai
penerbangan yang terjual di muka. Asumsikan bahwa Malaysia Airlines menagih Rp
15.000.000,00 untuk tiket pulang pergi dari Kuala Lumpur ke Osaka (Jepang). Malaysia
Airlines akan mencatat penagihan kas dan kewajiban terkait sebagai berikut :
15 Des 2010 Kas

Rp 15.000.000,00
Pendapatan Tiket Diterima di Muka

(Menerima kas di muka untuk penjualan tiket)

Rp 15.000.000,00

Anggaplah penumpang terbang ke Osaka pada akhir bulan Desember. Malaysia


Airlines akan mencatat pendapatan yang dihasilkan sebagai berikut :

31 Des 2010 Pendapatan Tiket Diterima di Muka

Rp 7.500.000,00

Pendapatan Tiket

Rp 7.500.000,00

(Memperoleh pendapatan yang ditagih di muka)

* Pada akhir tahun, Malaysia Airlines akan melaporkan:

Pendapatan tiket diterima di muka sebesar Rp 7.500.000,00 (sebagai kewajiban) pada


neraca

Pendapatan tiket sebesar Rp 7.500.000,00 pada laporan laba rugi

Penumpang kembali ke Kuala Lumpur pada bulan Januari 2011, dan Malaysia Airlines
mencatat pendapatan yang dihasilkan dengan ayat jurnal berikut :
3 Jan 2011

Pendapatan Tiket Diterima di Muka

Rp 7.500.000,00

Pendapatan Tiket

Rp 7.500.000,00

(Memperoleh pendapatan yang ditagih di muka)


G.

Utang pajak
Terkadang

perusahaan

menjadi

pihak

yang

mengumpulkan

uang

dari

langganan/pegawai yang nantinya diserahkan kepada pihak lain. Pengumpulan dana ini dapat
dilakukan dengan cara pemotongan upah pegawai atau membebani pembeli dengan jumlah
tertentu.
Contoh:
1.

Setiap membayar gaji pegawai dipotong 15% untuk pajak penghasilan pegawai yang
nantinya disetor ke kas Negara. Apabila gaji pegawai bulan November 2006 sebesar Rp.
1.500.000,00 maka PPh akan dihitung sebagai berikut:
PPh : 15% x Rp. 1.500.000,00 = Rp. 225.000,00
Jurnal:
Gaji dan Upah

Rp. 1.500.000,00

Utang PPh

Rp. 225.000,00

Kas

Rp. 1.275.000,00

Pada saat menyetorkan utang PPh tersebut ke kas negara, dibuat jurnal sebagai
berikut:
Utang PPh

Rp. 225.000,00

Kas
2.

Rp. 225.000,00

Penjualan PT Nusa Lestari bulan Agustus 2006 sebesar Rp. 33.000.000,00 termasuk PPN
10%.
Perhitungan:
PPN : 10/110 x Rp. 33.000.000,00 = Rp. 3.000.000,00
Jurnal:
Kas

Rp. 33.000.000,00

Penjualan

Rp. 30.000.000,00

Utang PPN

Rp. 3.000.000,00

Pada saat menyetorkan utang PPN tersebut ke kas negara, dibuat jurnal sebagai
berikut:
Utang PPN

Rp. 3.000.000,00

Kas

H.

Rp. 3.000.000,00

Biaya yang Masih Harus Dibayar


Biaya yang masih harus dibayar adalah kewajiban yang timbul akibat pengakuan

akuntansi terhadap biaya yang sudah terjadi tetapi belum dibayar, misalnya utang gaji dan
upah, utang sewa, utang bunga.
Contoh :
Gaji pegawai dibayar setiap tanggal 2 bulan berikutnya. Gaji pegawai bulan Desember 2011
sebesar Rp. 10.000.000,00. Maka pada tanggal 31 Desember dilakukan penyesuaian sebagai
berikut :
31/12/2011

Gaji pegawai

Rp10.000.000

Utang gaji

Rp10.000.000

Saat pembayaran gaji :


02/01/2012

Utang Gaji
Kas

Rp10.000.000
Rp10.000.000

I.

Utang Bonus
Utang bonus adalah kewajiban yang timbul akibat pemberian bonus kepada karyawan

pada akhir periode yang dibayar pada periode berikutnya.


Contoh :
Karena perusahaan mendapatkan laba yang diharapkan, maka perusahaan tersebut
memberikan bonus yang telah dijanjikan kepada karyawannya sebesar Rp100.000.000 dan
akan dibayarkan pada bulan Januari 2012. Maka perusahaan tersebut akan mencatat bonus
tersebut kedalam ayat jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2011.
31/12/2011 Beban Bonus Karyawan

Rp100.000.000

Utang Bonus

Rp100.000.000

Maka ayat jurnal untuk mencatat transaksi saat membagikan bonus tersebut adalah sebagai
berikut:
1/1/2012

Utang Bonus

Rp100.000.000

Kas

Rp100.000.000

1.2.2 Kewajiban Kontijensi/Bersyarat (Contingent Liabilities)


Kontijensi : Sebuah kondisi, atau situasi yang melibatkan ketidakpastian dalam
kemungkinan memperoleh gain (gain contingency) atau loss (loss contingency) bagi sebuah
perusahaan yang baru akan diketahui secara pasti ketika satu atau lebih kejadian di masa
mendatang benar-benar terjadi atau tidak pernah terjadi.
Kewajiban kontijensi adalah kewajiban lancar dengan kepastian jumlah yang dibayar,
pihak yang menerima pembayaran, dan tanggal pembayarannya tergantung pada peristiwa
dimasa yang akan datang. IAS37 menyatakan bahwa kewajiban kontijen timbul apabila :

Terdapat kewajiban yang mungkin akan dikonfirmasi oleh peristiwa di masa depan
yang berada di luar kendali entitas, atau

Kewajiban saat ini dapat, tetapi mungkin tidak akan, memerlukan arus keluar sumber
daya; atau

Estimasi jumlah kewajiban saat ini yang mencukupi dan andal tidak dapat dilakukan.

Contoh kewajiban kontijen adalah kewajiban di masa depan yang mungkin muncul
karena tuntutan hukum, perselisihan pajak, atau dugaan pelanggaran atas UU

perlindungan lingkungan. Kewajiban kontijensi juga meliputi utang garansi dan utang
hadiah.
A.

Keuntungan Kontinjensi
Keuntungan kontinjensi (gain contingencies) adalah klaim atau hak untuk menerima

aktiva (atau memiliki kewajiban yang menurun) yang keberadaannya tidak pasti tetapi pada
akhirnya akan menjadi sah. Jenis keuntungan kontoinjensi yang khas adalah :
1. Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, dan lain
sebagainya.
2. Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak
3. Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan
4. Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan
B.

Kerugian Kontinjensi
Kerugian kontingensi (loss contiengencies) adalah situasi yang melibatkan

ketidakpastian atas kemungkinan terjadinya kerugian. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat
dari kerugian kontinjensi menurut defenisinya disebut sebagai kewajiban kontinjen.
Kewajiban kontijen (contiegencies liabilities) adalah kewajiban yang bergantung pada
terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih kejadian di masa depan untuk mengkonfirmasi
jumlah hutang, pihak yang dibayar, tangal pembayaran, atau keberadaannya.

Apabila terdapat kerugian kontinjensi, maka kemungkinan bahwa kejadian di masa depan
akan menguatkan terjadinya kewajiban dapat berkisar dari sangat mungkin hingga kurang
mungkin.

A.

Utang Garansi
Adalah kewajiban yang timbul sebagai akibat pemberian garansi atas pembelian

barang/jasa. Adapun perlakuan terhadap biaya garansi adalah garansi dakui sebagai biaya
pada periode penjualan (expense warranty treatment), dan biaya garansi diakui jika garansi
tersebut telah terjadi (sales warranty treatment).
Contoh pada tanggal 5 April 2011 PT AUTO menjual sebuah mobil dengan harga $20.000.
Garansi diberikan pada pembeli mobil dalam bentuk perbaikkan dan pemeliharaan pada
36.000 km pertama atau selama 3 tahun mana yang tercapai lebih dulu. Pembeli mobil juga

membeli jasa perbaikkan dan pemeliharaan mobil untuk tambahan 36.000 km atau 3 tahun
senilai $600. Maka ayat jurnal untuk mencacat penjualan mobil dan jasa pemeliharaa adalah
sebagai berikut:
5/4/2011

Kas

$20.600

Penjualan

$20.000

Pendapatan garansi diterima dimuka

$600

B. Utang Hadiah
adalah kewajiban yang timbul dalam periode hadiah, karena hadiah tersebut belum diambil
oleh pelanggan. Hadiah ini akan diberikan apabila pembeli memenuhi syarat yang telah
ditetapkan oleh penjual.
Contoh sebuah swalayan membeli 30 unit barang untuk hadiah bagi pelanggan yang
mengirimkan kupon berhadiah yang didapat pada saat mereka belanja seharga Rp15.000.000.
Maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

Pada saat pembelian hadiah tanggal 2 Februari 2011:


2/2/2011

Persediaan hadiah

Rp15.000.000

Kas

Rp15.000.000

Pada saat mencatat utang hadiah pada ayat jurnal penyesuaian 31 Desember 2011, karena
hadiah akan diundi dan diberikan bulan Januari 2012:
31/12/2011

Biaya hadiah

Rp15.000.000

Utang hadiah

Rp15.000.000

Pada saat memberikan hadiah tanggal 5 Januari 2012


5/1/2012

Biaya hadiah
Persediaan hadiah

Rp15.000.000
Rp15.000.000

Anda mungkin juga menyukai