Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Penyakit Asma
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Penyakit Asma
Asma bronkial adalah suatu kelainan inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas
yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagairangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa
mengi, batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari danatau
dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.
Penyakit asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa Yunani
yang berarti sukar bernapas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak
napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak
kasus-kasus penyakit asma di masyarakat yang tidak terdiagnosis, yangsudah
terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan pengobatan secara baik.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia
mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada
tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies
inChildhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi
gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak
dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini
hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma, pe
nderita penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang
mengganggusehingga dapat menjalani aktivitas hidup seharihari.Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas
pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol yang
baik inidiharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi (kumatnya gejala penyakit
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Definisi
Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit
obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme,
inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
Biasanya terdapat pada anak umur 3 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi
virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya
serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 34 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 14 hari. Manifestasi alergi lainya
misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik,
diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulanbulan. Golongan ini merupakan 70 75 % dari populasi asma anak.
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan,
serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 6 tahun dapat terjadi
serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan
udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya.
Frekwensi serangan 3 4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa
minggu. Frekwensi serangan paling tinggi pada umur 8 13 tahun. Pad golongan lanjut
kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya
gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu
tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu
serangan lebih dari 1 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat
ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi .
Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum
umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun pertama,
dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 6 tahun akan lebih jelas terjadinya
obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam
hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui
ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan
mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru
menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai
puncakya pada umur 8 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan.
Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering.
Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang
yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon Chest),
Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan
pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak
dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga
prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
2.2 Etiologi
Faktor ekstrinsik : reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbukserbuk, bulu-bulu binatang).
Faktor intrinsik;
Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi
faktor pencetus.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnyaserangan
asma bronchial:
1. Faktor Predisposisi
- Genetik Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana
carapenurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluargadekat
yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar denganfaktor pencetus.Selain itu
hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor Presipitasi
- Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
- Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga.
Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
- Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
-Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
- Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Pencetus:
-Alergen.
tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma. Disamping
itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper
reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper
reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan
asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan
dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya
tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya
umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada
bayi dan anak kecil.
-Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah
respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena bakteri
misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
-Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2 dan polutan
udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat
menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
-Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara berhubungan
dengan percepatan dan terjadinya serangan asma
-Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma.
Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal
paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
-Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan terjadinya sma
pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
-Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks. Tidak
adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan dengan asma
oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu
takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada anak
dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan
memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus
memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi pada
seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari
pada udara dingin.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
Tachypnea, orthopnea.
Diaphoresis
Fatigue.
Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.Kecemasan, labil
dan perubahan tingkat kesadaran.
Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit
karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.Serangan yang tiba-tiba atau
berangsur.Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.X foto dada
: atelektasis tersebar, Hyperserated
2.4 Tanda dan gejala
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasanbekerja
dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi
( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala
tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala
yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi
pada malam hari.
1.Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a.Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b.Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c.Whezing belum ada
d.Belum ada kelainan bentuk thorak
e.Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
f.BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a.Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b.Whezing
c.Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d.Penurunan tekanan parsial O2
2.Stadium lanjut/kronik
a.Batuk, ronchi
b.Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan
c.Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d.Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
e.Thorak seperti barel chest
2.5 patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon
terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi
tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di muculkan pada
reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan
zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6
jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan
hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus.
Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi
jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan
Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema
pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran
gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02,
sehingga terjadi penurunan P02 (hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2 tertahan dengan
meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory
dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan
meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan
dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat
oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit
Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator radang
(histamin)
Asma
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas
berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi sekret.
Foto rontgen
Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya
meningkat dalam darah dan sputum
-
Pemeriksaan alergi
Pulse oximetri
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
-
eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT
dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan
terdapatnya suatu infeksi.Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
-
bertambah.
-
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20
menit sampai 3 kali.
Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
Efedrin
Salbutamol
Terbutalin
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan
insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan
monitor efek samping obat.
Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan
meningkatkan bersihan jalan nafas.
Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Teofilin
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia,
dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering
muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur
aliran infus secara ketat, gunakan alat infus khusus misalnya infus pump.
Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison
mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).
: 0,5 2
penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di luar seran
gan (controller).Berdasarkan panduan asma internasional (GINA: Global Intiative for
Asthma),tujuan penatalaksanaan asma yang berhasil adalah bagaimana penyakit asma
tersebut bisa dikontrol. Menurut GINA yang telah diakui oleh WHO dan National
Healt, Lung and Blood Institute-USA (NHBCLI), ada beberapa kriteria yang
dimaksudkan denganasma terkontrol. Idealnya tidak ada gejala-gejala kronis, jarang
terjadi kekambuhan,tidak ada kunjungan ke gawat darurat, tidak ada keterbatasan
aktivitas fisik, sepertilatihan fisik dan olahraga, fungsi paru normal atau mendekati
normal, minimal efek samping dari penggunaan obat dan idealnya tidak ada
kebutuhan akan obat-obat yangdigunakan kalau perlu.Dalam penatalaksanaan asma,
yang penting adalah menghindari pencetus (trigger)dan memilih pengobatan yang
tepat untuk mencegah munculnya gejala asma. Selain itu, menghilangkan gejala
dengan cepat dan menghentikan serangan asma yangsedang terjadi.
Terapi awal
Berikan segera Inhalasi agonis beta2 kerja cepat 3 kali dalam 1 jam berarti setiap 20 menit,
contohnya Salbutamol 5mg, Terbutalin 10 mg, Fenoterol2,5 mg.
Jika tidak tersedia inhalasi agonis beta2 maka dapat diberikan
agonis beta2 oral 3x1tablet 2 mg
Evaluasi responpasien
Jika keadaan pasien membaik yaitu gejala batuk, sesak dan mengi berkurang atau
tidak terjadi serangan ulang selama 4 jam maka pemberian beta2 agonis
diteruskan setiap 3-4 jam selama 1-2 hari.Jika keadaan pasien tidak membaik atau
malah memburuk maka berikan kortikosteroid
oral seperti 60-80 mg metilprednisolon kemudian pemberian beta2 agonisdiulangi dan segera
rujuk pasien ke rumah sakit.
2.Penatalaksanaan Asma di Luar Serangan
Penatalaksanaan asma diluar serangan, mengacu kepada berat ringannya gejala asma.
Berdasarkan berat ringannya gejala asma, maka penatalaksanaan
asma di luar serangan dapat dibagi menjadi; penatalaksanaan asmaintermiten ,
penatalaksanaan asma persisten ringan, sedang dan berat.
3.Penatalaksanaan Asma Intermiten
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala intermiten(kurang dari satu kali
seminggu), serangan singkat (beberapa jam sampaihari), gejala asma malam kurang dari dua
kali sebulan, diantara serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal, nilai APE dan
VEP1 > 80% darinilai prediksi, variabilitas < 20%.Pada asma intermiten ini, tidak diperlukan
pengobatan pencegahan jangka panjang. Tetapi obat yang dipakai untuk menghilangkan
gejala yaitu
agonis beta 2 inhalasi, obat lain tergantung intensitas serangan, bila berat dapatditambahkan
kortikosteroid oral.
4.Penatalaksanaan Asma Persisten Ringan
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala lebih dari 1xseminggu, tapi kurang
dari 1x per hari, serangan mengganggu aktivitas dantidur, serangan malam lebih dari 2x per
bulan dan nilai APE atau VEP1 >80% dari nilai prediksi, variabilitas 20-30%.Pengobatan
jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 200500mikrogram, kromoglikat, nedocromil atau teofilin lepas lambat. Dan jikadiperlukan, dosis
kortikosteroid inhalasi dapat ditingkatkan sampai 800mikrogram atau digabung dengan
bronkodilator kerja lama (khususnya untuk gejala malam), dapat juga diberikan agonis beta 2
kerja lama inhalasi atau oralatau teofilin lepas lambat. Sedangkan untuk menghilangkan
gejala digunakan:agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4 kali per hari dan
obat pencegah setiap hari.6.
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala setiap hari,serangan mengganggu
aktivitas dan tidur, serangan malam lebih dari 1x per minggu dan nilai APE atau VEP1 antara
60-80% nilai prediksi, variabilitas >
Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 800-2000mikrogram,
bronkodilator kerja lama, khususnya untuk gejala malam:
inhalasiatau oral agonis beta 2 atau teofilin lepas lambat. Sedangkan obat yangdigunakan
untuk menghilangkan gejala, terdiri dari: agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi
3-4 kali per hari dan obat pencegah setiap hari.
Perencanaan Pemulangan
Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan
lainnya.
Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping,
waktu pemberian.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
2.10 Komplikasi
Bronchiolitis
Pneumonia
Emphysema.
BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1. Pengkajian
Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh
infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi,
biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut.
Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma
tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten
terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi
obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk
jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
Keluhan utama
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih
atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat
semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan
kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur
1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg,
pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti
meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada ratarata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik
cenderung bertambah tinggi.
Tahap perkembangan.
Riwayat imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO
I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun
900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % <80 %
Gizi baik 80 % 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
Dampak Hospitalisasi
Aktivitas
Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang
Sirkulasi
Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
Asupan nutrisi
Hubungan sosial
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu seranganmenunjukkan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yangbertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagaiberikut:- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercakbercak di hilus akan bertambah- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka
gambaran radiolusen akansemakin bertambah.- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat
gambaran infiltrat pada paru- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal- Bila
terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium,maka dapat dilihat
bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapatmenimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3bagian dan
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
- Terdapat tanda
-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (RightBundle branch Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VESatau terjadinya
depresi segmen ST negatif
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruhpada paruparu.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaanspirometri tdak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga pentinguntuk menilai berat obstruksi dan
efek pengobatan.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
Tujuan : Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan jalan nafas yang efektif
dan pola nafas dalam batas normal.
Kriteria hasil : PO2dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas, batuk produktif,
cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan wheesing tidak ada
2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.
Tujuan : Anak tidak tampak fatigue.
Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan kondisi.
3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.
Tujuan : Kecemasan menurun
Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua merasa tenang dan
berpartisipasi dalam perawatan anak.
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena
peningkatan tekanan dalam paru dan penyempitan bronkus semakin sempit dan tinggi
tekanan semakin meningkat frekuensi pernapasan.
2.
Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya, mengi, krekels dan ronchi
Rasional : pernapasan bising menunjukan terhentinya secret atau obstruksi jalan napas
3.
Observasi TTV
Rasional : perubahan pada TTV dapat memberikan petunjuk adanya perubahan pada kondisi
pasien.
4.
Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas lebih
kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak.
5.
Rasional : mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan napas
6.
Rasional : pencetus tipe reaksi, alergi pernapasan yang dapat mentriger epiodik akut.
7.
Berikan posisi yang nyaman pada pasien misalnya,peninggian kepala tempat
tidur(posisi semi fowler)
Rasional: mempermudah fungsi pernapasan
8.
Rasional : meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak
sehingga mudah dikeluarkan.
9.
Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat seperti bronkodilator dan
mukolitik melalui inhalasi
R/asional: memudahkan pengenceran dan pembuangan secret dengan cepat
10. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan kecemasan.
11. Berikan terapi bermai sesuai usia.
2. intervensi
1.
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
R/ bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi
abdomen terjadi akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin pada saluran
gastrointestinal.
c.
R/ tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk
kembali
f.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu keadaan di manasaluran nafasmengalami penyempitan karena
Hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan
ini bersifat sementara.Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnyaserangan asma .Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe,
dan wheezing. Padasebagian penderita disertai dengan rasanyeri dada, pada penderita yang
sedang bebasserangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan
sertatampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.Asma dibagi atas dua kategori,
yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan olehalergi seperti debu, binatang, makanan, asap
(rokok) dan obat-obatan. Klien denganasma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga
dengan alergi dan riwayat alergirhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara
spesifik dengan alergen.Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada
pemahamanmengenai pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi dua,
yaitu: penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di luar serang
an (controller).Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah
pneumotoraks,atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga
1.Dalam melakanakan asuhan keperawatan penulismenggunakan pendekatan
proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajiansampai evaluasi. Datadata tersebut digunakan untuk menyusun diagnosakeperawatan.
2.Dalam menentukan diagnosa keperawatan penulis berfokus pada data-data sebagai hasil
pengkajian berdasarkan masalah aktual,
masalahrisiko tinggi yang penulisannya berdasarkan prioritas kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow.
3.Dengan melaksanakan asuhan keperawatan secarakomprehensif maka seluruh
permasalahan yagn dihadapi klien dapat teratasi.
4.Ternyata pada klien asma penyembuhannya sangat berpengaruh pada sikap perawat yang
empati danmenerapkan komunikasitheraphy, di samping pemberian obat-obatan.
5.Dengan adanya seminar ini, para perawat dapat mengambilmanfaat yaitu menambah penget
ahuan tentang proses asuhan keperawatanklien asma.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan
Infomedika Jakarta.
Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung
Seto Jakarta.