Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memisahkan dan memurnikan komponen guaien
pada minyak nilam yang diketahui memiliki sifat antiinflamasi. Metode yang dilakukan adalah destilasi
fraksinasi vakumminyak nilam dengan tekanan 0-1 mbar pada refluk rasio 10/1 dan 10/10. Variasi
penampungan destilat dilakukan berdasarkan jumlah minyak yang dihasilkan pada persentase
komposisi guaien pada data GCMS. Hasil pemisahan dan pemurnian dengan kadar guaien
tertinggi pada refluk rasio 10/1 sebesar 99,61% sedangkan pada refluk rasio 10/10 sebesar 96,68%.
Kata Kunci : Minyak Nilam, Destilasi Fraksinasi, guaien,Refluk rasio
Abstract
The aim of this research is separation and purification-guaien componentsfrom patchouli oil
thatare known to haveanti-inflammatoryactivity. Method that use is Vacuum fractionation distillation
patchoulioilat0-1mbarpressurewitha refluxratioat10/1and10/10. Variation ofthe shelteris based onthe
amount of oildistillateproducedin thepercentagecomposition of-guaien on the dataGCMS.
Resultsseparationandpurificationwiththe highestlevels of-guaien therefluxratio10/1at99.61% while
therefluxratio of10/10was96.68%.
Keyword: Patchouli oil, Fractional Distillation, guaien, Reflux Ratio
PENDAHULUAN
Nilam adalah salah satu tanaman yang
dapat menghasilkan minyak atsiri yang
bersifat fiksatif bagi bahan atsiri yang lain.
Dewan
Atsiri
Indonesia
(DAI)
menyebutkan bahwa kebutuhan minyak
nilam dunia sebagian besar disuplai oleh
Indonesia yakni sebanyak 90%, sisanya
disuplai oleh Cina, Malaysia dan Brazil.
Aceh merupakan sentra produksi minyak
nilam terbesar di Indonesia disamping
Sumatra Utara dan beberapa daerah lain.
Harga minyak nilam dunia saat ini
mencapai Rp. 500.000/ liternya.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
3.
Nama
Komponen
Area
(%)
b-pinene
d-elemene
b-elemene
C16H24O3
Trans
b-caryophilene
a-guaien
b-guaien
Seychellene
a-patchoulen
b-seychellene
a-guaien
guaien
guaien
a-panasinsen
Cycloexanone
Caryophilene
C14H22O
Pogostol
Patchouli Alcohol
Patchouli Alcohol
C8H8O4
0.57
0.33
6.55
1.73
Volume
Tampung
(ml)
11.4
6.6
131
34.6
6.87
11.63
1.63
11.45
12.38
1.26
4.2
10.83
4.08
0.63
1.96
1.45
1.06
3.74
11.08
4.4
2.15
137.4
232.6
32.6
229
247.6
25.2
84
216.6
81.6
12.6
39.2
29
21.2
74.8
221.6
88
43
Penggunaan
nomogramuntuk
menentukkan titik didih masing-masing
komponen
sehingga
didapatkan
komponen akan mendidih pada tekanan
1mmHg
sesuai
dengan
kinerja
nomogram yang menghubungkan suhu
atmosfer, tekanan dan suhu pada
tekanan
yang
ditentukan
(Doerfler,2009).Komponen
guaien
memiliki titik didih atmosfer sebesar
274oC jika menggunakan nomogram
maka titik didih guaien pada 1mmHg
adalah 96oC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Beberapa parameter fisika pada bahan
baku minyak nilam yang digunakan
dengan perbandingan Standar Nasional
Indonesia (SNI) minyak nilam dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Karakteristik Minyak Nilam
Karakteristik
Warna
Berat Jenis
Indeks Bias
Kadar
Patchouli
Alcohol
Minyak Nilam
Bahan Baku
SNI*
Kuning gelap
Kuning mudacoklat
kemerahan
0.953
0.950-0.975
1.497
1.507-1.515
15.48%
Minimal 30%
120
91.97
Kadar (%)
100
89.29
80
Rata-rata
60
40
20
0
Gambar 2 Hubungan antara Kadar Terhadap Refluk Rasio dan Standar Deviasinya
Rendemen (%)
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
-2.00
11.44
Rata-Rata
0.80
-Guaien Reflux Ratio 10/1
Gambar 3. Hubungan antara Rendemen Terhadap Refluk Rasio dan Standar Deviasinya
Rerata rendemen guaien pada
refluk rasio 10/1 adalah 0,8% dengan
standar deviasi 0,07 dan didapatkan
persentase sebesar 8.75%. Pada refluk
rasio 10/10 memiliki rerata rendemen
11,43% dengan standar deviasi 5.24. dan
didapatkan persentase 45.84%. perbedaan
persentase standar deviasi sebesar 40%
tersebut menunjukkan terdapat beda nyata
antara rendemen pada kedua refluk rasio
dan terbukti refluk rasio mempengaruhi
rendemen yang dihasilkan. Jika dikaji
lebih
lanjut,
rerata
diatas
jelas
menunjukkan bahwa rata-rata volume
penampungan pada refluk 10/10 jauh lebih
tinggi dibanding 10/1. Efek dari perlakuan
ini mejadikan fraksi yang didapat pada
refluk rasio10/1 memiliki kuantitas yang
jauh lebih rendah dibanding 10/10 karena
pada refluk rasio 10/1 tujuan enrichment
lebih diutamakan agar komponen yang
0.93
0.92
0.91
0.90
0.89
0.89
0.89
rata-rata
0.88
0.87
0.86
-Guaien Reflux Ratio 10/1
Gambar 4. Hubungan antara Berat Jenis Terhadap Refluk Rasio dan Standar Deviasinya
Karakteristik Fisik fraksi dominasi
guaien
Pada
Gambar
4
diatas
menunjukkan bahwa berat jenis dari
guaien termasuk dalam kategori sedang
dan lebih rendah dibanding berat jenis
minyak nilam. Rata-rata berat jenis pada
refluk rasio 10/1 adalah 0.89 dengan
standar deviasi 0.03 denganpersentase
3.37%. Pada refluk rasio 10/10 memiliki
rata-rata berat jenis 0.89 dengan standar
deviasi 0.01 dan didapatkan persentase
1.11%. Kedua refluk rasio tidak memiliki
perbedaan yang nyata jika refluk rasio
mempengaruhi berat
jenis, namun
demikian dapat dilihat bahwa persentase
kesalahan berat jenis dari refluk rasio
10/10 lebih besar dibandingkan 10/1 hal
ini disebabkan karena berat jenis
merupakan salah satu indikator kemurnian,
sehingga dapat dilihat kembali pada
Gambar 2bahwa kadar kedua refluk rasio
memiliki perbedaan yang tidak sigifikan,
sehingga rata- rata berat jenis kedua refluk
pun tidak signifikan.
Belum adanya standar berat jenis
d-guaien
menyebabkan
satu-satunya
parameter paling disarankan adalah
GCMS. Namun jika dibandingkan dengan
1.60
1.50
1.50
1.40
Indeks Bias
1.20
1.00
Rata-Rata
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
-Guaien Reflux Ratio 10/1-Guaien Reflux Ratio 10/10
Gambar 5. Hubungan antara Indeks Bias Terhadap Refluk Rasiodan Standar Deviasinya
Pada
Gambar
5
tampak
bahwafraksi yang didominasi oleh guaien memiliki rerata indeks bias
guaien pada refluk rasio 10/1 dan 10/10
sebesar 1.50 dengan standar deviasi pada
refluk rasio 10/1 adalah 0.01 dan
persentase 0.66% sedankan pada refluk
rasio 10/10 standar deviasinya adalah 0.00
dan persentasenya 0% dikarenakan standar
deviasinya
0.
Persentase
diatas
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang
nyata antara indeks bias refluk rasio 10/1
dan 10/10.
Belum adanya standar indeks bias
d-guaien saat ini sehingga indeks bias
fraksi diatas belum dapat dibandingkan,
namun jika dibandingkan dengan minyak
nilam yang pada SNI yang menunjukkan
angka
1.507-1.515
d-guaien
telah
memenuhi syarat karena memiliki indeks
bias lebih rendah dibanding minyak nilam
yang
memiiki
komponen
berat
didalamnya.
Pada
dasarnya
selain
komponen yang ada, sebab terjadinya nilai
indeks bias yang bervariatif menurut
Espino et al.,(2013) yakni besarnya indeks
bias minyak nilam sangat ditentukan oleh
metode pemrosesan, umur minyak nilam
dan rasio komponen dalam minyak nilam.
KESIMPULAN
1. Metode destilasi fraksinasi vakum pada
fraksi yang didominasi-guaiendengan
tekanan 0-1 mbar refluks rasio 10/1
diperoleh kadar -guaien 99.69% dan
pada refluks rasio 10/10 kadar guaien96,68%.
2. Rendemen tertinggi dengan refluks
rasio 10/1 0.9%, sedangkan pada refluk
rasio 10/10 diperoleh rendemen fraksi
dominasi -guaientertinggi 17%
UCAPAN TERIMA KASIH
Grup
Riset
dan
Entrepreneurial
Agroindustri Atsiri (GUREAA) yang
mendanai penelitian ini .
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu.H.,Sulaswatty,A.,
Wuryaningsih dan Agustian,E. 2003.
Teknologi Distilasi Terfraksi Dalam
Pemurnian
Komponen
Minyak
Atsiri. Prosiding Pemaparan Hasil
Litbang Ilmu Pengetahuan Teknik
2003, Bandung.
Adeleke,A.E,P.,Aiyedun,O.,Waheed.M.A.,
L.O.Sanni,Obawe S.O.A and DairoO.U.
2013. A New Simulation Model For
Design Distillation Coloumn in a
Bioethanol/Water System: Effect of
Reflux Ratio. British Journal of
Applied Science and Thecnology
3(3):508-517
Agustian,E.,Sulaswatty,A.,Tasrif,
Laksmono,J.A.dan Adrina,I.B. 2005.
Pemisahan Sitronelal dari Minyak
Sereh Wangi Menggunakan Unit
Fraksionasi
Skala
Bench.
J.Tek.Ind.Pertanian Vol 17(2):4953.
Dewan Atsiri Indonesia (DAI). 2013.
Atsiri
Indonesia.www.atsiriindonesia.com. Diakses tanggal 18
April 2013
Doerfler,R. 2009. The Lost Art of
Nomography. The UMA Journal
30(4):1-4.
Espino T.M, Arevalo RE, Sapin A.B and
Tambalo F.Z. 2002. Enzymatic
extraction of essential oil from the
leaves of patchouli (Pogostemon
cablin Benth). Philippine Agricultural
Sciences.85(3):286-294.
Harimurti.N,Tatang.,Djajeng danRisfaheri.
2012. Ekstraksi Minyak Nilam
(Pogestemon Cablin Benth) dengan
Teknik Hidrogenasi Pada Tekanan 13 Bar. J. Pasca Panen 9(1)1-10
Hsu,C.H.,Yang,W.C.,Tsai,W.J.,
Chen,C.C.,Huang,H.Y. and Tsai,Y.C.
2006. -Bulnesene,A Novel PAF
Receptor Antagonist Isolated From
pogostemon cablin. Biochemical And
Biophysical
Research
Communications 345(3):1033-1038.
Ramya
H,
Palanimuthu
V,
and
Dayanandakumar R. 2013.Patchouli In
Fragrances-Incense Stick Production
From Patchouli Spent Charge
Powder.Agric Eng Int: CIGR Journal
15(1):187-193.
SNI. 2006. SNI Minyak Nilam No. 062385-2006.BSN.Jakarta
Sundaresan.V,Singh, MishraA.N., Ajit K.
Shasany, Mahendra P. Darokar,
Kalra,A. and Naqvi,A.A. 2009.
Composition and Comparison of
Essential Oils of Pogostemon cablin
(Blanco) Benth. (Patchouli) and
Pogostemon travancoricus Bedd. var.
travancoricus.Journal of Essential Oil
Research Vol 21(3):220-222.