Anda di halaman 1dari 13

1

PENGARUH

PEMBERIAN

EKSTRAK

BUAH

DELIMA

TERHADAP

GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU MENCIT (Studi Eksperimental Pada


Mencit BALB/c yang Diinhalasi Karbon Tetraklorida)
Sutrisno*, Rofiq Anwar**, Hadi Sarosa***, Joko Wahyu****
*
**
***
****

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang


Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung Semarang
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Semarang
Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Semarang

Corresponding Authors: Sutrisno, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Islam Sultan Agung, Jln. Kaligawe KM 4 Semarang 50012 ph. (024) 6583584 fax.
(024) 6594366, akangtresno@gmail.com.
ABSTRAK
Metabolisme CCl4 menghasilkan radikal bebas CCl3-, yang menyebabkan
terbentuknya peroksida lipid dan kerusakan membran serta hilangnya fungsi sel.
Delima memiliki flavonoid tinggi yang dapat menangkal radikal bebas. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah delima
terhadap gambaran histopatologi paru yang diinhalasi CCl4.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan
penelitian eksperimental (posttest only group design). Penelitian dilakukan
selama 28 hari menggunakan 24 ekor mencit Balb/c, dibagi 4 kelompok secara
acak. KI diberi pakan standart, KII diberi pakan standart dengan inhalasi CCl4
selama 2 minggu kemudian diterminasi, KIII diberi pakan standart dengan
inhalasi CCl4 selama 2 minggu kemudian perkembangannya ditunggu selama 4
minggu, dan KIV diberi pakan standart dengan inhalasi CCl 4 selama 2 minggu
kemudian diberikan ekstrak buah delima 0,3 ml perhari selama 2 minggu.
Setelah mencit diterminasi dilakukan pembuatan preparat histopatologi paru.
Kerusakan dilihat berdasarkan luas pada 30 lapang pandang tiap kelompok. Uji
analisis Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui
perbedaan gambaran histopatologi antar berbagai kelompok.
Hasil penelitian rata-rata skor kerusakan paru tiap kelompok berturut-turut
yaitu KI 0,03, KII 1,2, KIII 1,0, dan KIV 0,06. Analisis menunjukkan perbedaan
yang signifikan antar kelompok penelitian (p<0.01). Terdapat perbedaan
signifikan (p<0,01) antara KI dan KII, KI dan KIII, KII dan KIV, serta KIII dan KIV,
tetapi tidak ada perbedaan signifikan (p>0,01) pada KI dan KIV, serta KII dan KIII.
Kesimpulan ekstrak buah delima berpengaruh terhadap gambaran
histopatologi paru yang diinhalasi CCl4.
Kata Kunci : CCl4, Ekstrak Buah Delima, Histopatologi Paru
Metabolism of CCl4 can produces free radicals CCl3-, which causes the
formation of lipid peroxide and membrane damage as well as loss of cell function.

Pomegranate has high flavonoid that can ward off free radicals. This research
aims to know the influence of Pomegranate fruit extract against giving description
of the pulmonary histopathology is inhalation by CCl4.
This research is experimental laboratory with experimental research
designs (posttestonly group design). Research conducted for 28 days using 24
mice Balb/c, divided 4 groups randomized. KI was given standard feed, KII was
given standard feed and inhalation of CCl4 for 2 weeks then termination, KIII
given standard feed with inhalation of CCl4 for 2 weeks then its development
awaited for 4 weeks, and KIV given a standard feed with inhalation of CCl4 for 2
weeks and then given pomegranate extract 0.3 ml per day for 2 weeks. After
the mice termination done, then making preparations pulmonary histopathology.
Damage seen based on extensive field of view of 30 each group. Test analysis of
the Kruskal-Wallis and Mann-Whitney used to tell the difference between different
groups of histopathology.
Research results average score of pulmonary damage each consecutive
group of KI 0.03, KII 1.2, KIII 1.0, and KIV 0.06. The analysis showed significant
differences between the research groups (p < 0.01). There were significant
differences (p < 0.01) between KI and KII and KIII, KI, KII and KIII and KI and
KIV, but no significant differences (p > 0.01) at KI and KII, andKIV and KIII.
Pomegranate extract conclusions affect the pulmonary histopathology is
inhalation by CCl4.
Keywords: CCl4, Pomegranate Extract, Lung Histopatology
PENDAHULUAN
Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan salah satu radikal bebas yang
dibentuk dari reaksi CH4 dan Cl2 dengan bantuan sinar ultraviolet. CCl4 sering
digunakan sebagai pembersih, penghilang noda pakaian, perabot rumah tangga,
karpet dan lain-lain (ECO-USA, 2006). CCl4 masuk kedalam tubuh bisa secara
inhalasi, ingesti, dan kontak langsung dengan kulit (NTP, 2011). Inhalasi CCl4
dengan dosis toksik juga dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan
kematian (ATSDR, 2005). Metabolisme CCl4 menghasilkan radikal bebas CCl3-,
yang akan menyebabkan terbentuknya peroksida lipid sehingga menyebabkan
kerusakan membran dan hilangnya fungsi sel dan organel (ATSDR, 2005).
Antioksidan dibutuhkan sebagai penghambat radikal bebas yang merusak
melalui mekanisme autooksidasi, sehingga antioksidan dapat mencegah dan
menghentikan nekrosis sel (Hermani, 2005). Beberapa studi menyebutkan

bahwa salah satu antioksidan yang baik untuk mengurangi kerusakan oksidatif
pada tubuh kita adalah delima karena kandungan flavonoid yang tinggi. Manfaat
flavonoid tidak hanya karena peran biologisnya, tetapi lebih karena potensinya
sebagai obat. Senyawa flavonoid telah diketahiu memiliki aktivitas hepatoproteksi
(Pramavita, 2006).
Buah delima (Punica granatum, Linn.) mengandung fitokimia dan tinggi
kandungan zat antioksidan yang didalamnya terdapat polifenol, tanin dan
antosianin, khususnya pada polifenol terdapat 60% komponen flavonoid yang
dapat menghambat radikal bebas. Flavonoid terutama terkandung dalam biji
buah delima yang memiliki khasiat terapeutik antara lain anti bakteri, anti virus,
antioksidan, anti tumor, efek estrogenik, efektif dalam mengurangi faktor resiko
penyakit jantung, termasuk LDL oksidasi, memulihkan aterosklerosis,
mengurangi tekanan darah sistolik. Sedangkan antosianin merupakan salah satu
antioksidan kuat yang mampu mencegah berbagai kerusakan akibat stress
oksidatif sehingga mampu melindungi sel dari radikal bebas (Yanjun et al., 2009).
Hasil beberapa penelitian telah membuktikan bahwa ekstrak buah delima dengan
kadar 6.25 ml dan 12.5 ml dapat menurunan 6 % lipid peroksida akibat radikal
bebas (Aviram, 2000). Studi lain menyatakan bahwa kandungan flavonoid
sebagai antioksidan dalam jus delima dapat mengurangi oedem paru,
mengurangi inflamasi dan memberi respon baik pada parenkim paru, pada paruparu mencit yang mengalami hiperoksia (Husari et al., 2009). Meskipun
demikian, belum dilaporkan tentang perbaikan gambaran luas kerusakan
alveolus paru setelah diberikan ekstrak buah delima untuk pengobatan.
Inhalasi radikal bebas CCl4 dapat menimbulkan keracunan akut hingga
kronis. Gejala keracunan akut klinis berupa mual, sakit kepala, pusing, depresi,

dispepsia dan gangguan penglihatan. Pada toksisitas akut dosis tinggi dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran, koma, hingga kematian. Kematian dapat
disebabkan oleh gangguan pernafasan atau circulatory collaps. Pada kasus
keracunan kronik dapat menimbulkan adanya kanker pada sistem pernafasan
dan tumor hati (BPOM, 2010). Menurut ATSDR (2005), menyebutkan bahwa CCl4
dapat menyebabkan Adult Respiratory Distress Syndrome (ADRS) yaitu
merupakan keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang
berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru-paru.
Delima merupakan sumber antioksidan alami dengan kandungan
antioksidan yang cukup tinggi dan mudah ditemukan. Oleh karena itu perlu diteliti
efek terapi ekstrak buah delima (Punica granatum Linn.) terhadap gambaran
histopatologi sel-sel alveolus paru mencit yang diinhalasi karbon tetraklorida.
METODE
Penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only
control group design dilakukan pada 24 ekor mencit BALB/c jantan sehat,
berumur 6 8 minggu, dan berat 20 - 30 gram yang dibagi dalam 4 kelompok
secara random. Mencit yang mati saat penelitian berlangsung dianggap sebagai
drop out. Kelompok I diberi pakan standar tanpa perlakuan, kelompok II diberi
pakan standar dan inhalasi CCl4 selama 2 minggu kemudian diterminasi,
kelompok III diberi pakan standar dan inhalasi CCl 4 selama 2 minggu dan
perkembangannya ditunggu selama 4 minggu, kelompok IV diberi pakan standar
dan inhalasi CCl4 selama 2 minggu kemudian diberi ekstrak delima selama 2
minggu. Selama penelitian berlangsung, dilakukan pengukuran rata-rata berat
badan.

Ekstrak polifenol delima yang digunakan berupa sediaan cair yang dibuat
dari buah delima yang diperoleh dengan cara mengkonversikan dosis standar
buah delima yang dikonversikan dari manusia ke mencit yaitu 2,34 mg/20 grBB
dalam 0,2 cc per hari selama 2 minggu. Dosis ekstrak delima yang digunakan
dosis 2 kali dari dosis standar, yaitu 4,68 mg/20grBB.
Paparan CCl4 dilakukan dengan cara mencit diinhalasi CCl4 dengan LC50%
dalam waktu sehari 2 jam dengan ketentuan (1 jam, istirahat 15 menit, lalu 1 jam
lagi) selama 2 minggu (Hanum, 2009).
Gambaran histopatologi alveolus paru yang diinduksi CCl4 diamati dari
perubahan pada paru yang dilakukan dengan pemeriksaan Patologi Anatomi,
yang penilaiannya dilakukan oleh dokter spesialis patologi anatomi. Sasaran
yang dibaca adalah persentase kerusakan dinding yang diakibatkan edema
jaringan, dinyatakan dengan kriteria yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria penilaian persentase kerusakan dinding alveoli berdasarkan
Histology Activity Index (HAI) Knodell Score
Tingkat Kerusakan
Skor
Tidak terjadi kerusakan
0
Kerusakan dinding < 25%
1
Kerusakan dinding 25% 50%
2
Kerusakan dinding 50% 75%
3
Kerusakan dinding 75% 100%
4
Data persentase kerusakan dinding alveoli yang telah terkumpul dianalisis
dengan uji Kruskall Wallis, dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Bioetika
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung Semarang. Penelitian (pembuatan ekstrak dan pemberian
perlakuan) dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pembuatan preparat histopatologi paru
dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi FK Unissula Semarang.

HASIL
Derajat luas kerusakan paru dilihat dengan mikroskop cahaya pada 5
lapangan pandang pada tiap preparat dengan pembesaran 400x. Hasil
pemeriksaan histopatologi paru ditampilkan pada Tabel 2. Kelompok KI lebih
banyak ditemukan lapang pandang yang normal yaitu 29 lapang pandang
dibanding kelompok KIV yaitu 28 lapang pandang serta kelompok KIII hanya 2
lapang pandang. Derajat kerusakan paru <25% ditemukan paling banyak pada
kelompok KIII yaitu 26 lapang pandang dibanding kelompok KII yaitu 24 lapang
pandang. Kerusakan pada derajat 26-50% ditemukan paling banyak pada
kelompok KII yaitu 6 lapang pandang dibanding pada kelompok KIII yaitu 2
lapang pandang.
Tabel 2.

Kelompok

Hasil derajat kerusakan paru berdasarkan lapang pandang antar


kelompok perlakuan
Derajat Kerusakan Paru

Total

Tidak ada

<25%

26-50%

51-75% 76-100%

KI

29 (49,2%)

1 (1,5%)

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

30 (100%)

KII

0 (0%)

24 (44,5%)

6 (75%)

0 (0%)

0 (0%)

30 (100%)

KIII

2 (3,3%)

26 (48,2%)

2 (25%)

0 (0%)

0 (0%)

30 (100%)

KIV

28 (47,5%)

2 (3,8%)

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

30 (100%)

Total
59 (100%) 53 (100%) 8 (100%) 0 (0%)
0 (0%) 120 (100%)
Keterangan : KI: kontrol (-); KII :CCl 4 2 minggu, terminasi; KIII: CCl 4 2 minngu
perkembangan dilanjutkan sampai 4 minggu; KIV : CCl 4 2 minggu
kemudian diberi ekstrak buah delima 2 minggu.

Tabel 3

rata-rata skor luas kerusakan paru tiap mencit antar kelompok


perlakuan

Kelompok

Mencit
1

RataRata

KI
KII
KIII
KIV

Kelompok
0
0
0
0
0,2
0
0,03
1,2
1,2
1
1,4
1,2
1,2
1,2
1
1,2
0,8
1,2
1
0,8
1,0
0
0,2
0
0,2
0
0
0,06
Keterangan: KI: kontrol (-); KII : CCl42 minggu, terminasi; KIII: CCl4 2
minngu perkembangan dilanjutkan sampai 4 minggu; KIV :
CCl4 2 minggu kemudian diberi ekstrak buah delima 2
minggu.
Uji Kruskal Wallis pada gambaran histopatologi paru (derajat luas

kerusakan paru) di seluruh kelompok perlakuan menghasilkan nilai p = 0,000 (p


< 0,01) yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan derajat kerusakan
histopatologi paru antar berbagai kelompok perlakuan atau paling tidak terdapat
dua kelompok data yang mempunyai perbedaan derajat kerusakan paru yang
bermakna, dan untuk mengetahui kelompok mana yang menunjukkan perbedaan
tersebut dilakukan uji Mann Whitney dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil uji Mann Whitney
Kelompok
K I dan K II
K I dan K III
K I dan K IV
K II dan III
K II dan IV
K III dan IV

p
0,002
0,003
0,523
0,058
0,003
0,003

Keterangan
Signifikan
Signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Signifikan
Signifikan

Perbedaan signifikan kerusakan paru antara kelompok KI dengan


kelompok KII dan KIII menunjukkan inhalasi CCl4 berpengaruh pada kerusakan
paru. Perbedaan signifikan kerusakan paru antara kelompok KII dengan
kelompok KIV menunjukan adanya perbedaan antara kelompok inhalasi CCl 4
selama 2 minggu kemudian diterminasi dengan kelompok yang diberi inhalasi
CCl4 selama 2 minggu kemudian diberikan ekstrak delima selama 2 minggu.
Perbedaan signifikan kerusakan paru antara kelompok KIII dengan kelompok KIV
menunjukan adanya perbedaan antara kelompok inhalasi CCl4 selama 2 minggu

kemudian perkembangannya ditunggu selama 4 minggu dengan kelompok yang


diberi inhalasi CCl4 selama 2 minggu kemudian diberikan ekstrak delima selama
2 minggu.
PEMBAHASAN
Penelitian pengaruh pemberian ekstrak buah delima terhadap gambaran
histopatologi paru terhadap mencit yang diinhalasi CCl4 didapatkan rata-rata skor
kerusakan semua kelompok perlakuan secara berturut-turut yaitu KI 0,03, KII 1,2,
KIII 1,0, dan KIV 0,06.
Perbedaan signifikan antara kelompok KII yang mendapat CCl 4 selama 2
minggu kemudian diterminasi dengan kelompok KIV yang mendapat CCl 4 selama
2 minggu dan ekstrak buah delima selama 2 minggu. Pemberian inhalasi CCl4
mengalami peningkatan luas kerusakan alveolus paru. Toksisitas CCl 4 terhadap
paru diakibatkan oleh radikal bebas trichloromethyl (CCl3-) yang dihasilkan dari
metabolisme CCl4 oleh enzim sitokrom P-450. Radikal bebas ini bila terdapat
oksigen dapat menyebabkan peroksidasi lemak dalam selaput organel sampai
merusak RE, mitokondria, dan komponen mikrosom lain (ATSDR, 2005). Ratarata skor kerusakan paru kelompok KIV yaitu 0,06, lebih baik dari rata-rata
kelompok KII. Terdapat perbaikan luas kerusakan paru pada kelompok yang
mendapat ekstrak buah delima.
Buah delima (Punica granatum, Linn.) mengandung fitokimia dan tinggi
kandungan zat antioksidan yang didalamnya terdapat polifenol, tanin dan
antosianin, khususnya pada polifenol terdapat 60% komponen flavonoid yang
dapat menghambat radikal bebas. Aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh
flavonoid disebabkan oleh adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur
molekulnya. Struktur dasar dari flavonoid disajikan pada gambar 4.1 (Harborne

and

William,

2005).

Senyawa

antioksidan

alami

flavonoid

ini

adalah

multifungsional dan dapat bereaksi sebagai (1) pereduksi, (2) penangkap radikal
bebas, (3) perekat logam, dan (4) peredam terbentuknya singlet oksigen.
Sebagai penangkap radikal bebas, flavonoid akan melepaskan radikal hidrogen
dan akan membangkitkan radikal baru. Radikal baru tersebut lebih stabil dan
tidak reaktif karena adanya efek resonansi inti aromatis.

Gambar 4.1. Struktur Dasar Molekul Flavonoid


Flavonoid mempunyai struktur dengan berat molekul yang rendah dengan
tiga struktur cincin dan berbagai macam substitusi. Struktur flavonoid terdapat
keterikatan antara gugus keton (C=O) dengan gugus hidroksi (OH). Struktur
inilah yang

menyebabkan

flavonoid berfungsi sebagai antioksidan

dan

antiproloferatif. Aktvitas antioksidan flavonoid juga tergantung pada gugus prenil


(CH3)2C=CH-CH2. Gugus ini berfungsi untuk pencegahan atau terapi terhadap
penyakit-penyakit yang diasosiasikan dengan radikal bebas.
Terjadi regenerasi pada luas kerusakan paru kelompok KIII yang
perkembangannya ditunggu sampai 4 minggu tanpa pemberian delima. Pada
kelompok KIII ditemukan rata-rata kerusakan paru 1,0 lebih baik dari rata-rata

kerusakan paru kelompok KII yaitu 1,2. Proses regenerasi pada KIII terjadi
setelah CCl4 dinetralisir oleh enzim-enzim detoxifikasi, selanjutnya dibuang
sebagian besar melalui ginjal dan sebagian kecil lainnya melalui kulit. Perbaikan
bagian-bagian sel yang rusak dengan melakukan sintesa (pembentukan) protein
yang dikendalikan oleh gen-gen pada kromosom inti sel. Pembentukan
pembuluh darah baru akan mempercepat terjadinya regenasi sel dan normalisasi
jaringan. Pembentukan neovascularisasi berfungsi untuk menyuplai vitamin,
mineral, glukosa, dan asam amino ke fibroblas untuk memaksimalkan
pembentukan kolagen serta membebaskan jaringan dari nekrosis. Gambaran
histopatologis pada kelompok KIII ditemukan adanya neovascularisasi yang
mengalami pelebaran pembuluh darah.
Regenerasi pada kelompok KIII yang terjadi self healing selama 2 minggu
setelah pemberian CCl4 tidak sebaik kelompok KIV yang mendapat ekstrak buah
delima. Pada kelompok KIII proses regenerasi terjadi secara alamiah yang
dikendalikan oleh gen dan kromosom, sedangkan regenerasi pada kelompok KIV
dibantu oleh ekstrak buah delima. Regenerasi sel dapat terjadi pada sel yang
belum mengalami nekrosis. Proses regenerasi sel dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal seperti hormonal, sistem saraf, dan konsumsi makanan. Pemberian
delima yang memiliki kandungan antioksidan dalam ekstrak buah delima
merupakan salah satu faktor yang mempercepat terjadinya regenerasi sel akibat
radikal bebas. Aktvitas antioksidan flavonoid yang mempercepat regenerasi
tergantung pada gugus prenil (CH3)2C=CH-CH2. Gugus ini berfungsi untuk
pencegahan atau terapi terhadap penyakit-penyakit yang diasosiasikan dengan
radikal bebas. Perbedaan gambaran histopatologis pada KIII dan KIV

10

dikarenakan adanya perbedaan jumlah sel yang nekrosis dan kecepatan


regenerasi sel.
Kelompok KI merupakan kelompok kontrol yang hanya mendapat pakan
standar. Tidak ada perbedaan signifikan pada rata-rata skor kerusakan paru
kelompok KI dan KIV. Rata-rata skor kerusakan paru kelompok KI yaitu 0,03
sedangkan pada kelompok KIV 0,06. Pada kelompok KIV yang mendapat
inhalasi CCl4 selama 2 minggu akan menyebabkan proses inflamasi akut akibat
radikal bebas. Kelompok KI memiliki gambaran histopatologi yang lebih baik
daripada kelompok KIV, karena pada kelompok KIV setelah pemberian CCl4 akan
terbentuknya peroksida lipid sampai terjadinya nekrosis sel. Sel yang mengalami
nekrosis tidak dapat mengalami proses regenerasi (ATSDR, 2005). Pemberian
delima sebagai antioksidan yang dapat membantu proses regenerasi tidak dapat
memperbaiki sel yang telah mengalami nekrosis.
Penelitian serupa perlu dilakukan dalam melihat gambaran makroskopis
paru meliputi pengukuran volume seperti massa, gambaran morfologi, dan yang
lainnya supaya diketahui secara pasti ada atau tidaknya efek inhalasi CCl 4
terhadap gambaran makroskopis paru. Variasi dosis dan lama waktu pemberian
ekstrak buah delima juga masih terhadap gambaran luas kerusakan paru yang
diinhalasi CCl4., dan efek kuratif ekstrak buah delima terhadap kerusakan paru
oleh zat polutan lain juga masih perlu diteliti.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa: 1) tidak ada kerusakan gambaran histolopatologi alveolus paru mencit
balb/c pada keadaan normal, 2) inhalasi CCl4 selama 2 minggu dapat
mengakibatkan perubahan gambaran histopatologi paru pada mencit Balb/c, 3)

11

pemberian ekstrak buah delima pada mencit Balb/c yang diinhalasi CCl 4
menunjukan perbaikan gambaran histopatologi paru, 4) gambaran histopatologi
pada pemberian mencit balb/c yang diinhalasi CCl4 kemudian diberi ekstrak buah
delima lebih baik dari mencit balb/c yang hanya diinhalasi CCl 4, dan 5)
pemberian ekstrak buah delima berpengaruh terhadap gambaran histopatologi
alveolus paru mencit balb/c yang diinhalasi karbon tetraklorida.

DAFTAR PUSTAKA
ATSDR, 2005, Toxicological Profile for Carbon Tetrachloride.Agency for Toxic
Substances and DiseaseRegistry. http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/
tp30. pdf. Diakses 13 Agustus 2013
Aviram, M., 2000, Promeganate juise consumsion reduce oxidative stress
aterogenic modification to LDL and platelete aggregation:studies in uman
and and in atherosclerotic apolipoprotein E-deficien mice. America J
Clinical Nutrient71: 1062-1076.
BPOM, 2010. Karbon Tetraklorida, Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan
POM RI, Jakarta
ECO-USA, 2006, Carbontetrachloride, http://www.damandiri.or.id/detail. php?568.
Diakses 13 Agustus 2013
Hanum, F., 2009, Pengaruh pemberian buah pepaya (Carica papaya L) terhadap
anatomi alveolus paru mencit (Musmusculus) yang diinhalasi CCl4 (Carbon
Tetraclorida), Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Islam Negeri Malang.
Harborne, J.B., William, C.A., 2001, Anthocyanins and other flavonoids, The
Royal Society of Chemistry, Nat Prod Rep, 18:310-333
Hermani, R.M., 2005, Tanaman berkhasiat antioksidan. Penebar Swadaya,
Jakarta, 8-11
Husari, A.W., Dbaibo, G., Khayyat, A., Zaatari, G., Sabban, M., dan Mroueh, S.,
2009, The Possible Role of Promegranate Juice as an Antioxidant in
Attenuating Acute Lung Injury and Apoptosis in a Hyperoxic Animal Model,
American University of Beirut Medical Center, Beirut, Lebanon
Ignarro, L.J., Byrns, R.E., Sumi, D., Nigris, F., dan Napoli, C., 2006, Pomegranate
Juice Protects Nitric Oxide Against Oxidative Destruction and Enchances

12

the Biological Actions of Nitric Oxide, Available at www.sciencedirect.com,


Diakses 13 Agustus 2013
Jeremy, P.T.W., 2006, Struktur Sistem Respirasi: At The Glance Sistem Respirasi,
Erlangga, Jakarta, 11-12
Khan, O., Tong, W.P., dan Karlin, N.J., 2010, Metastatic lung adenocarcinoma in
a 20 year old patient, Curr Oncol, 17(1):56-8
Laurance, D.R., Bacharach, A.L.,
pharmacometrics Volume 1

1964,

Evaluation

of

drug

activities:

Mescher, A.L., 2012, Histologi Dasar Junqueira Teks & AtlasEdisi 12, EGC,
Jakarta
National Toxicology Program (NTP), 2011, Report on Carcinogens, Twelfth
Edition CAS No. 56-23-5: Carbon Tetrachloride, NTP Department of Health
andHuman
Services.
http://ntp.niehs.nih.gov/ntp/roc/twelfth/profiles/
CarbonTetrachloride.pdf. Diakses 13 Agustus 2013
Pramavita, N.J., 2006, Pengaruh Pemberian Ekstrak Meniran Terhadap
Gambaran Mikroskopik Paru Tikus Wistar Yang Diinduksi Karbon
Tetraklorida, FK Undip, Semarang.
Yanjun, Z., Dana, K. Robert, D., Rypo, L., dan David, W., 2009, International
Multidimentional Authenticity Specification (IMAS) Algorithm for Detection of
Comerical Promegante Juice Adulteration. J. Agric Food Chem. 57(6):25502557.

13

Anda mungkin juga menyukai