Anda di halaman 1dari 28

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN & PENYAKIT
KANDUNGAN RSUP FATMAWATI

LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi kasus dengan Judul Kardiotokografi


Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Kandungan dan Kebidanan di RSUP Fatmawati
Periode 03 November 2014 Januari 2014

Jakarta, 02 Desember 2014

dr. Hardjo SB, SpOG (K) M Kes

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan presentasi kasus berjudul Kehamilan Ektopik Teganggu ini tepat pada
waktunya.
Presentasi kasus ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan RSUP Fatmawati. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Hardjo SB, SpOG (K) M Kes, selaku pembimbing presentasi kasus ini
2. Seluruh konsulen, dokter PPDS, bidan, perawat serta staf SMF Kandungan
dan Kebidanan RSUP Fatmawati
3. Teman-teman ko-asisten kepanitraan klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan
RSUP Fatmawati atas dukungannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan presentasi kasus ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan dalam bidang Kandungan dan Kebidanan khususnya dan bidang
kedokteran pada umumnya.

Jakarta, 02 Desember 2014

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III IKHTISAR KASUS

16

BAB IV ANALISA KASUS

23

BAB V KESIMPULAN SARAN

26

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

27

BAB I
PENDAHULUAN
Kardiotokografi merupakan salah satu alat elektronik yang digunakan untuk memantau
kesejahteraan janin. Alat ini bertujuan untuk menurunkan perinatal mortality dan cerebral
palsy.1
Pemantauan kesejahteraan janin intrapartum diharapakan dapat mendeteksi kondisi
hipoksia janin, hambatan sirkulasi uteroplasenta kronis ataupun hipotensi maternal. Hal ini
dapat dinilai dari peningkatan atau penurunan curah jantung dan denyut jantung. Selain
permasalahan denyut jantung janin, dengan alat KTG pemeriksa juga mampu menilai
kontraksi uterus dan gerakan janin.2
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal penting dalam pengawasan janin,
terutama pada saat persalinan. Dukungan teknologi sangat berperan dalam kemajuan
pemantauan janin, hal ini tampak nyata setelah era tahun 1960an. Sayangnya, data
epidemiologis menunjukkan hanya sekitar 10% kasus serebral palsi yang disebabkan oleh
gangguan intrapartum dapat dideteksi dengan pemantauan elektronik tersebut. Angka
morbiditas dan mortalitas perinatal merupakan indikator kualitas pelayanan obstetri disuatu
tempat atau negara. Angka mortalitas perinatal Indonesia masih jauh diatas rata-rata negara
maju, yaitu 60 170 berbanding kurang dari 10 per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu
penyebab mortalitas perinatal yang menonjol adalah masalah hipoksia intra uterin.
Kardiotokografi (KTG) merupakan peralatan elektronik yang dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi janin yang mempunyai resiko mengalami hipoksia dan kematian intrauterin
atau mengalami kerusakan neurologik, sehingga dapat dilakukan tindakan untuk
memperbaiki nasib neonatus.3
Oleh sebab itu saat ini pemeriksaan KTG tidak hanya pada pasien dengan hamil risiko
tinggi janin hipoksia seperti ibu hamil hipertensi, diabetes milletus, pre-eklamsia ataupun
pertumbuhan janin terhambat. KTG telah digunakan secara luas dan menjadi pemeriksaan
rutin dalam antenatal dan intrapartum. Interpretasi hasil pemeriksaan KTG akan
memperlihatkan kesan reassuring atau non reassuring yang memberikan gambaran kondisi
bayi.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kardiotokografi merupakan salah satu alat elektronik yang digunakan untuk
memantau kesejahteraan janin. Kardiotokografi menilai pola denyut jantung janin dalam
hubungannya dengan adanya kontraksi ataupun aktivitas janin.4
B. KLASIFIKASI
a. Cara Pemeriksaan
Ada 2 metode pemeriksaan kardiotokografi :
- Metode Eksternal
Dilakukan dengan memasangkan sensor bertekanan ( pressure sensor) di
pasangkan pada bdomen wanita, dengan posisi duduk setengah berbaring ( bukan
terlentang lurus karena dapat menghasilkan temuan yang keliru) dihubungkan ke
ultrasound

Gambar 1 kardiotokografi
non invasif
-

Metode

Internal

Pencatatan langsung dengan cara lain bisa dilakukan, setelah ketuban pecah dengan
menggunakan slang bertekanan yang dimasukkan kerongga amnion melalui vagina.
Pengamatan janin secara langsung ataupun internal hanya mungkin setelah
ketuban pecah dan servik agak dilatasi.Perekaman yang segera dan terus menerus
6

frekuensi denyut jantung janin, khususnya dalam hubungannya dengan kontraksi


uterus, memberikan suatu penilaian terhadap kesejahteraan janin. Perubahan pada
frekuensi jantung janin merupakan petunjuk

paling awal dari insufisiensi

uteroplasenter atau kompresi tali pusat. Jika kontraksi spontan tidak terjadi pada 30
menit, dapat dirangsang dengan merangsang puting susu. Variasi denyut jantung
yang berkaitan dengan kontraksi dicatat. Jika janin letargik, ia dapat dirangsang
untuk bergerak dengan melakukan ketukan pada uterus secara lembut.

Gambar 2 kardiotokografi invasif


2. Indikasi Pemeriksaan
Pemeriksaan KTG biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri
dari :
1. IBU
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Pre-eklampsia-eklampsia
Ketuban pecah
Diabetes melitus
Kehamilan 40 minggu
Vitium cordis
Asthma bronkhiale
Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
Infeksi TORCH
Bekas SC
Induksi atau akselerasi persalinan
Persalinan preterm
Hipotensi
7

m.
n.
o.
p.

Perdarahan antepartum
Ibu perokok
Ibu berusia lanjut
Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit
paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.3

2. JANIN
a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b. Gerakan janin berkurang
c. Suspek lilitan tali pusat
d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
e. Hidrops fetalis
f. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
g. Mekoneum dalam cairan ketuban
h. Riwayat lahir mati
i.Kehamilan ganda3
b. Syarat Pemeriksaan
a.
b.
c.
d.

Usia kehamilan 28 minggu.


Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.3

c. Kontraindikasi
Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan KTG terhadap ibu
maupun janin. Pemeriksaan KTG dengan pembebanan (Contraction stress test ) tidak boleh
dilakukan pada bekas operasi SC, gemelli, ketuban pecah dini dll.3
d.mekanisme Pengaturan Denyut Jantung Janin
1. Sistem Saraf Simpatis
Distribusi saraf simpatis sebagian besar berada di dalam miokardium. Stimulasi saraf
simpatis, misalnya dengan obat beta-adrenergik, akan meningkatkan frekuensi DJJ,
menambah kekuatan kontraksi jantung, dan meningkatkan volume curah jantung. Dalam
keadaan stress, system saraf

simpatis berfungsi mempertahankan aktivitas pemompaan

darah. Inhibisi saraf simpatis, misalnya dengan obat propranolol, akan menurunkan frekuensi
DJJ dan sedikit mengurangi variabilitas DJJ.4

2. Sistem saraf Parasimpatis


Sistem saraf parasimpatis terutama terdiri dari serabut nervus vagus yang berasal dari
batang otak. Sistem saraf ini akan mengatur nodus SA, nodus VA, dan neuron yang terletak di
antara atrium dan ventrikel jantung. Stimulasi nervus vagus, misalnya dengan asetil kolin
akan menurunkan frekuensi DJJ; sedangkan inhibisi nervus vagus, misalnya dengan atropin,
akan meningkatkan frekuensi DJJ.4
3. Baroreseptor
Reseptor ini letaknya pada arkus aorta dan sinus karotid. Bila tekanan darah
meningkat, baroreseptor akan merangsang nervus vagus dan nervus glosofaringeus pada
batang otak. Akibatnya akan terjadi penekanan aktivitas jantung berupa penurunan frekuensi
DJJ dan curah jantung.4

Gambar 3. Baroreseptor dan kemoreseptor


4. Kemoreseptor
Kemoreseptor terdiri dari dua bagian, yaitu bagian perifer yang terletak di daerah
karotid dan korpus aortik; dan bagian sentral yang terletak di batang otak. Reseptor ini
berfungsi mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan
9

serebro-spinal. Bila kadar oksigen menurun dan karbondioksida meningkat, akan terjadi
refleks dari reseptor sentral berupa takikardia dan peningkatan tekanan darah. Hal ini akan
memperlancar aliran darah, meningkatkan kadar oksigen, dan menurunkan kadar
karbondioksida. Keadaan hipoksia atau hiperkapnia akan mempengaruhi reseptor perifer dan
menimbulkan refleks bradikardia. Interaksi kedua macam reseptor tersebut akan
menyebabkan bradikardi dan hipotensi.4
5. Susunan Saraf Pusat
Aktivitas otak meningkat sesuai dengan bertambahnya variabilitas DJJ dan gerakan janin.
Pada keadaan janin tidur, aktivitas otak menurun, dan variabilitas DJJ-pun akan berkurang.4
6. Sistem Pengaturan Hormonal
Pada keadaan stres, misalnya hipoksia intrauterin, medula adrenal akan mengeluarkan
epinefrin dan nor-epinefrin. Hal ini akan menyebabkan takikardia, peningkatan kekuatan
kontraksi jantung dan hipertensi.4
7.Sistem kompleks proprioseptor, serabut saraf nyeri, baroreseptor
Akselerasi DJJ dimulai bila ada sinyal aferen yang berasal dari salah satu tiga sumber, yaitu :
(1) Proprioseptor dan ujung serabut saraf pada jaringan sendi.
(2) Serabut saraf nyeri yang terutama banyak terdapat di jaringan kulit.
(3) Baroreseptor di aorta askendens dan arteri karotis, dan stretch receptors di atrium
kanan. Sinyal-sinyal tersebut diteruskan ke cardioregulatory center (CRC) kemudian
ke cardiac vagus dan saraf simpatis, selanjutnya menuju nodus sinoatrial sehingga
timbullah akselerasi DJJ.

10

Gambar 4. Faktor yang mempengaruhi DJJ (Lauren Ferrara, Frank Manning, 2005)

Gambar 5. Hubungan gerak janin dengan akselerasi DJJ

11

1. TEMUAN DJJ PADA KTG4


Denyut jantung janin dalam pemeriksaan kardiotokografi secara garis besar dapat
memberikan gambaran hasil berupa :
1. Denyut jantung janin basal : terdiri dari perhitungan frekuensi dasar/ baseline dan
variabilitas denyut jantung janin saat uterus mengalami relaksasi.4
2. Perubahan periodik : yaitu perubahan frekuensi dasar denyut jantung janin yang
biasanya terjadi saat uterus dalam keadaan kontraksi atau karena pengaruh
gerakan janin, hal ini dapat memberikan gambaran pada KTG berupa akselerasi
dan deselerasi.4
Frekuensi dasar denyut jantung janin (baseline)
Frekuensi denyut jantung janin pada keadaan normal berkisar antara 120-160 denyut
permenit, namun ada beberapa penulis yang menetapkan denyut jantung janin normal
berkisar antara 120-150 denyut permenit. Jika frekuensi dasar denyut jantung janin lebih dari
160 denyut permenit, maka disebut sebagai takhikardi. Dikatakan bradikardi bila frekuensi
dasar kurang dari 120 denyut permenit.4
Keadaan takhikardia pada janin biasanya disertai dengan kelainan lain dalam denyut
jantung janin nya. Jika takhikardia disertai dengan variabilitas denyut jantung janin yang
masih normal biasanya menggambarkan kondisi janin yang masih baik. Kondisi takhikardi
dapat terjadi pada beberapa keadaan seperti :

Hipoksia janin (ringan/ kronik)

Kehamilan <30 minggu

Infeksi ibu atau janin

Ibu febris atau gelisah

Ibu hipertiroid

Takhiaritmia janin

Obat : atropin, betamimetik4

Sama halnya dengan takhikardi, keadaan bradikardi juga tidak bisa berdiri sendiri. Bila
bradikardia antara 100-120 denyut permenit disertai dengan variabilitas denyut jantung janin
yang masih normal maka hal ini menggambarkan janin dalam kondisi hipoksia ringan,
dimana dalam kondisi ini janin masih mampu untuk melakukan kompensasi terhadap
12

keadaan hipoksia tersebut. Namun bila frekuensi denyut jantung janin menurun dibawah 100
hal ini menandakan janin sudah mengalami hipoksia yang lebih berat dan biasanya disertai
dengan penurunan variabilitas yang abnormal. Keadaan bradikardi pada janin dapat terjadi
dalam kondisi dibawah ini 4 :

Hipoksia janin (berat/ akut)

Hipotermia janin

Bradiaritmia janin

Obat : propanolol, obat anestesia local

Janin dengan kelainan jantung bawaan4

Variabilitas denyut jantung janin


Variabilitas denyut jantung janin merupakan gambaran osilasi yang tidak teratur pada
rekaman KTG. Variabilitas denyut jantung janin diduga terbentuk akibat keseimbangan
interaksi antara simpatis sebagai kardioakselerator dan parasimpatis yang berperan sebagai
kardiodeselerator. Pendapat lain mengatakan bahwa kondisi osilasi denyut jantung janin ini
terjadi akibat rangsangan di daerah korteks serebri yang memberikan rangsangan ke pusat
pengaturan denyut jantung di bagian batang otak, dengan perantara vagus selanjutnya
rangsangan tersebut diteruskan pada sistem konduksi jantung untuk bekerja.4
Dalam keadaan hipoksia janin misalnya karena kondisi asidosis atau asfiksia, oksigenasi
pada otak terganggu sehingga rangsangan yang berjalan dari korteks serebri menuju jantung
juga akan terganggu. Oleh karena itu dalam rekaman KTG akan terlihat perubahan
variabilitas yang makin lama makin rendah bahkan sampai menghilang jika janin tidak
mampu lagi untuk mempertahankan hemodinamika. Ada dua macam bentuk variabilitas
denyut jantung janin yaitu4 :
1. Variabilitas jangka pendek : variabilitas ini merupakan perbedaan interval antar
denyut yang terlihat pada remakan KTG. Rata-rata variabilitas jangka pendek denyut
jantung janin yang normal 2-3 denyut permenit. Sampai saat ini arti klinis dari
variabilitas jangka pendek masih belum banyak diketahui, namun beberapa
memperlihatkan variabilitas yang semakin lama semakin menghilang pada janin yang
akan mengalami kematian dalam rahim.4
2. Varibilitas jangka panjang : variabilitas jangka panjang merupakan gambaran osilasi
yang lebih jelas terlihat pada rekaman KTG dibandingkan dengan variabilitas jangka
pendek. Rata-rata variabilitas jangka panjang denyut jantung janin normal berkisar
13

antara 3-6 kali permenit. Variabilitas jangka panjang lebih sering digunakan untuk
menilai kesejahteraan janin. Dalam keadaan hipoksia janin variabilitas panjang akan
berkurang atau hilang sama sekali. Beberapa penyebab terjadi nya penurunan
variabilitas denyut jantung janin yang bukan disebabkan karena hipoksia adalah
dalam keadaan janin tidur, kehamilan preterm, janin anensefalus, blokade nervus
vagus, kelainan jantung bawaan atau oleh karena pengaruh obat-obatan seperti
narkotika, diazepam, MgSO4 dan sebagainya. Variabilitas jangka panjang dibedakan
menjadi :4

Amplitudo 6-25 dpm : normal

Amplitudo 2-5 dpm : berkurang

Amplitudo <2 dpm : menghilang

Amplitudo >25 dpm : saltatory4

Gambar 6 variabilitas2
Gambaran KTG sangat bervariasi, bila variabilitas jangka pendek menjadi hilang
sedangkan varibilitas jangka panjang lebih dominan terekam maka gambaran tersebut
dikatakan sebagai gambaran sinusoidal. Hal ini dapat ditemukan pada janin yang hipoksia
berat, anemia kronik, fetal eritroblastosis, Rh-sensitized dan pengaruh obat-obatan.2
14

Gambar 7 pola sinusoidal2


Akselerasi
Ciri akselerasi yang normal dalam gambaran KTG adalah amplitudo >15 dpm, lamanya
sekitar 15 detik dan terjadi minimal 2 kali dalam waktu rekaman 20 menit. Akselerasi
merupakan respon simpatetik dimana akan terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung janin
sebagai respon fisiologi.2 Akselerasi dapat dibedakan antara akselerasi yang terjadi karena
kontraksi atau karena gerakan janin, yaitu4 :

Akselerasi yang seragam : terjadi nya akselerasi sesuai dengan kontraksi uterus.4

Akselerasi yang bervariasi : terjadi akselerasi karena adanya gerakan pada janin atau
rangsangan pada janin.4

Deselerasi
Deselerasi merupakan respon parasimpatis dari rangsangan nervus vagus melalui
reseptor seperti baroreseptor dan kemoreseptor sehingga menyebabkan penurunan frekuensi
denyut jantung janin. Kriteria deselerasi yaitu terjadi penurunan frekuensi dasar dengan
amplitudo >15 dpm dalam waktu 15 detik. Dalam KTG normal seharus tidak ditemukan
adanya deselerasi. Deselerasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu4 :

Deselerasi dini :

Timbul dan hilang bersama dengan kontraksi uterus

Amplitudo turun tidak >20 dpm

Lamanya <90 detik

Baseline dan variabilitas normal4


Pada persalinan normal sering terjadi deselerasi dini, dimana saat uterus kontraksi

terjadi penekanan kepala janin oleh jalan lahir yang menyebabkan janin mengalami

15

hipoksia dan merangsang refleks vagal. Oleh karena itu deselerasi yang terjadi
bertepatan dengan kontraksi uterus.2

Gambar 8 deselerasi dini2

Deselerasi variabel :

Gambaran deselerasi yang bervariasi

Deselerasi terjadi cepat & penurunan frekuensi bisa sampai 60 dpm

Biasanya terjadi akselerasi sebelum dan sesudah deselerasi

Deselerasi variabel berat jika mencapai 60 dpm dgn lama 60 detik4


Deselerasi variabel sering terjadi pada janin-janin yang mengalami penekanan tali

pusat yang terjadi saat masa kehamilan atau saat kala I. Hal ini dapat terjadi karena
adanya lilitan tali pusat atau jumlah cairan amnion berkurang (oligohidroamnion).
Jika variabilitas denyut jantung janin masih baik, penekanan tali pusat ini tidak
menyebabkan hipoksia janin yang berarti. Ibu dapat dianjurkan untuk menganti posisi
sehingga diharapkan dapat menghilangkan tekanan pada tali pusat, memberikan
oksigen pada ibu, jika perlu dapat diberikan amnio-infusion pada pasien
oligohidroamnion dan terminasi kehamilan bila diperlukan. Hati-hati pada keadaan
deselerasi variabel yang memanjang atau berulang terlalu sering karena mungkin
terjadi hipoksia janin yang berlanjut.2

16

Gambar 9 deselerasi variabel2

Deselerasi lambat :

Timbul 20-30 detik setelah kontraksi dimulai

Berakhir setelah 20-30 detik setelah kontraksi hilang

Lamanya <90 detik

Timbul berulang setiap kontraksi dengan intensitas sesuai kontraksi uterus

DJJ normal atau takikardia ringan, hipoksia berat menjadi bradikardi4


Deselerasi lambat merupakan rekaman KTG yang memperlihatkan gambaran

patologis janin. Bila aliran darah dari sirkulasi ibu berkurang atau menurun maka akan
menyebabkan janin mengalami kekurangan nutrisi dan oksigen, saat itu janin
mengalami hipoksia namun janin masih mempunyai cadangan O2 yang mencukupi
dan masih mampu melakukan kompensasi sehingga belum terlihat pada rekaman
KTG. Bila terjadi kontraksi uterus dalam keadaan ini maka aliran darah dari ibu ke
janin akan semakin berkurang dan memperberat kondisi hipoksia yang terjadi pada
janin. Keadaan ini akan merangsang kemoreseptor dan nervus vagus sehingga
terjadilah deselerasi lambat tersebut.2
Pada deselerasi lambat terdapat jeda anatara kontraksi uterus dengan timbulnya
deselerasi hal ini sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk merangsang
kemoreseptor dan nervus vagus. Walaupun terjadi deselerasi lambat jika janin masih
bisa kompensasi maka rekaman variabilitas denyut jantung janin nya masih baik,
17

namun jika variabilitas denyut jantung janin sudah menurun bahkan hilang maka
menggambarkan keandaan hipoksia makin berat atau berlangsung lebih lama.
Selanjutnya hal ini dapat menyebabkan kamatian janin dalam rahim.2

Gambar 10 deselerasi lambat2


2. INTERPRETASI PENILAIAN DJJ DALAM KTG
Hasil penilaian denyut jantung janin dari pemeriksaan KTG dapat dibagi menjadi tiga
kategori yaitu: normal, suspicious, dan patologis. Jika ditemukan kasus suspicious, maka
harus dilakukan terapi konservatif. Pada kasus patologis, selain melakukan terapi
konservatif dapat juga dilakukan sampling darah janin jika memungkinkan. Dalam situasi
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan sampling darah janin maka langkah yang
harus dijalankan adalah terminasi kehamilan.1
Tabel 2 kategori hasil laju denyut jantung janin1

Tabel 3 kategori kesan laju denyut jantung janin1

18

Sampling darah janin tidak dapat dilakukan jika ibu mengalami infeksi seperti HIV,
hepatitis atau herpes simplex virus. Selain itu sampling darah janin tidak dapat dilakukan
pada janin dengan kelainan perdarahan seperti hemofilia dan pada janin belum cukup
bulan dibawah 34 minggu. Jika kondisi janin sangat jelas telah terjadi gawat janin,
misalnya terjadi deselerasi yang memanjang dengan durasi lebih dari tiga menit, maka
harus segera dilakukan terminasi kehamilan dan pemeriksa tidak perlu buang waktu
untuk melakukan sampling darah janin. Saat pengambil darah janin ibu dalam posisi
miring kiri. Dibawah ini merupakan kriteria hasil sampling darah janin.3

Tabel 4 hasil sampling darah janin1

19

BAB III
IKHTISAR KASUS
I.IDENTITAS
Nama Pasien

: Ny.P

No RM

: 01335829

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 07 April 1986 (28 tahun)


20

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Betawi

Pendidikan

: Tamat SLTA

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Jl. Kemang Timur KVII RT 11/ RW 003 Kelurahan Bangka


Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan

Datang ke VK RUSP Fatmawati tanggal 01 Desember 2014


II.ANAMNESA
Autoanamnesa tanggal 28 November 2014
A. Keluhan Utama :
Dirujuk dari puskesmas kec pasar minggu karena hamil 41 minggu & air ketuban
berkurang
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
G2P0A1 Mengaku hamil lewat waktu, HPHT 18/02/2014 (41minggu) dan PT
25/11/2014. ANC teratur di PKM Pasar Minggu. USG 2x dikatakan janin baik.
Mules-mules(+), keluar air-air (-), lendir darah (-), gerak janin (+). Riwayat
hipertensi (-), DM (-).
Pasien segera dibawa oleh suami ke VK RSUP Fatmawati, Nyeri perut bagian
bawah (-)mual (-), demam (-), gigi berlobang (+), keputihan (-).
C. Riwayat Menstruasi :

D.
E.
F.
G.

Menarche

: 12 tahun

Siklus

: Siklus teratur sebulan sekali

Lamanya

: 7 hari

Banyaknya

: 2-3 pembalut

Dismenorea

:-

HPHT

: 18 Februari 2014

TP

: 25 November 2014

Riwayat Perkawinan
Riwayat Kehamilan lalu
Riwayat KB
Riwayat Penyakit Sistemik

:Kawin 1 kali, umur perkawinan 1 tahun


: G2P0A1 (2013: abortus kuret)
: minum pil KB
:

DM(-), hipertensi(-), hipertiroid(-), jantung(-), asma(-)


21

H. Riwayat Penyakit Keluarga

DM(+), hipertensi(-), hipertiroid(-), jantung(-), asma(-),TBC(-)


I. Riwayat Operasi
:J. Riwayat Kebiasaan
:
Merokok(-), alkohol(-), minum jamu(-), narkoba(-), stress (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS GENERALIS
KU/KS : tampak sakit sedang/CM
T : 100/70 mmHg
N : 80 x/mnt, regular, cukup
S: 36,7
P:22x/mnt
Tb : 158 cm

Bb

: 63 Kg

Kepala
Rambut

: hitam, tidak mudah rontok

Mata

: CA-/-, SI -/-

THT

: dalam batas normal

Leher
KGB

: tidak teraba membesar

Kel. Tyroid

: tidak teraba membesar

Toraks
Mammae

: Simetris, hiperpigmentasi pada kedua areola,retraksi


puting tidak ada, benjolan -/-

Axilla

: bulu ketiak (+/+)

Pulmo

: Suara nafas vesikuler, rhonki-/-, wheezing -/-

Cor

: S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)

Abdomen

: NT (-), H/L ttm, Massa (-), Bu (+) N

Ekstremitas

: akral hangat, edema-/-

B.Status Obstetrikus
TFU : 28 cm
Kontraksi : ada dengan HIS irreguler menit
22

DJJ : 148 dpm


I : v/u tenang
Io: portio licin, oue tertutup, flx (-), fl (-), valsava (-)
VT : portio kenyal arah posterior, pembukaan belum ada, kepala Hodge I-II
Pelvimetri: normal sedang, IFP baik
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab

Hb

: 11,4 g/dl

Ht

: 34%

: 8700 /ul

Tr

: 156000 /ul

Eri

: 3,61 juta/ul

PT

: 11,4

APTT

: 28,5

RDW

: 17,5%

GDS

: 89 g/dl

Hasil USG
Janin JKPT H, plasenta di fundus
TBJ 2440; ICA habis, SDAU 2,9/ Gerak napas >2x/10

KTG

23

Baseline : 150 dpm

Variabilitas : 5-25 dpm

Akselerasi : >2x per menit

Deselerasi tidak ada

Kontraksi uterus 2x dalam 10 menit

Gerakan janin >2x per menit

Kesimpulan : denyut jantung janin reassuring karena terdapat akselerasi yang normal
dan tidak ada deselerasi, yang artinya tidak terjadi gawat janin.

P
`
VI. DIAGNOSIS
G1P0 Hamil 41 minggu, JPKTH, cerviks belum matang, belum inpartu
VII. PENATALAKSANAAN
Rdx : Observasi KU dan tanda vital
Observasi HIS, DJJ
Observasi perdarahan
Cek laboratorium: DPL, UL, GDS, PT/aPTT
Terminasi berdasarkan FDJP: (>6 diberikan misoprostol 4x25 mg dan jika <5:
SC cito
BAB IV
ANALISA KASUS

24

Pada kasus yang dialami Ny. NA. 19 tahun ditegakkan diagnosis G1P0A0 hamil 41
minggu, JPKTH, belum inpartu. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Pasien datang ke kamar bersalin RSUP Fatmawati mengaku hamil 41 minggu
G1P0. Pasien dirujuk dari puskesmas karena sudah postterm namun tidak ada tandatanda kelahiran janin. Pasien mengaku sudah melakukan USG ketika janin usia lebih
dari 5 bulan dan dikatakan janin dalam kondisi baik. Berdasarkan HPHT usia
kehamilannya adalah 41 minggu. Saat ini pasien tidak merasakan mulas-mulas, tidak
keluar air air dan merasakan gerakan janin yang masih aktif.
Kemudian diputuskan kepada pasien untuk dilakukan induksi kehamilan.
Pasien sudah menerima misoprostol sebanyak 3 kali 25 mg dalam rentang waktu per 6
jam. Namun pasien mengaku tidak juga merasakan mulas-mulas. Sambil dilakukan
induksi, FDJP pasien terus dipantau dan apabila < 6 segera dilakukan terminasi sectio
cesare.
2.pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva tidak anemis dan status
generalis lainnya dalam keadaan normal. Pada pemeriksaan status obstetri tinggi
fundus uteri : 32 cm, Kontraksi : ada dengan HIS irreguler menit, denyut jantung janin
: 146 dpm, dan I : V/U tenang, perdarahan (-). Io : Porsio licin livid, ositum terbuka,
fluxus (-), fluor (-), tampak perdarahan aktif (-). VT : portio posterior kenyal, t= 3cm,
pembukaan 1 cm, selaput ketuban (+), kepala hodge I-II.
3.Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium darah tidak menunjukkan adanya anemia dan leukositosis ringan.
Dan pada pemeriksaan penunjang USG Tampak janin presentasi kepala tunggal hidup , DJJ
+, plasenta di korpus anterior BPD 9,38/ HC 34,13/ AC 33,16/ FL 7,29/ HL 6,14/ TBJ 3288/
ICA 7/ SDAU 2,6/ DJJ 139 dpm. Kesimpulan dari hasil KTG adalah denyut jantung janin
reassuring karena terdapat akselerasi yang normal dan tidak ada deselerasi, yang artinya
tidak terjadi gawat janin.

25

Namun, pada pasien ini diputuskan untuk melakukan tindakan sectio cesarea karena
skoring dari FDJP pasien < 6. Tes FDJP (fungsi dinamik janin dan plasenta) memiliki
sensitivitas dan spesifitas yang baik untuk mendiagnosis asfiksia janin dan telah dilakukan
penelahaan variabel yang berhubungan dengan kejadian asidosis.variabel-variabel dalam tes
FDJP didapatkan dengan melakukan pencarian hubungan masing-masing variabel dengan
kejadian asidosis (PH< 7,14) dan hipoksemia (pO2<14,3) dan dilakukan regresi logistik
dimana terdapat variabel yang menentukan yaitu reaktifitas janin, akselerasi setelah stimulasi,
rasio SDAU, gerakan nafas dan tonus, serta penambahan variabel cairan amnion dan
deselerasi. Pada pasien diputuskan untuk dilakukan terminasi SC cito karena variabel FDJP
kurang dari 6.
Skor
Reaktivitas DJJ
Akselerasi stimulasi
Rasio SDAU
Gerak stimulasi
Indeks amnion

2
+
+

+
+
+

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
26

KESIMPULAN

Kasus gawat janin pada masa kehamilan mendekati waktu persalinan dapat dideteksi
secara dini dengan memantau KTG

KTG dapat memberikan informasi kesejahteraan janin intrauterin, sebagai pertanda


awal gawat janin sehingga dapat segera dilakukan tindakan pertolongan

SARAN

Kondisi pasien yang masih berusia remaja, yaitu 19 tahun merupakan faktor resiko
terjadi nya masalah kehamilan oleh karena itu pasien disarankan untuk melakukan KB
IUD terlebih dahulu hingga tubuh dan mental pasien siap untuk mendapatkan
kehamilan yang kedua.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
27

1. National institute for clinical excellence. The use of electronic fetal monitoring : the
use and interpretation of cardiotocography in intrapartum fetal surveillance. London.
Mei 2001: 1-10.
2. Cunningham FG, et al. William Obstetrics. 23rd edition. Chapter 18. Intrapartum
assessment. McGraw-Hill. USA. 2010: 410-440.
3. Karsono B. Kardiotokografi : Pemantauan Elelktronik Denyut Jantung Janin. Bagian
Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
4. Saifuddin AB, et al. Ilmu Kebidanan. Kardiotokografi janin dan velosimetri. Edisi
Keempat. yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Jakarta. 2010: 221-246.
5. Endjun JJ. Kardiotokografi dalam pemantauan kesejahteraan janin. Jakarta; maret
2009: 1-24.
6. Institute of Obstetrician and Gynaecologist. Royal College of physicians of ireland.
Clinical practice guideline : intrapartum fetal heart rate monitoring. juni 2012; 6: 115.

28

Anda mungkin juga menyukai