Anda di halaman 1dari 16

Hubungan Antara Penerimaan terhadap Kondisi Fisik

dengan Kecenderungan
Anorexia Nervosa pada
Remaja
Perempuan di SMAN 1 Banjarmasin
( Relationship Between Self-Acceptance on the
Physical Condition of the Tendency of Anorexia
Nervosa on Girls
Adolescents in SMAN 1 Banjarmasin
)
Bunga Permatasari
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Abstract.
This research aims to determine whether there is relationship between selfacceptance on the physical condition of the tendency of anorexia nervosa
among girls adolescent in SMAN 1 Banjarmasin. According to Havighurst
(Hurlock, 1994), one developmental task of adolescence is to accept their
physical condition and use it effectively. But if teens are not able to accept
their physical condition, it allows for the emergence of eating disorders, one of
which is anorexia nervosa (Grigg, Bowman, Redman, 1996). The research was
conducted in girl adolescence who attend school in SMAN 1 Banjarmasin. The
amounts of subjects are 100 people. The result of this research that there is a
negative relationship between the acceptance (self-acceptance) on the
physical condition of the tendency of anorexia nervosa among girl adolescence
in SMAN 1 Banjarmasin.

Keywords:

self acceptance, anorexia nervosa, girls adolescent.

Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
penerimaan diri terhadap kondisi fisik dengan kecenderungan anorexia nervosa
pada remaja perempuan di SMAN 1 Banjarmasin. Menurut Havigurst (Hurlock,
1994) salah satu tugas perkembangan remaja adalah menerima keadaan
fisiknya serta menggunakan secara efektif. Tetapi apabila remaja tidak mampu
menerima kondisi fisiknya, maka memungkinkan untuk munculnya gangguan
makan, salah satunya yaitu anorexia nervosa (Grigg, Bowman, Redman, 1996).
Penelitian ini dilakukan pada remaja perempuan yang bersekolah di SMAN 1
Banjarmasin sejumlah 100 orang. Hasil yang diperoleh yaitu ada hubungan
negatif antara penerimaan terhadap kondisi fisik dengan kecenderungan
anorexia nervosa pada remaja perempuan di SMAN 1 Banjarmasin.

Kata kunci:

penerimaan diri

, anorexia nervosa,

remaja perempuan.

Korespondensi: Bunga Permatasari, Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas
Psikologi Universitas
Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, e-mail:
bungapermatasari.bunga@gmail.com

130

J
u

l. 1 No. 02, Juni

Bunga Permatasari, Ika Yuniar

PENDAHULUAN masih jauh dibawah dari yang dibutuhkan negara


Masa remaja merupakan masa untuk menyerap tenaga kerja yang tersedia.
perkembangan transisi antara masa anak dan masa
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak
semua
dewasa yang mencakup perubahan biologis, orang berani memutuskan untuk
menjadi seorang kognitif, dan sosio emosional (Santrock, 2003).
wirausaha.
Keputusan seseorang untuk terjun dan Pada remaja perempuan perubahan fisik terjadi
memilih profesi sebagai seorang wirausaha sepanjang masa pubertas. Percepatan
didorong oleh beberapa kondisi. Kondisi-kondisi pertumbuhan badan yang terutama
nampak yang mendorong keputusan seseorang memilih sebagai pertumbuhan panjang
badan berlangsung profesi wirausaha adalah sebagai berikut: (1) orang dalam periode
selama dua tahun. Periode ini tersebut lahir dan/atau dibesarkan dalam keluarga
berlangsung antara usia 11 dan 13 tahun dengan yang memiliki kultur atau tradisi
yang kuat di
permulaannya selama kira-kira 1 tahun dan bidang usaha (
confidence modalities
); (2) orang
puncaknya pada usia 14 tahun.
Pertumbuhan tersebut berada dalam kondisi
yang menekan, panjang badan masih terus berjalan selama kurang sehingga tidak ada
pilihan lain bagi dirinya selain
lebih tiga tahun sampai kira-kira usia 16 dan 18 menjadi wirausaha ( tension modalities );
dan (3)
tahun (Monks, 2006). Selain pertumbuhan tinggi seseorang yang memang mempersiapkan
dirinya
badan, terjadi pertambahan berat badan dan untuk menjadi wirausahawan ( emotion
bertambahnya berat badan sekitar 8.3 kg
modalities) (Suryana, 2008).
pertahun, umumnya terjadi saat umur 12.5 tahun
Sejumlah penelitian pernah dilakukan
dan berat badan mulai stabil setelah mengalami terkait dengan situasi dan kondisi
kewirausahaan. menarche. Komposisi tubuh juga mengalami Penelitian yang
dilakukan Sulasmi (dalam Alma, perubahan, massa otot mengalami penurunan
2008) terhadap 22 orang wirausaha wanita di sebesar 14%, sedangkan jaringan
lemak dalam Bandung menunjukkan relasi diantara para tubuh meningkat sebesar
11% (Brown, 2005). Pada wirausahawan dimana sekitar 55% wirausaha remaja
perempuan bertambahnya jaringan wanita tersebut memiliki latar belakang keluarga
pengikat di bawah kulit (lemak) tertama pada pengusaha, baik dari suami,
orangtua, ataupun daerah paha, pantat, lengan atas dan dada (Monks, saudarasaudara. Sementara penelitian Mu'minah
2006).
(dalam Alma, 2008) menunjukkan bahwa
Remaja perempuan mengalami peningkatan wirausahawan yang sukses di daerah
Pangandaran jaringan lemak yang membuat tubuh mereka memulai usahanya
dengan keterpaksaan. semakin jauh dari kurus ideal (Graber, Brooks- Sedangkan
penelitian dari Kim (dalam Bernadete, Gunn, Paikoff & Warren, 1994; Tobin-Richards,
2004) menemukan fakta bahwa kebanyakan Boxer, Kavrell & Petersen, 1984;
dalam Stice & wirausaha yang berhasil di Singapura (70%) adalah Whitenton, 2002).
Perhatian terhadap mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, penampilan dan
yang ada dan kebutuhan lahan yaitu lulusan universitas.
kerja. Menurut Agus Martowardojo (2008),
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
mantan Direktur Utama Bank Mandiri yang tertarik untuk menguji efektifitas pelatihan
sekarang menjadi Menteri Keuangan, proporsi
potency and entrepreneurship
(PPE) dalam
wajar jumlah wirausaha di suatu negara minimal mengembangkan kemampuan
kewirausahaan
2.
dari jumlah penduduk. Di Indonesia sendiri, pada siswa sekolah menengah atas.
PPE sendiri dengan jumlah penduduk usia kerja sekitar 171,02 adalah modul yang
dikembangkan oleh peneliti juta, tercatat hanya ada 564.240 unit wirausaha yang
disusun berdasarkan berbagai pengalaman atau berkisar pada 0,24% dari total
jumlah kewirausahaan peneliti sendiri dan rekan-rekan penduduk Indonesia saat ini.
Kondisi ini jauh peneliti selama ini. kondisi fisik merupakan berbeda dengan
Amerika Serikat yang sudah bagian dari konsep diri remaja. Konsep diri pada

mencapai 12% dari total jumlah penduduknya, mulanya adalah citra tubuh, yaitu
sebuah atau China dan Jepang yang mencapai 10%, atau gambaran yang dievaluasikan
mengenai diri fisik. bahkan Singapura (7%), India (7%), dan Malaysia Sosok tubuh,
penampilan dan ukurannya (3%). Minimnya jumlah wirausaha di Indonesia merupakan
hal teramat penting di dalam menjadikan lapangan kerja yang tersediapun
mengembangkan pemahaman tentang evolusi
No. 02,
Juni
2012

1
3
1

Hubungan Antara Penerimaan terhadap Kondisi Fisik dengan Kecenderungan


Anorexia Nervosa pada Remaja Perempuan di SMAN 1 Banjarmasin

konsep diri seseorang (Burns, 1993).


(Agustiani, 2006).
Menurut Fitts (1971) konsep diri
Menurut Hill dan Monks (dalam
terbagi
Monks,
dalam dua dimensi, yaitu dimensi internal dan 2006),
remaja sendiri merupakan
salah satu dimensi eksternal. Dimensi internal merupakan penilai yang penting
terhadap badannya sendiri. penilaian yang dilakukan individu terhadap Apabila
remaja mengerti bahwa badannya dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam
tersebut memenuhi persyaratan, maka hal itu dirinya, dimensi ini terdiri dari tiga
bentuk yaitu akan berakibat positif terhadap penilaian dirinya. diri identitas (self
identity), diri pelaku Apabila ada penimpangan-penyimpangan yang (behavioral
self), dan diri penerima/penilai mereka rasa ada di tubuh mereka, maka timbulah
(judging self). Dalam dimensi internal ini diri masalah-masalah yang berhubungan
dengan penilai menentukan kepuasaan seseorang akan penilaian diri.
dirinya atau seberapa jauh orang menerima Penilaian mengenai tubuh yang negatif
dirinya. Dimensi eksternal merupakan keadaan dapat menimbulkan adanya usahausaha obsesif dimana individu menilai dirinya melalui terhadap kontrol berat badan
(Davidson & Birch, hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang 2001; Schreiber et
al., 1996; Vereecken & Maes, dianutnya serta hal-hal lain di luar dirinya. 2000;
dalam Papalia, 2008). Remaja akan Dimensi eksternal dibagi atas lima bentuk yaitu
cenderung melakukan pola pengontrolan berat diri fisik (physical self), diri etik-moral
(moral- badan dalam bentuk apapun untuk mendapatkan ethical self), diri pribadi
(personal self), diri kepuasan mengenai bentuk tubuh mereka. keluarga (family
self), dan diri sosial (social self). Terdapat data dimana 57% remaja perempuan
Bagian-bagian dimensi internal dan eksternal dilaporkan melakukan pola perilaku
mengontrol tersebut saling berinteraksi satu sama lain, berat badan yang tidak
sehat (Neumark-Sztainer sehingga membentuk lima belas kombinasi, yang et al.,
2002, dalam Vander Wal, 2011). Dari mana salah satu kombinasinya membentuk
penelitian yang dilakukan oleh Vander Wal kepada
penerimaan diri fisik (Agustiani, 2006). 2409 remaja perempuan didapatkan data bahwa
Penerimaan diri terhadap kondisi fisik pola perilaku mengontrol berat badan yang
tidak merupakan kondisi dimana seseorang dapat sehat yang banyak dilakukan
adalah 46.6% remaja mencintai dirinya sendiri dan mencintai fisiknya, perempuan
sengaja melewatkan makan (sarapan, dalam batas apapun, dan dapat menerima
keadaan makan siang, ataupun makan malam), 16% remaja dirinya apa adanya,
tanpa terus-menerus perempuan berpuasa untuk menguruskan badan, mengkritik
dirinya. Individu dapat menerima 12.9% remaja perempuan membatasi atau
dirinya secara baik, tidak memiliki beban perasaan menolak satu jenis makanan atau
lebih untuk diet terhadap dirinya sendiri (Hurlock, 1983). Selain itu yang ketat, 8.9%
remaja perempuan Hurlock (1990) menjelaskan bahwa seseorang menggunakan pilpil diet atau pil-pil pengurus yang menerima dirinya sendiri, mempunyai badan, 6.6%
remaja perempuan merokok untuk penilaian yang realistik terhadap keterbatasan
menurunkan berat badan, dan 6.6% remaja tanpa mencela diri sendiri dan tahu
akan perempuan memuntahkan makanan dengan kemampuan serta secara bebas
menggunakan paksa (Vander Wal, 2011). Di Australia survey kemampuannya
tersebut dan tidak menyalahkan dilakukan Wertheim kepada 606 remaja
oranglain terhadap kekurangan yang dimilikinya.
perempuan, ditemukan bahwa 9%
remaja
Menurut Havighurst penerimaan diri perempuan memuntahkan makanan yang sudah
terhadap kondisi fisik ini merupakan salah satu dimakan, 6% remaja perempuan
menggunakan tugas dari perkembangan yang harus dilalui. Para pil-pil diet (obat
diet), 6% remaja perempuan remaja diharapkan dapat menerima keadaan diri
menggunakan obat pencahar, dan 3% sebagaimana adanya keadaan diri mereka
sendiri, menggunakan obat-obat diare untuk mengontrol dan dapat memanfaatkannya
secara efektif berat badan (Grigg, Bowman, Redman, 1996).
(Hurlock, 1994). Hal ini dimaksudkan agar remaja
Hasil pengamatan dan wawancara yang
merasa bangga atau memiliki toleransi terhadap dilakukan peneliti di Banjarmasin,
khususnya di kondisi fisiknya, serta dapat menggunakan dan SMAN 1 Banjarmasin.
Salah satu siswi sekolah memelihara badannya (dirinya) secara efektif tersebut

pernah mengalami gangguan anorexia

132

l
.
1
N
o
.
0
2
,
J
u
n
i
2
0
1
2

Bunga Permatasari, Ika Yuniar

nervosa, hal ini menyebabkan siswi tersebut tidak sejumlah makanan dalam porsi kecil
sekalipun, dapat mengikuti pelajaran sekolah selama mereka akan segera merasa
'penuh' atau bahkan beberapa bulan. Selain itu, pihak guru (Guru BK) mual. Mereka
terus menerus melakukan diet mati- SMAN 1 Banjarmasin menambahkan bahwa
matian untuk mencapai tubuh yang kurus. mereka terkadang mendapati anak didik
mereka Anorexia nervosa terutama menimpa perempuan melakukan perilaku diet,
tetapi mereka tidak selama masa remaja dan masa awal dewasa.
mendata siswa mereka yang melakukan perilaku
Dalam penelitian ini, masalah yang
ingin
diet, hal ini mereka lihat saat dilaksanakannya diangkat oleh peneliti adalah ingin
mengetahui upacara sekolah tiap hari senin, ada beberapa dari apakah terdapat
hubungan antara penerimaan diri siswa mereka yang pingsan dan terkena anemia,
terhadap kondisi fisik dengan kecenderung saat di konfirmasi dengan pihak siswa
yang anorexia nervosa pada remaja perempuan di bersangkutan, ternyata mereka
belum makan dan SMAN 1 Banjarmasin.
memang sengaja tidak makan dengan alasan
untuk membuat badan mereka menjadi kurus dan
METODE PENELITIAN
Variabel
dalam penelitian ini
langsing seperti teman-teman mereka.
yaitu
Penilaian diri pada remaja perempuan penerimaan diri terhadap kondisi fisik dan
tentang kelebihan berat badan yang mereka miliki kecenderungan anorexia nervosa
pada
remaja dan keinginan mereka untuk menjadi lebih kurus
perempuan.
Penerimaan diri terhadap kondisi dan langsing mengarahkan remaja pada anggapan
fisik adalah keadaan dimana individu mengetahui, yang tidak realistik dan ini
memungkinkan untuk dapat menerima kelebihan dan kelemahan, serta munculnya
perilaku gangguan makan (Grigg, dapat mencintai, menghargai dan toleransi
Bowman, Redman, 1996). Dalam sebuah terhadap kondisi fisik yang dimiliki.
Sedangkan penelitian didapatkan bahwa penilaian diri yang kecenderungan anorexia
nervosa adalah gangguan tidak puas dengan tubuh memiliki korelasi dengan perilaku
makan yang mana penderitanya peningkatan prevalensi terjadinya gangguan
membatasi asupan makanan yang dikonsumsi makan pada remaja perempuan
(American (dieting), memiliki sikap perhatian yang Psychiatric Association, 1994;
Keel, Mitchell, berlebihan (terpaku) terhadap makanan, dan Davis, & Grow, 2001;
Mintz & Bentz, 1986 dalam adanya kontrol berlebihan terhadap berbagai Lokken,
Ferraro, Kirchner, & Bowling 2003). Salah bentuk makanan yang akan dimasukkan ke
dalam satu gangguan makan yang dapat muncul yaitu mulut (dikonsumsi).
anorexia nervosa. Penelitian lain juga meyebutkan
Penelitian ini dilakukan pada remaja
bahwa konsep diri (self concept) dan penghargaan perempuan yang berada pada
rentang usia remaja diri (self esteem) adalah sebuah konstruk yang madya atau remaja
tengah, yaitu 15 18 tahun, yang memungkinkan menjadi penyebab munculnya
bersekolah di SMAN 1 Banjarmasin sejumlah 100 gangguan
perilaku
makan.
Rendahnya level orang. Alat pengumpulan data berupa kuesioner penghargaan diri
(low self esteem) merupakan penerimaan diri terhadap kondisi fisik yang faktor
penyebab yang utama terhadap onset disusun oleh Bunga Permatasari, dan
kuesioner terbentuknya anorexia nervosa
dan gangguan kecenderungan anorexia
nervosa yang diadaptasi perilaku makan yang lain (Casper, 1998; Button & dari The
Eating Attitude Test 26 (EAT 26) disusun Warren, 2002; Jacobi et.al,. 2004 dalam Thrinh,
oleh Garner dan Garfinkel (1982). Analisis data
Marsh, & Halse).
dilakukan denga teknik statistik korelasi product
Anorexia nervosa dapat diartikan sebagai moment Pearson, dengan bantuan
program SPSS aktivitas untuk menguruskan badan dengan 16.00 for Windows.
Taraf signifikansi yang melakukan pembatasan makan secara sengaja dan digunakan
dalam penelitian ini sebesar 5% atau melalui kontrol yang ketat. Penderita anorexia
nilai probabilitasnya sebesar 0,05.
sadar bahwa mereka merasa lapar namun takut
untuk memenuhi kebutuhan makan mereka
HASIL PENELITIAN
Dari hasil perhitungan korelasi,
karena bisa berakibat naiknya berat badan.
Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu maka
diperoleh hasil korelasi kedua

variabel adalah sehingga pada saat mereka mengkonsumsi


dilihat dari angka probabilitas

0,580, dimana jika

133

Hubungan Antara Penerimaan terhadap Kondisi Fisik dengan Kecenderungan


Anorexia Nervosa pada Remaja Perempuan di SMAN 1 Banjarmasin

0,000, dimana p < 0,05, maka dapat diputuskan diri sendiri (self directed).
Mengembangkan bahwa hipotesis dari penelitian ini diterima, yaitu kematangan
tingkah laku, belajar mengendalikan Ada Hubungan Negatif antara Penerimaan Diri
impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan terhadap kondisi Fisik dengan
Kecenderungan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional Anorexia Nervosa
pada Remaja Perempuan di yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari SMAN 1
Banjarmasin. Selain itu, karena adanya lawan jenis menjadi penting bagi individu.
tanda negatif (-) didepan 0,580 pada tampilan
Pada masa remaja ini individu
mengalami
output, maka hubungan kedua variabel tersebut berbagai perubahan, baik fisik
maupun psikis. adalah berbanding terbalik. Hal ini menunjukkan Perubahan yang
tampak jelas adalah perubahan bahwa semakin tinggi penerimaan diri, maka fisik,
dimana tubuh berkembang pesat sehingga semakin rendah kecenderungan anorexia
nervosa mencapai bentuk tubuh orang dewasa. pada remaja perempuan di SMAN 1
Banjarmasin. Pertumbuhan anggota-anggota badan lebih cepat Sebaliknya, semakin
rendah penerimaan diri, daripada badannya; hal ini membuat remaja untuk maka
semakin tinggi kecenderungan anorexia sementara waktu mempunyai proporsi tubuh
yang nervosa pada remaja perempuan di SMAN 1 tidak seimbang. Remaja
perempuan mengalami Banjarmasin. Dengan demikian, sifat dari skala peningkatan
jaringan lemak yang membuat tubuh penerimaan diri adalah semakin tinggi skor
mereka semakin jauh dari kurus ideal. Seringkali penerimaan diri, maka subjek semakin
memiliki penyimpangan dari bentuk badan khas wanita penerimaan diri yang tinggi,
sedangkan semakin menimbulkan kegusaran batin yang cukup rendah skor
penerimaan diri, maka subjek mendalam karena pada masa ini perhatian remaja
semakin memiliki penerimaan diri yang rendah. sangat besar terhadap penampilan
dirinya.
Sedangkan utuk sifat skala kecenderungan
Perhatian terhadap penampilan dan kondisi
anorexia nervosa adalah semakin tinggi skor fisik merupakan bagian dari konsep diri
remaja. kecenderungan anorexia nervosa maka subjek Konsep diri pada mulanya
adalah citra tubuh, yaitu semakin mengarah pada memiliki kecenderungan sebuah
gambaran yang dievaluasikan mengenai anorexia nervosa, sedangkan semakin rendah
skor diri fisik. Sosok tubuh, penampilan dan ukurannya kecenderungan anorexia
nervosa maka subjek merupakan hal teramat penting di dalam mengarah pada
tidak memiliki kecenderungan mengembangkan pemahaman tentang evolusi
anorexia nervosa. Koefisien korelasi 0,580 ini konsep diri seseorang (Burns, 1993).
berada pada rentang interval nilai r 0,50 1.0. Hal
Menurut Fitts (1971) konsep diri
terbagi
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang kuat dalam dua dimensi, yaitu dimensi
internal dan antara penerimaan diri terhadap kondisi fisik dimensi eksternal.
Dimensi internal merupakan dengan tingkat kecenderungan anorexia nervosa penilaian
yang dilakukan individu terhadap
pada remaja perempuan di SMAN 1
dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam
Banjarmasin.
dirinya, dimensi ini terdiri dari tiga bentuk
yaitu
PEMBAHASAN
diri identitas (self identity), diri pelaku
Masa remaja merupakan masa transisi (behavioral self), dan diri penerima/penilai
atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa (judging self). Dalam dimensi
internal ini diri dewasa. Sasaran peneliti yang mana memberikan penilai menentukan
kepuasaan seseorang akan kuesioner penelitian kepada remaja yang berada dirinya
atau seberapa jauh orang menerima pada usia rentang 15 18 tahun. Menurut
Monks dirinya. Dimensi eksternal merupakan keadaan dan Knoers (2006) pada masa ini
remaja mulai dimana individu menilai dirinya melalui meninggalkan peran sebagai
anak-anak
dan
hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang berusaha
mengembangkan diri sebagai individu dianutnya serta hal-hal lain di luar dirinya.
yang unik dan tidak tergantung pada orangtua, Dimensi eksternal dibagi atas lima
bentuk yaitu tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan diri fisik (physical self),
diri etik-moral (moral- kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat ethical self),

diri pribadi (personal self), diri dengan teman sebaya. Selain itu, keluarga (family
self), dan diri sosial (social self). berkembangannya kemampuan berpikir yang
Bagian-bagian dimensi internal dan eksternal baru. Individu sudah lebih mampu
mengarahkan tersebut saling berinteraksi satu sama lain,

134

o
l
.
1
N
o
.
0
2
,
J
u
n
i
2
0
1
2

Bunga Permatasari, Ika Yuniar

sehingga membentuk lima belas kombinasi, yang


Berdasarkan data tambahan yang
diperoleh
mana salah satu kombinasinya membentuk oleh peneliti, dari 100 orang subjek penelitian,
63
penerimaan diri fisik (Agustiani, 2006). orang yaitu 63% pernah melakukan perilaku diet
Menurut Havigurst (Hurlock, 1994) ada 10 atau membatasi asupan makanan yang
tugas-tugas perkembangan remaja, salah satu dikonsumsi untuk tubuh. Perempuan
anoreksik diantaranya adalah menerima keadaan fisiknya mencoba untuk
menghindari tubuh mereka serta menggunakan secara efektif. Para remaja
bertambah berat badannya dan mencoba diet yang diharapkan dapat menerima
keadaan diri ekstrim, jadi perilaku diet yang dilakukan remaja sebagaimana adanya
keadaan diri mereka sendiri, perempuan untuk mendapatkan tubuh yang ideal bukan
khayalan
dan
impian
serta
mampu
bisa membuat mereka mengalami
kecenderungan memanfaatkannya secara efektif. Hanya sedikit anorexia nervosa.
dari remaja yang mampu menerima kenyataan ini,
Data subjek berupa tinggi dan berat
badan,
sehingga mereka tidak puas dengan peneliti dapat menghitung indeks massa tubuh
penampilannya. Terdapat banyak alasan mengapa subjek dan mengklasifikasikannya
ke dalam remaja tidak puas dengan perubahan dan bentuk kategori indeks massa
tubuh. Hasil perhitungan tubuh yang mereka miliki dan mengalami IMT didapatkan
12 orang (12%) dari subjek kesulitan untuk menerimanya, salah satunya
penelitian berada pada kategori kekurangan berat dalah
hampir semua remaja
membentuk konsep badan, 77 orang (77%) dari subjek penelitian diri fisik yang
ideal berdasarkan konsep dari berada pada kategori berat badan normal, dan 11
berbagai sumber individu ideal dalam kelompok orang (11%) dari subjek penelitian
berada pada seksnya.Sedikit sekali remaja yang mampu kategori kelebihan berat
badan. Berdasarkan hasil mendekati keadaan fisik ideal ini. Oleh karena itu,
perhitungan indeks massa tubuh ini, kebanyakan awal tidak puas dengan penampilan
dirinya dan dari subjek penelitian memiliki proporsi tubuh sulit untuk menerima
dirinya sendiri. Hal ini yang berada pada kategori normal.
menunjukkan penerimaan diri terhadap kondisi Hasil penelitian yang dilakukan, ada
fisik yang dimiliki rendah, sehingga mereka dapat beberapa subjek yang memiliki nilai
penerimaan
mengalami kecenderungan anorexia nervosa. diri yang rendah dan nilai untuk
kecenderungan
Penilaian mengenai tubuh yang negatif anorexia nervosa yang tinggi. Jika aktivitas
yang dapat menimbulkan adanya usaha-usaha obsesif dilakukan subjek yang mana
merujuk pada terhadap kontrol berat badan, dan demi aktivitas apa saja yang
dilakukan oleh penderita
mendapatkan kepuasan mengenai bentuk tubuh anorexia nervosa pada Diagnostic and
Statistic
mereka, remaja akan cenderung melakukan pola Manual of Mental Disorder IV TR
(4th Ed) pengontrolan berat badan dalam bentuk apapun. (American Psychiatric
Association, 2000). Anorexia nervosa dapat diartikan sebagai aktivitas Beberapa
subjek bisa dikatakan mengarah atau untuk menguruskan badan dengan melakukan
mengalami kecenderungan anorexia nervosa. pembatasan makan secara sengaja dan
melalui
kontrol yang ketat. Penderita anorexia sadar
SIMPULAN
bahwa mereka merasa lapar namun takut untuk Berdasarkan hasil analisis data
memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisayang
dilakukan dalam penelitian ini,
maka peneliti berakibat naiknya berat badan. Perhatian dapat menyimpulkan bahwa
:
terhadap penampilan kondisi fisik mereka yang Ada hubungan negatif antara penerimaan
berlebihan dapat menyebabkan adanya perasaan diri terhadap kondisi fisik dengan
kecenderungan cemas dan takut penampilan kondisi fisik mereka anorexia nervosa
pada remaja perempuan di menjadi tidak sempurna, ini menunjukkan SMAN 1
Banjarmasin.
Semakin
rendah penerimaan diri yang dimiliki rendah, sehingga

penerimaan diri terhadap kondisi fisik maka remaja perempuan dapat mengalami
semakin tinggi kecenderungan mengalami kecenderungan anorexia nervosa. Dari
penelitian anorexia nervosa pada remaja perempuan di ini membuktikan bahwa
penerimaan diri remaja SMAN 1 Banjarmasin. Sebaliknya, semakin tinggi yang rendah
akan kondisi fisik dirinya dapat penerimaan diri terhadap kondisi fisik, maka
memunculkan kecenderungan anorexia nervosa.
semakin rendah kecenderungan
mengalami
No. 02,
Juni
2012

1
3
5

Hubungan Antara Penerimaan terhadap Kondisi Fisik dengan Kecenderungan


Anorexia Nervosa pada Remaja Perempuan di SMAN 1 Banjarmasin

Manual of Mental Disorder IV TR


(4th Ed) Beberapa subjek bisa dikatakan mengarah
atau
(
American Psychiatric Association, 2000). mengalami kecenderungan anorexia nervosa.

PUSTAKA ACUAN
Agustiani, H. (2006).
Konsep Diri.

Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan

Bandung : PT. Refika Aditama.


American Psychiatric Association. (1994).
Disorder (4th. ed),

Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Fourth Edition. Washington DC: American Psychiatric Association.


Azwar, S. (2004).

Reliabilitas dan Validitas

. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2006).

Penyusunan Skala Psikologi . Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Brown, J. E, et. al. (2005). Nutrition Through The Life Cycle 2nd edition
America: Thomson

. United States of

Wadsworth.
Burns, R. B. (1993). Konsep Diri : Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku
Arcan

. Jakarta.

Davison, Gerald C, Neale, John M, Kring, Ann M. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja
Grafindo
Persada
E.B.Hurlock, (1990).

Psikologi Perkembangan

Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Garner, M. D., Olmsted, P., Bohr, Y., & Garfinkel, E. P. (1982). The Eating Attitude Test :
Psychometric
Feauters and Clinical Correlates

. Journal of Psychological Medicine , Vol 12, 871-878

Grigg, M., Bowman, J., Redman, S. (1996). Disordered Eating and Unhealthy Weight Reduction
Practice
Among Adolescent Females.
Hadi, S. (2004).

Metodologi

Article of Preventive Medicine

, No. 011, 871-878

Research.Yogyakarta : Andi

Hall. C. S & Lindzey, G. (2005).


(Terjemahan).

Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis).

Yogyakarta : Penerbit Kanisius.


Hjelle, L. A. & Zielgar, O.J. (1992) Personality Theories Basic Assumtions, Research &
Applications .
Singapore

: Mc Graw Hill International Book Company.

Hurlock, E. B. (1983).

Personality Development.

New York. Mc Graw-Hill

Hurlock, E. B. (1990).
Kehidupan.

Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

136

l
.
1
N
o
.
0
2
,
J
u
n
i
2
0
1
2

Bunga Permatasari, Ika Yuniar

Hurlock, E. B. (1994).
Kehidupan .
(Terjemahan).

Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Jakarta : Erlangga.

Johnson, David W., (1993), Reaching Out : Interpersonal Effectiveness and Self Actualization,
fith edition,
USA, Allyn and Bacon
Kerlinger, F.N (1995).
Yogyakarta : Gadjah

Azas-Azas Penelitian Behavioral (Edisi Ketiga). (Terjemahan)

Mada University Press.


Lokken, K. dkk. (2003). Gender Differences in Body Size Dissatisfaction Among Individuals With
Low,
Medium, or High Levels of Body Focus.
305-310.

Journal of General Psychology

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. (2006). Psikologi


Berbagai

, 130 (3),

Perkembangan: Pengantar dan

Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada Universiti Press.


Nevid, J. (2005).

Psikologi Abnormal

. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Pallant, J. (2011).

SPSS Survival Manual (4th Ed)

Papalia, Diane, Old, S. W., Feldman, R. D. (2008).


(Terjemahan).
Jakarta:

. Sydney : Midland Typesetter.


Psikologi Perkembangan

Kencana Prenada Media Grup.


Santrock. J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup.(edisi kelima).
(Terjemahan).
Jakarta: Erlangga
Santrock. J. W. (2003).

Adolescence. Jakarta: Erlangga

Singarimbun dan Effendi . (1995). Metode Penelitian Survei

. Jakarta : LP3ES.

Stice, E. Whitenton, K. (2002). Risk Factors for Body Dissatisfaction in Adolescent Girls: A
Longitudinal
Investigation.

Journal of Developmental Psychology,

Vol 38, No. 5, 669-678

Trihn, My., Marsh, W. H, Halse, C. (2000). Adolescent Anorexia Nervosa and Self Concept [R]
. SELF
Research Centre

. University of Western Sydney, Australia.

Vander Wal, S. J, (2011). Unhealthy Weight Control Behaviors Among Adolescents.


Health
Psychology.

Journal of

137

Anda mungkin juga menyukai