Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIRSCHSPRUNG

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS


MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH :
GESANG SETIA BUDI (0812000312)
NURELIYATIN (0812000294)
YULIANI (0812000293)
SUPRIANTI (081200315)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA SELATAN
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit hirschsprung

merupakan

suatu

kelainan

bawaan

yang

menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal
ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai
rektum. Penyakit hirschsprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah
yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hirschsprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital
dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di
kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya
peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat
berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian
dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan
akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan
dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hirschsprung pertama kali dilaporkan oleh
Frederick Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah
Harald Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun
1863. Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas.
Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa
megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik
dibagian distal usus defisiensi ganglion.
Penyakit hirschsprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi
hisprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000
kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat
kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan
penyakit hirschsprung.
Insidens keseluruhan dari penyakit hirschsprung 1: 5000 kelahiran hidup,
laki-laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan (4: 1). Biasanya,
penyakit hirschsprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur.
Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan dan termasuk sindrom down,
sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler.

Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya
kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah
berwarna hijau dan konstipasi faktor penyebab penyakit hirschsprung diduga
dapat terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan.
Oleh karena itu, penyakit hirschsprung sudah dapat dideteksi melalui
pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium enema, rectal
biopsi, rectum, manometri anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik
yaitu dengan pembedahan dan colostomi.
B. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah
pengetahuan kepada para pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu
keperawatan mengenai penyakit hirschsprung. Selain itu juga di harapkan
mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam
memecahkan masalah pada gangguan Hirschsprung. Makalah ini juga dibuat
untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada mata kuliah keperawatan
anak.
C. MANFAAT
1. Manfaat teoritis
Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hisprung
maka manfaat pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan
pengetahuan masyarakat dan perawat tentang asuhan keperawatan pada anak
dengan penyakit hirschsprung.
2. Manfaat bagi pembaca
Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan
paham akan asuhan keperawatan pada anak dengan hirschsprung.
3. Manfaat bagi Penulis
Dengan melakukan pembuatan makalah ini, penulis dapat mengetahui
dan memahami secara spesifik tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
hirschsprung.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI HIRSCHSPRUNG
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon.
Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus

kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi


kelumpuhan usus besar dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk
setiap individu.
Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion
parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus (Ngastiyah, 1997
: 138).
Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan
obstruksi mekanik karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus (Donna
L. Wong, 2003 : 507).
Hirschsprung atau megakolon kongenital adalah penyakit bawaan akibat
tidak tercapainya pertumbuhan chepalocaudal Sel-sel parasimpatis myantericus
pada segmen usus bagian distal, terbanyak di rektosigmid, sehingga tidak ada
peristaltic pada usus yang terkena dan menyebabkan fases tidak bisa keluar
sehingga terjadi obstruksi, dilatasi kolon bagian proksimal dan hipertropi dinding
ototnya sehingga terbentuk megakolon.
Hisprung merupakan keadaan tidak ada atau sedikitnya saraf ganglion
parasimpatis pada plasma mianterkus dan kolon distalis, sehingga tidak ada
peristaltic pada area yang terkena, usus mengalami hiperteroid dan dilatasi serta
menimbulkan distensi dan obstruksi abdomen.
B. MACAM-MACAM HIRSCHSPRUNG
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, ini merupakan 70%
dari kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak lakilaki dibanding anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau
usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.
(Ngastiyah, 1997 : 138).
C. ETIOLOGI
1. Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel Neural Crest ambrional yang
berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan
submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
2. Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus
Auerbach di kolon.

3. Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah
kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134)
1. Sering terjadi pada anak dengan Down Syndrome.
2. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi
kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus.
(Suriadi, 2001 : 242).
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala setelah bayi lahir :
1. Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)
2. Muntah berwarna hijau
3. Distensi abdomen, konstipasi.
4. Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja /
pengeluaran gas yang banyak.
Gejala pada anak yang lebih besar :
1. Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir
2. Distensi abdomen bertambah
3. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling
4. Terganggu tumbang karena sering diare.
5.

Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.

6.

Perut besar dan membuncit.


E. PATOFISIOLOGI
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi
usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah
keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus
dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak
pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk
kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke
segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan
terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi
obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar (Price, S & Wilson).
F. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Suriadi, 2001 : 242


1. Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja
seperti pita.
3. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
4. Nyeri abdomen dan distensi.
5. Gangguan pertumbuhan.
Menurut Mansjoer, 2000 : 380
1. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan
mekonium.
2. Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik
secara spontan maupun dengan edema.
3. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang
diikuti dengan obstruksi usus akut.
4. Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5. Gejala hanya konstipasi ringan.
G. KOMPLIKASI
Menurut Betz, 2002 : 197
1. Gawat pernapasan (akut)
2. Enterokolitis (akut)
3. Striktura ani (pasca bedah)
4. Inkontinensia (jangka panjang)
Menurut Suriadi, 2001 : 241
1. Obstruksi usus
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3. Konstipasi
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Ngastiyah, 1997 : 139
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat
penghisap and mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsi otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan
dibawah narkose. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsi asap. Pada penyakit
ini khas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
Menurut Betz, 2002 : 197
1. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
2. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan
eksterna.
I. PENATALAKSANAAN
Medis

Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan kolostomi


loop atau double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan
hipertropi dapat kembali normal (memerlukan waktu 3-4 bulan), lalu
dilanjutkan dengan 1 dari 3 prosedur berikut :
1. Prosedur Duhamel Penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik.
2. Prosedur Swenson Dilakukan anastomosis end to end pada kolon
berganglion dengan saluran anal yang dibatasi.
3. Prosedur soave Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh.
Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus (paling sering
dilakukan).
4. Intervensi bedah
Terdiri dari pengangkatan ari segmen usus aganglionik yang mengalami
obstruksi. Pembedahan rekto-sigmoidektomi dilakukan teknik pull-through
dapat dicapai dengan prosedur tahap pertama, tahap kedua atau ketiga, rekto
sigmoidoskopi di dahului oleh suatu kolostomi. Kolostomi ditutup dalam
prosedur kedua.
Perawatan
Perhatian perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya
bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatian utama
antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada
anak secara dini .
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.
Pada perawatan pre operasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak.
Anak dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status
fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik
seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan
tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT ).
Pengobatan
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera
dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada
dinding perut yang disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan
bagian usus yang terkena dan penyambungan kembali usus besar biasanya
dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan atau lebih.

Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HIRSCHSPRUNG

A. PENGKAJIAN
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin,

1.

agama, alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi.


Antara lain :
Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah
lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan
bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d. Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
e. Riwayat psikologi.
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita Hirschsprung.
g. Riwayat sosial
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam

2.

mempertahankan hubungan dengan orang lain.


h. Riwayat tumbuh kembang.
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
i. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat
capilary refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler

Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata.
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah
(frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi
a. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan
tidak adanya daya dorong.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang in adekuat.
c. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
2. Post operasi
a. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
b. Nyeri b/d insisi pembedahan
c. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.
C.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre operasi

No
1.

Diagnosa

Tujuan dan kriteria


In Intervensi
hasil
Konstipasi
BAB lancar, dengan
Bowel management
berhubungan dengan
kriteria :
Catat BAB terakhir
mekanik : megakollon Faeses lunak
Monitor tanda konstipasi
Anak tidak
Anjurkan keluarga untuk mencatat
kesakitan saat
warna, jumlah, frekuensi BAB.
BAB.
Berikan supositoria jika perlu.
Bowel irrigation
Jelaskan tujuan dari irigasi
rektum.
Check order terapi.
Jelaskan prosedur pada orangtua
pasien.
Berikan posisi yang sesuai.
Cek suhu cairan sesuai suhu
tubuh.

Berikan jelly sebelum rektal


dimasukkan.
Monitor effect dari irigasi.

2.

Cemas berhubungan C Cemas keluarga pasien 1 Anxiety reduction


dengan perubahan
tertangani dengan
jelaskan semua prosedur yang akan
dalam status
kriteria:
dilakukan.
kesehatan anak
Ibu terlihat lebih
kaji pemahaman orangtua terhadap
tenang
kondisi anak, tindakan yang akan
Ibu dapat
dilakukan pada anak.
bertoleransi
Anjurkan orang tua untuk berada
dengan keadaan
dekat dengan anak.
anak.
Bantu keluarga pasien
mengungkapkan ketegangan dan
kecemasan.

3.

Defisit pengetahuan O
orang tua
berhubungan dengan
tidak mengenal
dengan sumber
informasi

Orang tua tahu mengenai Teaching: proses penyakit


perawatan anak dengan
Kaji pengetahuan pasien
kriteria:
tentang penyakit.
Mampu menjelaskan
Jelaskan tentang penyakit,
penyakit, prosedur
prosedur tindakan dan cara
operasi
perawatan bersama dengan
Mampu menyebutkan
dokter.
tindakan keperawatan
Informasikan jadwal rencana
yang harus dilakukan.
operasi: waktu, tanggal, dan
Mampu menyebutkan
tempat operasi, lama operasi.
cara perawatan.
Jelaskan kegiatan praoperasi :
anestesi, diet, pemeriksaan lab,
pemasangan infus, tempat
tunggu keluarga.
Jelaskan medikasi yang
diberikan sebelum operasi:
tujuan, efek samping.
Health education:
Jelaskan tindakan keperawatan
yang akan dilakukan.
Jelaskan mengenai

penyakit,prosedur
tindakandancara perawatan
dengan dokter.
Lakukan diskusi dengan
keluarga pasien dengan
penyakit yang sama.
Jelaskan cara perawatan post
operatif.

4.

5.

Ketidakseimbangan St
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
penurunan absorbsi
usus.

Status nutrisi baik, dengan


kriteria:
Diet seimbang, intake
adekuat.
BB normal.
Nilai lab darah normal:
HB, Albumin, GDR.

Kaji nafsu makan


Lakukan pemeriksaan
abdomen,adanya distensi,
hipoperistaltik.
Ukur intake dan output, berikan
per oral / cairan intravenasesuai
program (hidrasi adalah masalah
yang paling penting selama masa
anak-anak).
Sajikan makanan favorit anak,
dan berikan sedikit tapi sering.
Atur anak pada posisi yang
nyaman (fowler)
Timbang BB tiap hari pada skala
yang sama.
Gangguan koping M Meknisme koping keluarga Kenalkan keluarga untuk
keluarga berhubungan efektif, dengan kriteria:
mengenal staf/perawat yang
dengan krisis
Keluarga menunjukkan
merawat
situasional, ancaman
bisa menyesuaikan
Gambarkan kegiatan rutin di RS
fungsi peran,
dengan lingkungan
yang mempengaruhi anak.
perubahan
rumah sakit.
Anjurkan keluarga untuk
lingkungan.
Anggota keluarga aktif
menyesuaikan dengan
bertanya.
lingkungan yang baru dan asing.
Informasikan tentang area di luar
unit yang mungkinmereka
perlukan.
Ciptakan kondisi yang
mendukung untuk bertanya,
mengungkapkan kekecewaan
dan perasaannya.
Hadirkan keluarga terdekat
dengan pasien.
Jaga privasi, awasi tanda-tanda
ketegangan keluarga.

6.

Kekurangan volume St Status hidrasi terpenuhi


Manajemen cairan:
cairan b.d kehilangan dengan kriteria:
Timbang berat badan tiap hari
volume cairan secara Menunjukkan urine
Kelola catatan intake dan
aktif
output normal
output
Menunjukkan TD, nadi
Monitor status hidrasi
dan suhu dalam batas
(membran mukosa, nadi
normal.
adekuat, ortostatik TD)
Turgor kulit,
Monitor hasil laboratorium
kelembaban mukosa
yang menunjukkan retensi
dalam batas normal.
cairan
Mampu menjelaskan
Monitor keadaan
yang dapat dilakukan
hemodinamik
untuk mengatasi
Monitor vital sign
kehilangan cairan
Monitor tanda-tanda
kelebihan atau kekurangan
volume cairan terapi Intra
vena
Monitor status nutrisi
Berikan cairan dan intake
oral.
Monitor cairan
Kaji jumlah dan jenis intake
cairan dan kebiasaan
eliminasi
Kaji faktor resiko terjadinya
ketidakseimbangan cairan
Monitor intake dan output
Monitor serum, dan elektrolit
Jaga keakuratan pencatatan
intake dan output administrasi
pemberian cairan
Managemen hipovolemi
Monitor status cairan
termasuk intake dan output
Jaga kepatenan terapi intra
vena
Monitor kehilangan cairan
Monitor hasil laboratoriuM
Hitung kebutuhan cairan
administrasi pemberian cairan
hipotonik/isotonik
Observasi indikasi dehidrasi
Kelola pemberian intake oral
monitor tanda dan gejala over
hidration

Post Op.
No
1.

2.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria


hasil
Nyeri akut
Le Nyeri berkurang dengan
berhubungan dengan Kr Kriteria :
agen injuri fisik
Anak tidak rewel
Ekspresi wajah dan
sikap tubuh rileks
Tanda vital dbn

Intervesi
Management nyeri
Kaji nyeri meliputi
karakteristik, lokasi, durasi,
frekuensi, kualitas, dan faktor
presipitasi.
Observasi ketidaknyamanan
non verbal
Berikan posisi yang nyaman
Anjurkan ortu untuk
memberikan pelukan agar anak
merasa nyaman dan tenang.
Tingkatkan istirahat
Teaching
Jelaskan pada ortu tentang
proses terjadinya nyeri
Pertahankan imobilisasi bagian
yang sakit
Evaluasi keluhan nyeri atau
ketidaknyamanan
Perhatikan lokasi nyeri.
Administrasi analgetik
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat.
Cek program medis tentang
jenis obat, dosis dan frekuensi
pemberian
Ikuti 5 benar sebelum
memberikan obat
Cek riwayat alergi
Monitor tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian obat
Dokumentasikan pemberian
obat

Resiko infeksi
R Resiko infeksi terkontrol Infektion control
berhubungan dengan dengan kriteria :
Terapkan kewaspadaan
prosedur invasif
Bebas dari tanda-tanda
universal cuci tangan sebelum
infeksi
dan sesudah melakukan
Tanda vital dalam batas
tindakan keperawatan.
normal
Gunakan sarung tangan setiap
Hasil lab dalam batas
melakukan tindakan.

normal

3.

Kekurangan volume
St Terpenuhinya status

cairan b.d kehilangan hidrasi dengan kriteria:


volume cairan secara Menunjukkan urine
aktif
output normal
Menunjukkan TD, nadi
dan suhu dalam batas
normal
Turgor kulit,
kelembaban mukosa
dalam batas normal.
Mampu menjelaskan
yang dapat dilakukan
untuk mengatasi

Berikan personal hygiene yang


baik.
Proteksi infeksi
Monitor tanda-tanda infeksi
lokal maupun sistemik.
Monitor hasil lab: wbc,
granulosit dan hasi lab yang
lain.
Batasi pengunjung
Inspeksi kondisi luka insisi
operasi.
Ostomy care :
Bantu dan ajarkan keluarga
pasien untuk melakukan
perawatan kolostomi
Monitor insisi stoma.
Pantau dan dampinggi keluarga
saat merawat kolostomi
Irigasi stoma sesuai indikasi.
Monitor produk stoma
Ganti kantong kolostomi setiap
kotor.
Medikasi terapi :
Beri antibiotik sesuai program
Tingkatkan nutrisi
Monitor keefektifan terapi.
Health education
Ajarkan pada orang tua
tentang tanda-tanda infeksi.
Ajarkan cara mencegah
infeksi.
Ajarkan cara perawatan
colostomi
Manajemen cairan
Timbang berat badan tiap hari
Kelola catatan intake dan
output
Monitor status hidrasi
(membran mukosa, nadi
adekuat, ortostatik TD)
Monitor hasil laboratorium
yang menunjukkan retensi
cairan
Monitor keadaan hemodinamik
monitor vital sign

kehilangan cairan

Monitor tanda-tanda kelebihan


atau kekurangan volume cairan
administrasi terapi Intra vena
Monitor status nutrisi
Berikan cairan dan intake oral.
Monitor cairan
Kaji jumlah dan jenis intake
cairan dan kebiasaan eliminasi
Kaji faktor resiko terjadinya
ketidakseimbangan cairan
Monitor intake dan output
Monitor serum, dan elektrolit
Jaga keakuratan pencatatan
intake dan output
Administrasi pemberian cairan
Managemen hipovolemi
Monitor status cairan
termasuk intake dan outpu
Jaga kepatenan terpi intra
vena
Monitor kehilangan cairan
Monitor hasil laboratorium
Hitung kebutuhan cairan
Administrasi pemberian
cairan hipotonik/isotonik
Observasi indikasi dehidrasi
Kelola pemberian intake oral
Monitor tanda dan gejala over
hidration

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan
masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hirschsprung yaitu terletak
pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa
buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi
bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus
difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga.
Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang
baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam
mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
B. SARAN
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
tentang asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit hirschsprung. Walaupun
dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

Anda mungkin juga menyukai