PENDAHULUAN
A. JUDUL
HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
B. TUJUAN
1. Mempelajari prinsip kerja HPLC.
2. Menghitung konsentrasi suatu senyawa dalam sampel dengan
menggunakan metode regresi linear.
II.
DASAR TEORI
molekul
berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk
memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul
yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam.
Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak
lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah (Takeuchi, 2009).
Kromatografi
cair
merupakan
teknik
yang
tepat
untuk
memisahkan ion atau molekul yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan
sampel berinteraksi dengan fase stasioner (gerak), maka molekul-molekul
didalamnya berinteraksi dengan fase stasioner; namun interaksinya berbeda
dikarenakan perbedaan daya serap (adsorption), pertukaran ion (ion exchange),
partisi (partitioning), atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah
satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya waktu transit
komponen tersebut melewati kolom (Takeuchi, 2009). HPLC berbeda dari
kromatografi cair klasik. HPLC menggunakan kolom dengan diameter umumnya
kecil, 2-8 mm dengan ukuran partikel penunjang 50 m dan laju aliran dipertinggi
dengan tekanan yang tinggi (Khopkar, 1990).
HPLC adalah metode kromatografi cair yang menggunakan fase gerak dan
fase diam untuk melakukan pemisahan suatu jenis molekul. Terdapat dua variasi
utama yaitu, HPLC yang terdiri dari eluen polar dan fase diam non-polar atau
eluen non-polar dan fase diam polar. Keduanya diklasifikasikan sebagai metode
reversed-phase dan normal-phase. Metode reversed-phase yang akan dipakai
dalam eksperimen ini menggunakan kolom octadecylsilane (ODS) dan partisi
absorbtif (dapat menyerap) utnuk memisahkan komponen-komponen dalam
campuran (Wiryawan, 2011).
HPLC terdiri dari dua fase. Yang pertama adalah fase diam/stasioner, pada
fase ini senyawa-senyawa polar dalam campuran yang melalui kolom akan
melekat lebih lama pada silica (diatome) yang polar dibanding degan senyawasenyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih
cepat melewati kolom (Clark, 2007).
Yang kedua merupakan fase gerak. Senyawa-senyawa non polar dalam
campuran akan cenderung membentuk atraksi dengan gugus hidrokarbon karena
adanya dispersi gaya van der Waals. Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut
dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hidrogen sebagaimana
halnya senyawa-senyawa tersebut berada dalam molekul-molekul air atau metanol
2.
3.
4.
HPLC dapat digunakan untuk analisis kuantitatif dengan baik dan dengan
presisi yang tinggi, dengan koefisien variasi dapat kurang dari 1%.
5.
menuju detektor disebut sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan
waktu dimana sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian
puncak yang maksimum dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda
memiliki waktu retensi yang berbeda. Waktu retensi akan sangat bervariasi dan
bergantung pada (Clarck,2007):
1. Tekanan yang digunakan (tekanan akan berpengaruh pada laju alir dari
pelarut)
2. Kondisi dari fase diam (jenis material, ukuran partikel)
3. Komposisi yang tepat dari pelarut
4. Temperatur pada kolom
Menurut (Hendayana, 2006), jenis retensi solut merupakan dasar dalam
HPLC karena pemisahan
senyawa bergantug pada jenis dan kekuatan interaksi Solut dengan fase
diam. Mekanisme retensi dapat dikelompokan menjadi lima, yaitu :
1.
Kromatografi absorpsi
Kromatografi ini sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa yang
agak polar. Kromatografi yang menggunakan fase gerak nonpolar dan fase
diam polar biasanya HPLC fase normal. Partikel-partikel silika atau
alumina digunakan sebagai adsorben. Untuk mengontrol retensi solut,
biasanya ditambahkan sedikit senyawa polar kepada fase gerak sebagai
modifier. Modifier
bersaing
dengan
molekul-molekul
solut
untuk
Kromatografi partisi
Kromatografi partisi merupakan kromatografi fase terbalik dimana fase
gerak lebih polar daripada fase diamnya. Fase geraknya harus
dijenuhkan dengan zat cair fase diam untuk mengurangi erosi lapisan
fase diam. Pada kromatografi ini terdapat keterbatasan selektivitas
sehingga ketidak campuran kedua fase. Fase gerak dan fase diam
beberapa senyawa sangat kuat atau tidak tertahan sama sekali pada fase
diam.
3.
ini
adalah
krimatgrafi
yang
sering
digunakan,
ini. Umunya, ion-ion dari fase gerak bersaing dengan ion analit untuk
memperebutkan tempat paking panukaran ion. Fase diam dalam
kromatografi penukaran ion dapat berupa penukaran ion asam sulfonat
untuk kation atau penukar ion amin untuk anion.
5.
pori-
III.
METODE
=
y
IV.
= bx + a
A. Hasil
Tabel I. Metode Regresi Linear Tinggi Puncak
Konsentrasi
Tinggi Puncak (y)
x2
Standar (x)
10 ppm
378481
100
20 ppm
4929
400
30 ppm
788057
900
40 ppm
869137
1600
50 ppm
1699237
2500
x: 30 ppm
y: 747968,2
x.y
3784810
98580
23641710
34765480
84961850
x2: 1100
xy: 29450486
No.
1
2
Konsentrasi Lar.
Standar (X)
10 ppm
20 ppm
Luas Puncak
(Y)
6.585.139
64.978
X2
X.Y
100
400
65.851.390
1.299.560
3
4
5
30 ppm
40 ppm
50 ppm
30 ppm
11.716.816
11.923.569
25.746.304
11.207.361,2
900
1600
2500
1100
351.504.480
476.942.760
1.287.315.200
436.582.678
Waktu Retensi
2,05
2,05
B. Pembahasan
HPLC adalah metode kromatografi cair yang menggunakan fase gerak dan
fase diam untuk melakukan pemisahan suatu jenis molekul. Terdapat dua variasi
utama yaitu, HPLC yang terdiri dari eluen polar dan fase diam non-polar atau
eluen non-polar dan fase diam polar. Keduanya diklasifikasikan sebagai metode
reversed-phase dan normal-phase. Metode reversed-phase yang akan dipakai
dalam eksperimen ini menggunakan kolom octadecylsilane (ODS) dan partisi
absorbtif (dapat menyerap) utnuk memisahkan komponen-komponen dalam
campuran.
Prinsip kerja HPLC adalah sebagai berikut dengan bantuan pompa,
fase gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor, cuplikan dimasukkan ke
dalam fase gerak dengan penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan
kompenen-komponen campuran karena perbedaan kekuatan interaksi antara
solut-solut terhadap fase diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan
fase diam akan keluar dari kolom terlebih dahulu, sebaliknya solut-solut yang
kuat interaksinya dengan fase diam akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap
komponen campuran yang keluar dideteksi oleh detector kemudian direkam
dalam
bentuk
kromatogram. Kromatogram
HPLC
serupa
dengan
Monitor
Kolom Kromatografi
Detector
Pompa
2.
Pompa
Pompa diperlukan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobil dengan
kecepatan dan tekanan tetap. Gangguan pada pompa dapat disebabkan oleh
perawatan yang kurang teratur.
3.
Injektor
Pada sampel diinjeksikan dalam kolom, diharapkan agar pelarut tidak
mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam kolom. Injeksi dapat
menggunakan syringe.
4.
Kolom
Ukuran kolom yang umum dipakai adalah dengan panjang 10-25 cm dan
berdiameter 4,5-5,0 mm, yang diisi dengan fase stasioner berukuran ratarata 5-10 mikrometer dan dibuat dari logam stainless stccl.
5.
Detektor
Detektor digunakan untuk mendeteksi suatu zat atau sample. Sifat-sifat
detektor yang diperlukan adalah mempunyai spesifitas tinggi, bersifat linear
untuk jangka konsentrasi tertentu dan dapat mendetek dieluen tanpa
mempengaruhi resolusi kromatogram
HPLC terdiri dari dua fase. Yang pertama adalah fase diam/stasioner, pada
fase ini senyawa-senyawa polar dalam campuran yang melalui kolom akan
melekat lebih lama pada silica (diatome) yang polar dibanding degan senyawasenyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih
cepat melewati kolom.
Yang kedua merupakan fase gerak. Senyawa-senyawa non polar dalam
campuran akan cenderung membentuk atraksi dengan gugus hidrokarbon karena
adanya dispersi gaya van der Waals. Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut
dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hidrogen sebagaimana
halnya senyawa-senyawa tersebut berada dalam molekul-molekul air atau metanol
misalnya. Oleh karenanya, senyawa-senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam
larutan dan akan bergerak lambat dalam kolom. Ini berarti bahwa molekulmolekul polar akan bergerak lebih cepat melalui kolom.
Waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom
menuju detektor disebut sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan
waktu dimana sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian
puncak yang maksimum dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda
memiliki waktu retensi yang berbeda. Waktu retensi akan sangat bervariasi dan
bergantung pada :
5. Tekanan yang digunakan (tekanan akan berpengaruh pada laju alir dari
pelarut)
6. Kondisi dari fase diam (jenis material, ukuran partikel)
7. Komposisi yang tepat dari pelarut
dahulu, baru setelah itu melewati milliphore membrane, agar semua molekul besar
bisa tersaring terlebih dahulu, baru setelah itu molekul kecil dapat tersaring
melalui milliphore membrane. Untuk analisis HPLC, larutan memang harus
benar-benar bebas dari padatan agar hasil yang diperoleh bisa maksimal tepat.
Larutan paracetamol kemudian diencerkan dalam berbagai konsentrasi.
Pengenceran dibuat dengan konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, dan 50
ppm. Pembuatan 10 ppm dengan cara menambahkan 9 ml methanol kedalam 1 ml
larutan, demikian juga pada 20 ppm, tambahkan 8 ml methanol ke dalam 2 ml
larutan, dan seterusnya. Paracetamol perlu diuji dengan HPLC untuk penetuan
kontrol kualitas, uji farmakokinetik maupun penetapan waktu kadaluwarsa dapat
dilakukan dengan HPLC ini.
Masing-masing dari larutan hasil pengenceran di injeksikan ke dalam
HPLC. Dari situ akan keluar grafik dari masing-masing larutan dan juga waktu
retensinya juga. Grafik menggambarkan luas area dan tinggi puncak, dilihat dari
gambar 2, luas area diperlihatkan dengan warna merah, sedangkan tinggi puncak
diperlihatkan dengan warna biru.. Dari luas area dan tinggi puncak dapat dibuat
kurva standar. Kurva standar nantinya akan digunakan untuk penentuan
konsentrasi cuplikan.
V.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 1997. Teknik Kromatografi. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Clark, J. 2007. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_cair_
kinerja_tinggi_hplc/. 17 November 2013.
Hendayana, S. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi
Elektroforensis Modern. Remaja Rosdakarya, Bandung.
dan
Howe, G. L,. 1990. Pencabutan Gigi Geligi Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EKG, Jakarta.
Khopkar, S.M. 1990. Kosep dasar Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta.
Sari, N. K. 2010. Analisa Instrumentasi. Yayasan Humaniora, Kalaten.
Sutresna, N. 2007. Senyawa Kimia. Grafindo Media Pratama, Jakarta.
Takeuchi,
Y.
2009.
Kromatografi.
http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/kromatografi/.
17 November 2013.
Wiryawan, A. 2011. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/praktikumkromatografi/kromatografi-cair-kinerja-tinggi/. 17 November 2013.
LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. Metode regresi linear tinggi puncak
b
1599947
= 27133,34
a =
=
= -13206,4
2. Metode regresi linear luas area puncak
= -167.257,178
= bx + a
= 27133,34x + (-13206,4)
= 59,45 ppm
x = 62 ppm
Paracetamol
Milipore
filtren
membran
Lumpang
porselen
Gambar 2. Alat- alat dan bahan yang
digunakan dalam percobaan HPLC
(Sumber : dokumentasi pribadi)
Gambar 3. Metanol
(Sumber : dokumentasi pribadi)