Oleh:
M Yusuf
4208100046
Nanang Juhantoro
4208100047
M Safri
4208100048
Seysar rina
4208100049
Farin valentito
42081000
Nizar Zakaria
42081000
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MESIN KAPAL
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Keterangan
Paraf
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM MESIN KAPAL
Menyatakan bahwa laporan yang dibuat oleh
Kelompok 2:
M Yusuf
4208100046
Nanang Juhantoro
4208100047
M Safri
4208100048
Seysar rina
4208100049
Farin valentito
42081000
Nizar Zakaria
42081000
Greder 5
Greder 4
RIZKA AKBAR
4206 100 070
PRATAMA NOTARIZA
4206 100 023
Greder 3
Greder 2
TEGUH SANTOSO
4206 100 021
NUR RAMLIE R
4205 100 018
Greder 1
RAHARDIAN LINGGA
4204 100 064
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM MESIN KAPAL
Menyatakan bahwa laporan yang dibuat oleh
Kelompok 2:
M Yusuf
4208100046
Nanang Juhantoro
4208100047
M Safri
4208100048
Seysar rina
4208100049
Farin valentito
42081000
Nizar Zakaria
42081000
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mesin diesel ditemukan pada tahun 1892 oleh Rudolf Diesel, yang menerima paten pada 23
Februari 1893. Diesel menginginkan sebuah mesin untuk dapat digunakan dengan berbagai macam
bahan bakar termasuk debu batu bara. Dia mempertunjukkannya pada Exposition Universelle
(Pameran Dunia) tahun 1900 dengan menggunakan minyak kacang.Kemudian diperbaiki dan
disempurnakan oleh Charles F. Kettering. Mesin diesel merupakan mesin pembakaran dalam,
dimana terjadinya proses pembakaran pada silinder. Motor diesel sering disebut juga motor
penyalaan kompresi (compression ignition engines), hal ini dikarenakan pembakaran pada mesin
diesel diakibatkan udara yang dikompresi pada ruang bakar memiliki suhu yang tinggi dan
pengkabutan bahan bakar pada ruang bakar itu akan menghasilkan proses pembakaran.
Penggunaan atau aplikasi Motor diesel sebagai motor penggerak (primover) sangatlah berkembang
pesat dan akan terus berkembang. Motor diesel banyak dipergunakan untuk keperluan transportasi
seperti truk,bis, kapal dll. Untuk kepentingan pertanian, Motor diesel digunakan pada traktor untuk
mengolah lahan pertanian. Pada industri kontruksi bangunan dan pertambangan, Motor diesel
digunakan sebagai primover untuk mesin-mesin pengeruk dan pemindah tanah, buldozer dll.
Keunggulan motor diesel dibandingkan jenis motor penggerak lainnya, diantaranya yaitu motor
diesel memiliki tingkat effisiensi yang tinggi dengan tingkat pemakaian bahan bakar yang relatif
rendah, atau dengan kata lain Motor diesel lebih irit dalam pemakaian bahan bakar dengan motor
bensin, motor diesel lebih efisien 40-50%. Sehingga tidak mengherankan apabila hampir seluruh
kapal menggunakan motor diesel sebagai penggerak utama. Motor diesel lebih kuat dan
mempunyai daya tahan yang lebih lama. Motor diesel lebih besar tenaganya sehingga Motor diesel
dapat menjadi motor penggerak (primover).Motor diesel mengakibatkan polusi udara yang lebih
kecil.Motor diesel tidak dipengaruhi oleh cuaca.
Karakteristik mesin diesel lain yang penting adalah mesinnya menghasilkan puntiran yang tidak
tergantung pada kecepatan, karena banyaknya udara masuk ke dalam silinder dalam setiap langkah
hisap dari torak, hanya sedikit yang dipengaruhi kecepatan mesin. Dengan sedikit bahan bakar
untuk penyediaan daya yang sama serta penggunaan bahan bakar yang lebih murah daripada
bensin.
Untuk mengetahui karakteristik yang terjadi, motor kita putar dengan berbagai kecepatan dengan
pembebanan yang bervariasi, juga mesin dibebani pada kecepatan konstan maupun kecepatan
variabel. Dengan demikian diharapkan hasil pengujian dengan data yang merefleksikan nilai
sebenarnya akan didapatkan melalui percobaan ini.
1.
2.
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini antara lain yaitu :
1.
2.
3.
BAB II
DASAR TEORI
Mesin diesel merupakan salah satu sumber tenaga yang mudah didapat dalam beberapa keadaan dan
dapat diaplikasikan dengan berbagai putaran, baik putaran rendah, sedang, hingga putaran tinggi.
Motor diesel dalam proses bekerjanya menggunakan tenaga kompresi yang tinggi. Prinsip kerjanya
adalah pada saat langkah hisap udara dihisap masuk ke dalam silinder selanjutnya torak bergerak ke
atas menekan atau mengkompresi udara sehingga suhu naik sangat tinggi. Beberapa derajat sebelum
TMA bahan bakar disemprotkan. Akibat terjadi persinggungan antara bahan bakar dan udara panas
maka terjadilah pembakaran.
Parameter yang digunakan dalam analisa data adalah sebagai berikut:
1. Daya
Putaran Mesin
n
= putaran mesin / 60
= rpm /60 (rps)
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan hal 10)
Kecepatan Sudut
=2xxn
(1/s)
(Fisika Dasar II, Dosen FMIPA)
Momen Puntir
Mp = PR x l
(Nm)
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan hal 10)
Dengan:
PR
Daya Efektif
Ne
= Mp x x 10-3 (KW)
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan hal 10)
N e xi
x10 3 (N/m2)
Vl xn
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan hal 10)
Dengan :
Ne
= daya efektif
(KW)
= putaran mesin
(rps)
= 2
Vl
= diameter silinder
(m)
(m)
2. Bahan bakar
(Kg/s)
VBB
tBB
(s)
m BB
x3,6 x10 6
Ne
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan hal 10)
Ne
= Daya efektif
3. Air pendingin
Air pendingin berfungsi untuk mendinginkan motor diesel. Air pendingin ini masuk
melalui pipa ke crankshaft lalu naik dan berakhir di kepala silinder.
AP xV AP
t AP
mAP =
(Kg/s)
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan hal 11)
Keterangan :
mAP
VAP
tAP
4. Udara
Udara dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dalam silinder sehingga dapat terjadi
penyalaan dari bahan bakar yang disemprotkan.
d 2 l n Rpm
4 2
Dimana :
d
= diameter piston
= panjang langkah
= jumlah silinder
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan hal 11)
= 1 atm
= 1015 mBar
= 101500 N/m
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan hal 11)
PhU
(Kg/m3)
RU xTU
dimana :
Tu
= Suhu udara
= 28 C
= 301 K
Ru
= 287 J/Kg K
= VU x U
Keterangan :
Vu
(m3/s)
2,667 xC 796 xH S N O
0,232
= mUST x mBB
= mU / mUST
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan hal 12)
cp
R
xRU xTU
Dimana :
Cp
R
(KJ/Kg)
= 3.505
RU = 0,287 KJ/Kg K,
TU
= Suhu udara
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan hal 12)
1.
Gas pembakar
Dalam suatu reaki pembakaran lengkap, suatu senyawa bereaksi dengan zat pengoksidasi, dan
produknya adalah senyawa dari tiap elemen dalam bahan bakar dengan zat pengoksidasi.
CO2+H2O+CO+HC+NOX+gas lain
O2
= SO2
dan
SO2 +
1 O2
2
= SO3
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang berbau tajam
tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini pun jika bereaksi di atmosfir akan
membentuk zat asam. Badan WHO PBB menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur dioksida di
udara telah mencapai ambang batas yg ditetapkan oleh WHO
Nitrogen Oxides (NOx,NO2 dan NO3)
Emisi nitrogen oxides (NOx) terbentuk dari oksidasi molekul nitrogen yang ada pada proses
pembakaran dan bahan bakar, terdiri dari 95% NO dan 5% NO 2. (Thevenin,2002). Pembentukan NOx
ini disebabakan oleh tiga kondisi yaitu :
1)
O2
1 O2
2
NO +
2)
= 2NO
=
NO2
3)
H + NO
Fuel NOx
Nitrogen yang terkandung dalam bahan bakar dikonversikan menjadi hydrogen sianida dan
bereaksi dengan NHx sehingga terbentuk NOx. Proses ini tergantung padakandungan yang ada
pada bahan bakar.
Fuel N HCN NHx NO
(handout PP 1, I Made Ariana)
cp
R
xRU xTGP
(KJ/Kg)
RU = 0,287 KJ/KgOK
TGP = Suhu gas pembakar/buang
(oK)
bersama air pendingin, daya efektif yang dihasilkan, energi gas buang, efisiensi efektif dan energi
yang dikonveksikan ke atmosfer.
= mBB x Hr (KJ/s)
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan )
Effisiensi efektif :
e =
Ne / JBB
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan )
(KJ/s)
Dengan :
mAP
(Kg/s)
cA
: 4,18 KJ/Kg K
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan)
Effisiensi pendingin :
p =
JAP / JBB
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan )
(KJ/s)
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan)
Effisiensi udara :
e =
JU / JBB
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan)
Pengujian untuk melihat karakteristik motor dilakukan pembebanan, sedangkan untuk alat pembebanan
ada beberapa macam, antara lain sebagai berikut :
1.
Terdiri dari roda yang dikopel langsung dengan menggunakan kopling serta rem yang dapat bergerak
secara fleksible, diatur oleh baut pengatur lengan dari brake dihubungkan dengan penimbang yang
berguna untuk mengetahui besarnya daya tekan. Jika motor berputar, dan baut penekan dikeraskan,
akan timbul gaya lawan yang merupakan momen puntir yang dihasilkan oleh Pronny Brake.
Daya Nb yang diserap oleh rem prony, apapun juga konstruksinya, dapat dihitung dengan rumus:
Nb
2LFn
33000
Dimana :
L = panjang batang, ft
2.
Water Brake dynamometer sering juga disebut sebagai rem hidrolik. Prinsip kerja dari water break
dynamometer ini sama seperti rem proni biasa, hanya dengan memasukkan gesekan air, tidak
menggunakan gesekan antara puli rem baja cor dan balok gesek stasioner.
Rumus yang digunakan sama dengan rumus rem proni diatas. Daya (Hp) yang diserap oleh rem air
berubah-ubah kira-kira sebagai pangkat tiga dari putaran/menit dan sebagai pangkat seperlima dari
diameter rotor. Dengan rem dan kecepatan konstan yang ditentukan maka daya yang diserap diatur oleh
banyaknya air yang tetap dalam rumahan.Aliran air diatur sedemikian rupa untuk memelihara tinggi
yang konstan dan suhu yang konstan dari air.
3.
Propeller atau fan dapat dipakai pembebanan dalam pengujian menerus, dimana ketelitian pembebanan
kurang diperlukan. Dimana Fan diletakkan pada poros motor. Prinsip pemindahan daya dan fan brake
ialah daya output yang memutar fan ditahan oleh udara, sehingga menggeser motor yang ditahan oleh
penumpu.
Satu dari bentuk Dynamometer elektris yang paling lama adalah Eddy Current Dynamometer.Bentuk
yang paling sederhana terdiri dari sebuah piringan yang digerakkan oleh engine yang sedang dites,
berputar dalam suatu medan magnet Kekuatan medan magnet diatur diatur dengan memvariasikan arus.
Piringan yang berputar berperan sebagai konduktor memotong medan magnet. Arus menginduksi
piringan dan menyebabkan panas pada piringan. Untuk daya yang besar, panasa pada piringan menjadi
sangat tinggi dan sulit dikontrol.
5.
Electrical Dynamometer
Yaitu generator DC dengan rotor dan stator yang dipasangkan pada bantalan peluru yang
konsentris, sedemikian rupa sehingga stator bebas berputar. Momen puntir diukur dengan
timbangan yang sesuai. Keuntungannya yaitu dapat digunakan meliputi jangkauan yang luasdari
keadaan operasi, baik sebagai generator untuk pengujian maupun sebagai motor untuk
menjalankan mesin dingin.
Nb
EI
746 e g
Nb
ExIxpf
746 e g
Dimana pf adalah faktor daya, yang tergantung pada karakteristik dari sistem listrik. Dalam sistem tiga
fase:
Nb
3 xExIxpf
746 x e g
Bahan bakar terbakar oleh adanya zat asam yang terkandung dalam udara. Oleh karena yang
terkandung dalam udara kebanyakan zat lumas dan hanya sedikit sekali zat asam maka volume udara
yang dibutuhkan untuk pembakaran satu kg solar kira-kira 15 kg dalam perhitungan teoritis. Akan
tetapi secara kenyataan adalah sukar untuk melakukan pembakaran yang berlangsung sangat singkat
dengan penggunaan 100% udara. Oleh sebab itu udara yang sesungguhnya dibutuhkan selalu lebih
banyak dari kebutuhan udara menurut perhitungan teori.
o
Pembakaran
Penyemprotan bahan bakar kedalam ruang bakar pada saat kompresi dilakukan sedikit
dimajukan sebelum TMA.
INTAKE
COMPRESSION
POWER
EXHAUST
Gambar diatas menunjukkan perubahan tekanan dalam silinder pada langkah kompresi dan langkah
kerja. Bahan bakar diinjeksi ada titik A sedikit sebelum akhir langkah kompresi. Bahan bakar pada saat
ini tidak langsung terbakar tetapi baru menyala pada titik B. Waktu dari A-B disebut waktu pembakaran
tertunda yaitu waktu yang diperlukan untuk menguapkan titik-titik bahan bakar sampai mencapai panas
temperatur nyala bahan bakar. Setelah bahan bakar terbakar api merambat dengan cepat mengakibatkan
tekan naik mendadak seperti ditunjukkan garis B-C. selanjutnya bahan bakar yang disemprotkan
terbakar langsung sehingga tekanan naik lebih lembut seperti garis C-D.
o
Injeksi
Yang dimaksud injeksi adalah permulaan penginjeksiaan bahan bakar pada saat putaran idle
adalah kira-kira 4-20 derajat sebelum TMA.
o
Terjadi bila pembakaran sekaligus campuran bahan bakar dan udara yang terjadi selama waktu
pembakaran tertunda sehingga tekanan naik dengan sangat tiba-tiba .
Ada dua kelas mesin diesel: dua-stroke dan empat-stroke. banyak mesin diesel besar
beroperasi dalam dua-stroke cycle. Mesin yang lebih kecil biasanya menggunakan empat stroke cycle.
Biasanya kumpulan silinder digunakan dalam kelipatan dua, meskipun berapapun jumlah
silinder dapat digunakan selama muatan di crankshaft di tolak-seimbangkan untuk mencegah getaran
yang berlebihan. Inline-6 paling banyak diproduksi dalam mesin tugas-medium ke tugas-berat,
meskipun V8 dan straight-4 juga banyak diproduksi.
(a)
(b)
(c)
Gambar 2-1. Daur empat langkah
(d)
didalam silinder. Bahan baker menyala dan terbakar selama bagian pertama dari langkah kerja,
sehingga menaikkan tekanan didalam silinder.
Selama langkah yang ketiga ini yang disebut langkah kerja atau langkah daya (gb. 2-1c), gas
panas mendorong torak turun atau maju. Gas mengembang dari volume silinder yang membesar dan
melalui batang engkol dan engkol meneruskan energi yang ditimbulkan kepada poros engkol yang
berputar. Segera sebelum torak mencapai t.m.b, katup buang e, membuka (gb.2-1d) dan hasil
pembakaran yang panas dan masih bertekanan tinggi mulai lari melalui lubang buang keluar. Selama
kejadian keempat, atau langkah buang, torak bergerak keatas, di dorong oleh engkol dan batang engkol,
mengusir hasil pembakaran yang tersisa. Didekat t.m.a katup buang ditutup, katup pemasukan dibuka
dan daur dimulai kembali. Seperti dapat dilihat, keempat langkah memerlukan dua putaran dari poros
engkol. Jadi dalam mesin empat langkah , satu langkah daya diperoleh untuk tiap dua putaran poros
engkol, atau banyaknya impuls daya tiap menit adalah setengah putaran/menit ternilai (rating)
(c). Pengaturan waktu kejadian
Kenyataanya titik pemisah antara keempat kejadian utama tidak bersekutu dengan awal dan
akhir langkah yang bersangkutan. Perbedaanya lebih kecil dalam mesin kecepatan rendah dan
membesar dengan meningkatnya kecepatan mesin. Katup pemasukan mulai membuka sebelum t.m.a,
dengan 10 sampai 25 derajat perjalanan engkol. Pendahuluan ini memungkinkan katup cukup terbuka
pada t.m.a, ketika torak mulai langkah isap. Katup pemasukan ditutup mulai 25 sampai 45 derajat
setelah t.m.b. Penginjeksian bahan bakar dimulai dari 7 sampai 27 derajat sebelum t.m.a. Akhir
penginjeksian bahan bakar tergantung pada beban mesin. Untuk melepaskan tekanan gas buang
sebelum torak memulai langkah balik, katup buang mulai membuka 30 sampai 60 derajat sebelum
t.m.b, dan menutup 10 sampai 20 derajat setelah t.m.a.
(d). Kompresi
Terdapat dua manfaat dalam menekan isi udara selama langkah kedua atau langkah kompresi:
Pertama menaikkan efisiensi panas atau efisiensi total dari mesin dengan menaikkan density pengisian
sehingga diperoleh suhu yang lebih tinggi selama pembakaran; ini dilakukan pada semua motor bakar,
baik dari jenis penyalaan cetus api (busi) maupun penyalaan kompresi. Yang kedua, untuk menaikkan
suhu udara pengisian sedemikian rupa sehingga kalau kabut halus dari bahan bakar di injeksikan
kedalamya, maka bahan bakar akan menyala dan mulai terbakar tanpa memerlukan sumber penyalaan
dari luar misalnya busi yang digunakan dalam mesin bensin.
(e). Perbandingan kompresi
Perbandingan kompresi dari motor bakar adalah perbandingan dari volume V1.inci kubik, dari
gas dalam silinder dengan torak dengan t.m.b, terhadap volume V2 dari gas, dengan torak pada t.m.a,
Perbandingan kompresi ditandai dengan R;
R = V1 / V2
Volume V2 disebut volume kompresi atau ruang bakar, Volume V1 sama dengan jumlah
perpindahan torak dan volume kompresi. Biasanya perbandingan kompresi mesin disel sekitar 12:1
sampai 19:1 dengan perbandingan kompresi kurang dari 12:1 terdapat bahaya bahwa suhu udara tekan
tidak cukup untuk memastikan penyalaan bahan baker kalau mesin distater dingin. Batas yang tinggi
ditetapkan dengan pertimbangan praktis. Secara teoritis suatu kenaikan perbandingan kompresi mesin
akan menaikan efisiensi panas dan menurunkan penggunaan bahan bakar. Tetapi, kenaikan
perbandingan kompresi akan menaikan tekanan gas maksimum dan suhu pembakaran. Ini
menimbulkan tegangan dan tekanan yang meningkat dalam berbagai bagian dari mesin dan kerugian
gesekan yang lebih tinggi. Berarti memerlukan bagian mesin yang lebih kuat dan lebih berat serta
memperberat mesin secara keseluruhan. Tekanan dan suhu yang lebih tinggi juga meningkatkan
keausan mesin sehingga mengurangi keawetan dan keandalanya. Oleh karenanya setiap jenis mesin
mempunyai batas yang tidak dianjurkan untuk dilampui
dalam menaikkan kompresi.
(f). Pembakaran
Terdapat dua metoda yang berbeda dari pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin :
Pada volume konstan
Pembakaran pada volume konstan berarti bahwa selama pembakaran volumenya tidak
berubah dan semua energi panas yang ditimbulkan oleh bahan bakar menjadi kenaikan suhu dan
tekanan gas. Dalam sebuah mesin berarti bahwa pembakaran diproses pada kecepatan sedemikian
tinggi sehingga torak tidak mempunyai waktu untuk bergerak selama pembakaran. Pembakaran
semacam ini diperoleh ketika torak pada t.m.a, keuntungan dari metode pembakaran bahan bakar ini
adalah efisiensi panas yang tinggi. Kerugianya adalah kenaikan tekanan yang sangat mendadak dan
mengakibatkan kebisingan pada mesin. Pembakaran semacam ini kira-kira didekati dalam mesin
bensin penyalaan cetus api.
Pada tekanan konstan
Pembakaran pada tekanan konstan, berarti bahwa selama pembakaran suhunya naik dengan
kecepatan sedemikian sehingga kenaikan tekanan yang dihasilkan kira-kira cukup untuk melawan
pengaruh pertambahan volume disebabkan gerakan torak, dan tekanan tidak berubah. Energi panas
yang ditimbulkan oleh bahan bakar sebagian berubah menjadi kenaikan suhu gas dan sebagian menjadi
kerja luar yang dilakukan. Dalam mesin dengan pembakaran tekanan konstan, bahan bakar dibakar
sedikit demi sedikit sehingga tekanan yang diperoleh pada akhir langkah kompresi dipertahankan
selama seluruh proses pembakaran.
Pembakaran semacam ini digunakan dalam mesin diesel injeksi udara kecepatan rendah yang
asli. Keuntunganya adalah mesin berjalan dengan halus, sehingga menghasilkan momen puntir lebih
merata karena tekanan pembakaran yang diperpanjang. Tetapi tidak sesuai untuk mesin minyak
kecepatan tingggi. Mesin diesel kecepatan tinggi modern beroperasi pada daur yang merupakan
kombinasi dari kedua metoda diatas, dan disebut juga daur dwipembakaran (dual-combustion); satu
bagian bahan bakar dibakar dengan cepat, hampir dengan volume konstan dekat t.m.a sisanya dibakar
sewaktu torak mulai bergerak menjauhi t.m.a, Tetapi tekanan tingginya tidak konstan, melainkan
biasanya pertama kali naik kemudian turun. Secara umum daur ini lebih menyerupai daur pembakaran
volume konstan dari pada daur mesin disel asli. Keuntunganya adalah efisiensi tinggi dan penggunaan
bahan bakar hemat. Kekurangannya adalah sulitnya mencegah operasi yang kasar dan bising dari
mesin.
Keunggulan dan kelemahan dibanding dengan mesin bensin
Mesin diesel lebih besar dari mesin bensin dengan tenaga yang sama karena konstruksi berat
diperlukan untuk bertahan dalam pembakaran tekanan tinggi untuk penyalaan. Dan juga dibuat dengan
kualitas sama yang membuat penggemar mendapatkan peningkatan tenaga yang besar dengan
menggunakan mesin turbocharger melalui modifikasi yang relatif mudah dan murah. Mesin bensin
dengan ukuran sama tidak dapat mengeluarkan tenaga yang sebanding karena komponen di dalamnya
tidak mampu menahan tekanan tinggi, dan menjadikan mesin diesel kandidat untuk modifikasi mesin
dengan biaya murah.
Penambahan turbocharger atau supercharger ke mesin meningkatkan ekonomi bahan bakar
dan tenaga. Rasio kompresi yang tinggi membuat mesin diesel lebih efisien dari mesin menggunakan
bensin. Peningkatan ekonomi bahan bakar juga berarti mesin diesel memproduksi karbon dioksida
yang lebih sedikit.
Pengertian :
Mesin diesel 2 langkah merupakan mesin diesel yang menghasilkan satu tenaga yaitu dengan 2 kali
langkah torak atau 1 kali putaran poros engkol menghasilkan 1 kali usaha.
Langkah pada mesin diesel 2 langkah adalah
Langkah 1 : Torak dari TMB ke TMA
Udara masuk melalui lubang masuk (proses isi), karena adanya tekanan dari luar sehingga
mendesak gas buang keluar (proses buang) melalui lubang buang sampai torak menutupi lubang
masuk. Proses isi berhenti. Sedangkan proses buang masih berlangsung sampai torak tepat menutupi
lubang keluar. Selanjutnya terjadi proses kompresi sampai mencapai TMA. Kemudian
terjadilah
lubang
masuk,
udara
masuk
(proses
isi)
dan
menekan
gas
buang
keluar
Kekurangan
Proses pembilasannya tidak sempurna
2 langkah
2.
4 langkah
Guna menjaga temperatur motor diesel (khususnya silinder) pada suhu yang dikehendaki,
maka keberadaan sistem pendingin tidak dapat diabaikan. Motor diesel dapat didinginkan dengan udara
(air cooled) maupun dengan air (water cooled). Sebagian motor diesel dikapal didinginkan dengan
menggunakan air tawar. Penukar panas (heat exchanger) dimanfaatkan sebagai alat penukar panas dari
air tawar (primary coolant) pendingin mesin dan air laut (secondary coolant). Jadi dalam hal ini air laut
akan berfungsi untuk mendinginkan air tawar.
3.
Berdasarkan susunan silindernya, maka motor diesel dapat dibedakan menjadi motor diesel
yang silindernya disusun inline dan V. Tipe in-line dan V adalah yang paling umum ditemui. Tipe inline merupakan tipe yang membutuhkan space keatas yang lebih besar dari tipe lainnya. Sementara
tipe V akan membutuhkan space kearah samping yang lebih besar dari tipe in-line.
4.
Pada proses naturally aspirated, udara pembakaran ditarik kedalam silinder saat piston
bergerak dari TDC ke BDC pada langkah pemasukan (intake stroke) untuk motor diesel 4 langkah.
Pada motor diesel 2 langkah, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, udara pembilasan
(scavenging air system) dimasukkan dengan bantuan scavenging blower. Pada supercharged engine,
udara pembakaran disuplai oleh kompresor yang digerakkan gas turbin dalam ukuran yang kecil yang
biasanya diletakkan pada ujung saluran gas buang dari motor induk. Susunan seperti ini disebut dengan
turbocharger. Pada sistem ini biasanya ada 2 tahapan dengan pendinginan udara diantara 2 tahap ini
(inlet cooler). Pendinginan udara ini dimaksudkan untuk meningkatkan densitas dari udara sehingga
memungkinkan motor diesel untuk membakar bahan bakar dalam jumlah yang lebih banyak.
5.
Ada beberapa sistem start yang biasanya digunakan, diantaranya adalah dengan menggunakan
udara bertekanan, fluida hidrolis bertekanan, maupun dengan menggunakan motor listrik.
Sistem start ini dimaksudkan untuk memberikan daya kepada piston untuk melakukan langkah
kompresi., sehingga saat bahan bakar dimasukkan maka proses pembakaran dapat terjadi.
6.
Motor diesel memiliki 2 tipe yang berbeda, yakni yang mampu membalikkan arah putaran
sendiri (reversible engine) atau yang tidak mampu (non reversible engine). Pada kasus yang kedua,
pemutar balikkan arah putaran (propeller dalam kasus dikapal) dapat dilakukan dengan memanfaatkan
gigi pembalik (reverse gear).
Pada motor reversible, proses membalikkan putaran dimulai dengan mematikan motor
dieselterlebih dahulu dan kemudian melakukan start pada arah yang berlawanan. Proses ini akan
bervariasi pada satu motor diesel dengan motor diesel yang lainnya. Akan tetapi prinsipnya proses ini
dimulai dengan menghentikan supali bahan bakr ke silinder dengan mengatur thortle lever (tuas
pengatur bahan bakar) pada posisi stop. Kemudian mengubah waktu injeksi pompa bahan bakar serta
katup pembuangan dan katup pemasukan dengan mengatur posisi camshaft dan merubah putaran
sistem start.
7.
Hingga saat ini tidak ada satuopun standar yang bisa mengklasifikasikan motor diesel secara
rigid berdasarkan putaran dari crankshaft-nya atau kecepatan toraknya.
Salah satu klasifikasinya adalah :
Piston speed (fpm)
1000-1500
100-500
1200-1800
500-1200
1800-3000
1200-4000
Item
Bahan bakar
Motor Diesel
Solar
Motor Bensin
Bensin
Injeksi, nozzle
Karburator
Cara penyalaan
Kompressi
Perbandingan kompressi
Tekanan kompressi
Effesiensi panas
15-22
25-35 kg/cm
30-31
6-10
2
8-15 kg/cm2
25-28
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dari data yang diperoleh dalam praktikum, dapat dicari nilai antara lain: daya efektif mesin, SFOC mesin,
keperluan air pendingin untuk mesin, entalpi udara yang digunakan oleh mesin, gas pembakaran yang dihasilkan
oleh mesin, dan neraca energi yang dihasilkan oleh mesin.
Kecepatan Sudut
=2xxn
(1/s)
Dimana
n = putaran mesin (Rps)
= 300 Rpm
= 4.17 Rps
= 31,4 1/s
maka :
Momen Puntir
Mp = PR x l
Dengan :
(Nm)
PR
MP= 9,7
Daya Efektif
Ne
= Mp x x 10-3
Ne
= 0,305
N e xi
x10 3 (N/m2)
Vl xn
i = 2
Vl
Pe= 6941,99
Dengan cara yang sama, dengan data yang lain, maka didapat hasil dalam tabel berikut ini :
Percobaan 1
Daya putaran tetap:
Percobaan 2
Daya putaran variabel :
Kec.
Sudut
(s-1)
Putaran
Rpm
Rps
300
5.00
325
5.42
350
5.83
300
5.00
325
5.42
350
5.83
300
5.00
325
5.42
350
5.83
300
5.00
325
5.42
350
5.83
300
5.00
325
5.42
350
5.83
IV.1.2 SFOC
31.4
0
34.0
2
36.6
3
31.4
0
34.0
2
36.6
3
31.4
0
34.0
2
36.6
3
31.4
0
34.0
2
36.6
3
31.4
0
34.0
2
36.6
3
Gaya
rem (N)
Momen
Puntir
(Nm)
10
0.97
9.70
11
0.97
10.67
13
0.97
12.61
11
0.97
10.67
12
0.97
11.64
15
0.97
14.55
19
0.97
18.43
15
0.97
14.55
17
0.97
16.49
17
0.97
16.49
19
0.97
18.43
25
0.97
24.25
22
0.97
21.34
22
0.97
21.34
25
0.97
24.25
Daya
(kW)
0.30
5
0.36
3
0.46
2
0.33
5
0.39
6
0.53
3
0.57
9
0.49
5
0.60
4
0.51
8
0.62
7
0.88
8
0.67
0
0.72
6
0.88
8
V (m3)
Tek. Effektif
Rata2 (N/m2)
0.01755
6941.99
0.01755
7636.19
0.01755
9024.59
0.01755
7636.19
0.01755
8330.39
0.01755
10412.99
0.01755
13189.79
0.01755
10412.99
0.01755
11801.39
0.01755
11801.39
0.01755
13189.79
0.01755
17354.99
0.01755
15272.39
0.01755
15272.39
0.01755
17354.99
Sebelum mencari SFOC, terlebih dahulu menghitung kecepatan sudut. Berikut adalah perhitungan
SFOC dengan input data pertama dari praktikum.
(Kg/s)
dimana :
BB
VBB
tBB
mbb= 0,0004462
SFOC
be =
dimana : Ne
m BB
x3,6 x10 6
Ne
= Daya efektif= 0,305 Kw
be= 5274,32
Dengan cara yang sama, dengan data yang lain, maka didapat hasil dalam tabel berikut ini :
PERCOBAAN 1
Putaran Tetap
SFOC
percobaan 2
Putaran berubah
SFOC
Putaran
(Rpm)
Gaya
Rem
(N)
V. Bahan
Bakar
(m3)
Kerapatan
massa
(kg/m3)
Waktu
(s)
Kec. Aliran
BB (kg/s)
Daya
(kW)
SFOC
(g/kW h)
300
325
10
11
0.00005
0.00005
830
830
83
73
0.0005000
0.0005685
0.305
0.363
5909.78
5638.60
350
300
325
350
300
325
350
300
325
350
300
325
350
13
11
12
15
19
15
17
17
19
25
22
22
25
0.00005
0.00005
0.00005
0.00005
0.00005
0.00005
0.00005
0.00005
0.00005
0.00005
0.00005
0.00005
0.00005
830
830
830
830
830
830
830
830
830
830
830
830
830
68
77
65
64
80
77
65
76
73
70
69
68
67
0.0006103
0.0005390
0.0006385
0.0006484
0.0005188
0.0005390
0.0006385
0.0005461
0.0005685
0.0005929
0.0006014
0.0006103
0.0006194
0.462
0.335
0.396
0.533
0.579
0.495
0.604
0.518
0.627
0.888
0.670
0.726
0.888
4756.09
5791.16
5804.87
4379.57
3227.05
3920.17
3804.87
3796.53
3264.45
2402.51
3231.30
3026.60
2510.08
T1 = 43C
T2 = 44 C
T3 = 45 C
T1 = 50 C
T2 = 50 C
T3 = 50C
AP = (999,30+ 998,75) / 2
= 999,03 kg/m3
AP xV AP
t AP
(Kg/s)
Dimana :
AP
VAP
tAP
Air pendingin
Putaran
(Rpm)
Gaya
Rem
(N)
V. Air
Pend.
(m3)
Waktu
(s)
Temp.
Rata2
Air
Masuk
(C)
300
300
300
300
300
325
325
325
325
325
350
350
350
350
350
10
12
14
18
21
11
13
15
19
22
12
15
17
21
25
0.008
0.0085
0.0087
0.009
0.0092
0.0094
0.0095
0.0096
0.0097
0.0098
0.01
0.101
0.103
0.104
0.105
93
60
59
54
52
75
68
60
58
55
60
59
56
53
51
44.0
46.7
48.0
49.0
50.0
50.0
50.0
50.0
51.3
52.0
52.0
52.0
52.0
52.0
53.3
Percobaan 2
putaran berubah
Temp. Rata
Air Keluar
(C)
50.0
52.0
53.3
55.3
57.3
57.3
58.3
58.7
59.7
59.7
59.7
60.7
61.3
61.7
62.3
Kerap.
Massa Air
Pend.
Masuk
(kg/m3)
Kerap.
Massa Air
Pend.
Keluar
(kg/m3)
Rata2
Kerap.
Massa Air
Pend.
(kg/m3)
Kec. Aliran
Air Pend.
(kg/s)
999.05
998.95
998.90
998.85
998.80
998.80
998.80
998.80
998.75
998.70
998.70
998.70
998.70
998.70
998.60
998.50
998.30
998.35
998.35
998.35
998.35
998.29
998.29
998.25
998.25
998.20
998.20
998.20
998.15
998.15
998.78
998.63
998.63
998.60
998.58
998.58
998.55
998.55
998.50
998.48
998.45
998.45
998.45
998.43
998.38
0.086
0.141
0.147
0.166
0.177
0.125
0.140
0.160
0.167
0.178
0.166
1.709
1.836
1.959
2.055
Put
ara
n
(Rp
m)
30
0
32
5
35
0
30
0
32
5
35
0
30
0
32
5
35
0
30
0
32
5
35
0
30
0
32
5
35
0
Kerap.
Massa Air
Pend.
Masuk
(kg/m3)
Kerap.
Massa Air
Pend.
Keluar
(kg/m3)
Rata2
Kerap.
Massa Air
Pend.
(kg/m3)
Kec. Aliran
Air Pend.
(kg/s)
54.0
62.7
998.44
998.05
998.25
0.130
73
53.7
63.3
998.44
998.08
998.26
0.149
0.011
68
53.7
63.3
998.44
998.08
998.26
0.161
11
0.0111
77
54.3
63.3
998.44
998.20
998.32
0.144
12
0.0112
65
55.0
63.0
998.44
998.08
998.26
0.172
15
0.01125
64
54.3
63.3
998.44
998.08
998.26
0.175
19
0.0113
80
55.0
63.0
998.44
998.20
998.32
0.141
15
0.0113
77
55.3
63.0
998.44
998.08
998.26
0.146
17
0.0114
65
55.7
63.3
998.44
998.08
998.26
0.175
17
0.0114
76
55.7
63.0
998.44
998.20
998.32
0.150
19
0.0114
73
56.3
63.0
998.44
998.08
998.26
0.156
25
0.0114
70
55.7
62.3
998.44
998.08
998.26
0.163
22
0.0115
69
56.7
62.7
998.44
998.20
998.32
0.166
22
0.0115
68
57.0
62.7
998.44
998.08
998.26
0.169
25
0.0115
67
57.0
62.7
998.44
998.08
998.26
0.171
Ga
ya
Re
m
(N)
Wakt
u (s)
Temp.
Rata2
Air
Masu
k (C)
V. Air
Pend.
(m3)
10
0.0108
83
11
0.0109
13
IV.1.4 Udara
Dari data hasil praktikum, dilakukan perhitungan berikut ini untuk mencari volume aliran udara hisap,
kerapatan massa udara, kecepatan aliran udara, kecepatan aliran udara teori, faktor kelebihian udara, dan entalpi
jenis udara dengan input data pertama dari praktikum.
d 2 l n Rpm
4 2
Dimana :
d
= diameter piston
= 0.18 m
= panjang langkah
= 0.23 m
= jumlah silinder
= 3 buah
Rpm = 300
Maka :
= 0.004875 m3/s
Vu
= 1 atm
= 1015 mBar
= 101500 N/m
PhU
(Kg/m3)
RU xTU
dimana :
Tu
= Suhu udara
= 39 C
= 312K
Ru
= 287 J/Kg K
cp
R
xRU xTU
0,0004462 kg/s
Dimana :
Cp
R
= 3.505
RU = 0,287 KJ/Kg K,
TU
Dengan cara yang sama, dengan data yang lain, maka didapat hasil dalam tabel berikut ini :
Putar
an
(Rpm)
Gay
a
Rem
(N)
Kerap.
Massa
Udara
(kg/m3)
Tem
p.
Uda
ra
V.
Aliran
Udara
Hisap
m3/Ja
m
m3/s
mBar
N/m
17.55
0
17.55
0
17.55
0
17.55
0
17.55
0
17.55
0
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
1013.2
5
1013.2
5
1013.2
5
1013.2
5
1013.2
5
1013.2
5
10132
5
10132
5
10132
5
10132
5
10132
5
10132
5
300
10
39
312
300
12
39
312
300
14
39
312
300
18
39
312
300
21
39
312
325
11
39
312
Tek.
Hisap
Udara
1.132
1.132
1.132
1.132
1.132
1.132
Kec.
Aliran
Udara
(kg/s)
0.0055
2
0.0055
2
0.0055
2
0.0055
2
0.0055
2
0.0055
2
Keb.
Udara
Pemb.
Teori
(Kgu/KgB
B)
14.047
14.047
14.047
14.047
14.047
14.047
Kec. Aliran
BB (kg/s)
Kec. Aliran
Udara Teori
(Kgu/s)
Fakto
r
Keleb
ihan
Udara
Cp/R
0.00044
62
0.00069
17
0.00070
34
0.00076
85
0.00079
81
0.00055
33
0.006268
3
0.009715
8
0.009880
5
0.010795
4
0.011210
6
0.007772
7
0.88
0
0.56
8
0.55
8
0.51
1
0.49
2
0.71
0
3.50
5
3.50
5
3.50
5
3.50
5
3.50
5
3.50
5
Entalpi Jenis
Udara
(kJ/kg)
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
PERCOBAAN 1
PUTARAN TETAP
PUTARAN BERUBAH
Putar
an
(Rpm)
Gaya
Rem
(N)
V.
Aliran
Udara
Hisap
Temp.
Udara
m3/Jam
300
10
39
312
17.55
325
11
39
312
17.55
350
13
39
312
17.55
300
11
39
312
17.55
325
12
39
312
17.55
350
15
39
312
17.55
300
19
39
312
17.55
325
15
39
312
17.55
350
300
17
17
39
39
312
312
17.55
17.55
Kerap.
Massa
Udara
(kg/m3)
Tek.
Hisap
Udara
m3/s
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
mBar
1013.25
1013.25
1013.25
1013.25
1013.25
1013.25
1013.25
1013.25
1013.25
1013.25
Kec.
Aliran
Udara
(kg/s)
Keb.
Udara
Pemb.
Teori
(Kgu/KgBB
)
Kec. Aliran
BB (kg/s)
Kec.
Aliran
Udara
Teori
(Kgu/s)
Fakto
r
Keleb
ihan
Udara
Cp/R
0.00702
35
0.00798
56
0.00857
28
0.00757
08
0.00896
85
0.00910
86
0.00728
69
0.00757
08
0.00896
85
0.00767
0.78
5
0.69
1
0.64
3
0.72
9
0.61
5
0.60
6
0.75
7
0.72
9
0.61
5
0.71
3.50
5
3.50
5
3.50
5
3.50
5
3.50
5
3.50
5
3.50
5
3.50
5
3.50
5
3.50
Entalpi
Jenis
Udara
(kJ/kg)
N/m
10132
5
10132
5
10132
5
10132
5
10132
5
10132
5
10132
5
10132
5
10132
5
10132
1.132
0.00552
14.047
0.0005000
1.132
0.00552
14.047
0.0005685
1.132
0.00552
14.047
0.0006103
1.132
0.00552
14.047
0.0005390
1.132
0.00552
14.047
0.0006385
1.132
0.00552
14.047
0.0006484
1.132
0.00552
14.047
0.0005188
1.132
0.00552
14.047
0.0005390
1.132
1.132
0.00552
0.00552
14.047
14.047
0.0006385
0.0005461
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
325
19
39
312
17.55
350
25
39
312
17.55
300
22
39
312
17.55
325
22
39
312
17.55
350
25
39
312
17.55
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
0.0048
75
1013.25
1013.25
1013.25
1013.25
1013.25
5
10132
5
10132
5
10132
5
10132
5
10132
5
1.132
0.00552
14.047
0.0005685
1.132
0.00552
14.047
0.0005929
1.132
0.00552
14.047
0.0006014
1.132
0.00552
14.047
0.0006103
1.132
0.00552
14.047
0.0006194
04
0.00798
56
0.00832
79
0.00844
86
0.00857
28
0.00870
08
9
0.69
1
0.66
2
0.65
3
0.64
3
0.63
4
5
3.50
5
3.50
5
3.50
5
3.50
5
3.50
5
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
mBB
cp
hGP =
Dengan :
xRU xTGP
Cp
= 3.525
RU
= 0,287 KJ/Kg K
TGP
Gas Pembakaran
Putaran (Rpm)
Gaya
Rem
(N)
Suhu Gas
Pembakar Cp/R
Kec.
Aliran
Udara
(kg/s)
Kec.
Aliran BB
(kg/s)
300
10
75
348
3.521
0.00552
300
12
75
348
3.521
0.00552
300
14
80
353
3.521
0.00552
300
18
80
353
3.521
0.00552
300
21
80
353
3.526
0.00552
Kec. Aliran
Gas Pemb.
(kg/s)
0.000446
2
0.000691
7
0.000703
4
0.000768
5
0.000798
1
Entalpi Jenis
Gas Pemb.
(kJ/kg)
0.00596
26
0.00620
81
0.00621
98
0.00628
49
0.00631
45
351.663
351.663
356.716
356.716
357.223
325
11
85
358
3.526
0.00552
325
13
85
358
3.526
0.00552
325
15
85
358
3.527
0.00552
325
19
85
358
3.529
0.00552
325
22
85
358
3.532
0.00552
350
12
85
358
3.532
0.00552
350
15
85
358
3.532
0.00552
350
17
90
363
3.532
0.00552
350
21
90
363
3.532
0.00552
350
25
90
363
3.532
0.00552
0.000553
3
0.000610
3
0.000691
7
0.000715
5
0.000754
5
0.000691
7
0.000703
4
0.000741
1
0.000783
0
0.000813
7
0.00606
97
0.00612
67
0.00620
81
0.00623
19
0.00627
09
0.00620
81
0.00621
98
0.00625
75
0.00629
94
0.00633
01
362.282
362.282
362.385
362.591
362.899
362.899
362.899
367.967
367.967
367.967
PUTARAAN BERUBAH
Putaran
(Rpm)
Gaya
Rem
(N)
Cp/R
Suhu Gas
Pembakar
300
10
90
363
3.525
0.00552
325
11
90
363
3.530
0.00552
350
13
90
363
3.535
0.00552
300
11
90
363
3.525
0.00552
325
12
90
363
3.530
0.00552
350
15
90
363
3.535
0.00552
300
19
90
363
3.525
0.00552
325
15
90
363
3.530
0.00552
350
17
90
363
3.535
0.00552
300
17
90
363
3.525
0.00552
325
19
90
363
3.530
0.00552
350
25
90
363
3.535
0.00552
300
22
90
363
3.525
0.00552
Kec. Aliran
BB (kg/s)
Kec.
Aliran Gas
Pemb.
(kg/s)
0.000500
0
0.000568
5
0.000610
3
0.000539
0
0.000638
5
0.000648
4
0.000518
8
0.000539
0
0.000638
5
0.000546
1
0.000568
5
0.000592
9
0.000601
4
0.00601
64
0.00608
49
0.00612
67
0.00605
53
0.00615
48
0.00616
48
0.00603
51
0.00605
53
0.00615
48
0.00606
24
0.00608
49
0.00610
92
0.00611
78
Entalpi
Jenis Gas
Pemb.
(kJ/kg)
367.238
367.759
368.280
367.238
367.759
368.280
367.238
367.759
368.280
367.238
367.759
368.280
367.238
325
22
90
363
3.530
0.00552
350
25
90
363
3.535
0.00552
0.000610
3
0.000619
4
0.00612
67
0.00613
58
= mBB x Hr
Dimana : mBB
Hr
Effisiensi efektif :
e =
Ne / JBB
dimana : Ne
= daya efektif=0,305 Kw
maka e= 0,0016
CA
= 4,18 KJ/Kg K
Effisiensi pendingin :
p =
JAP / JBB
dimana : JAP
367.759
368.280
p = 0,116
Effisiensi pendingin :
p =
JU / JBB
dimana : JU
p = 0,116
Dimana :
mGP
hGP
JGP =1,871
Putaran
(Rpm)
Gaya
Rem
(N)
300
10
300
12
300
14
300
18
300
21
325
11
325
13
325
15
325
19
325
22
350
12
350
15
Kec. Aliran
BB (kg/s)
0.000446
2
0.000691
7
0.000703
4
0.000768
5
0.000798
1
0.000553
3
0.000610
3
0.000691
7
0.000715
5
0.000754
5
0.000691
7
0.000703
4
Nilai
Panas
Rendah
(kJ/kg)
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
Kec.
Aliran
Energi
BB
(kJ/s)
18.65
3
28.91
2
29.40
2
32.12
4
33.36
0
23.12
9
25.51
0
28.91
2
29.90
9
31.54
0
28.91
2
29.40
2
Daya
Kec.
Aliran Air
Pend.
(kg/s)
CA
TAPK-TAPM
Kec. Aliran
Energi Air Pend.
(kJ/s)
kW
kJ/s
Effisiensi
Efektif
0.305
0.305
0.016
0.086
4.18
6.0
2.155
0.365
0.366
0.013
0.141
4.18
5.3
3.154
0.426
0.427
0.015
0.147
4.18
5.3
3.283
0.548
0.549
0.017
0.166
4.18
6.3
4.406
0.640
0.640
0.019
0.177
4.18
7.3
5.416
0.363
0.363
0.016
0.125
4.18
7.3
3.836
0.429
0.429
0.017
0.140
4.18
8.3
4.859
0.495
0.495
0.017
0.160
4.18
8.7
5.788
0.627
0.627
0.021
0.167
4.18
8.3
5.817
0.726
0.727
0.023
0.178
4.18
7.7
5.701
0.426
0.427
0.015
0.166
4.18
7.7
5.333
0.533
0.533
0.018
1.709
4.18
8.7
61.919
350
17
350
21
350
25
Effisiensi
Pendingin
0.000741
1
0.000783
0
0.000813
7
Kec. Aliran
Udara (kg/s)
0.116
0.005516
0.109
0.005516
0.112
0.005516
0.137
0.005516
0.162
0.166
0.005516
0.005516
41800
41800
41800
Entalp
i Jenis
Udara
(kJ/kg)
313.8
52
313.8
52
313.8
52
313.8
52
313.8
52
313.8
30.97
7
32.73
0
34.01
4
0.604
0.605
0.020
1.836
4.18
9.3
71.645
0.746
0.747
0.023
1.959
4.18
9.7
79.164
0.888
0.889
0.026
2.055
4.18
9.0
77.327
Kec. aliran
energi
udara
(kJ/s)
Effisien
si
Udara
Kec. Aliran
Gas Pemb.
(kg/s)
Entalpi Jenis
Gas Pemb.
(kJ/kg)
Kec.
aliran
energi
gas
pemb.
(kJ/s)
1.731
0.093
0.0059626
313.852
1.871
16.053
0.861
1.731
0.060
0.0062081
313.852
1.948
25.175
0.871
1.731
0.059
0.0062198
313.852
1.952
25.471
0.866
1.731
0.054
0.0062849
313.852
1.973
26.928
0.838
1.731
1.731
0.052
0.075
0.0063145
0.0060697
313.852
313.852
1.982
1.905
27.053
18.756
0.811
0.811
Kec.
aliran
energi
konv.
(kJ/s)
Effisie
nsi
Konvek
si
0.190
0.005516
0.200
0.005516
0.194
0.005516
0.181
0.005516
0.184
0.005516
2.106
0.005516
2.313
0.005516
2.419
0.005516
2.273
0.005516
52
313.8
52
313.8
52
313.8
52
313.8
52
313.8
52
313.8
52
313.8
52
313.8
52
313.8
52
1.731
0.068
0.0061267
313.852
1.923
20.030
0.785
1.731
0.060
0.0062081
313.852
1.948
22.411
0.775
1.731
0.058
0.0062319
313.852
1.956
23.240
0.777
1.731
0.055
0.0062709
313.852
1.968
24.875
0.789
1.731
0.060
0.0062081
313.852
1.948
22.935
0.793
1.731
0.059
0.0062198
313.852
1.952
-33.272
-1.132
1.731
0.056
0.0062575
313.852
1.964
-41.506
-1.340
1.731
0.053
0.0062994
313.852
1.977
-47.426
-1.449
1.731
0.051
0.0063301
313.852
1.987
-44.458
-1.307
Gaya
Rem
(N)
Kec. Aliran
BB (kg/s)
Nilai
Panas
Rendah
(kJ/kg)
Kec.
Aliran
Energi
BB
(kJ/s)
Daya
Effisien
si
Efektif
Kec.
Aliran
Air
Pend.
(kg/s)
CA
TAPKTAPM
Kec. Aliran
Energi Air
Pend. (kJ/s)
Effisiensi
Pendingin
300
10
325
11
350
13
300
11
325
12
350
15
300
19
325
15
350
17
300
17
325
19
350
25
300
325
22
22
0.000500
0
0.000568
5
0.000610
3
0.000539
0
0.000638
5
0.000648
4
0.000518
8
0.000539
0
0.000638
5
0.000546
1
0.000568
5
0.000592
9
0.000601
4
0.000610
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
41800
20.90
0
23.76
3
25.51
0
22.52
9
26.68
8
27.10
5
21.68
4
22.52
9
26.68
8
22.82
5
23.76
3
24.78
1
25.14
1
25.51
kW
kJ/s
0.305
0.305
0.015
0.130
4.18
8.7
4.706
0.225
0.005516
0.363
0.363
0.015
0.149
4.18
9.7
6.023
0.253
0.005516
0.462
0.462
0.018
0.161
4.18
9.7
6.525
0.256
0.005516
0.335
0.335
0.015
0.144
4.18
9.0
5.414
0.240
0.005516
0.396
0.396
0.015
0.172
4.18
8.0
5.752
0.216
0.005516
0.533
0.533
0.020
0.175
4.18
9.0
6.601
0.244
0.005516
0.579
0.579
0.027
0.141
4.18
8.0
4.715
0.217
0.005516
0.495
0.495
0.022
0.146
4.18
7.7
4.695
0.208
0.005516
0.604
0.605
0.023
0.175
4.18
7.7
5.611
0.210
0.005516
0.518
0.518
0.023
0.150
4.18
7.3
4.590
0.201
0.005516
0.627
0.627
0.026
0.156
4.18
6.7
4.344
0.183
0.005516
0.888
0.889
0.036
0.163
4.18
6.7
4.530
0.183
0.005516
0.670
0.726
0.671
0.727
0.027
0.028
0.166
0.169
4.18
4.18
6.0
5.7
4.173
3.999
0.166
0.157
0.005516
0.005516
350
25
3
0.000619
4
Entalpi Jenis
Udara (kJ/kg)
Kec. aliran
energi udara
(kJ/s)
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
1.731
1.731
1.731
1.731
1.731
1.731
1.731
1.731
1.731
1.731
1.731
1.731
1.731
41800
0
25.89
1
0.888
0.889
0.034
0.171
Effisiensi
Udara
Kec. Aliran
Gas Pemb.
(kg/s)
Kec.
aliran
energi
gas
pemb.
(kJ/s)
0.083
0.073
0.068
0.077
0.065
0.064
0.080
0.077
0.065
0.076
0.073
0.070
0.069
0.0060164
0.0060849
0.0061267
0.0060553
0.0061548
0.0061648
0.0060351
0.0060553
0.0061548
0.0060624
0.0060849
0.0061092
0.0061178
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
313.852
1.888
1.910
1.923
1.900
1.932
1.935
1.894
1.900
1.932
1.903
1.910
1.917
1.920
4.18
5.7
Kec.
aliran
energi
konv.
(kJ/s)
Effisiensi
Konveksi
15.733
17.198
18.331
16.610
20.339
19.766
16.226
17.169
20.272
17.545
18.613
19.176
20.108
0.753
0.724
0.719
0.737
0.762
0.729
0.748
0.762
0.760
0.769
0.783
0.774
0.800
4.059
0.157
0.005516
313.852
313.852
1.731
1.731
0.068
0.067
0.0061267
0.0061358
313.852
313.852
1.923
1.926
20.593
20.749
0.807
0.801
putaran tetap
putaran berubah
Pada grafik percobaan daya terhadap putaran, berupa kurva, artinya jika putaran motor diperbesar maka daya
efektif juga akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan Ne = Mp x x 10-3 (kW), dimana adalah
kecepatan sudut ( = 2 x x n) yang berbanding lurus dengan putaran. Sehingga dengan putaran yang makin
besar motor juga menghasilkan daya semakin besar.
putaran tetap
putaran berubah
Sehingga menjadi
T
Dimana:
D
= Torsi
= Jumlah langkah persatuan siklus (2/4 untuk motor atau 2/4 langkah)
BHP
= rpm engine
(Diktat permesinan perkapalan 1 hal 40 th 1999 pengarang M. Orianto & Ketut Buda A)
Jadi dari rumus diatas dapat kita simpulkan bahwa hubungan Torsi Vs Putaran berbanding terbalik. Namun pada
mesin diesel ketika kita menambah putaran maka daya yang dihasilkan juga bertambah sehingga menghasilkan
momen torsi yang bertambah pula.
1.3 Grafik Torsi vs Daya
PERCOBAAN 1
putaran tetap
putaran berubah
= Torsi
= Jumlah langkah persatuan siklus (2/4 untuk motor atau 2/4 langkah)
BHP
Jadi dari rumus diatas dapat kita simpulkan bahwa hubungan Torsi Vs daya berbanding Lurus.
1.4 Grafik BMEP vs Putaran
PERCOBAAN 1
Putaran Tetap
Putaran berubah
= Jumlah langkah persatuan siklus (2/4 untuk motor atau 2/4 langkah)
BHP
= rpm engine
(diktat permesinan perkapalan 1 hal 40 th 1999 pengarang M. Orianto & Ketut B. A)
Putaran Tetap
Putaran berubah
Ne
= Daya efektif
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal, T. Sistem Perkapalan hal 12)
Dari rumus diatas dapat kita simpulkan bahwa hubungan SFOC dengan daya adalah berbanding terbalik.
Putaran Tetap
Putaran berubah
= (mBB/BHP) x 3.6x106
Dimana
mBB
Ne
= Daya efektif
= Jumlah langkah persatuan siklus (2/4 untuk motor atau 2/4 langkah)
BHP
= rpm engine
(Petunjuk Praktikum Mesin Kapal,T.Sistem Perkapalan hal 12 dan diktat permesinan perkapalan 1 hal 40 th
1999 pengarang M. Orianto & Ketut Buda A )
Dari rumus diatas dapat kita simpulkan bahwa hubungan SFOC dengan Putaran adalah berbanding terbalik.
Putaran Tetap
Putaran berubah
= Jumlah langkah persatuan siklus (2/4 untuk motor atau 2/4 langkah)
BHP
= rpm engine
(diktat permesinan perkapalan 1 hal 40 th 1999 pengarang M. Orianto & Ketut Buda A)
Putaran Tetap
Putaran Berubah
Pada proses pembakaran secara logika kita dapat mengetahui dan menyimpulkan hubungan antara efisiensi
thermis vs putaran yaitu berbanding lurus, semakin putarannya tinggi maka effisiensi thermis akan semakin
tinggi.
Putaran Tetap
Putaran Berubah
Pada proses pembakaran secara logika kita dapat mengetahui dan menyimpulkan hubungan
antara efisiensi thermis vs daya yaitu berbanding lurus, semakin dayanya tinggi maka effisiensi
thermis akan semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Orianto.M, Diktat Permesinan Perkapalan I, 1999 , Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS
4.
http://chestofbooks.com/crafts/popular-mechanics/The-Boy-Mechanic-1000-Things-for-Boys-toDo/Prony-Brake-for-Testing-Small-Motors.html