Anda di halaman 1dari 71

Perpustakaan Unika

LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMILIHAN ALTERNATIF JENIS PONDASI DENGAN


METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S-1)
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Katolik Soegijapranata

Oleh:

GUNTUR PANJI WIJAYA

01.12.0053

MAHENDRA CIPTA ADI NUGROHO

01.12.0056

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
OKTOBER 2007

DAFTAR ISI
Perpustakaan Unika

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . i
LEMBAR PENGESAHAN . ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
LEMBAR ASISTENSI . iv
DAFTAR ISI . v
DAFTAR TABEL . vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR RUMUS viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
ABSTRAKSI .

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan .. 2
1.3 Batasan Masalah . 3
1.4 Tujuan Penelitian Tugas Akhir ... 3
1.5 Sistematika Penulisan . 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengambilan Keputusan . 5
2.1.1 Dasar Pengambilan Keputusan 5
2.2 Analitycal Hierarchy Process (AHP) .. 7
2.2.1 Analitycal Hierarchy Process (AHP)
sebagai pengambil keputusan .. 8
2.2.2 Prinsip Dasar Analitycal Hierarchy Process ... 9
2.3 Pondasi 11
2.3.1 Pemilihan Jenis Pondasi .. 11

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

DAFTAR ISI
Perpustakaan Unika

2.3.2 Pondasi Tiang Pancang 14


2.3.3 Pemancangan Tiang Pancang .. 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Uraian Umum 21
3.2 Jenis Penelitian .

21

3.2.1 Kriteria yang dipakai .

22

3.2.2 Instrumentasi dan pengukuran penelitian ..

22

3.2.3 Pengumpulan Data .

22

3.2.4 Kuisioner

23

3.2.5 Perhitungan Data

23

3.3 Metode Penelitian .

25

3.3.1 Penyusunan Hirarki

26

3.3.2 Skala Perbandingan Berpasangan ..

26

3.3.3 Perhitungan AHP ...

27

3.3.4 Penerapan Metode AHP


dalam Pemilihan Jenis Pondasi ..

28

3.3.5 Faktor Pihak Pengambil Keputusan ...

29

3.3.6 Faktor Kriteria Pemilihan Jenis Pondasi 29


3.3.7 Faktor Alternatif Jenis Pondasi ..

29

3.4 Pemodelan Hirarki Analitycal Hierarchy Process (AHP) .. 31

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Studi ..............................................................................

33

4.1.1. Data Kuisoner .........................................................

33

4.2. Pembahasan ............................................................................

33

4.2.1. Proses Perhitungan Secara Manual .......................... 33


4.2.2. Perhitungan AHP (Analytical Hierarchy Process)... 34
4.2.3. Pembahasan Kriteria ................................................ 48
4.2.3.1. Kriteria Ekonomis ..................................... 49
4.2.3.2 Kriteria Kondisi Tanah .............................. 50
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

DAFTAR ISI
Perpustakaan Unika

4.2.3.3. Kriteria Efisiensi Waktu ........................... 51


4.2.3.4. Kriteria Pelaksanaan ................................. 51
4.2.3.5. Kriteria Teknis Pondasi ............................

51

4.2.3.6. Kriteria Lingkungan .................................. 52


4.2.3.7. Kriteria Alat dan Bahan ............................ 52
4.2.3.8 Kriteria Tenaga Kerja ................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ..

57

LAMPIRAN

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Perpustakaan Unika

Abstraksi
Pengambilan keputusan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat keberhasilan dalam suatu proyek konstruksi. Salah satunya adalah
dalam pemilihan alternatif jenis pondasi. Metode yang digunakan adalah
Analytical Hierarchy process (AHP). AHP merupakan salah satu metode
pengambilan keputusan multikriteria yang mempunyai banyak kelebihan
dibanding dengan metode lain., diantaranya karena pada metode AHP terdapat
struktur yang berhierarki dari kriteria sampai subkriteria yang paling dalam,
dengan adanya perhitungan tentang validitas sampai batas inkonsistensi.
Kriteria adalah salah satu faktor dalam penilaian AHP dengan menilai kriteria
yang tiap kriterianya terdiri dari berbagai sub-kriteria. Kriteria tersebut adalah
kriteria ekonomis dengan prosentase bobot 6 %, kriteria kondisi tanah dengan
prosentase bobot 10 %, kriteria efisiensi waktu dengan prosentase bobot 9 %,
kriteria pelaksanaan dengan prosentase bobot 23 %, kriteria teknis pondasi
dengan prosentase bobot 15 %, kriteria lingkungan dengan prosentase bobot 3
%, kriteria alat dan bahan dengan prosentase bobot 23 %, kriteria tenaga kerja
dengan prosentase bobot 11 %. Tingkatan paling bawah adalah alternatif jenis
pondasi yaitu : Mini Pile, Franki Pile, Pc Hole. Berdasarkan hasil analisa
dengan menggunakan software Expert Choice 2000 didapatkan jenis alternatif
pondasi dari yang paling tinggi ke yang paling rendah adalah Mini Pile 42,7 %,
Franki Pile 26,7 %, Pc Hole 30.6 % sedangkan dengan perhitungan secara
manual didapatkan angka kriteria ekonomis dengan prosentase bobot 6.4 %,
kriteria kondisi tanah dengan prosentase bobot 9.84 %, kriteria efisiensi waktu
dengan prosentase bobot 9.54 %, kriteria pelaksanaan dengan prosentase bobot
19.81 %, kriteria teknis pondasi dengan prosentase bobot 14.39 %, kriteria
lingkungan dengan prosentase bobot 3.22 %, kriteria alat dan bahan dengan
prosentase bobot 21.59 %, kriteria tenaga kerja dengan prosentase bobot
15.21 % dari perhitungan secara manual didapatkan jenis alternatif pondasi
dari yang paling tinggi ke yang paling rendah adalah Mini Pile 36.34 %, Franki
Pile 35.67 %, Pc Hole 27.99 %. sehingga pondasi Mini pile merupakan
alternatif desain pondasi yang tepat digunakan dan kriteria alat dan bahan
merupakan kriteria terpenting yang mendukung dalam proses pemilihan
alternatif jenis pondasi dengan menggunakan metode AHP.
Kata Kunci : pengambilan keputusan, analytical hierarchy process, validitas,
inkonsistensi

BAB I PENDAHULUAN
Perpustakaan Unika

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupannya manusia selalu dihadapkan pada pengambilan
keputusan. Berhasil tidaknya keputusan tersebut tergantung pada segala aspek dan
kemungkinan yang ada. Hal ini juga terjadi pada suatu pekerjaan konstruksi,
dimana dalam pengambilan keputusan tersebut pihak perencana harus mengetahui
baik buruknya konsekuensi yang akan diterima. Dalam hal pemilihan teknologi
pembuatan struktur suatu bangunan perencana harus mengetahui bagaimana
baiknya suatu teknologi tersebut. Dengan banyaknya kriteria untuk menentukan
pengambilan suatu keputusan maka diperlukan pengambilan keputusan multi
kriteria.
Pondasi yang berfungsi sebagai penerus beban yang ditopang oleh
beratnya sendiri kedalam tanah atau batuan yang ada di bawahnya (Bowles,
1998), tidak pernah lepas dari permasalahan pada suatu proyek konstruksi. Jenisjenis pondasi yang ada sangatlah banyak sehingga dalam memilih jenis pondasi
yang akan digunakan, pihak pengambil keputusan harus mempertimbangkan
kriteria-kriteria yang ada.
Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty
pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu metode pangambilan
keputusan multikriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana
faktor logika, pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam
suatu proses sistematis. Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan
untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam
kelompok-kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu
hierarki, kemudian memasukan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia
dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesa maka akan dapat
ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.
AHP merupakan suatu metode dengan pendekatan praktis untuk
memecahkan masalah keputusan kompleks yang meliputi perbandingan berbagai
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB I PENDAHULUAN

2
Perpustakaan Unika

macam alternatif. AHP memungkinkan pengambilan keputusan yang menyajikan


hubungan hierarki antar faktor, atribut, karakteristik atau alternatif dalam
lingkungan pengambilan keputusan multi faktor (Badiru, 1995). Selain itu,
menurut Suryadi (2000), metode ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan
dengan metode yang lain, yaitu:
a. struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih
sampai pada subkriteria yang paling dalam,
b. memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan,
c. memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.
Pada Tugas Akhir ini kami mengambil beberapa sample proyek untuk
menerapkan metode AHP antara lain, Proyek pembangunan PT. ENVI DESIGN
merupakan salah satu proyek konstruksi bangunan bertingkat pada gedung
komersial yang juga memerlukan suatu cara pemilihan alternatif desain pondasi
yang akan digunakan. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa kriteria dan
alternatif dalam penentuan jenis pondasi yang perlu diperhitungkan dalam
pengambilan keputusan.

1.2 Permasalahan
Penentuan Jenis pondasi untuk tiap proyek sangatlah penting. Bagi suatu
bangunan, pondasi merupakan struktur yang utama karena struktur tersebut
menahan beban yang bekerja diatasnya dan menyalurkannya ke dalam tanah. Jika
dalam suatu proyek konstruksi kontraktor salah memilih jenis pondasi maka
masalah yang timbul akibat kesalahan itu sangatlah kompleks. Tiang pancang
merupakan pondasi yang disarankan untuk proyek tersebut hal ini dikarenakan
proyek tersebut termasuk bangunan yang berada diatas tanah yang berjenis tanah
lunak.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB I PENDAHULUAN

3
Perpustakaan Unika

1.3 Batasan Masalah


Laporan Tugas Akhir ini Secara garis besar hanya membatasi pada:
a. obyek penelitian adalah pada proyek pembangunan PT. ENVI DESIGN
Semarang,
b. peneliti tidak menghitung biaya dari masing-masing alternatif jenis pondasi
yang digunakan,
c. peneliti tidak menghitung analisa struktur, baik daya dukung tanah, daya
dukung pondasi, teknis pelaksanaan, maupun penjadwalan dari masingmasing alternatif jenis pondasi yang digunakan.

1.4 Tujuan Penelitian Tugas Akhir


Penelitian bertujuan, antara lain :
a. untuk mengetahui dan mendalami langkah-langkah pengambilan keputusan
dalam menetukan pekerjaan konstruksi pada suatu proyek,
b. dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan suatu struktur yang
tepat dipakai dalam suatu proyek,
c. mengetahui penggunaan metode AHP dengan tepat dalam pengambilan
keputusan,

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan ini dibuat untuk memudahkan para pembaca dalam
memahami isi Laporan Tugas Akhir ini. Sistematika penulisan tersebut diuraikan
sebagai berikut:

BAB I

: Pendahuluan
Menguraikan latar belakang permasalahan secara singkat dan
menjelaskan

tujuan

penelitian,

batasan

penelitian,

serta

sistematika penulisan.
BAB II

: Tinjauan Pustaka
Menuliskan dasar-dasar teori yang digunakan dan berkaitan
dengan tema penelitian yang menjadi bahan pertimbangan dalam

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB I PENDAHULUAN

4
Perpustakaan Unika

menguraikan masalah dan menyusun laporan. Bab ini juga


menjelaskan prinsip dan konsep yang digunakan dalam proses
penelitian.
BAB III

: Metodologi Penelitian
Menerangkan metode dan langkah-langkah yang digunakan
dalam pelaksanaan penelitian dan urutan tahapan yang dilakukan
dari tahap awal sampai akhir proses penelitian.

BAB IV

: Analisis Data
Berisi tentang keterangan yang didapat dari data primer dan
sekunder serta pelaksanaan tahap pengumpulan data dari metode
pencarian data sampai diperoleh data yang diperlukan, untuk
kemudian dianalisa.

BAB V

: Kesimpulan dan Saran


Memuat kesimpulan dari hasil penelitian dan analisis data yang
diperoleh secara keseluruhan serta evaluasi hasil dan saran yang
dapat

diberikan

untuk

meningkatkan

hasil

pertimbangan penelitian kedepan atau lebih lanjut.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

usaha

dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Perpustakaan Unika

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengambilan Keputusan
Dalam suatu proyek diperlukan suatu pengambilan keputusan yang baik.
Adapun yang dimaksud dengan pengambilan keputusan yang baik adalah suatu
keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan dimana pertimbangan
tersebut mencangkup faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari
pertimbangan tersebut. Menurut Radford, K. J (1981) pengambilan keputusan
diartikan sebagai perumusan beraneka alternatif tindakan dalam menggarap situasi
yang dihadapi serta penetapan pilihan yang tepat antara beberapa alternatif yang
tersedia, setelah diadakan pengevaluasian mengenai keefektifan masing-masing
untuk mencapai sasaran para pengambil keputusan.
Sedangkan menurut David, A. J (1997), pengambilan keputusan merupakan
istilah yang umumnya dihubungkan dengan langkah-langkah pemecahan masalah,
yaitu:
a. mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah,
b. menentukan alternatif penyelesaian masalah,
c. menentukan kriteria yang akan digunakan,
d. mengevaluasi berbagai alternatif,
e. memilih alternatif.
2.1.1

Dasar Pengambilan Keputusan


Hasan (2000) yang mendukung Teori George R. Terry, yang menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan didasarkan pada:


a. intuisi,
pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi atau perasaan memiliki sifat
subyektif, sehingga akan mudah terpengaruh,
b. pengalaman,
pengambilan keputusan semacam ini akan bermanfaat bagi pengetahuan
praktis,

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6
Perpustakaan Unika

c. fakta
ini akan menghasilkan keputusan yang sehat, solid dan baik,
d. wewenang,
hal ini biasa dilakukan oleh pemimpin atau orang yang mempunyai kedudukan
yang tinggi,
e. rasional,
keputusan yang nantinya dihasilkan akan bersifat obyektif, logis, lebih
terbuka, serta konsisten dengan tujuan untuk memaksimalkan hasil.
Menurut Dewey (1910) yang mengemukakan bahwa proses pengambilan
keputusan dapat dipandang terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai jawaban atas tiga
pertanyaan :
a. apakah masalahnya,
b. bagaimana masing-masing alternatifnya,
c. alternatif mana yang lebih unggul,
Beberapa model lainnya mengenai proses pengambilan keputusan menurut
Dewey (1910) mungkin yang paling terkenal adalah Herbert A. Simon. Model ini
terdiri dari tiga tahap, yaitu:
a. Intelijen,
Lingkungan intern dan ekstern dari pengambil keputusan diselidiki untuk
menemukan kondisi yang memerlukan keputusan, lalu dikumpulkan informasi
tentang aneka kondisi tersebut.
b. Disain,
Berbagai macam tindakan yang tersedia pada para pengambil keputusan itu
ditetapkan lalu dianalisis setelah berhasil melacak problematic pemecah
potensial bagi masing-masing masalah keputusan.
c. Pilihan,
Salah satu langkah tindakan itu dipilih untuk dilaksanakan atas dasar penilaian
tentang keefektifannya guna mencapai sasaran.
d. Peninjauan,
Proses

penilaian

terhadap

tindakan-tindakan

yang

terdahulu,

untuk

mempertimbangkan kemungkinan penyesuaian terhadap pendekatan yang


Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

7
Perpustakaan Unika

telah diterapkan sebagai persiapan untuk kegiatan pengambilan keputusan


selanjutnya.
Sedangkan menurut Supranto (1998) menegaskan bahwa inti dari pengambilan
keputusan terletak dalam perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan
yang sedang dalam perhatian dan dalam pemilihan alternatif yang tepat setelah
suatu evaluasi (penilaian) mengenai efektivitasnya dalam mencapai tujuan yang
dikehendaki pengambil keputusan.
Pada dasarnya ada empat kategori keputusan, yaitu :
a. keputusan dalam keadaan ada kepastian (certainty),
b. keputusan dalam keadaan ada resiko (risk),
c. keputusan dalam keadaan ketidakpastian (uncertainty),
d. keputusan dalam keadaan ada konflik (conflict),
Salah satu komponen terpenting dari proses pembuatan keputusan adalah kegiatan
pengumpulan informasi dari mana suatu apresiasi mengenai situasi keputusan
dapat dibuat.
2.2

Analitycal Hierarchy Process (AHP)


Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty

pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan
keputusan multikriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana
faktor logika, pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam
suatu proses sistematis. Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan
untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam
kelompok-kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu
hierarki, kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi
manusia dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesa maka akan
dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1

8
Perpustakaan Unika

Analitycal Hierarchy Process (AHP) sebagai pengambil keputusan

Manfaat dari penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) antara lain


yaitu:
a. memadukan intuisi pemikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisa
pengambilan keputusan,
b. memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam
membandingkan faktor-faktor yang ada,
c. memudahkan pengukuran dalam elemen,
d. memungkinkan perencanaan ke depan.
Kelebihan metode ini menurut Badiru (1995) adalah:
a. struktur yang berhierarki merupakan konsekuensi dari kriteria yang dipilih
sampai pada subkriteria paling dalam,
b. memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan,
c. memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambil keputusan.
Selain mempunyai kelebihan, metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ini
juga mempunyai banyak keuntungan dalam penggunaannya. Saaty (1993)
menjelaskan beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan metode
AHP pada proses pengambilan keputusan multikriteria yang dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

9
Perpustakaan Unika

Pengulangan Proses :
AHP memungkinkan orang
memperhalus definisi
mereka pada suatu
persoalan dan
memperbaiki pertimbangan
dan pengertian mereka
melalui pengulangan.

Kompleksitas :
AHP memadukan
ancangan deduktif
dan ancangan
berdasarkan sistem
dalam memecahkan
persoalan kompleks.

Kesatuan :
AHP memberi satu
model tunggal yang
mudah dimengerti,
luwes untuk aneka
ragam persoalan tak
terstruktur.

Saling
Ketergantungan :
AHP dapat
menangani saling
ketergantungan
elemen-elemen
dalam suatu sistem
dan tidak
memaksakan
pemikiran linier.

Penilaian dan Konsensus :


AHP tak memaksakan konsensus
tetapi mensintesis suatu hasil
yang representatif dari berbagai
penilaian yang berbeda-beda.

Penyusunan Hierarki :
AHP mencerminkan
kecenderungan alami
pikiran untuk memilahmilah elemen suatu
sistem dalam berbagai
tingkat berlainan dan
mengelompokkan unsur
yang serupa pada setiap
tingkat.

AHP
Tawar Menawar :
AHP mempertimbangkan
prioritas-prioritas alternatif
dari berbagai faktor sistem dan
memungkinkan orang memilih
alternatif terbaik berdasarkan
tujuan-tujuan mereka.
Sintesis :
AHP menuntun ke
suatu taksiran
menyeluruh
tentang kebalikan
setiap alternatif.
Konsistensi :
AHP melacak
konsistensi logis
dari pertimbanganpertimbangan
yang digunakan
dalam menetapkan
berbagai prioritas.

Pengukuran :
AHP memberi
suatu skala untuk
mengukur hal-hal
dan wujud suatu
metode penetapan
prioritas.

Sumber : Saaty, 1993

Gambar 2.1. Bagan Keuntungan AHP


Meskipun mempunyai kelebihan, namun metode AHP juga mempunyai
kelemahan yaitu:
a. orang yang dilibatkan adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan ataupun
banyak pengalaman yang berhubungan dengan hal yang akan dipilih dengan
menggunakan metode AHP,
b. untuk melakukan perbaikan keputusan, harus dimulai lagi dari tahap awal.

2.2.2

Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process

Menurut Saaty (1993), prinsip dasar dalam proses penyusunan model hierarki
analitik dalam AHP, meliputi:
a. Problem Decomposition (Penyusunan Hierarki Masalah)
Dalam penyusunan hierarki ini perlu dilakukan perincian atau pemecahan dari
persoalan yang utuh menjadi beberapa unsur/komponen yang kemudian dari

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

10
Perpustakaan Unika

komponen tersebut dibentuk suatu hierarki. Pemecahan unsur ini dilakukan


sampai unsur tersebut sudah tidak dapat dipecah lagi sehingga didapat beberapa
tingkat suatu persoalan. Penyusunan hierarki merupakan langkah penting dalam
model analisa hierarki. Adapun langkah-langkah penyusunan hierarki adalah
sebagai berikut ini:
a. identifikasi tujuan keseluruhan dan subtujuan,
b. mencari kriteria untuk memperoleh subtujuan dari tujuan keseluruhan,
c. menyusun subkriteria dari masing-masing kriteria, dimana setiap kriteria dan
subkriteria harus spesifik dan menunjukkan tingkat nilai dari parameter atau
intensitas verbal,
d. menentukan pelaku yang terlibat,
e. kebijakan dari pelaku,
f. penentuan alternatif sebagai output tujuan yang akan ditentukan prioritasnya.

b. Comparative Judgement (Penilaian Perbandingan Berpasangan)


Prinsip ini dilakukan dengan membuat peni-laian perbandingan berpasangan
tentang kepentingan relatif dari dua elemen pada suatu tingkat hierarki tertentu
dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya dan memberikan bobot numerik
berdasarkan perbandingan tersebut. Hasil penelitian ini disajikan dalam matriks
yang disebut pairwise comparison.

c. Synthesis of Priority (Penentuan Prioritas)


Sintesa adalah tahap untuk mendapatkan bobot bagi setiap elemen hierarki dan
elemen alternatif. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap
tingkat untuk mendapatkan global priority, maka sintesis harus dilakukan pada
setiap local priority. Prosedur pelaksanaan sintesis berbeda dengan bentuk
hierarki. Sedangkan pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif
melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

11
Perpustakaan Unika

d. Logical Consistensy (Konsistensi Logis)


Konsistensi berarti dua makna atau obyek yang serupa. Konsistensi data
didapat dari rasio konsistensi (CR) yang merupakan hasil bagi antara indeks
konsistensi (CI) dan indeks random (RI).
Metode AHP sudah banyak dilakukan di berbagai Negara bahkan di Indonesia
sendiri. Berbagai contoh yang dapat kami sebutkan antara lain :
a. penerapan metode AHP oleh Walailak Atthirawong dan Bart MacCarthy
dengan permasalahan Pemilihan Negara Terbaik atau Paling Strategis Untuk
Lokasi Industri Pabrik, dengan studi kasus pada Proyek di Singapura dan
Thailand.
b. penerapan metode AHP oleh Connie Susilawati, Jani Rahardjo dan Yeni
Yudiyanti dengan permasalahan Pengukuran Kualitas Gedung Perbelanjaan di
Surabaya, dengan studi kasus Tunjungan Plaza Surabaya dan Plaza Surabaya.
2.3

Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi

meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (upperstructure/


superstructure) ke dasar tanah yang cukup kuat mendukungnya. Untuk tujuan itu
pondasi bangunan harus diperhitungkan dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap berat sendiri, beban-beban berguna dan gaya-gaya luar, seperti tekanan
angina, gempa bumi dan lain-lain, dan tidak boleh terjadi penurunan pondasi
setempat ataupun penurunan pondasi yang merata lebih dari batas tertentu.
(Gunawan, 1993).
Sedangkan menurut Bowles (1983) pondasi dapat didefinisikan sebagai bagian
bangunan bawah tanah dan atau batuan yang berdekatan yang akan dipengaruhi
oleh kedua elemen bagian bangunan bawah tanah dan beban-bebannya.

2.3.1

Pemilihan Jenis Pondasi

Menurut Thornburn dan kawan-kawan (1973), dalam memilih jenis pondasi


ada beberapa faktor penentu yang menjadi pertimbangan, yaitu:
a. fungsi bangunan dan beban yang harus dipikul,
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12
Perpustakaan Unika

b. kondisi permukaan,
c. biaya pondasi disbanding dengan biaya bangunan,
pertimbangan-pertimbangan lain dapat digunakan, tetapi biasanya ketiga
pertimbangan tersebut di atas merupakan pertimbangan-pertimbangan dasar.
Sedangkan untuk memilih bentuk pondasi, para insinyur harus melakukan 5
(lima) langkah berikut :
a. memperoleh informasi yang paling mendekati berkenaan dengan keadaan
bangunan dan beban yang ditransfer ke pondasi,
b. menentukan kondisi bawah tanah secara umum,
c. mempertimbangkan dengan segera bentuk umum pondasi, untuk memutuskan
apakah pondasi tersebut dapat dibuat dengan kondisi yang ada, apakah
pondasi tersebut mampu mendukung beban yang dibutuhkan, dan apakah akan
timbul penurunan yang merugikan,
d. membuat studi yang lebih terperinci dan perancangan awal tentang bentuk
pondasi yang paling sesuai. Hal ini juga diperlukan untuk memperkirakan
penurunan dalam rangka untuk memperhitungkan perilaku struktur,
e. memperkirakan biaya dari masing-masing bentuk pondasi, dan memilih
bentuk mana yang paling dapat diterima disesuaikan dengan kondisi
pelaksanaan dan biaya,
Untuk langkah c dan d membutuhkan pengetahuan tentang perilaku yang mungkin
terjadi untuk tiap bentuk pondasi untuk kondisi bawah tanah yang ada.
Sedangkan menurut Bowles (1983) pemilihan pondasi didasarkan pada lokasi
dan pemakaian potensialnya. Tempat di mana ada air tanah maka dipahami bahwa
jika kedalaman berada di bawah kedalaman telapak (atau penggalian) maka hal itu
bukanlah suatu persoalan. Tetapi jika suatu air tanah berada di dalam daerah
lokasi konstruksi maka air tanah tersebut harus dipindahkan.
Beberapa persyaratan umum dari pondasi menurut Bowles (1983), adalah:
a. kedalam haruslah memadai untuk menghindarkan pengeluaran bahan dalam
arah lateral dari bawah pondasi khususnya pondasi telapak dan rakit,
b. kedalaman haruslah berada di bawah daerah perubahan volume musiman yang
disebabkan oleh pembekuan, pencairan dan pertumbuhan proyek,
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

13
Perpustakaan Unika

c. sistem harus aman terhadap rotasi, penyorongan, atau perpecahan tanah,


d. sistem harus aman terhadap korosi atau kemerosotan yang disebabkan oleh
bahan berbahaya yang terdapat di dalam tanah,
e. sistem harus memadai untuk menahan beberapa perubahan di dalam tempat
yang terkemudian atau geometri konstruksi, dan mudah dimodifikasi
seandainya perubahan-perubahan kelak akan meliputi ruang lingkup yang
besar,
f. pondasi haruslah ekonomis di dalam metoda pemasangan,
g. pergerakan tanah seluruhnya (umumnya lendutan-pampat) dan pergerakan
differensial harus dapat ditolerir untuk kedua elemen pondasi dan elemen
bagian bangunan di atas tanah,
h. pondasi

dan

konstruksinya,

harus

memenuhi

syarat

standar

untuk

perlindungan lingkungan,
Menurut Bowles (1983), setiap pondasi yang tidak digolongkan sebagai pondasi
dangkal, pondasi dalam, atau konstruksi tahan boleh disebut sebagai pondasi
khusus (khas).
Selain itu, Nakazawa (2000) telah menguraikan jenis-jenis pondasi yang
sesuai dengan keadaan tanah pondasi bersangkutan, yaitu sebagai berikut:
a. bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3 m di
bawah permukaan tanah, maka pondasi yang dapat digunakan adalah pondasi
telapak (spread foundation),
b. bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 m dibawah
permukaan tanah, maka pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang apung
(floating pile foundation) untuk memperbaiki tanah pondasi. Apabila memakai
tiang, maka tiang baja atau tiang beton cor di tempat (cast in place) kurang
ekonomis, karena tiang-tiang tersebut kurang panjang,
c. bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 m di bawah
permukaan tanah, maka pemilihan pondasinya tergantung penurunan
(settlement) yang diizinkan. Apabila tidak boleh terjadi penurunan, biasanya
digunakan pondasi tiang pancang (pile driven foundation),

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

14
Perpustakaan Unika

d. bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 30 m di bawah


permukaan tanah, maka dapat digunakan pondasi kaison terbuka, tiang
pancang beton, baja atau tiang cor di tempat. Kaison tekanan dapat juga
digunakan apabila tekanan atmosfer yang ada adalah kurang dari 3 kg/cm2,
e. bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman lebih dari 40 m di
bawah permukaan tanah, maka jenis pondasi yang sesuai adalah tiang baja dan
tiang beton cor ditempat.
Nakazawa (2000) juga menjelaskan pentingnya batasan-batasan akibat
konstruksi di atasnya. Sebagai contoh penurunan jenis pondasi yang akan dipakai
tergantung kepada apakah sifat bangunan itu mengizinkan atau tidak terjadinya
penurunan pondasi.
Akan tetapi dari segi pelaksanaan, terdapat beberapa keadaan dimana kondisi
lingkungan tidak memungkinkan adanya pekerjaan yang baik dan sesuai dengan
kondisi pada perencanaan. Hal ini dapat terjadi meskipun macam pondasi yang
sesuai telah dipilih, dengan perencanaan yang memadai serta struktur pondasi
telah dipilih itu dilengkapi dengan pertimbangan mengenai jenis tanah pondasi
dan batasan struktur. Khususnya apabila pekejaan-pekerjaan konstruksi dalam
kota menjadi begitu aktif, ada beberapa keadaan dimana metode konstruksi
tertentu kadang-kadang dilarang ditinjau dari segi sudut gangguan umum
(Nakazawa, 2000).

2.3.2 Pondasi Tiang Pancang


Pemillihan tipe tiang pancang, untuk berbagai jenis keadaan tergantung pada
banyak variabel. Walupun demikian harus ada indikator yang jelas agar dapat
menunjukkan kesesuaian beberapa tipe tiang pancang dengan kondisi-kondisi
tertentu. Menurut Sardjono (1991) faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan tiang pancang antara lain:
a. tipe dari tanah dasar yang meliputi jenis tanah dasar dan ciri topografinya,
b. jenis bangunan yang akan dibuat,
c. alasan teknis pada waktu pelaksanaan pemancangan.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

15
Perpustakaan Unika

Dalam hal ini ada 5 (lima) ciri topografi tanah dasar yang dipertimbangkan di
dalam pemilihan tipe tiang pancang, antara lain:
a. kondisi permukaan (surface condition),
b. kondisi drainasi (drainage condition),
c. adanya gangguan (obstructions),
d. kondisi bangunan di sekeliling (adjacent structures),
e. bangunan kelautan (marine structure).
Berbagai ukuran, beban normal serta tipe pondasi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Ukuran dan Jenis Pondasi
No.
kode
tiang

TIPE TIANG PANCANG

Penamp. Melintang
(mm)
400 x 400

Beton
bertulang

450 x 450

Beton
bertegang

Kayu

Beton

Pracetak

Baja

Pracetak
sebagian

Pancang
ditempat
Percussion
bored
Flush bored

Rotary
bored

Diameter
kecil

Ton

600

60

27

1000

100

27

1000

100

1)
2)

1500

150

36

1500

150

36

1700

170

24

2500

250

0 450 s/d 600

50

2000

200

0 250 s/d 500

18

800

80

10

0 250 s/d 600

24

1500

150

11

0 450 s/d 600

24

120

12

12

0 600

45

1000

100

13

0 600 s/d 1800

45

1000

100

14

0 600 s/d 1800

45

15

0 225 s/d 650

36

Ulir/sekrup

Batang
lurus
Under
reamed

KN

36

Tabung

Diameter
kecil
Diameter
besar

750

Panjang
(m)
20

Rendext standart
frodingham
octogonal
sheet pile fabrication
0 900
200 x 200 s/d
300 x 300
0 ulir
600 s/d 2400

Beton

Diameter
besar

400 x 400

Kotak

Beton
Pracetak
& dicetak
ditempat
Baja dan
Beton
dicor
ditempat

Beban
normal

Ukuran yang tersedia

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Keterangan

1) segi empat
2) Bulat
berlubang

memungkinkan
untuk
100

10

beban besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

16
Perpustakaan Unika

Menurut Sardjono (1991) ada tiga jenis indicator yang dipertimbangkan di dalam
pemilihan tipe tiang pancang yang dianggap paling penting, yaitu:
a. internsitas pembebanan (gross loading intensity),
b. kemungkinan jumlah titik pembebanan (probable number of loading
points),
c. kepekaan terhadap penurunan (sensitivity of settlement).
Tipe tiang pancang yang sesuai untuk berbagai jenis bangunan dapat dilihat
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tipe Tiang Pancang Untuk Berbagai Jenis Bangunan
Klasifikasi

Contoh

Tipe yang sesuai

Gedung sekolah atau


rumah dengan 2-3 lt.
Tempat tinggal sampai
tingkat 8, rumah sakit
sampai tingkat 7
Bangunan tinggi lebih
dari 8 tingkat

1, 8, 10, 11, 12, 15

Gross Loading Intensity


Ringan

Medium

Berat

semua tipe
2, 3, 4, 5, 6
8, 9, 10, 13, 14

Probable number of
Loading Points
sedikit (20)
Rata-rata (20-200)
Banyak (200)

Bangunan kecil, los


dengan bental lebar
Sekolah, Rumah sakit
kantor, dll
Pembangunan besar
pabrik, dermaga

2, 3, 11, 12, 15
semua tipe
semua tipe

Sensitivity of settlement
Tinggi
Medium
Fleksibel

2.3.3

Kerangka kaku, gedung


bertingkat, sekat
Kerangka bangunan
Jembatan
Pabrik kecil, gudang
tingkat 1-2

2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10
11, 13, 14, 15
semua tipe
semua tipe

Pemancangan Tiang Pancang

Menurut Bowles (1993) pemancangan tiang pancang dilakukan dengan cara


tiang pancang disisipkan kedalam tanah dengan menggunakan sebuah palu tiang
pancang yang terletak diam atau diapitkan ke puncak sungkup tiang pancang,
yang selanjutnya dihubungkan ke tiang-pancang. Tiang pancang dapat
mempunyai sebuah balok sungkup, diantara sungkup dan palu Sungkup tersebut
biasanya tinggal diam diatas tiang pancang dan mungkin terdiri dari, atau
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

17
Perpustakaan Unika

mempunyai ukuran yang sesuai untuk mendapatkan sebuah suaian yang cukup
rapat. Tiang pancang dan palu perlu diluruskan kearah vertikal dengan
menggunakan pengarah yang digantung dengan alat sejenis crane.
Pengarah penyediaan jalanan bebas dari palu sewaktu tiang pancang
menembus tanah dan berada pada orde 6 (enam) meter lebih panjang dari tiang
pancang agar tersedia ruang yang memadai bagi palu dan perlengkapan lainnya.
Paksi-paksi (mandrels) digunakan untuk membantu pemancangan tiang pancang
pipa.Paksi menjadi elemen pendorong, yang pada dasarnya menyeret pipa
bersama ke bawah selama pemancangan agar kulit pipa yang tipis tidak rusak.

Beberapa jenis palu dan bagian-bagiannya dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar 2.2. Palu Kerja Tunggal

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

18
Perpustakaan Unika

Gambar 2.3. Palu Kerja Rangkap

Gambar 2.4. Palu Diesel

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

19
Perpustakaan Unika

Gambar 2.5. Palu Getar


Adapun keterangan dari gambar diatas adalah:
a. Palu kerja tunggal
Pada alas pukulan, katup masukan terbuka dengan tekanan uap menaikkan
balok besi panjang. Pada puncak angkatan uap ditutup dan masuk menjadi
pembuang, yang membiarkan besi berjatuhan.
b. Palu kerja rangkap
Balok besi panjang dalam kedudukan bawah menekan S2, yang membuka
klep masuk dan menutup klep buang di B dan menutup klep masuk dan
membuka klep di buang di A. Palu kemudian naik oleh tekanan uap di B.
Balok besi panjang dalam kedudukan atas menekan S1, yang menutup klep
masuk B dan membuka klep buang, klep A buang menutup, uap masuk dan
mempercepat balok besi panjang ke bawah.
c. Palu diesel
Kran mula-mula mengangkat balok besi. Balok besi dilepas dan jatuh, pada
titik yang dipilih bahan bakar diinjeksikan. Balok besi beradu dengan
landasan, yang menyalakan bahan bakar. Ledakan yang dihasilkan mendorong
tiang pancang dan mengangkat balok besi untuk siklus selanjutnya.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

20
Perpustakaan Unika

d. Palu getar
Sumber tenaga luar (motor listrik atau pompa hidraulik yang digerakkan
listrik) memutar pemberat eksentrik dalam arah relatif yang diperlihatkan.
Komponen gaya horisontal saling meniadakan, komponen gaya vertikal saling
memperkuat.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Perpustakaan Unika

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Uraian Umum
Metodologi adalah ilmu tentang cara melakukan sesuatu dengan menggunakan

pikiran secara seksama untuk mencapai tujuan. Sedangkan, penelitian adalah


suatu kegiatan yang bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji
kekurangan suatu pengetahuan (Hadi, 2001). Sehingga dalam penelitian suatu
kasus perlu adanya metodologi yang berfungsi sebagai dasar acuan untuk studi
pustaka maupun pengumpulan data yang diperlukan.
Penyusunan Tugas Akhir, dengan judul Penerapan Metode AHP (Analitycal
Hierarchy Process) pada Proses Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis Pondasi
ini dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan di bidang manajemen
khususnya pada bidang sipil. Selain itu juga untuk mengenalkan kepada para
mahasiswa maupun pengambil keputusan untuk dapat mengambil keputusan
secara strategis dalam suatu masalah.
Berdasarkan diskusi Bab 2 (dua), sub bab 2.2.1 ternyata metode ini
mempunyai beberapa manfaat yang sangat diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan. Selain dapat membantu menemukan hasil akhir dari beberapa kriteria
yang ada (multikriteria) metode ini juga telah diterapkan oleh berbagai macam
kalangan dan telah terbukti kegunaannya.

3.2

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian eksploratif. Dalam

penelitian

ini,

peneliti

mencoba

menemukan

masalah-masalah

dengan

menggunakan metode AHP. Dengan metode ini peneliti ingin mengetahui jenis
pondasi mana yang cocok digunakan.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

22
Perpustakaan Unika

3.2.1

Kriteria yang dipakai

Kriteria yang dipakai dalam penerapan metode AHP berguna untuk


menyelesaikan masalah yang pada akhirnya akan menghasilkan jawaban dari
pertanyaan peneliti. Kriteria ini bekerja sebagai penyeleksi dari semua data yang
peneliti peroleh. Kriteria yang dimaksud peneliti meliputi kondisi tanah, teknis
pondasi, efisiensi waktu, pelaksanaan, ekonomis, lingkungan, biaya.

3.2.2

Instrumentasi dan pengukuran penelitian

Instrumentasi dan pengukuran merupakan alat dalam upaya pembuktian


hipotesis. Instrumentasi yang tidak sesuai dapat menghasilkan besaran (nilai)
variasi yang sangat luas sehingga dapat menyulitkan analisis data. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. data kuantitatif berupa data dan informasi yang diperoleh dari instansi terkait
setempat, dalam kasus ini adalah Proyek Pembangunan PT. ENVI DESIGN
di Semarang.
b. kuisoner yang berisikan point-point tertentu yang akan membantu peneliti
untuk penerapan metode AHP.
c. perangkat keras (hardware) komputer untuk pengolahan data dan perangkat
lunak (software) program Expert Choice 9.0 untuk mengolah data.

3.2.3

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mencari informasi dan melengkapi


penulisan laporan penelitian. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara
membuat kuisoner yang kemudian peneliti bagikan kepada Kontraktor pondasi.
Pengolahan data dapat dilihat dalam gambar berikut.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

23
Perpustakaan Unika

Data yang dibutuhkan


Data tanah dan bangunan

Diperoleh :
kriteria pembanding
alternatif jenis pondasi

Pengelola Proyek

Diperoleh responden kuisoner

Data kuisoner

Diperoleh nilai perbandingan

Gambar 3.1. Alur pengolahan data


Data-data yang dibutuhkan dalam pengolahan data adalah:
a. Data tanah dan data bangunan
Data ini dimaksudkan agar diperoleh alternative pondasi yang dapat
dipakai dalam proyek tersebut dan kriteria pembanding.
b. Data Pengelola proyek
Data ini dimaksudkan untuk memperoleh faktor pembobotan terhadap
kriteria pembanding, karena dalam menerapkan metode AHP kita
membutuhkan data berupa kuisioner yang memudahkan kita untuk
menganalisa dan mendapatkan hasil dari jenis pondasi yang nantinya akan
dipakai.
c. Data Kuisioner
Memudahkan untuk memperoleh hasil akhir dari penerapan metode ini.

3.2.6

Kuisioner

Kuisioner dilakukan untuk memberikan pembobotan terhadap kriteria


pembanding yang dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami.

3.2.7

Perhitungan Data
Bagan alur perhitungan dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

24
Perpustakaan Unika

Pembuatan kuisoner

Penyebaran kuisoner

Skala Perbandingan
Pihak Pengambil
Keputusan

Skala Perbandingan
Kriteria pemilihan
jenis pondasi

Skala Perbandingan
Sub kriteria pemilihan
jenis pondasi

Skala Perbandingan
Alternatif jenis
pondasi

Matriks Perbandingan
Berpasangan Pihak
Pengambil Keputusan

Matriks Perbandingan
Berpasangan Kriteria
Pemilihan Jenis
Pondasi

Matriks
Perbandingan
Berpasangan Sub
kriteria Pemilihan
Jenis Pondasi

Rata-rata
Skala Perbandingan
Alternatif Jenis Pondasi

Matriks Perbandingan
Berpasangan
Alternatif Jenis Pondasi

Pembobotan Pihak
Pengambil Keputusan

Pembobotan Kriteria
Pemilihan Jenis
Pondasi

Pembobotan Sub
kriteria Pemilihan
Jenis Pondasi

Uji konsistensi

Pembobotan Alternatif
Jenis Pondasi

Not Ok

Ok
Penilaian Alternatif

Gambar 3.2. Bagan Alir Perhitungan

Gambar diatas merupakan alur yang akan peneliti gunakan untuk melakukan
perhitungan pada Laporan Tugas Akhir ini. Dalam alur ini terdiri dari tiga jenis
kuisioner yang disebarkan kepada pengelola proyek seperti yang sudah dijelaskan
di atas.
Sedangkan secara umum, bagan alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

25
Perpustakaan Unika

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Penentuan Kriteria

Pembuatan Model
Hierarki

Kuisoner

Perhitungan dan
Analisis data

Selesai

Gambar 3.3. Bagan alur penelitian

3.3

Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode AHP (Analitycal

Hierarchy Process). AHP adalah salah satu metode pengambil keputusan


multikriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana faktor
logika, pengalaman pengetahuan, dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses
sistematis. Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompokkelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hierarki,
kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

26
Perpustakaan Unika

melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesa maka akan dapat


ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.

3.3.1

Penyusunan Hirarki

Alat utama dari metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah model
hierarki dari masalah yang akan diselesaikan. Hierarki dibuat dengan
menggunakan diagram pohon (tree diagram), Seperti pada Gambar 2.2.
Level 0
Focus

Objective of problem

Level 1
Criteria
Level 2
Subcriteria

Level 3
Alternative

C1

S11

C2

S12

S1n

A1

S21

S22

A2

Cn

S2n

Sn1

Sn2

Snn

An

Sumber : Saaty (1993)

Gambar 3.4. Diagram Hierarki Analytical Hierarchy Process (AHP)

3.3.2

Skala Perbandingan Berpasangan

Penetapan skala kuantitatif menurut Saaty (1993) digunakan untuk menilai


perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 3.1. Skala Perbandingan
Intensitas
Kepentingan

Keterangan

Penjelasan

Kedua elemen sama pentingnya

Dua elemen yang mempunyai pengaruh


yang sangat besar terhadap tujuan

Elemen yang satu sedikit lebih


penting daripada elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian sediki\t


menyokong satu elemen dibanding elemen
lainnya

Elemen yang satu lebih penting


daripada elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat


meyokong satu elemen lainnya

Satu elemen jelas lebih mutlak


penting daripada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat menyokong satu


elemen dibanding elemen lainnya

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

27
Perpustakaan Unika

Satu elemen mutlak penting


daripada elemen lainnya

Bukti yang mendukung satu elemen


terhadap elemen yang lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi yang mungkin
menguatkan

2, 4, 6, 8

Nilai-nilai antara dua nilai


pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi


diantara dua pilihan

Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapatkan satu angka dibandingkan dengan aktivitas j


maka j mempunyai nilai kebalikannya dibandingkan dengan nilai i

Sumber : Saaty (1993 : 85-86)

3.3.3 Perhitungan AHP


Saaty (1993) menjelaskan bahwa elemen-elemen pada setiap baris dari
matriks persegi merupakan hasil perbandingan berpasangan. Setiap matriks
pairwise comparison dicari eigenvektor-nya untuk medapat local priority.
Skala perbandingan berpasangan didasarkan pada nilai-nilai fundamental AHP
dengan pembobotan dari nilai 1 untuk sama penting, sampai dengan 9 untuk
sangat penting sekali. Berdasarkan susunan matriks perbandingan berpasangan
dihasilkan sejumlah prioritas, yang merupakan pengaruh relatif sejumlah elemen
pada elemen di dalam tingkat yang ada di atasnya.
Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dalam indeks konsistensi yang
didapat dari rumus:
CI =

maks n ................. ......................................................................... (3.1)


n 1

(Saaty, 1993)

Keterangan:
maks
n

=
=

eigenvalue maksimum
ukuran matriks

Consistency Index (CI), matriks random dengan skala penelitian 1 sampai dengan 9, beserta kebalikannya sebagai Random Index (RI). Berdasarkan
perhitungan Saaty dengan 500 sampel, jika judgement numerik diambil secara
acak dari skala 1/9, 1/8, , 1, 2, , 9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk
matriks dengan ukuran berbeda.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

28
Perpustakaan Unika

Tabel 3.2. Nilai Indeks Random


Ukuran Matriks

1,2

Indeks Random

0,0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

10

Sumber : Saaty (1993:96 )

CR =

CI
0,1 ...............
RI

...................................................................... (3.2)
Saaty (1993)

Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai


Consistency Ratio (CR). Untuk model AHP matriks perbandingan dapat diterima
jika nilai rasio konsistensinya tidak lebih dari 0,1 atau sama dengan 0,1.

3.3.4

Penerapan Metode AHP dalam Pemilihan Jenis Pondasi


Secara umum metode AHP digunakan untuk membantu manusia mengambil

keputusan yang tepat di tengah berbagai kemungkinan keputusan yang ada.


Langkah-langkah penerapan AHP untuk Pemilihan Jenis Pondasi, yaitu:
a. Langkah I (Level I)
Menentukan tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini tujuan yang ingin
dicapai oleh peneliti adalah memilih pondasi yang sesuai.
b. Langkah II (Level II)
Langkah berikut ini terdiri dari pengambil keputusan yang berhak memberi
penilaian tentang jenis pondasi yang akan dipakai. Dalam hal ini peneliti
mengambil sampel dari pengelola proyek.
c. Langkah III (Level III)
Berisikan tentang kriteria-kriteria yang berguna untuk memudahkan para
pengambil keputusan untuk memberi nilai. Kriteria tersebut ditinjau dari segi
kondisi tanah, teknis pondasi, efisiensi waktu, pelaksanaan, ekonomis,
lingkungan, dan biaya.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

29
Perpustakaan Unika

d. Langkah IV (Level IV)


Level IV ini membagi kriteria-kriteria (sub-kriteria) yang terdapat di level III.
Hal ini dilakukan peneliti agar mendapatkan besaran (nilai) yang sangat
sederhana, sehingga memudahkan peneliti untuk memasuki level selanjutnya.
e. Langkah V (Level V)
Merupakan langkah akhir dan langkah yang terendah dari AHP, berisi hasil
dari keseluruhan level di atas.

3.3.5

Faktor Pihak Pengambil Keputusan


Pada proses pengambilan keputusan pemilihan jenis pondasi pada Tugas

Akhir ini terdapat beberapa faktor yang telah diidentifikasikan. Identifikasi faktorfaktor ini dilakukan dengan cara wawancara kepada kontraktor tiang pancang.
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan dengan cara wawancara, maka diperoleh
pihak yang berperan dalam pengambilan keputusan pemilihan jenis pondasi pada
proyek pembangunan PT. ENVI DESIGN, yaitu PT. PATON BUANA
SEMESTA

3.3.6

Faktor Kriteria Pemilihan Jenis Pondasi


Identifikasi faktor ini dilakukan dengan metode wawancara dan pencarian

data-data berupa hasil laporan penyelidikan.


a. kriteria ekonomis,
b. kriteria kondisi tanah,
c. kriteria efisiensi waktu,
d. kriteria pelaksanaan,
e. kriteria teknis pondasi,
f. kriteria lingkungan,
g. kriteria alat dan bahan.
h. kriteria tenaga kerja,

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

30
Perpustakaan Unika

3.3.7

Faktor Alternatif Jenis Pondasi

Identifikasi faktor ini dilakukan dengan metode wawancara, pengumpulan data


hasil laporan penyelidikan tanah, dan studi pustaka. Berdasarkan identifikasi yang
dilakukan diperoleh tiga macam alternatif jenis pondasi yang digunakan antara
lain:
a. alternatif 1 adalah jenis pondasi tiang pancang mini pile,
b. alternatif 2 adalah jenis pondasi tiang pancang franki pile,
c. alternatif 3 adalah jenis pondasi tiang pancang Pc hole.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

31
Perpustakaan Unika

3.4

Pemodelan Hierarki Analitycal Hierarchy Process (AHP)

Berdasarkan proses identifikasi maka diperoleh model hirarki keputusan sebagai


berikut:

Level 1:
Tujuan

Jenis Pondasi yang digunakan

Level 2:
Pengambil
Keputusan

Kontraktor Pondasi

Level 3:
Kriteria

Level 4:
Sub kriteria

A1
A2
A3
A4

B1
B2
B3
B4

C1
C2
C3

D1
D2
D3

E1
E2
E3

F1
F2
F3

G1
G2
G3

H1
H2
H3

Level 5:
Alternatif

Mini Pile

Franki Pile

Pc Hole

Gambar 3.5. Model Hierarki Keputusan Penelitian

Keterangan:
A
: Ekonomis
B
: Kondisi tanah
C
: Efisiensi waktu
D
: Pelaksanaan
E
: Teknis pondasi
F
: Lingkungan
G
: Alat dan bahan
H
: Tenaga
A1
: Biaya pembuatan pondasi
A2
: Biaya pengadaan alat
A3
: Biaya galian pondasi
A4
: Biaya tenaga kerja
B1
: Tanah kerikil
B2
: Tanah pasir
B3
: Tanah Lanau
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

32
Perpustakaan Unika

B4
C1
C2
C3
D1
D2
D3
E1
E2
E3
F1
F2
F3
G1
G2
G3
H1
H2
H3

: Tanah Lempung
: Biaya pelaksanaan pondasi
: Kualitas Pekerjaan
: Waktu Pelaksanaan
: Efisiensi waktu
: Efisiensi biaya
: Efisiensi Tenaga
: Waktu Pelaksanaan
: Biaya Pelaksanaan
: Kualitas/Hasil Pelaksanaan
: Waktu Pengadaan Alat dan Bahan
: Pekerjaan Proyek
: Pencemaran
: Pengadaan Alat dan bahan
: Efisiensi waktu
: Biaya
: Kualitas tenaga kerja
: Keselamatan kerja
: Jumlah tenaga kerja

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


Perpustakaan Unika

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1

Analisa Data

4.1.1

Data Kuisoner
Data kuisoner yang dimaksud disini adalah data-data yang menyangkut

tentang segala aspek dalam penentuan alternatif jenis pondasi. Data kuisoner
tersebut menyangkut aspek ekonomis, kondisi tanah, efisiensi waktu, pelaksanaan,
teknis pondasi, lingkungan, alat dan bahan, dan tenaga.
Data kuisoner tersebut penulis sebar selain kepada PT. ENVI DESIGN
SEMARANG juga kepada PT. PATON BUANA SEMESTA yang berada di Jalan
Hanoman no.64 Semarang, perusahaan tersebut merupakan salah satu kontraktor
pembuat pondasi tiang pancang dan pada Proyek Pembangunan PT. ENVI
DESIGN SEMARANG juga menggunakan jasa dari kontraktor tersebut.
4.2

Pembahasan

4.2.1

Proses perhitungan secara manual


Dalam proses perhitungan secara manual kami mengambil hasil kuisoner

yang berupa kombinasi, dari total 5 (lima) yang disebar semuanya dapat kami
ambil kembali. Kuisoner kami rata-rata dengan menggunakan Expert Choice 2000
untuk mendapatkan kombinasi, hasil dari kombinasi ini akan dibandingkan
dengan hasil yang sudah ada diatas.
4.2.2

Perhitungan AHP (Analytical Hierarchy Process)


Berdasarkan matriks perbandingan tersebut akan mendapatkan apa yang

disebut Local dan global priority. Langkah-langkah untuk mendapatkan prioritas


tersebut adalah dengan menormalisasi matriks perbandingan yang sudah ada. Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan suatu taksiran menyeluruh dari prioritas yang
memungkinkan perbandingan antar elemen menjadi lebih berbobot.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

33

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

34
Perpustakaan Unika

Pembuatan kuisoner

Penyebaran kuisoner

Skala Perbandingan
Pihak Pengambil
Keputusan

Skala Perbandingan
Kriteria pemilihan
jenis pondasi

Skala Perbandingan
Sub kriteria pemilihan
jenis pondasi

Skala Perbandingan
Alternatif jenis
pondasi

Matriks Perbandingan
Berpasangan Pihak
Pengambil Keputusan

Matriks Perbandingan
Berpasangan Kriteria
Pemilihan Jenis
Pondasi

Matriks
Perbandingan
Berpasangan Sub
kriteria Pemilihan
Jenis Pondasi

Rata-rata
Skala Perbandingan
Alternatif Jenis Pondasi

Matriks Perbandingan
Berpasangan
Alternatif Jenis Pondasi

Pembobotan Pihak
Pengambil Keputusan

Pembobotan Kriteria
Pemilihan Jenis
Pondasi

Pembobotan Sub
kriteria Pemilihan
Jenis Pondasi

Uji konsistensi

Pembobotan Alternatif
Jenis Pondasi

Not Ok

Ok
Penilaian Alternatif

Gambar 4.1. Bagan Alir Perhitungan


Tabel 4.1. Matriks yang membandingkan beberapa kriteria
KRITERIA
E
KT
EW
P
TK
L
AB
T

E
1
2
2
2
5
0.33
2
2

KT
0.5
1
0.5
2
2
0.25
4
2

EW
0.5
2
1
1
2
0.5
2
1

P
0.5
0.5
1
1
0.33
0.25
0.33
1

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

TK
L
AB
T
0.2
3
0.5
0.5
0.5
4
0.25
0.5
0.5
2
0.5
1
3
4
3
1
1
4
0.5
1
0.25
1
0.2
0.25
2
5
1
5
4
4
0.2
1
Sumber : Pengolahan data, 2007

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

35
Perpustakaan Unika

Tabel 4.2. Matriks hasil normalisasi


KRITERIA
E
KT
EW
P
TK
L
AB
T

E
1
2
2
2
5
0.33
2
2

KT
0.5
1
0.5
2
2
0.25
4
2

EW
0.5
2
1
1
2
0.5
2
1

P
0.5
0.5
1
1
0.33
0.25
0.33
1

TK
0.2
0.5
0.5
3
1
0.25
2
4

L
AB
T
3
0.5
0.5
4
0.25
0.5
2
0.5
1
4
3
1
4
0.5
1
1
0.2
0.25
5
1
5
4
0.2
1
Sumber : Pengolahan data, 2007

Keterangan :
EKO
: ekonomis
KT
: kondisi tanah
EW
: efisiensi waktu
P
: pelaksanaan
TK
: teknis pondasi
L
: lingkungan
AB
: alat dan bahan
T
: tenaga

Tabel 4.2, kriteria AB mendapatkan hasil yang paling tinggi atau absolut.
Hal ini disebabkan karena responden dari kuisoner menilai bahwa kriteria AB
(alat dan bahan) merupakan faktor penting yang mempengaruhi dalam pembuatan
pondasi. Hal itu tidak significant dengan kriteria KT (kondisi tanah) yang hanya
menghasilkan angka 0.787. Hal ini menurut responden kuisoner, kriteria KT
merupakan kriteria yang seharusnya didapat dari hitungan dalam penentuan jenis
pondasi sehingga menghasilkan hasil yang tidak absolut. Hasil yang terdapat pada
Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa penentuan alternatif jenis pondasi tidak
selalu ditentukan dengan jenis kondisi tanah tetapi ada beberapa hal yang bisa
lebih penting daripada kriteria tersebut dengan catatan perencana akan
memperhitungkan beberapa aspek seperti kriteria diatas dengan lebih mendetail.
Adapun cara untuk menormalisasi yaitu dengan membagi tiap matriks
kolom

dengan jumlah dari satu kolom. Hasil yang didapat merupakan

penjumlahan dari tiap baris. Hasil dibagi dengan jumlah kriteria untuk
mendapatkan Local Priority.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

hasil
0.5124
0.787
0.2633
1.5846
1.1515
0.2574
1.727
1.2167

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

36
Perpustakaan Unika

Tabel 4.3. Local dan Global Priority


Lambda
max
0.0640
0.5693
8.8889
0.0984
0.8470
8.6099
0.0954
0.8671
9.0884
0.1981
1.9786
9.9890
0.1439
1.3064
9.0758
0.0322
0.2925
9.0905
0.2159
2.2036
10.2077
0.1521
1.5180
9.9811
Sumber : Pengolahan data, 2007
Local

global

Tabel 4.3. diatas dapat dilihat bahwa nilai dari kriteria AB juga
menunjukkan angka yang absolut. Local priority merupakan hasil penjumlahan
dari tiap baris kriteria hasil normalisasi kemudian dibagi dengan jumlah kriteria
yang ada.
Global didapatkan dari hasil perkalian antara local Priority dengan matrik
berpasangan, setelah itu dijumlahkan berdasarkan baris. Setelah Local dan Global
Priority di dapat maka max diketahui dengan cara membagi Global Priority
dengan Local Priority kemudian di rata-rata. Setelah itu dapat kita ketahui apakah
matrik berpasangan tersebut konsisten atau tidak dengan cara mencari CR, dengan
syarat 1.
Tabel 4.3. max, CI dan CR
max
CI
CR

9.3664
0.0458
0.0325

Sumber : Pengolahan data, 2007

Hal tersebut juga dilakukan untuk matriks yang membandingkan beberapa subkriteria. Adapun cara yang digunakan untuk menghitung matriks tersebut sama
dengan yang diatas.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

37
Perpustakaan Unika

Tabel 4.4. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam


kriteria ekonomi
EKO
BPP
BPA
BGP
BTK
total

BPP
1
2
3
4
10

BPA
0.5
1
1
1
3.5

BGP
0.3333
1
1
1
3.3333

BTK
0.25
1
1
1
3.25

Local
0.1049
0.2734
0.2984
0.3234
1.0000

Global
Lambda max
0.4219
4.0203
1.105
4.0424
1.2099
4.0553
1.3148
4.0662
max
4.0460
CI
0.0153
CR
0.0258
Sumber : Pengolahan data, 2007

Keterangan :
EKO
: ekonomis
BPP
: biaya pembuatan pondasi
BPA
: biaya pengadaan alat
BGP
: biaya galian pondasi
BTK
: biaya tenaga kerja

Tabel 4.4. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang


berada dalam kriteria Ekonomis. Dapat di lihat dari hasil diatas bahwa global
priority dengan nilai paling absolut adalah sub-kriteria BTK (biaya tenaga kerja).
Hal ini menurut responden kuisoner dalam segi ekonomis mereka harus
memperhitungkan sub-kriteria BTK lebih penting dari pada sub-kriteria yang lain
karena biaya tenaga kerja juga berpengaruh pada hasil dari pekerjaan pembuatan
pondasi tersebut.
Hal ini berlawanan dengan sub-kriteria BPP (biaya pembuatan pondasi)
seharusnya sub-kriteria BPP mendapatkan nilai yang paling absolut. Hasil yang
berlawanan tersebut dipengaruhi juga dengan hasil perbandingan yang lain,
karena pada Tabel 4.4. dapat di lihat bahwa perbandingan didominasi dengan nilai
1dengan kata lain merupakan nilai netral. Hal tersebut yang membuat nilai antara
sub-kriteria BPP dan BTK menjadi tidak berimbang karena pada tabel 4.4. dapat
di lihat juga bahwa perbandingan antara sub-kriteria BPP dan BTK dimenangkan
oleh BTK dengan perbandingan 4 banding 0.25 yang diartikan bahwa sub-kriteria
BTK lebih penting dan bernilai 4 jika dibandingkan dengan sub-kriteria BPP.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

38
Perpustakaan Unika

Tabel 4.5. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam


kriteria kondisi tanah
KT
TK
TP
TL
Tle
total

TK
1
2
3
4
10

TP
0.5000
1
1
1
3.5

TL
0.3333
1
1
1
3.3333

Tle
0.25
1
1
1
4

Local
0.1482
0.2589
0.2839
0.2339
0.9250

Global
Lambda max
0.4308
2.9066
1.0732
4.1448
1.2214
4.3019
1.3696
5.8549
max
4.3020
CI
0.1006
CR
0.11
Sumber : Pengolahan data, 2007

Keterangan :
KT
: kondisi tanah
TK
: tanah keras
TP
: tanah pasir
TL
: tanah lunak
Tle
: tanah lempung

Tabel 4.5. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang


berada dalam kriteria kondisi tanah. Pada tabel diatas hasil yang paling absolut
adalah sub-kriteria TLe (tanah lempung) dengan nilai 1.3696 yang dapat diartikan
bahwa jenis pondasi mini pile merupakan pondasi yang cocok dipakai dalam
kondisi tanah lempung. Pada tabel diatas dapat di lihat juga perbandingan yang
sangat besar antara Tle (tanah lempung) dengan TK (tanah keras) dimana dalam
perbandingan itu Tle lebih penting daripada TK dengan nilai 4. Hal ini diperkuat
dengan kesimpulan yang ada didalam data tanah yang kami terima yaitu pada Bab
IV point 4.1.1 dikatakan bahwa pada kedalaman -0.00 meter sampai -4.00 meter
berupa tanah lempung dan pada point 4.1.2. dikatakan bahwa pada kedalaman
-6.00 meter sampai dengan -17.00 meter terdapat lapisan tanah lempung dengan
konsistensi sangat lunak tetapi dengan saran sebaiknya ditumpu oleh lensa pasir
minimal -3.00 meter.
Tabel 4.6. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam
Kriteria efisiensi waktu
EW
BPP
KP
WP
total

BPP
1
1
5
7

KP
1.00
1
2
4.0

WP
0.2000
0.5
1
1.7

Local
0.1702
0.2290
0.6008
1.0000

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Global
Lambda max
0.5193
3.0519
0.6996
3.0550
1.9097
3.1783
max
3.0951
CI
0.0475
CR
0.082
Sumber : Pengolahan data, 2007

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

39
Perpustakaan Unika

Keterangan :
EW
: efisiensi waktu
BPP
: biaya pelaksanaan pondasi
KP
: kualitas pekerjaan
WP
: waktu pekerjaan

Tabel 4.6. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang


berada dalam kriteria efisiensi waktu. Pada tabel diatas dapat di lihat hasil yang
significant antar tiga sub-kriteria dan nilai sub-kriteria WP (waktu pelaksanaan)
lebih tinggi daripada yang lain dengan terpaut nilai lebih dari 1 point. Hal ini
disebabkan kerena menurut responden kuisoner waktu pelaksanaan lebih penting
daripada biaya pelaksanaan dan kualitas pekerjaan. Dalam suatu pekerjaan
konstruksi sering kali dihadapkan oleh waktu dimana dengan waktu yang semakin
berkurang

diharapkan

untuk

memenuhi

target

pekerjaan.

Tabel

diatas

menunjukkan bahwa perbandingan yang paling mencolok adalah perbandingan


antara sub-kriteria WP dengan BPP yaitu bernilai 5 untuk kepentingan WP. Nilai
tersebut dapat diartikan bahwa sebenarnya (jika berdasarkan pada nilai yang
diatas) WP lebih penting dari pada BPP dan itu juga terjadi pada proyek
konstruksi yang sesungguhnya.
Tabel 4.7. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam
kriteria pelaksanaan
P
EW
EB
ET
total

EW
1
3
3
7

EB
0.3333
1
1
2.3333

ET
0.3333
1
1
2.3333

Local
0.1428
0.4286
0.4286
1.0000

Global
Lambda max
0.4285
2.9999
1.2857
2.9999
1.2857
2.9999
max
2.9999
CI
0
CR
0
Sumber : Pengolahan data, 2007

Keterangan :
P
: pelaksanaan
EW
: efisiensi waktu
EB
: efisiensi biaya
ET
: efisiensi tenaga

Tabel 4.7. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang


berada dalam kriteria pelaksanaan. Pada tabel diatas dapat di lihat nilai dari global
priority yang paling tinggi adalah EB (efisiensi biaya) dan ET(efisiensi tenaga)
hal ini maksudnya adalah dalam kriteria pelaksanaan kedua sub-kriteria
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

40
Perpustakaan Unika

pelaksanaan inilah yang mempunyai pengaruh paling besar. Pengaruh itu dapat di
lihat dalam matriks diatas dimana bobot perbandingan antara EB dengan ET sama
yaitu bernilai 1 atau nilai netral. Bobot nilai antara EB dengan EW dan ET dengan
EB sama yaitu 3 untuk kepentingan EB dan ET. Maksud dari hal tersebut adalah
dalam suatu pelaksanaan konstruksi dalam hal ini pembuatan pondasi jika dilihat
dari sub-kriteria yang ada maka dapat diambil kesimpulan bahwa efisiensi waktu
tidak begitu diperhitungkan dengan tidak diperhitungkannya itu maka seringkali
suatu proyek konstruksi mengalami suatu kemunduran waktu. Efisiensi biaya dan
efisiensi tenaga dalam pelaksanaan proyek konstruksi dalam hal ini pembuatan
pondasi juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan untuk mencapai
target waktu yang telah ditetapkan terutama efisiensi tenaga, jika bekerja
seefisiensi mungkin bukan mustahil jika suatu pekerjaan konstruksi dapat
selesai sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Tabel 4.8. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam
kriteriaTeknis Pondasi
TP
WP
BPP
KP
total

WP
1
5
1
7

BPP
0.2
1
0.5
1.7

KP
1
2
1
4

Local
0.1702
0.6008
0.2290
1.0000

Global
Lambda max
0.5193
3.0519
1.9097
3.1783
0.6996
3.0550
max
3.0951
CI
0.0475
CR
0.081
Sumber : Pengolahan data, 2007

Keterangan :
TP
: teknis pondasi
WP
: waktu pelaksanaan
BPP
: biaya pekerjaan pondasi
KP
: kualitas pekerjaan

Tabel 4.8. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang


berada dalam kriteria teknik pondasi. Pada tabel diatas dapat di lihat nilai dari
global priority yang paling besar adalah BPP (biaya pelaksanaan pondasi). Biaya
pelaksanaan pondasi dalam hal ini meliputi sewa alat, biaya pengiriman, dan lainlain. Tabel matriks diatas nilai dari BPP merupakan nilai paling tinggi dari semua
nilai dan berselisih 1 nilai. Hal ini disebabkan pada matriks perbandingan
berpasangan diatas perbandingan antara BPP dengan WP mencapai angka 5 untuk
kepentingan BPP. Menurut responden kuisoner di dalam pelaksanaan proyek
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

41
Perpustakaan Unika

konstruksi dalam hal ini pembuatan jenis pondasi BPP memegang peranan
penting karena itu berhubungan dengan rencana anggaran biaya yang sudah
ditetapkan. Untuk kualitas pekerjaan dan waktu pelaksanaan dapat dilakukan
dengan dipantau secara rutin dan untuk berhubungan dengan segi biaya atau
ekonomis hanya beberapa persen saja dalam arti tidak begitu berpengaruh.
Tabel 4.9. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam
Kriteria Lingkungan
Lingk
WP
PP
P
total

WP
1
1
3
5

PP
1
1
3
5.0

P
0.3333
0.3333
1
2

Local
0.2000
0.2000
0.6000
1.0000

Global
Lambda max
0.6000
2.9999
0.6000
2.9999
1.8000
2.9999
max
2.9999
CI
0
CR
0
Sumber : Pengolahan data, 2007

Keterangan :
Lingk : lingkungan
WP
: waktu pengadaan alat dan bahan
P
: pencemaran
PP
: pekerjaan proyek

Tabel 4.8. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang


berada dalam kriteria lingkungan. Pada tabel diatas dapat di lihat nilai dari global
priority yang paling besar adalah PP (pekerjaan proyek). Pekerjaan proyek dalam
hal ini meliputi pekerjaan struktur bawah. Responden kuisoner memberikan
penilaian yang sama kepada WP dan P yaitu 1 sedangkan pada perbandingan
antara P dengan PP mereka memberi nilai 3 untuk kepentingan PP. Maksudnya
dalam suatu proyek konstruksi dalam hal ini pembuatan pondasi mereka lebih
mementingkan PP (pekerjaan proyek) daripada P (pencemaran) dan WP (waktu
pengadaan alat dan bahan). Dalam suatu proyek konstruksi pekerjaan proyek
dalam hal ini secara keseluruhan merupakan faktor yang lebih penting daripada
pencemaran dan pengadaan alat dan bahan walaupun dalam pekerjaan proyek
seringkali pekerjaan tersebut menimbulkan pencemaran yang berdampak pada
lingkungan seperti kemacetan, jalan kotor, bahkan suara.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

42
Perpustakaan Unika

Tabel 4.10. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam


kriteria Alat dan bahan
AB
PB
EW
B
total

PB
1
4
2
7

EW
0.25
1
0.3333
1.6

B
0.5
3
1
5

Local
0.1373
0.6232
0.2395
1.0000

Global
Lambda max
0.4128
3.0071
1.8908
3.0339
0.7218
3.0139
max
3.0183
CI
0.0092
CR
0.0158
Sumber : Pengolahan data, 2007

Keterangan :
AB
: alat dan bahan
PB
: pengadaan alat dan bahan
EW
: efisiensi waktu
B
: biaya

Tabel 4.10. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang


berada dalam kriteria alat dan bahan. Pada tabel diatas dapat di lihat nilai dari global
priority yang paling besar adalah EW (efisiensi waktu). Hal ini berhubungan dengan
efisiennya waktu yang di butuhkan untuk mendapatkan atau bahkan mendatangkan
material-material yang di butuhkan untuk proyek konstruksi. Tabel matriks diatas
menunjukkan bahwa nilai EW lebih besar dan mempunyai selisih nilai 1 lebih dari PB
dan B. Hal itu disebabkan responden kuisoner kami merasa bahwa jika semua proyek
konstruksi selalu berhubungan dengan waktu dan biaya (yang paling dominan) dan
melihat dari sub-kriteria yang ada maka mereka menetapkan EW sebagai salah satu
sub-kriteria yang paling penting dengan memberikan nilai 4 untuk kepentingan EW
jika dibandingkan dengan PB dan nilai 3 jika dibandingkan dengan B.
Tabel 4.11. Matriks yang membandingkan Subkriteria dalam
kriteria tenaga
T
KT
KK
JTK
total

KT
1
4
3
8

KK
0.25
1
0.3333
1.6

JTK
0.3333
3
1
4

Local
0.1221
0.6272
0.2785
1.0278

Keterangan :
T
: tenaga
KT
: kualitas tenaga kerja
KK
: keselamatan kerja
JTK
: jumlah tenaga kerja
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Global
Lambda max
0.3717
3.0449
1.9510
3.1107
0.8538
3.0656
max
3.0737
CI
0.0092
CR
0.0638
Sumber : Pengolahan data, 2007

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

43
Perpustakaan Unika

Tabel 4.11. diatas merupakan matriks perbandingan antar sub-kriteria yang


berada dalam kriteria tenaga. Pada tabel diatas dapat di lihat nilai dari global
priority yang paling besar adalah KK (keselamatan kerja). Pekerjaan proyek besar
memang membutuhkan faktor keselamatan kerja yang tinggi apalagi sudah
memasuki dunia persaingan seperti sekarang faktor keselamatan juga merupakan
salah satu faktor penunjang keberhasilan suatu proyek. Responden kuisoner
memberi nilai 4 (untuk KK) pada perbandingan KT dengan KK dengan maksud
kualitas tenaga kerja yang sedikit dapat ditutup dengan jumlah pekerja yang
banyak sedang nilai 3 (untuk KK) diberikan pada perbandingan KK dengan JTK
dikarenakan dengan jumlah tenaga kerja yang banyak maka akan mendongkrak
biaya faktor keselamatan yang tinggi oleh karena itu dengan mengedepankan KK
maka jumlah tenaga kerja tidak perlu bertambah.
Tabel keseluruhan diatas merupakan tabel nilai local priority dari masingmasing matriks, kemudian kelompokkan masing-masing local priority tersebut
berdasarkan masing-masing kriteria kemudian kalikan setiap kolom dengan local
priority tiap kriteria yang bersangkutan untuk memperoleh vektor prioritas
terbobot bagi kriteria tersebut.
Tabel 4.12. Pengelompokan masing-masing local priority
0.064
EKO
0.1049
BPP
0.2734
BPA
BGP 0.2984
BTK 0.3234
0.1439
TP
0.1702
WP
0.6008
BP
0.229
KP

TK
TP
TL
Tle

WP
PP
P

0.0984
KT
0.1482
0.2589
0.2839
0.2339
0.0322
Lingk
0.2
0.2
0.6

0.0954
EW
0.1702
BPP
0.229
KP
0.6008
WP

0.1981
P
0.1428
EW
0.4286
EB
0.4286
ET

0.2159
0.1521
AB
T
0.1373
0.1221
PB
KT
0.6232
0.6272
EW
KK
0.2395
0.2785
B
JTK
Sumber : Pengolahan data, 2007

Langkah selanjutnya ambil nilai tertinggi dari masing-masing local priority subkriteria kemudian dikalikan dengan nilai local priority dari kriteria yang ada.
Kegunaan dari diambilnya nilai paling tinggi dari sub-kriteria adalah untuk
menentukan persentase yang akan diperoleh dalam pemilihan jenis pondasi.
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

44
Perpustakaan Unika

Semakin tinggi atau absolut nilai tersebut maka akan semakin menunjukkan hasil
yang baik atau significant.
Tabel 4.13. Hasil perkalian antara local priority dari masing-masing kriteria
dengan nilai tertinggi local priority sub-kriteria
EKO
0.0207

KT
0.0279

EW
0.0573

P
0.0849

TP
0.0864

Lingk
AB
T
0.0193
0.1345
0.0954
Sumber : Pengolahan data, 2007

Langkah berikutnya jumlahkan semua baris diatas dan bagi setiap entri dengan
jumlah itu untuk mendapatkan vektor yang dinormalisasi dari kriteria tersebut.
Hasil dari perhitungan itu disebut eigenvector dimana hasil tersebut berguna
sebagai pengali untuk tiap sub-kriteria yang akhirnya mendapatkan hasil yang
terbaik karena merupakan hasil dari perkalian antara nilai maksimum.
Tabel 4.14. Hasil perhitungan pembagian tiap entri dengan jumlah baris
EKO
0.0393

KT
0.0530

EW
0.1089

P
0.1613

TP
0.1641

Lingk
AB
T
0.0367
0.2555
0.1812
Sumber : Pengolahan data, 2007

Tabel 4.15. Vektor prioritas untuk berbagai kriteria


EKO
0.0067
0.0175
0.0191
0.0207
TP
0.0245
WP
0.0865
BP
0.0330
KP

BPP
BPA
BGP
BTK

KT
0.0146
0.0255
0.0279
0.0230
Lingk
0.0064
WP
0.0064
PP
0.0193
P
TK
TP
TL
Tle

BPP
KP
WP

PB
EW
B

EW
0.0162
0.0218
0.0573

EW
EB
ET

P
0.0283
0.0849
0.0849

AB
T
0.0296
0.0186
KT
0.1345
0.0954
KK
0.0517
0.0424
JTK
Sumber : Pengolahan data, 2007

Langkah selanjutnya mencari local priority dari masing-masing sub-kriteria


alternatif yang kemudian dikalikan dengan vektor prioritas yang ada di
Tabel 4.14. hasil yang ada di Tabel 4.15. diambil yang terbesar dari tiap kriteria
hal dimungkinkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

45
Perpustakaan Unika

Tabel 4.16 Perbandingan matriks kriteria ekonomis dengan Alternatif


Tabel local keseluruhan
Kriteria Ekonomis
0.5071
ALT1
0.2583
ALT2
0.2345
ALT3
3.1021
max
0.051
CI
0.0567
CR
Sumber : Pengolahan data, 2007

Tabel 4.17. Perbandingan matriks kriteria kondisi tanah dengan Alternatif


Tabel local keseluruhan
Kriteria Kondisi tanah
0.3333
ALT1
0.3333
ALT2
0.3333
ALT3
3
max
0
CI
0
CR
Sumber : Pengolahan data, 2007

Tabel 4.18. Perbandingan matriks kriteria efisiensi waktu dengan Alternatif


Tabel local keseluruhan
Kriteria Efisiensi waktu
0.2195
ALT1
0.2646
ALT2
0.4465
ALT3
3
max
0
CI
0
CR
Sumber : Pengolahan data, 2007

Tabel 4.19. Perbandingan matriks kriteria pelaksanaan dengan Alternatif


Tabel local keseluruhan
Kriteria Pelaksanaan
0.2690
ALT1
0.2830
ALT2
0.4203
ALT3
3.08
max
0.04
CI
0.068
CR
Sumber : Pengolahan data, 2007

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

46
Perpustakaan Unika

Tabel 4.20. Perbandingan matriks kriteria teknis pondasi dengan Alternatif


Tabel local keseluruhan
Kriteria Teknik
Pondasi
0.4167
ALT1
0.2735
ALT2
0.2821
ALT3
3
max
0
CI
0
CR
Sumber : Pengolahan data, 2007

Tabel 4.21. Perbandingan matriks kriteria lingkungan dengan Alternatif


Tabel local keseluruhan
Kriteria Lingkungan
0.3624
ALT1
0.2856
ALT2
0.2912
ALT3
3
max
0
CI
0
CR
Sumber : Pengolahan data, 2007

Tabel 4.22. Perbandingan matriks kriteria alat dan bahan dengan Alternatif
Tabel local keseluruhan
Kriteria Alat dan
Bahan
0.3280
ALT1
0.4409
ALT2
0.1940
ALT3
3
max
0
CI
0
CR
Sumber : Pengolahan data, 2007

Tabel 4.23. Perbandingan matriks kriteria tenaga dengan Alternatif


Tabel local keseluruhan
Kriteria Tenaga
0.4001
ALT1
0.3961
ALT2
0.1659
ALT3
3
max
0
CI
0
CR
Sumber : Pengolahan data, 2007

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

47
Perpustakaan Unika

Tabel diatas merupakan tabel perbandingan alternatif jika dilihat


berdasarkan nilai yang terdapat pada tabel diatas dapat dilihat bahwa alternatif 1
yaitu pondasi mini pile mempunyai nilai yang paling tinggi secara dominan. Hal
ini tidak menutup kemungkinan bahwa alternatif yang lain juga akan mempunyai
nilai tertinggi seperti dalam kriteria alat dan bahan dimana alternatif 2 lebih
dominan dan juga kriteria pelaksanaan dan efisiensi waktu dimana alternatif 3
lebih dominan. Hal tersebut lebih dikarenakan data yang diisi oleh responden
kuisioner dimana setelah dihitung hitungan tersebut haruslah memenuhi syarat
seperti yang telah disebutkan diatas yaitu CR 1.
Tabel 4.24. local priority dari masing-masing sub-kriteria alternatif
local
priority
ALT 1
ALT 2
ALT 3

0.0393
EKO
0.5071
0.2583
0.2345

0.053
KT
0.3333
0.3333
0.3333

0.1089
EW
0.2195
0.2646
0.4465

0.1613
P
0.2690
0.2830
0.4203

0.1641
0.0367
0.2555
0.1812
TP
Lingk
AB
T
0.4167
0.3624
0.3280
0.4001
0.2735
0.2856
0.4409
0.3961
0.2821
0.2912
0.1940
0.1659
Sumber : Pengolahan data, 2007

Tabel diatas merupakan langkah terakhir dalam perhitungan yang


melibatkan eigenvector dimana seluruh alternatif dikelompokkan berdasarkan
kriteria kemudian dikalikan dengan eigenvektor yang ada pada Tabel 4.14.
Tabel 4.25. Hasil perkalian antara vektor prioritas
dengan local priorityAlternatif
ALT 1
ALT 2
ALT 3

EKO
0.0199
0.0102
0.0092

KT
0.0177
0.0177
0.0177

EW
0.0239
0.0288
0.0486

P
0.0434
0.0456
0.0678

TP
Lingk
AB
T
0.0684
0.0133
0.0838
0.0725
0.0449
0.0105
0.1126
0.0718
0.0463
0.0107
0.0496
0.0301
Sumber : Pengolahan data, 2007

Langkah selanjutnya yaitu menjumlahkan tiap baris alternatif diatas untuk


mendapatkan hasil akhir.
Tabel 4.26. Hasil akhir dari perhitungan AHP
0.3634
ALT 1
0.3567
ALT 2
0.2799
ALT 3
Sumber : Pengolahan data, 2007

Hasil akhir diatas maka dapat di simpulkan bahwa jenis pondasi yang
sesuai untuk PT. ENVI DESIGN adalah pondasi Mini Pile 36.34%. Alasan
memilih pondasi Mini Pile ini jelas Alternatif 1 (mini pile) lebih mendominasi
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

48
Perpustakaan Unika

daripada Alternatif 2 (Franki pile 35.67%) dan Alternatif 3 (PC Hole 27.99 %).
Berdasarkan perhitungan secara manual tersebut jika dibandingkan dengan
perhitungan menggunakan program Expert choice 2000 maka tidak terjadi
perubahan yang berarti hal itu dikarenakan dengan cara perhitungan yang berbeda
akan menghasilkan hasil yang sama yaitu Alternatif 1 (Mini Pile) sebagai
alternatif yang terbaik. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat diagram berikut.
Perhitungan dengan menggunakan Expert Choice 2000 dapat kita lihat
bahwa jumlah persentase kriteria adalah sebagai berikut: kriteria ekonomis 6,2 %,
kriteria kondisi tanah 10,2 %, kriteria efisiensi waktu 9,2 %, kriteria pelaksanaan
22,7 %, kriteria teknis pondasi 15 %, kriteria lingkungan 3,4 %, kriteria alat dan
bahan 22,6 %, sedangkan kriteria tenaga 10,5 %. Untuk lebih mudahnya dapat di
lihat pada gambar diagram berikut.
Tabel 4.27. Perbandingan perhitungan hasil akhir
Expert choice. 2000
42.70%
26.70%
30.60%

Alternatif 1 (Mini Pile)


Alternatif 2 (Franki Pile)
Alternatif 3 (Pc Hole)

Manual
36.34%
35.67%
27.99%

Sumber : Pengolahan data, 2007

Tenaga
11%

Ekonomis
6%

Kondisi tanah
10%
Efisiensi waktu
9%

Alat dan Bahan


23%

Lingkungan
3% Teknis Pondasi
15%

Pelaksanaan
23%

Ekonomis
Kondisi tanah
Efisiensi waktu
Pelaksanaan
Teknis Pondasi
Lingkungan
Alat dan Bahan
Tenaga

Sumber : Pengolahan data, 2007

Gambar 4.2. Diagram perbandingan antar kriteria

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

49
Perpustakaan Unika

Pc Hole
31%

Mini Pile
42%

Mini Pile
franki Pile
Pc Hole

franki Pile
27%

Sumber : Pengolahan data, 2007

Gambar 4.3. Diagram perbandingan antar alternatif


4.2.3 Pembahasan Kriteria
Sub-bab ini menjelaskan tentang kriteria-kriteria yang dipakai dalam
pemilihan Alternatif jenis pondasi dengan menggunakan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) yang terdiri dari kriteria ekonomis, kriteria kondisi
tanah, kriteria efisiensi waktu, kriteria pelaksanaan, kriteria teknis pondasi,
kriteria lingkungan, kriteria alat dan bahan, kriteria tenaga kerja.
4.2.3.1 Kriteria Ekonomis
Kriteria ini merupakan salah satu kriteria yang sangat penting dalam suatu
proyek konstruksi. Penyusunan perkiraan biaya dilakukan oleh pihak-pihak yang
berbeda. Menurut

Soeharto, I. (1997) untuk perkiraan biaya pendahuluan

umumnya disusun oleh pemilik proyek dibantu oleh konsultan, yang sekaligus
melaksanakan studi kelayakan. Anggaran biaya proyek dikerjakan oleh pemilik
dan menunjuk konsultan untuk secara khusus membuat anggaran biaya proyek.
Hasilnya akan dapat dibandingkan dan dianalisis lebih jauh. Selain behubungan
dengan biaya kriteria ekonomis juga dapat berhubungan dengan penentuan jadwal
untuk

mendapatkan

jadwal

yang

ekonomis.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode

jaringan

CPM

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

50
Perpustakaan Unika

(Crisis Path Method) dapat digunakan untuk menganalisis masalah tersebut, yaitu
dengan memperkirakan:
1. jadwal yang ekonomis bagi suatu proyek, yang didasarkan atas biaya
langsung untuk mempersingkat waktu penyelesaian komponenkomponennya,
2. jadwal yang optimal dengan memperhatikan biaya langsung dan tidak
langsung.
Langkah ini dilakukan dengan mengadakan analisis hubungan antara waktu
terhadap biaya. Mulai dari suatu kegiatan, kemudian dikembangkan bagi semua
kegiatan-kegiatan yang merupakan suatu proyek. CPM memakai satu angka
estimasi bagi kurun waktu masing-masing kegiatan, dengan penggunaan sumber
daya pada tingkat normal. Proses mempercepat kurun waktu disebut crash
program. Dalam menganalisa proses tersebut digunakan asumsi berikut:
1. jumlah sumber daya yang tersedia tidak merupakan kendala. Ini berarti
dalam menganalisis program mempersingkat waktu, alternatif yang akan
dipilih tidak dibatasi oleh tersedianya sumber daya,
2. bila diinginkan waktu penyelesaian kegiatan lebih cepat dengan lingkup
yang sama, maka keperluan sumber daya akan bertambah. Sumber daya
ini dapat berupa tenaga kerja, material, peralatan atau bentuk lain yang
dapat dinyatakan dalam sejumlah dana.
Jadi tujuan dari kriteria ekonomis diatas selain kita dapat memperkirakan jumlah
biaya yang akan dikeluarkan kita juga dapat memperpendek jadwal penyelesaian
kegiatan atau proyek dengan kenaikan biaya minimal.
4.2.3.2 Kriteria Kondisi Tanah
Kriteria ini merupakan kriteria yang sangat penting dalam penetukan jenis
pondasi. Penyelidikan tanah yang dilaksanakan yaitu meliputi pekerjaan sondir
mesin dan pengeboran serta pengambilan contoh tanah untuk diselidiki mengenai
index properties dan mechanical properties. Dengan mengetahui hasil dari
penyelidikan tersebut akan didapatkan jenis pondasi yang cocok untuk proyek
tersebut.
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

51
Perpustakaan Unika

4.2.3.3 Kriteria Efisiensi Waktu


Kriteria ini menerangkan bahwa dalam suatu pekerjaan konstruksi efisiensi
waktu merupakan faktor pendukung dari keberhasilan tercapainya target
pekerjaan . Menurut Soeharto, I. (1997) efisiensi waktu dalam metode jaringan
kerja adalah lama waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dari awal
sampai akhir. Faktor yang perlu diperhatikan dalam memperkirakan kurun waktu
kegiatan adalah angka perkiraan hendaknya bebas dari pertimbangan pengaruh
kurun waktu kegiatan yang mendahului atau yang terjadi sesudahnya. Misalnya
kegiatan memasang pondasi tergantung dari tersedianya semen, tetapi dalam
memperkirakan kurun waktu memasang pondasi jangan dimasukkan faktor
kemungkinan terlambatnya penyediaan semen. Adanya konsep cadangan waktu
dapat dipakai untuk memecahkan masalah proyek dalam aspek jadwal sehingga
bila dapat digunakan dengan baik, akan menjadi salah satu metode pengelolaan
proyek yang efektif untuk merencanakan dan mengendalikan jadwal.
Dalam proyek PT. ENVI DESIGN efisiensi waktu merupakan salah satu
faktor yang diutamakan hal ini disebabkan karena proyek tersebut akan dijadikan
kantor utama. Untuk biaya keterlambatan pengiriman material atau pengiriman
pondasi hal ini tidak terjadi keterlambatan yang significant dalam proyek tersebut
sehingga masih berada dalam batas normal.
4.2.3.4 Kriteria Pelaksanaan
Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan
kualitas perencanaan dan pengendalian untuk menghadapi jumlah kegiatan dan
kompleksitas proyek yang cenderung bertambah untuk itu di dalam pembangunan
suatu proyek konstruksi pelaksanaan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena
hal tersebut merupakan kunci dari keberhasilan untuk meraih target yang
ditentukan. Menurut Soeharto, I. (1997) kriteria pelaksanaan dapat ditingkatkan
dengan menambah jumlah tenaga kerja untuk bagian yang membutuhkan
perhatian yang lebih tetapi dengan meningkatnya waktu penyelesaian proyek hal
ini juga behubungan dengan proses membuat perkiraan biaya.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

52
Perpustakaan Unika

Dalam proyek PT. ENVI DESIGN pelaksanaan dilakukan dengan jumlah


tenaga kerja yang sangat sedikit hal ini dikarenakan proyek pembangunan ini
lebih menekankan dari segi biaya sehingga untuk pelaksanaan dan selesainya
pekerjaan akan sedikit lama.
4.2.3.5 Kriteria Teknis Pondasi
Kriteria ini dilihat dari segi waktu, biaya, dan kualitas dimana seluruh aspek
tersebut saling bergantung satu sama lain. Menurut Soeharto, I. (1997) hasil yang
terbaik dapat dicapai jika kita tidak meninggalkan segi waktu dan kualitas dengan
menurunkan segi biaya. Kriteria ini hampir sama dengan kriteria kondisi tanah
dimana dalam suatu proyek konstruksi pekerja hanya bekerja dalam hal
pemasangan pondasi saja untuk itu segi yang sangat berpengaruh adalah waktu
dan kualitas. Sering dalam suatu pembuatan pondasi pekerjaan terganggu dengan
adanya hambatan atau force majeur hal itu mempengaruhi waktu dan kualitas
pekerjaan. Untuk itu dengan mempertimbangkan kriteria teknis pondasi pengelola
proyek setidaknya bisa menjaga jarak dari terhindarnya kemungkinan yang buruk.
Dalam proyek PT. ENVI DESIGN masalah teknis pondasi tidak mendapatkan
masalah yang begitu berarti.
4.2.3.6 Kriteria Lingkungan
Negeri yang sedang membangun seperti indonesia ini, dimana kegiatan
ekonomi semula bertumpu pada sektor agraria dengan cara-cara bertani yang
tradisional relatif tidak ada kegiatan yang berdampak negatif

terhadap

lingkungan. Setelah menginjak era industrialisasi terasa adanya keperluan untuk


menyeimbangkan antara kebutuhan-kebutuhan industrialisi jadi dengan daya
dukung lingkungan. Kehadiran teknologi dengan aktivitas komponennya sedikit
atau banyak berinteraksi dengan komponen lingkungan. Menurut Soeharto, I.
(1997) dengan asumsi bahwa industrilisasi

merupakan langkah yang perlu

ditempuh yang harus diperhatikan adalah dampak interaksi tersebut agar terjadi
dampak negatif diupayakan untuk menanggulanginya sambil mendorong

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

53
Perpustakaan Unika

terjadinya dampak positif. Dalam pembuatan pondasi tiang pancang pencemaran


atau limbah yang sering terjadi adalah kebisingan.
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan. Hal ini karena
terjadi dalam waktu yang lama dan dapat mengurangi kenyamanan bahkan dapat
merusak daya pendengaran seseorang. Adapun lingkungan atau wilayah dari suatu
proyek konstruksi tersebut juga berpengaruh, misalnya proyek sekolah di pinggir
jalan raya atau dekat perumahan akan lebih banyak menimbulkan limbah daripada
di daerah perbukitan. Dalam proyek PT. ENVI DESIGN masalah yang timbul
yaitu adanya kemacetan yang ditimbulkan letak dari proyek tersebut yang berada
di jalur padat dan dekat dengan perumahan tetapi hal itu dapat diatasi karena
kemacetan hanya terjadi pada jam sibuk saja antara 07.00 WIB dan 12.00 WIB.
4.2.3.7 Kriteria Alat dan Bahan
Kriteria ini merupakan kriteria pendukung dimana didalam kriteria tersebut
ditinjau dari segi biaya dan waktu. Segi waktu sangat penting karena jika ada
keterlambatan dalam pengiriman barang atau material hal itu akan sangat
mengganggu pekerjaan yang sedang berlangsung.
4.2.3.8 Kriteria Tenaga Kerja
Secara teoritis keperluan rata-rata jumlah tenaga kerja dapat dihitung dari
total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam-orang atau bulan-orang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah tenaga kerja adalah sebagai berikut :
1. kondisi fisik dan sarana bantu,
2. supervisi, perencanaan dan koordinasi,
3. komposisi kelompok kerja,
4. kerja lembur,
5. ukuran besar proyek,
6. pengalaman
menurut Soeharto, I. (1997) salah satu pendekatan untuk mencoba mengukur hasil
guna tenaga kerja adalah dengan memakai parameter indeks produktivitas.
Definisi indeks tersebut adalah jumlah jam-orang yang sesungguhnya digunakan
Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

54
Perpustakaan Unika

untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dibagi dengan jumlah jam-orang yang


diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan identik pada kondisi standar. Dalam
proyek PT. ENVI DESIGN pelaksanaan dilakukan dengan jumlah tenaga kerja
yang sangat sedikit hal ini dikarenakan proyek pembangunan ini lebih
menekankan dari segi biaya.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Perpustakaan Unika

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisa data maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. model pengambilan keputusan Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan
Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Proyek
Pembangunan PT. ENVI DESIGN SEMARANG dibuat dengan cara
wawancara dan studi literatur. Sedangkan tingkat yang paling atas adalah
tujuan dari model keputusan yaitu pemilihan alternatif jenis pondasi yang
digunakan. Tingkat selanjutnya adalah tingkat pengambil keputusan yaitu
PT. PATON BUANA SEMESTA dimana perusahaan tersebut merupakan
kontraktor yang menangani proses pembuatan pondasi di Proyek
Pembangunan PT. ENVI DESIGN SEMARANG,
2. urutan prioritas kriteria dari pemilihan alternatif jenis pondasi adalah
sebagai berikut: berdasarkan alternatif 1-3 kriteria ekonomis berbobot 6 %,
berdasarkan alternatif 1-3 kriteria kondisi tanah berbobot 10 %,
berdasarkan alternatif 1-3 kriteria efisiensi waktu berbobot 9 %,
berdasarkan alternatif 1-3 kriteria pelaksanaan berbobot 23 %, berdasarkan
alternatif 1-3 kriteria teknis pondasi berbobot 15 %, berdasarkan alternatif
1-3 kriteria lingkungan berbobot 3 %, berdasarkan alternatif 1-3 kriteria
alat dan bahan berbobot 23 %, berdasarkan alternatif 1-3 kriteria tenaga
berbobot persentase 11 %. Sedangkan urutan prioritas alternatif jenis
pondasi dari tinggi ke rendah adalah sebagai berikut: Alternatif 1 (Mini
Pile) 42,7 %, Alternatif 2 (Franki Pile) 26,7 %, alternatif 3 (Pc Hole)
30,6%,
3. alternatif 1 (mini pile) merupakan alternatif dengan bobot tertinggi
sehingga jenis pondasi yang sesuai untuk proyek Pembangunan PT. ENVI
DESIGN SEMARANG adalah Pondasi Mini Pile.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

56
Perpustakaan Unika

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk pengembangan lebih lanjut, antara lain yaitu:
1. untuk lebih mudah dalam hal penerapan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP) pada suatu proyek konstruksi sebaiknya skala penilaian dinilai
bersama-sama oleh para pihak pengambil keputusan dalam suatu rapat
koordinasi,
2. metode ini sebaiknya digunakan apabila responden merupakan orang-orang
yang ahli di bidangnya sehingga tidak menghasilkan penilaian yang salah,
seperti kasus ini dimana kriteria alat dan bahan lebih besar nilainya jika
dibandingkan dengan kriteria kondisi tanah hal ini dikarenakan dalam
pengisian kuisioner di dalam kriteria kondisi tanah responden memberikan
penilaian yang sama yaitu 1 atau nilai netral. hal ini yang menyebabkan
kenapa kriteria tersebut lebih kecil nilainya jika dibandingkan dengan nilai
kriteria alat dan bahan dimana responden kuisioner mengisinya dengan angka
yang bervariasi.
3. perhitungan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat
digunakan software Expert Choice 2000 yang sudah ada, sehingga lebih
menghemat waktu untuk memperoleh keputusan terbaik,
4. metode ini dapat digunakan pada pemilihan hal-hal lain selain pondasi,
misalnya metode pelaksanaan pekerjaan ataupun pemilihan jenis konstruksi
yang lain seperti pemilihan alternatif sistem water proofing, pemilihan
alternatif jenis pondasi pada proyek gedung bertingkat, pemilihan alternatif
sistem pekerjaan pada suatu proyek besar.
5. aplikasi ini dapat dikembangkan lebih jauh dengan menambah kriteria
maupun alternatif yang ada.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

DAFTAR PUSTAKA

57
Perpustakaan Unika

DAFTAR PUSTAKA
Badiru, Adedeji dan Psimin Pulat. 1995. Comprehensif Project Management :
Integrating Optimation Models. Manajemen Principles and Computer.
Prentice Hall. New Jersey.
Bowles, J. E. 1998, Foundation Analysis and Design., Singapore: McGraw-Hill,
Inc.
David, R. A. ,Dennis, J. S. and Thomas, A. W. 1997, Pendekatan Kuantitatif
untuk Pengambilan Keputusan Manajemen Edisi tujuh Jilid satu. Jakarta.
Faisal, S., 1981, Dasar dan Teknik Penyusunan Angket., Surabaya-Indonesia :
Usaha Nasional.
Gunawan, R., 1993, Pengantar Teknik Pondasi, Yogyakarta-Indonesia : Kanisius.
Hadi, S, MA., 2001, Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis
dan Disertasi, Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.
Hasan, M. I., 2002, Pokok-pokok Materi Pengambilan Keputusan, Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Manullang, M., 1986, Pedoman Praktis Pengambilan Keputusan, Yogyakarta :
Erlangga.
Ralph, B. Peck., Walter, E. H. and Thomas H. T., 1953, 1974, Teknik Pondasi
Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
Saaty, T. L. 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT. Bustaman
Binaman Presindo. Jakarta.
Soeharto, I., 1997, Manajemen Proyek dari konseptual Sampai Operasional.
Penerbit Erlangga, Ciracas, Jakarta 13740.
Subarkah, I., 1979, Teknik Pondasi Suatu Ikhtisar Praktis, Jakarta-Indonesia.

Pemilihan Alternatif Jenis Pondasi dengan Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

KUISIONER TUGAS AKHIR

Perpustakaan Unika

Tabel 1.1

PEMILIHAN ALTERNATIF JENIS PONDASI DENGAN


METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Dengan hormat,
Kami mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Jurusan Teknik
Fakultas Sipil sedang dalam penelitian Tugas Akhir dengan judul Pemilihan Alternatif
Jenis Pondasi Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Untuk itu kami
mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi kuisioner/angket yang kami ajukan
ini.

Contoh Penilaian Kuisioner


Intensitas
Kepentingan

I. Keterangan Kriteria
a. Ekonomis
kriteria yang berhubungan dengan nilai ekonomis
b. Kondisi Tanah
kriteria yang berhubungan dengan jenis tanah
c. Efisiensi Waktu
kriteria yang berhubungan dengan waktu
d. Pelaksanaan
kriteria yang berhubungan dengan pelaksanaan pondasi
e. Teknis Pondasi
kriteria yang berhubungan dengan tata cara pembuatan pondasi
f. Lingkungan
kriteria yang berhubungan dengan lingkungan sekitar proyek
g. Alat dan Bahan
kriteria yang berhubungan dengan pengadaan alat dan bahan
h. Tenaga
kriteria yang berhubungan dengan faktor penunjang tenaga kerja
II. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah baik-baik setiap item dan seluruh alternatif jawabannya,
2. Pilihlah alternatif jawaban yang paling sesuai menurut anda dengan
memberi tanda O (lingkaran) pada angka yang telah tersedia,
3. Kami mohon semua item pertanyaan dapat diisi, tidak ada yang
terlewatkan kecuali ada petunjuk untuk melewatinya,
4. Model penilaian ada pada tabel 1.1

Keterangan

Penjelasan

Kedua elemen sama pentingnya

Dua elemen yang mempunyai pengaruh yang sangat


besar terhadap tujuan

Elemen yang satu sedikit lebih penting


daripada elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian sediki\t menyokong satu


elemen dibanding elemen lainnya

Elemen yang satu lebih penting


daripada elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat meyokong satu


elemen lainnya

Satu elemen jelas lebih mutlak penting


daripada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat menyokong satu elemen


dibanding elemen lainnya

Satu elemen mutlak penting daripada


elemen lainnya

Bukti yang mendukung satu elemen terhadap elemen


yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang
mungkin menguatkan

2, 4, 6, 8

Nilai-nilai antara dua nilai


pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara


dua pilihan

Atas bantuan dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semarang, 26 Maret 2007
Peneliti

Tabel penelitian kuisioner

Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapatkan satu angka dibandingkan dengan aktivitas j maka j
mempunyai nilai kebalikannya dibandingkan dengan nilai i

Menurut anda sebagai konsumen manakah yang lebih penting antara kelembutan dan
daya serap untuk menentukan Daya saing produk:
Kelembutan
Daya serap
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jika menurut anda Kelembutan lebih penting dari Daya serap maka anda dapat
memberi lingkaran pada nomor yang tersedia. Contoh:
Kelembutan
Daya serap
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Untuk pembobotan penilaian dapat dilihat pada tabel 1.1.

Perpustakaan Unika

III. Pertanyaan
a. Owner
Menurut anda sebagai Owner pihak manakah yang lebih penting antara Owner
dengan Kontraktor dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Owner
Kontraktor
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner pihak manakah yang lebih penting antara Owner
dengan Konsultan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Owner
Konsultan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner pihak manakah yang lebih penting antara
Kontraktor dengan Konsultan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Kontraktor
Konsultan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanyaan Kriteria Ekonomis
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Ekonomis dengan Kondisi tanah dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Ekonomis
Kondisi tanah
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Ekonomis dengan Alat dan Bahan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Ekonomis
Alat dan Bahan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Ekonomis dengan Tenaga dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Ekonomis
Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8

Kriteria Ekonomis Alternatif 1-2


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang
lebih penting antara biaya pembuatan dan biaya pengadaan alat.
biaya pembuatan pondasi
biaya pengadaan alat
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang
lebih penting antara biaya pembuatan pondasi dengan biaya galian pondasi
biaya pembuatan pondasi
biaya galian pondasi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Ekonomis dengan Efisiensi Waktu dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Ekonomis
Efisiensi Waktu
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang


lebih penting antara biaya pembuatan pondasi dengan Biaya tenaga kerja
biaya pembuatan pondasi
Biaya tenaga kerja
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Ekonomis dengan Pelaksanaan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Ekonomis
Pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Ekonomis dengan Teknis Pondasi dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Ekonomis
Teknis Pondasi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang lebih
penting antara biaya galian pondasi
dengan Biaya pengadaan alat
biaya galian pondasi
Biaya pengadaan alat
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang lebih
penting antara Biaya pengadaan alat dengan biaya galian pondasi
Biaya pengadaan alat
biaya galian pondasi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Ekonomis dengan Lingkungan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Ekonomis
Lingkungan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang lebih
penting antara Biaya pengadaan alat dengan biaya tenaga kerja
Biaya pengadaan alat
biaya tenaga kerja
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perpustakaan Unika

Kriteria Ekonomis Alternatif 1-3


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang
lebih penting antara biaya pembuatan dan biaya pengadaan alat.
biaya pembuatan pondasi
biaya pengadaan alat
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang
lebih penting antara biaya pembuatan pondasi dengan biaya galian pondasi
biaya pembuatan pondasi
biaya galian pondasi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang
lebih penting antara biaya pembuatan pondasi dengan Biaya tenaga kerja
biaya pembuatan pondasi
Biaya tenaga kerja
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang lebih
penting antara biaya galian pondasi dengan Biaya pengadaan alat
biaya galian pondasi
Biaya pengadaan alat
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang lebih
penting antara Biaya pengadaan alat dengan biaya galian pondasi
Biaya pengadaan alat
biaya galian pondasi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang lebih
penting antara Biaya pengadaan alat dengan biaya tenaga kerja
Biaya pengadaan alat
biaya tenaga kerja
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang lebih
penting antara Biaya galian pondasi dengan biaya tenaga kerja
Biaya galian pondasi
biaya tenaga kerja
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kriteria Ekonomis Alternatif 2-3
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang
lebih penting antara biaya pembuatan dan biaya pengadaan alat.
biaya pembuatan pondasi
biaya pengadaan alat
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang


lebih penting antara biaya pembuatan pondasi dengan biaya galian pondasi
biaya pembuatan pondasi
biaya galian pondasi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang
lebih penting antara biaya pembuatan pondasi dengan Biaya tenaga kerja
biaya pembuatan pondasi
Biaya tenaga kerja
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang lebih
penting antara biaya galian pondasi dengan Biaya pengadaan alat
biaya galian pondasi
Biaya pengadaan alat
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang lebih
penting antara Biaya pengadaan alat dengan biaya galian pondasi
Biaya pengadaan alat
biaya galian pondasi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria ekonomis manakah yang lebih
penting antara Biaya pengadaan alat dengan biaya tenaga kerja
Biaya pengadaan alat
biaya tenaga kerja
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanyaan Kriteria Kondisi Tanah
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Kondisi
tanah dengan Efisiensi waktu dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Kondisi tanah
Efisiensi waktu
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Kondisi
tanah dengan Efisiensi waktu dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Kondisi tanah
Efisiensi waktu
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Kondisi
tanah dengan Pelaksanaan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Kondisi tanah
Pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perpustakaan Unika

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Kondisi
tanah dengan Teknis Pondasi dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Kondisi tanah
Teknis Pondasi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Kondisi
tanah dengan Lingkungan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Kondisi tanah
Lingkungan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Kondisi
tanah dengan Alat dan Bahan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Kondisi tanah
Alat dan Bahan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Kondisi
tanah dengan Tenaga dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Kondisi tanah
Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kriteria Kondisi Tanah Alternatif 1-2
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah
yang lebih penting antara Tanah kerikil dengan Tanah pasir
Tanah kerikil
Tanah pasir
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah
yang lebih penting antara Tanah kerikil dengan Tanah Lanau
Tanah kerikil
Tanah Lanau
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah


yang lebih penting antara Tanah kerikil dengan Tanah Lempung
Tanah kerikil
Tanah Lempung
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah


yang lebih penting antara Tanah pasir dengan Tanah Lanau
Tanah pasir
Tanah Lanau
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah


yang lebih penting antara Tanah pasir dengan Tanah Lempung
Tanah pasir
Tanah Lempung
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah


yang lebih penting antara Tanah Lanau dengan Tanah Lempung
Tanah Lanau
Tanah Lempung
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kriteria Kondisi Tanah Alternatif 1-3


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah
yang lebih penting antara Tanah kerikil dengan Tanah pasir
Tanah kerikil
Tanah pasir
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah


yang lebih penting antara Tanah kerikil dengan Tanah Lanau
Tanah kerikil
Tanah Lanau
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah


yang lebih penting antara Tanah kerikil dengan Tanah Lempung
Tanah kerikil
Tanah Lempung
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah
yang lebih penting antara Tanah pasir dengan Tanah Lanau
Tanah pasir
Tanah Lanau
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah yang
lebih penting antara Tanah pasir dengan Tanah Lempung
Tanah pasir
Tanah Lempung
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kriteria Kondisi Tanah Alternatif 2-3
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah
yang lebih penting antara Tanah kerikil dengan Tanah pasir
Tanah kerikil
Tanah pasir
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8

Perpustakaan Unika

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah


yang lebih penting antara Tanah kerikil dengan Tanah Lanau
Tanah kerikil
Tanah Lanau
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Efisiensi
Waktu dengan Alat dan Bahan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Efisiensi Waktu
Alat dan Bahan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah


yang lebih penting antara Tanah kerikil dengan Tanah Lempung
Tanah kerikil
Tanah Lempung
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Efisiensi Waktu dengan Tenaga dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Efisiensi Waktu
Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah


yang lebih penting antara Tanah pasir dengan Tanah Lanau
Tanah pasir
Tanah Lanau
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah


yang lebih penting antara Tanah pasir dengan Tanah Lempung
Tanah pasir
Tanah Lempung
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kriteria Efisiensi Waktu Alternatif 1-2


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Efisiensi Waktu manakah
yang lebih penting antara Biaya pelaksanaan dengan waktu pelaksanaan
Biaya pelaksanaan
waktu pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Efisiensi Waktu manakah yang
lebih penting antara Biaya pelaksanaan dengan Kualitas pekerjaan
Biaya pelaksanaan
Kualitas pekerjaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Kondisi Tanah manakah


yang lebih penting antara Tanah Lanau dengan Tanah Lempung
Tanah Lanau
Tanah Lempung
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Efisiensi Waktu manakah yang
lebih penting antara Kualitas pekerjaan dengan waktu pelaksanaan
Kualitas pekerjaan
waktu pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pertanyaan Kriteria Efisien Waktu


Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Efisiensi Waktu dengan Pelaksanaan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Efisiensi Waktu
Pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kriteria Efisiensi Waktu Alternatif 1-3


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Efisiensi Waktu manakah
yang lebih penting antara Biaya pelaksanaan dengan waktu pelaksanaan
Biaya pelaksanaan
waktu pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Efisiensi Waktu dengan Teknis Pondasi dalam menentukan pemilihan jenis
pondasi.
Efisiensi Waktu
Teknis Pondasi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Efisiensi Waktu manakah


yang lebih penting antara Biaya pelaksanaan dengan Kualitas pekerjaan
Biaya pelaksanaan
Kualitas pekerjaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Efisiensi Waktu dengan Lingkungan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Efisiensi Waktu
Lingkungan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Efisiensi Waktu manakah yang
lebih penting antara Kualitas pekerjaan dengan waktu pelaksanaan
Kualitas pekerjaan
waktu pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perpustakaan Unika

Kriteria Efisiensi Waktu Alternatif 2-3


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Efisiensi Waktu manakah
yang lebih penting antara Biaya pelaksanaan dengan waktu pelaksanaan
Biaya pelaksanaan
waktu pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Efisiensi Waktu manakah
yang lebih penting antara Biaya pelaksanaan dengan Kualitas pekerjaan
Biaya pelaksanaan
Kualitas pekerjaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Pelaksanaan manakah yang lebih
penting antara Efisiensi Waktu dengan Efisiensi Tenaga
Efisiensi Waktu
Efisiensi Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Pelaksanaan manakah yang
lebih penting antara Efisiensi Biaya dengan Efisiensi Tenaga
Efisiensi Biaya
Efisiensi Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Efisiensi Waktu manakah yang
lebih penting antara Kualitas pekerjaan dengan waktu pelaksanaan
Kualitas pekerjaan
waktu pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kriteria Pelaksanaan Alternatif 1-3


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Pelaksanaan manakah yang
lebih penting antara Efisiensi Waktu dengan Efisiensi Biaya
Efisiensi Waktu
Efisiensi Biaya
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pertanyaan Kriteria Pelaksanaan


Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Pelaksanaan dengan Teknis Pondasi dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Pelaksanaan
Teknis Pondasi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Pelaksanaan manakah yang


lebih penting antara Efisiensi Waktu dengan Efisiensi Tenaga
Efisiensi Waktu
Efisiensi Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Pelaksanaan dengan Lingkungan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Pelaksanaan
Lingkungan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Pelaksanaan dengan Alat dan Bahan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Pelaksanaan
Alat dan Bahan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Pelaksanaan dengan Tenaga dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Pelaksanaan
Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kriteria Pelaksanaan Alternatif 1-2
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Pelaksanaan manakah yang
lebih penting antara Efisiensi Waktu dengan Efisiensi Biaya
Efisiensi Waktu
Efisiensi Biaya
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Pelaksanaan manakah yang


lebih penting antara Efisiensi Biaya dengan Efisiensi Tenaga
Efisiensi Biaya
Efisiensi Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kriteria Pelaksanaan Alternatif 2-3
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Pelaksanaan manakah yang
lebih penting antara Efisiensi Waktu dengan Efisiensi Biaya
Efisiensi Waktu
Efisiensi Biaya
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Pelaksanaan manakah yang
lebih penting antara Efisiensi Waktu dengan Efisiensi Tenaga
Efisiensi Waktu
Efisiensi Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Pelaksanaan manakah yang
lebih penting antara Efisiensi Biaya dengan Efisiensi Tenaga
Efisiensi Biaya
Efisiensi Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perpustakaan Unika

Pertanyaan Kriteria Teknis Pondasi


Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Teknis
Pondasi dengan Lingkungan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Teknis Pondasi
Lingkungan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Teknis
Pondasi dengan Alat dan Bahan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Teknis Pondasi
Alat dan Bahan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Teknis
Pondasi dengan Tenaga dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Teknis Pondasi
Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kriteria Teknis Pondasi Alternatif 1-2
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Teknis Pondasi manakah
yang lebih penting antara Waktu Pelaksanaan dengan Biaya Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan
Biaya Pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Teknis Pondasi manakah yang
lebih penting antara Waktu Pelaksanaan dengan Hasil Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan
Hasil Pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Teknis Pondasi manakah yang
lebih penting antara Biaya Pelaksanaan dengan Hasil Pelaksanaan
Biaya Pelaksanaan
Hasil Pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kriteria Teknis Pondasi Alternatif 1-3
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Teknis Pondasi manakah
yang lebih penting antara Waktu Pelaksanaan dengan Biaya Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan
Biaya Pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Teknis Pondasi manakah yang
lebih penting antara Waktu Pelaksanaan dengan Hasil Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan
Hasil Pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Teknis Pondasi manakah yang
lebih penting antara Biaya Pelaksanaan dengan Hasil Pelaksanaan
Biaya Pelaksanaan
Hasil Pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kriteria Teknis Pondasi Alternatif 2-3
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Teknis Pondasi manakah
yang lebih penting antara Waktu Pelaksanaan dengan Biaya Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan
Biaya Pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Teknis Pondasi manakah yang
lebih penting antara Waktu Pelaksanaan dengan Hasil Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan
Hasil Pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Teknis Pondasi manakah yang
lebih penting antara Biaya Pelaksanaan dengan Hasil Pelaksanaan
Biaya Pelaksanaan
Hasil Pelaksanaan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanyaan Kriteria Lingkungan
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Lingkungan dengan Alat dan Bahan dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Lingkungan
Alat dan Bahan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria
Lingkungan dengan Tenaga dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Lingkungan
Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8

Kriteria Lingkungan Alternatif 1-2


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Lingkungan manakah yang
lebih penting antara Pengadaan Alat dengan Pekerjaan proyek
Pengadaan Alat dan Bahan
Pekerjaan proyek
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perpustakaan Unika

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Lingkungan manakah yang lebih
penting antara Pengadaan Alat dengan Pencemaran Lingkungan
Pengadaan Alat dan Bahan
Pencemaran Lingkungan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Lingkungan manakah yang


lebih penting antara Pekerjaan proyek dengan Pencemaran Lingkungan
Pekerjaan proyek
Pencemaran Lingkungan
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kriteria Lingkungan Alternatif 1-3


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Lingkungan manakah yang
lebih penting antara Pengadaan Alat dengan Pekerjaan proyek
Pengadaan Alat dan Bahan
Pekerjaan proyek
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pertanyaan Kriteria Alat dan Bahan


Menurut anda sebagai Owner manakah yang lebih penting antara kriteria Alat
dan Bahan dengan Tenaga dalam menentukan pemilihan jenis pondasi.
Alat dan Bahan
Tenaga
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kriteria Alat dan Bahan Alternatif 1-2
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Alat dan Bahan manakah
yang lebih penting antara Pengadaan Alat dengan Efisiensi Waktu
Pengadaan Alat dan Bahan
Efisiensi Waktu
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Lingkungan manakah yang


lebih penting antara Pengadaan Alat dengan Pencemaran Lingkungan
Pengadaan Alat dan Bahan
Pencemaran Lingkungan
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Alat dan Bahan manakah
yang lebih penting antara Pengadaan Alat dengan Biaya
Pengadaan Alat dan Bahan
Biaya
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Lingkungan manakah yang


lebih penting antara Pekerjaan proyek dengan Pencemaran Lingkungan
Pekerjaan proyek
Pencemaran Lingkungan
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Alat dan Bahan manakah
yang lebih penting antara Efisiensi Waktu dengan Biaya
Efisiensi Waktu
Biaya
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kriteria Lingkungan Alternatif 2-3


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Lingkungan manakah yang
lebih penting antara Pengadaan Alat dengan Pekerjaan proyek
Pengadaan Alat dan Bahan
Pekerjaan proyek
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kriteria Alat dan Bahan Alternatif 1-3


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Alat dan Bahan manakah
yang lebih penting antara Pengadaan Alat dengan Efisiensi Waktu
Pengadaan Alat dan Bahan
Efisiensi Waktu
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Lingkungan manakah yang


lebih penting antara Pengadaan Alat dengan Pencemaran Lingkungan
Pengadaan Alat dan Bahan
Pencemaran Lingkungan
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Alat dan Bahan manakah
yang lebih penting antara Pengadaan Alat dengan Biaya
Pengadaan Alat dan Bahan
Biaya
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Lingkungan manakah yang


lebih penting antara Pekerjaan proyek dengan Pencemaran Lingkungan
Pekerjaan proyek
Pencemaran Lingkungan
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Alat dan Bahan manakah
yang lebih penting antara Efisiensi Waktu dengan Biaya
Efisiensi Waktu
Biaya
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perpustakaan Unika

Kriteria Alat dan Bahan Alternatif 2-3


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Alat dan Bahan manakah
yang lebih penting antara Pengadaan Alat dengan Efisiensi Waktu
Pengadaan Alat dan Bahan
Efisiensi Waktu
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Alat dan Bahan manakah
yang lebih penting antara Pengadaan Alat dengan Biaya
Pengadaan Alat dan Bahan
Biaya
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Alat dan Bahan manakah
yang lebih penting antara Efisiensi Waktu dengan Biaya
Efisiensi Waktu
Biaya
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pertanyaan Kriteria Tenaga


Kriteria Tenaga Alternatif 1-2
Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Tenaga manakah yang lebih
penting antara Kualitas Tenaga dengan Keselamatan Tenaga Kerja
Kualitas Tenaga
Keselamatan Tenaga Kerja
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Tenaga manakah yang lebih
penting antara Kualitas Tenaga dengan Jumlah Tenaga Kerja
Kualitas Tenaga
Jumlah Tenaga Kerja
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Tenaga manakah yang lebih
penting antara Keselamatan Tenaga Kerja dengan Jumlah Tenaga Kerja
Keselamatan Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Tenaga manakah yang lebih
penting antara Kualitas Tenaga dengan Jumlah Tenaga Kerja
Kualitas Tenaga
Jumlah Tenaga Kerja
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Tenaga manakah yang lebih
penting antara Keselamatan Tenaga Kerja dengan Jumlah Tenaga Kerja
Keselamatan Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kriteria Tenaga Alternatif 2-3


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Tenaga manakah yang lebih
penting antara Kualitas Tenaga dengan Keselamatan Tenaga Kerja
Kualitas Tenaga
Keselamatan Tenaga Kerja
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Tenaga manakah yang lebih
penting antara Kualitas Tenaga dengan Jumlah Tenaga Kerja
Kualitas Tenaga
Jumlah Tenaga Kerja
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Tenaga manakah yang lebih
penting antara Keselamatan Tenaga Kerja dengan Jumlah Tenaga Kerja
Keselamatan Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Semarang, 27 Maret 2007


Peneliti

Kriteria Tenaga Alternatif 1-3


Menurut anda sebagai Owner berdasarkan kriteria Tenaga manakah yang lebih
penting antara Kualitas Tenaga dengan Keselamatan Tenaga Kerja
Kualitas Tenaga
Keselamatan Tenaga Kerja
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Anda mungkin juga menyukai