Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN

A. JUDUL
HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
B. TUJUAN
1. Mempelajari prinsip kerja HPLC.
2. Menghitung konsentrasi suatu senyawa dalam sampel dengan
menggunakan metode regresi linear.

II.

DASAR TEORI

Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dan


pemisahan senyawa-senyawa organik dan anorganik. Metode ini berguna untuk
fraksionasi campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawa-senyawa sejenis
(Khopkar, 1990). Kromatografi

adalah suatu teknik pemisahan

molekul

berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk
memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul
yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam.

Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak
lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah (Takeuchi, 2009).
Kromatografi

cair

merupakan

teknik

yang

tepat

untuk

memisahkan ion atau molekul yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan
sampel berinteraksi dengan fase stasioner (gerak), maka molekul-molekul
didalamnya berinteraksi dengan fase stasioner; namun interaksinya berbeda
dikarenakan perbedaan daya serap (adsorption), pertukaran ion (ion exchange),
partisi (partitioning), atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah
satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya waktu transit
komponen tersebut melewati kolom (Takeuchi, 2009). HPLC berbeda dari
kromatografi cair klasik. HPLC menggunakan kolom dengan diameter umumnya
kecil, 2-8 mm dengan ukuran partikel penunjang 50 m dan laju aliran dipertinggi
dengan tekanan yang tinggi (Khopkar, 1990).
HPLC adalah metode kromatografi cair yang menggunakan fase gerak dan
fase diam untuk melakukan pemisahan suatu jenis molekul. Terdapat dua variasi
utama yaitu, HPLC yang terdiri dari eluen polar dan fase diam non-polar atau
eluen non-polar dan fase diam polar. Keduanya diklasifikasikan sebagai metode
reversed-phase dan normal-phase. Metode reversed-phase yang akan dipakai
dalam eksperimen ini menggunakan kolom octadecylsilane (ODS) dan partisi
absorbtif (dapat menyerap) utnuk memisahkan komponen-komponen dalam
campuran (Wiryawan, 2011).
HPLC terdiri dari dua fase. Yang pertama adalah fase diam/stasioner, pada
fase ini senyawa-senyawa polar dalam campuran yang melalui kolom akan
melekat lebih lama pada silica (diatome) yang polar dibanding degan senyawasenyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih
cepat melewati kolom (Clark, 2007).
Yang kedua merupakan fase gerak. Senyawa-senyawa non polar dalam
campuran akan cenderung membentuk atraksi dengan gugus hidrokarbon karena
adanya dispersi gaya van der Waals. Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut
dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hidrogen sebagaimana
halnya senyawa-senyawa tersebut berada dalam molekul-molekul air atau metanol

misalnya. Oleh karenanya, senyawa-senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam


larutan dan akan bergerak lambat dalam kolom. Ini berarti bahwa molekulmolekul polar akan bergerak lebih cepat melalui kolom (Clark, 2007).
Keunggulan HPLC menurut Adnan (1997) adalah :
1.

HPLC dapat menangani senyawa-senyawa yang stabilitasnya terhadap suhu


terbatas, begitu juga volatilitasnya bila tanpa menggunakan derivatisasi.

2.

HPLC mampu memisahkan senyawa yang sangat serupa dengan resolusi


yang baik.

3.

Waktu pemisahan dengan HPLC biasanya singkat, sering hanya dalam


waktu 5-10 menit, bahkan kadang-kadang kurang dari 5 menit untuk
senyawa sederhana.

4.

HPLC dapat digunakan untuk analisis kuantitatif dengan baik dan dengan
presisi yang tinggi, dengan koefisien variasi dapat kurang dari 1%.

5.

HPLC juga merupakan teknik analisis yang peka


Waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom

menuju detektor disebut sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan
waktu dimana sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian
puncak yang maksimum dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda
memiliki waktu retensi yang berbeda. Waktu retensi akan sangat bervariasi dan
bergantung pada (Clarck,2007):
1. Tekanan yang digunakan (tekanan akan berpengaruh pada laju alir dari
pelarut)
2. Kondisi dari fase diam (jenis material, ukuran partikel)
3. Komposisi yang tepat dari pelarut
4. Temperatur pada kolom
Menurut (Hendayana, 2006), jenis retensi solut merupakan dasar dalam
HPLC karena pemisahan
senyawa bergantug pada jenis dan kekuatan interaksi Solut dengan fase
diam. Mekanisme retensi dapat dikelompokan menjadi lima, yaitu :
1.

Kromatografi absorpsi
Kromatografi ini sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa yang

agak polar. Kromatografi yang menggunakan fase gerak nonpolar dan fase
diam polar biasanya HPLC fase normal. Partikel-partikel silika atau
alumina digunakan sebagai adsorben. Untuk mengontrol retensi solut,
biasanya ditambahkan sedikit senyawa polar kepada fase gerak sebagai
modifier. Modifier

bersaing

dengan

molekul-molekul

solut

untuk

merebut tempat absorpsi.


2.

Kromatografi partisi
Kromatografi partisi merupakan kromatografi fase terbalik dimana fase
gerak lebih polar daripada fase diamnya. Fase geraknya harus
dijenuhkan dengan zat cair fase diam untuk mengurangi erosi lapisan
fase diam. Pada kromatografi ini terdapat keterbatasan selektivitas
sehingga ketidak campuran kedua fase. Fase gerak dan fase diam
beberapa senyawa sangat kuat atau tidak tertahan sama sekali pada fase
diam.

3.

Kromatografi fase terikat


Kromatografi

ini

adalah

krimatgrafi

yang

sering

digunakan,

kromatografi fase terikat memiliki persamaan dengan kromatografi partisi.


Pada kromatografi ini, adsorben fase terikat terdiri dari partikel silika
yang dimodifikasi secara kimia dengan rantai alkil. Fase terikat merupakan
fase yang stabil. Oleh karena itu, kolom akan bertahan dan keterulangan
waktu retensi yang baik.
4.

Kromatografi penukar ion


Karakteristik fase gerak dalam kromatografi penukaran ion seperti
yang diperlukan oleh jenis kromatografi lain. Fase gerak harus melarutkan
cupllikan, mempunyai kekuatan pelarut yang memberikan waktu retansi
yang cocok, berinteraksi dengan solut sehingga memberikan harga
selektivitas yang tepat. Fase gerak dalam kromatografi penukaran ion
adalah larutan dalam air dapat mengandung sedikit metanol atau pelarut
organik lain ynag bercampur dengan air. Pelarut ini juga mengandung
senyawa-senyawa ionisasi dalam bentuk buffer. Kekuatan pelarut dan
selektivitas ditentukan oleh jenis dan konsentrasi bahan-bahan tambahan

ini. Umunya, ion-ion dari fase gerak bersaing dengan ion analit untuk
memperebutkan tempat paking panukaran ion. Fase diam dalam
kromatografi penukaran ion dapat berupa penukaran ion asam sulfonat
untuk kation atau penukar ion amin untuk anion.
5.

Kromatografi eksklusi ukuran


Ukuran molekul merupakan criteria utama

dalam pemisahan ini.

Pemisahan terjadi karena Solut-solut berdifusi masuk dan keluar

pori-

pori material paking kolom.Molekul-molekul yang lebih besar dari


diameter pori-pori akan melewati kolom secara cepat, dan molekul kecil
menempati volume pori dan tertahan lebih lama
Parasetamol adalah analgesic yang lebih lemah daripada aspirin, dan tidak
mempunyai efek anti-inflamasi. Obat ini tidak mengiritasi lambung dan dapat
diberikan secara aman pada pasien dengan riwayat dyspepsia atau tukak lambung
(Howe, 1990). Parasetamol dikenal juga dengan nama asetaminofen.
Metanol merupakan bahan dasar senyawa formaldehid (formalin), suatu
senyawa yang digunakan sebagai pengawet mayat atau specimen biologi. Metanol
juga dugunakan sebagai bahan baku untuk mensintesis senyawa lain, seperti metal
butirat (ester pemberi aroma apel). Selain itu, campuran methanol dan bensin
menghasilkan bahan bakar yang memiliki nilai oktan tinggi dengan efisiensi
pembakaran yang lebih tinggi. Metanol bersifat toksisk sehingga Anda perlu
berhati- hati dalam penggunaannya. Dalam jumlah yang sedikit (sekitar 15 mL),
methanol dapat menyebabkan kebutaan. Dalam jumlah yang banyak (sekitar 100200 mL0, methanol dapat menyebabkan kematian ( Sutresna, 2007).

III.

METODE

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan didalam percobaan ini adalah lumpang porselin, alu
porselin, HPLC, labu ukur, Corong, timbangan elektrik, gelas beker, dan kertas
saring, milipore filtren membrane, timbangan, dan syringe. Bahan yang digunakan
dalam percobaan ini adalah paracetamol, dan methanol.
B. Cara Kerja
Satu butir paracetamol diambil dan dimasukkan ke dalam lumping
porselen serta digerus sampai halus. Paracetamol yang telah digerus ditimbang
dan diambil sebanyak 0,1 gram kemudian dicampurkan dengan methanol hingga
100ml didalam labu ukur. Larutan disaring dengan kertas saring dan disaring
kembali dengan milipore filtren membrane. Larutan parasetamol diencerkan
dengan konsentrasi 10 ppm, 20 ppm,30 ppm, 40 ppm, dan 50 ppm. Masing-

masing larutan kemudian diinjeksikan ke dalam HPLC sebanyak 0,2 mL.


Konsentrasi standar dibuat dan konsentrasi cuplikan dicari dengan rumus. :
b

=
y

IV.

= bx + a

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel I. Metode Regresi Linear Tinggi Puncak
Konsentrasi
Tinggi Puncak (y)
x2
Standar (x)
10 ppm
378481
100
20 ppm
4929
400
30 ppm
788057
900
40 ppm
869137
1600
50 ppm
1699237
2500
x: 30 ppm

y: 747968,2

x.y
3784810
98580
23641710
34765480
84961850

x2: 1100

xy: 29450486

Tabel 2. Metode regresi linear luas puncak

No.
1
2

Konsentrasi Lar.
Standar (X)
10 ppm
20 ppm

Luas Puncak
(Y)
6.585.139
64.978

X2

X.Y

100
400

65.851.390
1.299.560

3
4
5

30 ppm
40 ppm
50 ppm
30 ppm

11.716.816
11.923.569
25.746.304
11.207.361,2

900
1600
2500
1100

Tabel III. Pengukuran Cuplikan Paracetamol


Senyawa
Tinngi Puncak
Luas Puncak
Cuplikan (x1)
1599947
24676123
(tinggi puncak)
Cuplikan (x2)
159947
24676123
(luas puncak)

351.504.480
476.942.760
1.287.315.200
436.582.678

Waktu Retensi
2,05
2,05

B. Pembahasan
HPLC adalah metode kromatografi cair yang menggunakan fase gerak dan
fase diam untuk melakukan pemisahan suatu jenis molekul. Terdapat dua variasi
utama yaitu, HPLC yang terdiri dari eluen polar dan fase diam non-polar atau
eluen non-polar dan fase diam polar. Keduanya diklasifikasikan sebagai metode
reversed-phase dan normal-phase. Metode reversed-phase yang akan dipakai
dalam eksperimen ini menggunakan kolom octadecylsilane (ODS) dan partisi
absorbtif (dapat menyerap) utnuk memisahkan komponen-komponen dalam
campuran.
Prinsip kerja HPLC adalah sebagai berikut dengan bantuan pompa,
fase gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor, cuplikan dimasukkan ke
dalam fase gerak dengan penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan
kompenen-komponen campuran karena perbedaan kekuatan interaksi antara
solut-solut terhadap fase diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan
fase diam akan keluar dari kolom terlebih dahulu, sebaliknya solut-solut yang
kuat interaksinya dengan fase diam akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap
komponen campuran yang keluar dideteksi oleh detector kemudian direkam
dalam

bentuk

kromatogram. Kromatogram

kromatogram gas (Hendayana, 2006).

HPLC

serupa

dengan

Monitor
Kolom Kromatografi

Detector

Pompa

Gambar 1. HPLC dan Komponennya (Sumber : Adnan, 1997).


1.

Menurut Adnan (1997) komponen utama HPLC antara lain :


Reservoir pelarut
Zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat bervariasi tergantung dari
senyawa yang dianalisis, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tempat
pelarut tersebut harus memungkinkan untuk proses menghilangkan gas atau
udara yang ada dalam pelarut.

2.

Pompa
Pompa diperlukan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobil dengan
kecepatan dan tekanan tetap. Gangguan pada pompa dapat disebabkan oleh
perawatan yang kurang teratur.

3.

Injektor
Pada sampel diinjeksikan dalam kolom, diharapkan agar pelarut tidak
mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam kolom. Injeksi dapat
menggunakan syringe.

4.

Kolom

Ukuran kolom yang umum dipakai adalah dengan panjang 10-25 cm dan
berdiameter 4,5-5,0 mm, yang diisi dengan fase stasioner berukuran ratarata 5-10 mikrometer dan dibuat dari logam stainless stccl.
5.

Detektor
Detektor digunakan untuk mendeteksi suatu zat atau sample. Sifat-sifat
detektor yang diperlukan adalah mempunyai spesifitas tinggi, bersifat linear
untuk jangka konsentrasi tertentu dan dapat mendetek dieluen tanpa
mempengaruhi resolusi kromatogram
HPLC terdiri dari dua fase. Yang pertama adalah fase diam/stasioner, pada

fase ini senyawa-senyawa polar dalam campuran yang melalui kolom akan
melekat lebih lama pada silica (diatome) yang polar dibanding degan senyawasenyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih
cepat melewati kolom.
Yang kedua merupakan fase gerak. Senyawa-senyawa non polar dalam
campuran akan cenderung membentuk atraksi dengan gugus hidrokarbon karena
adanya dispersi gaya van der Waals. Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut
dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hidrogen sebagaimana
halnya senyawa-senyawa tersebut berada dalam molekul-molekul air atau metanol
misalnya. Oleh karenanya, senyawa-senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam
larutan dan akan bergerak lambat dalam kolom. Ini berarti bahwa molekulmolekul polar akan bergerak lebih cepat melalui kolom.
Waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom
menuju detektor disebut sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan
waktu dimana sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian
puncak yang maksimum dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda
memiliki waktu retensi yang berbeda. Waktu retensi akan sangat bervariasi dan
bergantung pada :
5. Tekanan yang digunakan (tekanan akan berpengaruh pada laju alir dari
pelarut)
6. Kondisi dari fase diam (jenis material, ukuran partikel)
7. Komposisi yang tepat dari pelarut

8. Temperatur pada kolom


Analisa kualitatif HPLC dilakukan dengan cara membandingkan waktu
retensi komponen zat uji dengan waktu retensi standar. Waktu retensi adalah
waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju
detektor. Waktu ini diukur saat sampel mulai diinjeksikan hingga sampel menuju
ketinggian puncak maksimum dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda
memiliki waktu retensi yang berbeda. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa
waktu retensi larutan standar paracetamol sebesar 2,100 menit untuk 10 ppm dan
20 ppm; 2,050 menit untuk 30 ppm dan 40 ppm, dan 2,033 menit untuk 50 ppm.
Untuk waktu retensi larutan cuplikan sebesar 2,050 menit.
Adapun dasar perhitungan kuantitatif HPLC adalah untuk membuktikan
ada tidaknya suatu senyawa tertentu dalam solut dengan cara membandingkan
waktu retensi senyawa murni sampel dan senyawa yang dimaksud dalam solut.
Untuk analisis kuantitatif diasumsikan bahwa lebar atau tinggi puncak sebanding
dengan kadar/konsentrasi zat yang menghasilkan puncak.
Percobaan ini diawali dengan menggerus satu butir paracetamol di lumpang
porselin terlebih dahulu. Penggerusan dilakukan hingga benar-benar halus.
Kemudian serbuk diambil 0,1 gr dan kemudian dicampur dengan 100 ml methanol
di dalam labu ukur.
Fungsi dari penggerusan adalah untuk merubah bentuk padat yang besar
dari butir paracetamol menajdi bentuk padat yang lebih kecil sehingga lebih
mudah dan lebih cepat dalam pelarutan. Metanol berfungsi sebagai pelarut.
Methanol memang digunakan sebagai pelarut secara umum dalam HPLC karena
faktor kekentalannya, daya mampat, indeks bias, UV cut-of, tekanan uap, titik
bakar, nilai ambang batas, dan indeks kepolaran (Sari, 2010).
Larutan kemudian disaring dengan kertas saring terlebih dahulu. Setelah itu,
dengan bantuan syringe, larutan disaring didalam milliphore membrane. Jangan
terbalik dalam melakukan penyaringan, larutan harus disaring terlebih dahulu
dengan menggunakan kertas saring baru setelah itu milliphore membrane.
Kertas saring berfungsi untuk penyaringan molekul besar >0.45 ppm dalam
larutan. Untuk milliphore membrane memang untuk molekul yang lebih kecil dari
<0.45 ppm. Oleh karena itu, penyaringan harus melalui kertas saring terlebih

dahulu, baru setelah itu melewati milliphore membrane, agar semua molekul besar
bisa tersaring terlebih dahulu, baru setelah itu molekul kecil dapat tersaring
melalui milliphore membrane. Untuk analisis HPLC, larutan memang harus
benar-benar bebas dari padatan agar hasil yang diperoleh bisa maksimal tepat.
Larutan paracetamol kemudian diencerkan dalam berbagai konsentrasi.
Pengenceran dibuat dengan konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, dan 50
ppm. Pembuatan 10 ppm dengan cara menambahkan 9 ml methanol kedalam 1 ml
larutan, demikian juga pada 20 ppm, tambahkan 8 ml methanol ke dalam 2 ml
larutan, dan seterusnya. Paracetamol perlu diuji dengan HPLC untuk penetuan
kontrol kualitas, uji farmakokinetik maupun penetapan waktu kadaluwarsa dapat
dilakukan dengan HPLC ini.
Masing-masing dari larutan hasil pengenceran di injeksikan ke dalam
HPLC. Dari situ akan keluar grafik dari masing-masing larutan dan juga waktu
retensinya juga. Grafik menggambarkan luas area dan tinggi puncak, dilihat dari
gambar 2, luas area diperlihatkan dengan warna merah, sedangkan tinggi puncak
diperlihatkan dengan warna biru.. Dari luas area dan tinggi puncak dapat dibuat
kurva standar. Kurva standar nantinya akan digunakan untuk penentuan
konsentrasi cuplikan.

Gambar 2. Contoh Grafik keluaran HPLC (Sumber : Sari, 2010).


Larutan cuplikan yang sudah disiapkan oleh asisten diambil lalu
dimasukkan ke dalam HPLC. Maka akan didapatkan grafik yang sama dengan
grafik masing-masing larutan standar. Setelah itu, konsentrasi cuplikan dapat
ditentukan dari grafik luas area dan tinggi puncak standar.

Dari hasil percobaan didapatkan hasil bahwa pada konsentrasi larutan


standar paracetamol 10 ppm diperoleh luas puncak sebesar 6.585.139 dan tinggi
puncak sebesar 378.481; pada konsentrasi larutan standar paracetamol 20 ppm
diperoleh luas puncak sebesar 64.987 dan tinggi puncak sebesar 4.929; pada
konsentrasi larutan standar paracetamol 30 ppm diperoleh luas puncak sebesar
11.716.816 dan tinggi puncak sebesar 788.057; pada konsentrasi larutan standar
paracetamol 40 ppm diperoleh luas puncak sebesar 11.923.569 dan tinggi puncak
sebesar 869.137 dan konsentrasi larutan standar paracetamol 50 ppm diperoleh
luas puncak sebesar 25.746.304 dan tinggi puncak sebesar 1.699.237. Dari data
tersebut seharusnya dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi larutan
standar paracetamol maka luas puncak maupun tinggi puncak juga semakin besar.
Akan tetapi berbeda dengan larutan standar pada 20 ppm, pada konsentrasi ini
justru luas puncak dan tinggi puncak menjadi lebih rendah. Hal ini dapat
dikarenakan proses pengenceran atau pembuatan konsentrasi 20 ppm yang kurang
sempurna.
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa larutan cuplikan paracetamol
memiliki tinggi puncak sebesar 1.599.847. Berdasarkan perhitungan dengan
metode regresi linear tinggi puncak, konsentrasi larutan standar paracetamol
adalah 59,45 ppm. Sedangkan dari grafik kurva standar hubungan tinggi puncak
dengan konsentrasi larutan standar paracetamol, diperoleh bahwa konsentrasi
larutan cuplikan paracetamol adalah 56 ppm. Ada perbedaan nilai yang didapat,
misalnya karena penyaringan yang kurang baik sehingga masih ada zat pengotor
di dalam larutan.
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa larutan cuplikan paracetamol
memiliki luas puncak sebesar 24.676.123. Berdasarkan perhitungan dengan
metode regresi linear luas puncak, konsentrasi larutan standar paracetamol adalah
55 ppm. Sedangkan dari grafik kurva standar hubungan luas puncak dengan
konsentrasi larutan standar paracetamol, diperoleh bahwa konsentrasi larutan
cuplikan paracetamol adalah 62 ppm. Ada perbedaan nilai yang didapat dari
perhitungan dan dari grafik. Akan tetapi, perbedaan tersebut cukup tipis, misalnya
penyaringan yang kurang baik sehingga masih ada zat pengotor di dalam larutan.

V.

KESIMPULAN

Dari percobaan HPLC dengan sampel parasetamol dapat disimpulkan :


1. Prinsip kerja HPLC adalah fase gerak membawa fase diam ke dalam
kolom kemudian akan dianalisa oleh detektor.
2. Fase gerak yang digunakan dalam percobaan HPLC sampel parasetamol
adalah Metanol, fase diam yang digunakan adalah tanah diatom, dan
waktu retensi dari parasetamol adalah 2-3 menit.
3. Dari grafik kurva standard hubungan tinggi puncak dengan konsentrasi
larutan standar paracetamol diperoleh konsentrasi larutan cuplikan
paracetamol adalah 56 ppm sedangkan konsentrasi larutan cuplikan
paracetamol berdasarkan perhitungan yaitu 59,45 ppm.
4. Dari grafik kurva standard hubungan luas puncak dengan konsentrasi
larutan standar paracetamol diperoleh konsentrasi larutan cuplikan
paracetamol adalah 55 ppm sedangkan konsentrasi larutan cuplikan
paracetamol berdasarkan perhitungan yaitu 62 ppm.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 1997. Teknik Kromatografi. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Clark, J. 2007. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_cair_
kinerja_tinggi_hplc/. 17 November 2013.
Hendayana, S. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi
Elektroforensis Modern. Remaja Rosdakarya, Bandung.

dan

Howe, G. L,. 1990. Pencabutan Gigi Geligi Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EKG, Jakarta.
Khopkar, S.M. 1990. Kosep dasar Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta.
Sari, N. K. 2010. Analisa Instrumentasi. Yayasan Humaniora, Kalaten.
Sutresna, N. 2007. Senyawa Kimia. Grafindo Media Pratama, Jakarta.
Takeuchi,
Y.
2009.
Kromatografi.
http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/kromatografi/.
17 November 2013.
Wiryawan, A. 2011. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/praktikumkromatografi/kromatografi-cair-kinerja-tinggi/. 17 November 2013.

LAMPIRAN

A. Perhitungan
1. Metode regresi linear tinggi puncak
b

1599947

= 27133,34
a =

=
= -13206,4
2. Metode regresi linear luas area puncak

= -167.257,178

= bx + a

= 27133,34x + (-13206,4)

= 59,45 ppm

x = 62 ppm

Paracetamol

Milipore
filtren
membran
Lumpang
porselen
Gambar 2. Alat- alat dan bahan yang
digunakan dalam percobaan HPLC
(Sumber : dokumentasi pribadi)

Gambar 3. Metanol
(Sumber : dokumentasi pribadi)

Anda mungkin juga menyukai