Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RESUME INDIVIDU

KONSEP SUPERVISI KELAS DAN SUPERVISI KLINIS

OLEH

NAMA

: ETI KASIATUN

NPM

: PG 13110079

STKIP HAMZANWADI SELONG


PROGRAM STUDI PGSD/SKGJ
2015

Konsep Supervisi Kelas dan Supervisi Klinis


A. Supervisi Kelas
1. Pengertian Supervisi Kelas
Istilah supervisi kelas mengacu kepada misi utama pembelajaran, yaitu kegiatan
yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan prestasi
akademik. Dengan kata lain, supervisi kelas adalah kegiatan yang berurusan dengan
perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pembelajaran di sekolah.
Dalam konteks profesi pendidikan, khususnya profesi mengajar, mutu
pembelajaran merupakan refleksi dari kemampuan profesional guru. Karena itu, supervisi
kelas berkepentingan dengan upaya peningkatan kemampuan profesional guru yang
berdampak terhadap peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.
Dengan demikian fungsi supervisi kelas adalah salah satu mekanisme untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru dalam upaya mewujudkan proses belajar
peserta didik yang lebih baik melalui cara mengajar yang lebih baik pula. Dalam analisis
terakhir, keefektifan supervisi kelas indikatornya adalah peningkatan hasil belajar peserta
didik.
2. Manfaat Supervisi Kelas
Supervisi kelas merupakan strategi untuk dapat meningkatkan kompetensi seorang guru
dalam proses kegiatan belajar mengajar dan ketepatan dalam membuat perencanaan
pembelajaran. Harapan dari supervisi kelas akan berdampak pada proses belajar mengajar
yang efektif dan efisien.
3. Sasaran Supervisi Kelas
a. Proses pembelajaran peserta didik.
Proses pembelajaran peserta didik mempunyai tujuan untuk meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor,
seperti: guru, peserta didik, kurikulum, alat dan buku-buku pelajaran, serta kondisi
lingkungan sosial dan fisik sekolah. Dalam konteks ini, guru merupakan faktor yang
paling dominan. Karena itu, supervisi kelas menaruh perhatian utama pada upayaupaya yang bersifat memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk berkembang
secara profesional, sehingga mereka lebih mampu dalam melaksanakan tugas
pokoknya, yaitu melaksanakan dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang
direfleksikan dalam kemampuan-kemampuan, antara lain:
1) Kemampuan merencanakan kegiatan pembelajaran
2) Kemampuan melaksanakan kegiatan pembelajaran;
3) Kemampuan menilai proses dan hasil pembelajaran;
4) Kemampuan memanfaatkan hasil penilaian bagi peningkatan layanan
pembelajaran;
5) Kemampuan memberikan umpan balik secara tepat, teratur, dan terus-menerus
kepada peserta didik;
6) Kemampuan melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
7) Kemampuan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan;
8) Kemampuan mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media
pembelajaran;
9) Kemampuan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia;

10) Kemampuan mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, dan


teknik) yang tepat;
11) Kemampuan melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran.
b. Menjadikan kepala sekolah dan guru sebagai professional learners.
Sasaran lain dari supervisi pendidikan adalah menjadikan kepala sekolah dan guru
sebagai professional learners, yaitu para profesional yang menciptakan budaya belajar
dan mereka mau belajar terus menyempurnakan pekerjaannya. Budaya ini
memungkinkan terjadinya peluang inovasi dari bawah (bottom-up innovation) dalam
proses pembelajaran.
Pemberdayaan akuntabilitas profesional guru hanya akan berkembang apabila
didukung oleh penciptaan budaya sekolah sebagai organisasi belajar. Istilah
organisasi belajar dimaksudkan sebagai suatu organisasi di mana para anggotanya
menunjukkan kepekaan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dan berupaya untuk
mengatasi masalah tersebut tanpa desakan atau perintah dari pihak luar. Kepala
sekolah dan guru tidak hanya bekerja menunaikan tugas dan kewajiban yang
dibebankan kepadanya, melainkan pula memiliki sikap untuk selalu meningkatkan
mutu pekerjaannya, dan oleh karenanya mereka terus belajar untuk mempelajari caracara yang paling baik. Mereka dapat dikelompokkan sebagai professional learners.
c. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk memiliki kemampuan manajemen
sumber daya pendidikan.
Kemampuan manajemen sumber daya pendidikan meliputi kemampuan dalam
pengadaan, penggunaan/pemanfaatan, dan merawat/memelihara. Hal ini disebabkan
karena aspek yang akan mendukung pemberdayaan akuntabilitas profesional guru
adalah tersedianya sumber daya pendidikan untuk mendukung produktivitas sekolah,
khususnya mendukung proses pembelajaran yang bermutu. Alat peraga, alat
pelajaran, fasilitas laboratorium, perpustakaan, dan sejenisnya sangat diperlukan bagi
terwujudnya proses pembelajaran yang bermutu. Sumber daya pendidikan seperti itu
memungkinkan peserta didik terlibat secara aktif melalui bervariasinya kegiatan
pembelajaran yang lebih kaya.
4. Prinsip-Prinsip Supervisi Kelas
Supervisi kelas dilaksanakan atas dasar keyakinan sebagai berikut:
a. Supervisi kelas dilaksanakan atas dasar keyakinan sebagai berikut:
Pengawasan terhadap penyelenggaraan proses pembelajaran (PBM) hendaknya
menaruh perhatian yang utama pada peningkatan kemampuan profesional
gurunya, yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran.
b. Pembinaan yang tepat dan terus-menerus yang diberikan kepada guru-guru
berkontribusi terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
c. Peningkatan mutu pendidikan melalui pembinaan profesional guru didasarkan
atas keyakinan bahwa mutu pembelajaran dapat diperbaiki dengan cara paling
baik di tingkat sekolah/kelas melalui pembinaan langsung dari orang-orang yang
bekerjasama dengan guru-guru untuk memperbaiki mutu pembelajaran.
d. Supervisi yang efektif dapat menciptakan kondisi yang layak bagi pertumbuhan
profesional guru-guru. Kondisi ini ditumbuhkan melalui kepemimpinan
partisipatif, di mana guru-guru merasa dihargai dan diperlukan.

e. Supervisi yang efektif dapat melahirkan wadah kerjasama yang dapat


mempertemukan kebutuhan profesional guru-guru. Melalui wadah ini, guru-guru
memiliki kesempatan untuk berpikir dan bekerja sebagai suatu kelompok dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari di bawah
bimbingan pembina dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran.
f. Supervisi yang efektif dapat membantu guru-guru memperoleh arah diri,
memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi sehari-hari, belajar
memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari dengan imajinatif dan kreatif.
g. Supervisi yang efektif hendaknya mampu membangun kondisi yang
memungkinkan guru-guru dapat menunaikan pekerjaanya secara profesional,
ketersediaan sumber daya pendidikan yang diperlukan memberi peluang kepada
guru untuk mengembangkan proses pembelajaran yang lebih baik.
Kegiatan supervisi kelas diwujudkan oleh para supervisor dalam bentuk sikap dan
tindakan yang dilakukan dalam interaksi antara supervisor dengan guru-guru.
Kegiatan tersebut selain memperhatikan konsep/teori di atas sebagai landasan dan
keyakinan dalam melaksanakan tugas dan fungsionalnya, supervisor juga perlu
memperhatikan dan berpedoman pada prinsip-prinsip supervisi, yaitu :
1) Supervisi hendaknya dimulai dari hal-hal yang positif;
2) Hubungan antara para pengawas dengan guru-guru hendaknya didasarkan atas
hubungan kerja secara profesional;
3) Pembinaan profesional hendaknya didasarkan pada pandangan objektif;
4) Pembinaan profesional hendaknya didasarkan atas hubungan manusiawi yang
sehat;
5) Pembinaan profesional hendaknya mendorong pengembangan inisitif dan
kreativitas guru-guru;
6) Pembinaan
profesional
harus
dilaksanakan
terus-menerus
dan
berkesinambungan;
7) Pembinaan profesional hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing guru;
8) Pembinaan profesional hendaknya dilaksanakan atas dasar rasa kekeluargaan,
kebersamaan, keterbukaan, dan keteladanan.
5. Peranan dan Perilaku Supervisor
a. Peranan
Supervisor
Pembinaan profesional dilakukan karena satu alasan, yaitu memberdayakan
akuntabilitas profesional guru yang pada gilirannya meningkatkan mutu proses dan
hasil pembelajaran. Untuk maksud tersebut, para supervisor hendaknya melakukan
peranan sebagai berikut:
1) Peneliti.
Seorang supervisor dituntut untuk mengenal dan memahami masalah-masalah
pengajaran. Karena itu ia perlu mengidentifikasi masalah-masalah pengajaran dan
mempelajari faktor-faktor atau sebab-sebab yang mempengaruhinya.
2) Konsultan atau Penasihat.
Seorang supervisor hendaknya dapat mem-bantu guru untuk melakukan cara-cara
yang lebih baik dalam mengelola proses pembelajaran. Oleh sebab itu, para

pengawas hendaknya selalu mengikuti perkembangan masalah-masalah dan


gagasan-gagasan pendidikan dan pengajaran mutakhir.
3) Fasilitator.
Seorang supervisor harus mengusahakan agar sumber-sumber profesional, baik
materi seperti buku dan alat pelajaran maupun sumber manusia yaitu narasumber
mudah diperoleh guru-guru.
4) Motivator.
Seorang supervisor hendaknya membangkitkan dan memelihara kegairahan kerja
guru untuk mencapai prestasi kerja yang semakin baik. Guru-guru didorong untuk
mempraktikkan gagasan-gagasan baru yang dianggap baik bagi penyempurnaan
proses pembelajaran, bekerjasama dengan guru (individu atau kelompok) untuk
mewujudkan perubahan yang dikehendaki, merangsang lahirnya ide baru, dan
menyediakan rangsangan yang memungkinkan usaha-usaha pembaruan dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
5) Pelopor Pembaharuan.
Para supervisor jangan merasa puas dengan cara-cara dan hasil yang sudah
dicapai. Pengawas harus memiliki prakarsa untuk melakukan perbaikan, agar guru
pun melakukan hal serupa. Ia tidak boleh membiarkan guru mengalami kejenuhan
dalam pekerjaannya, karena mengajar adalah pekerjaan dinamis.
B. Supervisi Klinis
1. Pengertian Supervisi Klinis
Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional
yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang
sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas
pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang
penampilan mengajarnya yang nyata.
Jika dikaji berdasarkan istilah dalam klinis, mengandung makna:
a. Pengobatan (klinis)
b. Siklus, yaitu serangkaian kegiatan yang merupakan daur ulang. Oleh karena itu
makna yang terkandung dalam istilah klinis merujuk pada unsur-unsur khusus,
sebagai berikut:
1) Adanya hubungan tatap muka antara pengawas dan guru didalam proses
supervisi.
2) Terfokus pada tingkah laku yang sebenarnya didalam kelas.
3) Adanya observasi secara cermat.
4) Deskripsi pada observassi secara rinci.
5) Pengawas dan guru bersama-sama menilai penampilan guru.
6) Fokus observasi sesuai dengan permintaan kebutuhan guru.
2. Karakteristik Supervisi Klinis
Merujuk pada pengertian yang telah dipaparkan, terdapat beberapa karakteristik
supervisi klinis, yaitu:
a. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru mempelajari keterampilan
intelektual dan bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut.

b. Fungsi utama supervisor adalah mengajar keterampilan-keterampilan kepada


guru.
c. Fokus supervisi klinis adalah:
Perbaikan cara mengajar dan bukan mengubah kepribadian guru.
Dalam perencanaan pengajaran dan analisisnya merupakan pegangan
supervisor dalam memperkirakan perilaku mengajar guru.
Pada sejumlah keterampilan mengajar yang mempunyai arti penting bagi
pendidikan dan berada dalam jangkauan guru.
Pada analisis yang konstruktif dan memberi penguatan (reinforcement) pada
pola-pola atau tingkah laku yang berhasil daripada mencela dan
menghukum pola-pola tingkah laku yang belum sukses.
Didasarkan pada bukti pengamatan dan bukan atas keputusan penilaian yang
tidak didukung oleh bukti nyata.
d. Siklus dalam merencanakan, mengajar dan menganalisis merupakan suatu
komunitas dan dibangun atas dasar pengalaman masa lampau.
e. Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima informasi yang
dinamis dimana supervisor dan guru merupakan teman sejawat didalam mencari
pengertian bersama mengenai proses pendidikan.
f. Proses supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis
jalannya pelajaran.
g. Setiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk
mengemukakan pokok-pokok persoalan, menganalisis cara mengajarnya sendiri
dan mengembangkan gaya mengajarnya.
h. Supervisor mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis dan
mengevaluasi cara supervisi yang dilakukannya dengan cara yang sama seperti
ketika ia menganalisis dan mengevaluasi cara mengajar guru.
Secara skematik, perbedaan antara supervisi kelas dengan supervisi klinis sebagai
berikut (La Sulo, 1988 : 9) :
No
.
1.

Aspek

Supervisi Kelas

3.

Prakarsa dan
Tanggung Jawab
Hubungan
Supervisor-Guru
Sifat Supervisi

4.

Sasaran Supervisi

5.
6.

Ruang Lingkup
Tujuan Supervisi

Terutama oleh
supervisor
Realisasi gurusiswa/atasan-bawahan
Cenderung direktif
atau otokratif
Samar-samar atau
sesuai keinginan
supervisor
Umum dan luas
Cenderung evaluatif

7.

Peran Supervisor

Banyak memberi tahu

2.

Supervisi Klinis
Diutamakan oleh guru
Realisasi kolegial yang
sederajat dan interaktif
Bantuan yang demokratis
Diajukan oleh guru sesuai
kebutuhannya, dikaji
bersama menjadi kontrak
Terbatas sesuai kontrak
Bimbingan yang analitik
dan deskriptif
Bertanya untuk analisis

8.

dalam Pertemuan
Balikan

dan mengarahkan
Samar-samar atau atas
kesimpulan supervisor

diri
Dengan analisis dan
interpretasi bersama atas
data observasi sesuai
kontrak

3. Tujuan Supervisi Klinis


a. Tujuan Umum
Secara umum Supervisi klinis bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan mengajar guru di kelas. Hubungan ini supervisi klinis merupakan kunci
untuk meningkatkan kemampuan professional guru.
b. Tujuan khusus
Secara khusus Supervisi klinis bertujuan untuk:
1) Menyediakan suatu balikan yang objektif dalam kegiatan mengajar yang
dilakukan guru dengan berfokus terhadap:
a) Kesadaran dan kepercayaan diri dalam mengajar.
b) Keterampilan-keterampilan dasar mengajar yang diperlukan.
2) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran.
3) Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategistrategi pembelajaran.
4) Membantu guru mengembangkan diri secara terus menerus dalam karir dan
profesi mereka secara mandiri.
4. Prinsip-Prinsip Supervisi Kelas
Dalam supervisi klinis terdapat sejumlah prinsip umum yang menjadi landasan
praktek, antara lain:
a. Hubungan antara supervisor dengan guru adalah hubungan kolegial yang
sederajat dan bersifat interaktif. Hubungan semacam ini lebih dikenal sebagai
hubungan antara tenaga professional berpengalaman dengan yang kurang
berpengalaman, sehingga terjalin dialog professional yang interaktif dalam
suasana yang intim dan terbuka. Isi dialog bukan pengarahan atau instruksi dari
supervisor/pengawas melainkan pemecahan masalah pembelajaran.
b. Diskusi antara supervisor dan guru bersifat demokratis, baik pada perencanaan
pengajaran maupun pada pengkajian balikan dan tindak lanjut. Suasana
demokratis itu dapat terwujud jika kedua pihak dengan bebas mengemukakan
pendapat dan tidak mendominasi pembicaraan serta memiliki sifat keterbukaan
untuk mengkaji semua pendapat yang dikemukakan didalam pertemuan tersebut
dan pada akhirnya keputusan ditetapkan atas persetujuan bersama.
c. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru serta tetap berada
didalam kawasan (ruang lingkup) tingkah laku gurudalam mengajar secara aktual.
Dengan prinsip ini guru didorong untuk menganalisis kebutuhan dan aspirasinya
didalam usaha mengembangkan dirinya.
d. Pengkajian balikan dilakukan berdasarkan data observasi yang cermat yang
didasarkan atas kontrak serta dilaksanakan dengan segera. Dari hasil analisis
balikan itulah ditetapkan rencana selanjutnya.
e. Mengutamakan prakarsa dan tanggung jawab guru baik pada tahap perencanaan,
pengkajian balikan bahkan pengambilan keputusan dan tindak lanjut. Dengan

mengalihkan sedini mungkin prakarsa dan tanggung jawab itu ke tangan guru
diharapkan pada gilirannya kelak guru akan tetap mengambil prakarsa untuk
mengembangkan dirinya.
Prinsip-prinsip supervisi klinis diatas membawa implikasi bagi kedua belah pihak
(supervisor dan guru).
5. Prosedur Supervisi Klinis
Prosedur supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses berbentuk siklus, terdiri
dari tiga tahap yaitu: tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap
pertemuan balikan. Dua dari tiga tahap tersebut memerlukan pertemuan antara guru
dan supervisor, yaitu pertemuan pendahuluan dan pertemuan lanjutan.
a. Tahap Pertemuan Pendahuluan
Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan
rencana tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. Tahap ini memberikan
kesempatan kepada guru dan supervisor untuk mengidentifikasi perhatian utama
guru, kemudian menterjemahkannya kedalam bentuk tingkah laku yang dapat
diamati. Pada tahap ini dibicarakan dan ditentukan pula jenis data mengajar yang
akan diobservasi dan dicatat selama pelajaran berlangsung. Suatu komunikasi
yang efektif dan terbuka diperlukan dalam tahap ini guna mengikat supervisor
dan guru sebagai mitra didalam suasana kerja sama yang harmonis.
Secara teknis diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya pertemuan
pendahuluan dengan baik, yaitu:
Menciptakan suasana intim antara supervisor dengan guru sebelum langkahlangkah selanjutnya dibicarakan.
Mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran.
Mengkaji ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati.
Memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai
untuk merekam tingkah laku guru yang akan menjadi perhatian utamanya.
Instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan dibicarakan
bersama antara guru dan supervisor.
b. Tahap Pengamatan/Observasi Mengajar
Pada tahap ini guru melatih tingkah laku mengajar berdasarkan komponen
keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Di pihak lain
supervisor mengamati dan mencatat atau merekam tingkah laku guru ketika
mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang diminta oleh guru untuk
direkam. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku
siswa di kelas serta interaksi antara guru dan siswa.
Kunjungan dan observasi yang dilaksanakan supervisor bermanfaat untuk
mengetahui pelaksanaan pembelajaran sebenarnya. Manfaat observasi tersebut
antara lain dapat:
Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam melaksanakan
pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut;
Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu gagasan
pembaharuan pengajaran;

Secara langsung mengetahui keperluan dan kebutuhan masing-masing guru


dalam melaksanakan proses belajar-mengajar;
Memperoleh data atau informasi yang dapat digunakan dalam penyusunan
program pembinaan profesinal secara terinci;
Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat lebih baik; serta
Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-hal pendukung
kelancaran proses belajar-mengajar.
Dalam proses pelaksanaannya, supervisor seharusnya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
Menciptakan situasi yang wajar, mengambil tempat didalam kelas yang tidak
menjadi pusat perhatian anak-anak, tidak mencampuri guru yang sedang
mengajar, sikap waktu mencatat tidak akan menimbulkan prasangka dari
pihak guru.
Harus dapat membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang
kurang penting.
Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya.
Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi murid-murid tentang proses belajar.
c. Tahap Pertemuan Lanjutan
Sebelum pertemuan lanjutan dilaksanakan supervisor mengadakan analisis
pendahuluan tentang rekaman observasi yang dibuat sebagai bahan dalam
pembicaraan tahap ini. Dalam hal ini supervisor harus mengusahakan data yang
obyektif, menganalisis dan menginterpretsikan secara koperatif dengan guru
tentang apa yang telah berlangsung dalam mengajar.
Setelah melakukan kunjuangan dan observasi kelas, maka supervisor
seharusnya dapat menganalisis data-data yang diperolehnya tersebut untuk diolah
dan dikaji yang dapat dijadikan pedoman dan rujukan pembinaan dan
peningkatan guru-guru selanjutnya. Masalah-masalah professional yang berhasil
diidentifikasi selanjutnya perlu dikaji lebih lanjut dengan maksud untuk
memahami esensi masalah yang sesungguhnya dan faktor-faktor penyebabnya,
selanjutnya masalah-masalah tersebut diklasifikasi dengan maksud untuk
menemukan masalah yang mana yang dihadapi oleh kebanyakan guru di sekolah
atau di wilayah itu. Ketepatan dan kehati-hatian supervisor dalam menimbang
suatu masalah akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembinaan
professional guru yang bersangkutan selanjutnya.
Dalam proses pengkajian terhadap berbagai cara pemecahan yang
mungkin dilakukan, setiap alternatif pemecahan masalah dipelajari kemungkinan
keterlaksanaannya dengan cara mempertimbangkan factor-faktor peluang yang
dimiliki, seperti fasilitas dan kendala-kendala yang mungkin dihadapi. Alternatif
pemecahan masalah yang terbaik adalah alternatif yang paling mungkin
dilakukan, dalam arti lebih banyak faktor-faktor pendukungnya dibandingkan
dengan kendala yang dihadapi. Disamping itu, alternatif pemecahan yang terbaik
memiliki nilai tambah yang paling besar bagi peningkatan mutu proses dan hasil
belajar siswa.

Langkah-langkah utama pada tahap pertemuan lanjutan adalah:


Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketika ia
mengajar serta memberi penguatan.
Mengkaji ulang tujuan pelajaran.
Mengkaji ulang target keterampilan serta perhatian utama guru.
Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan
perhatian utamanya.
Menunjukan serta mengkaji bersama guru hasil observasi (Rekaman data).
Menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut.
Menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan
keinginan atau target guru dan apa yang sebenarnya terjadi atau tercapai.
Menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal
yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai