Anda di halaman 1dari 100

Rasulullah SAW Peletak Kalender Hijriyah

Pertanyaan di atas, selalu di respons dengan jawaban yang standar. Yakni, peletak dan penyeru
pengggunaan momentum Hijriyah, sebagai identitas penanggalan dalam Islam, adalah khalifah
kedua, Umar bin Khatab. Rata-rata jawaban menyebutkan, peristiwa itu terjadi pada Pada 16 Juli
622 Masehi. Benarkah ayahanda Khafshah tersebut memang sosok yang pertama kali
menyerukan sistem penanggalan Hijriyah?
Imam as-Suyuthi dalam kitabnya berjudul as-Syamarikh fi Ilm at-Tarikh, ternyata
mengungkapkan fakta lain yang mencengangkan. Dalam karyanya tersebut, murid dari ulama
kenamaan bermazhab Hanafi, Taqiyuddin as-Subki itu, itu Umar bin Khatab bukanlah sosok
yang pertama kali menyerukan penggunaan peristiwa hijrah dari Makkah ke Madinah sebagai
acuan penanggalan. Akan tetapi, justru Rasulullah SAW lah yang paling awal menyerukan
penggunaannya.
Informasi itu ia peroleh secara langsung dari sang guru, Bulqaini. Riwayat secara lisan itu
menyambung hingga Ibnu Syihab az-Zuhri. Dituturkannya, bahwa, konon Rasulullah pernah
memerintahkan penanggalan. Ibnu Asakir membenarkan fakta tersebut.
Menurutnya, riwayat inilah yang paling kuat. Sementara, informasi yang selama ini beredar yang
memerintahkan penggunaan momentum hijrah adalah Umar bin Khatab. Fakta itu tak
sepenuhnya benar, kata Ibnu Asakir menukil pernyataan Ibnu Shalah.
Ibnu Shalah yang merupakan pakar hadis itu memperoleh data yang menyatakan fakta bahwa
Umar bukanlah pionir yang menyerukan dari Kitab Fi As Syuruth, karangan Abu Thahir Ibnu
Mahmasy (Az Ziyadi). Dalam kitab itu disebutkan, bahwa Rasulullah pernah menulis surat ke
umat Nasrani di Najran.
Untuk penulisannya, Nabi memerintahkan Ali untuk menuliskan dalam surat tersebut kalimat
Surat ini ditulis pada hari kelima sejak hijrah. Dengan yakin, as-Suyuthi menegaskan, penyeru
penggunaan hijrah sebagai pedoman penanggalan Islam, bukan Umar bin Khatab. Jelas yang
pertama Rasulullah, Umar hanya mengikuti,tulisnya.
Pendapat ini dikuatkan dengan riwayat lain, misalnya riwayat di Kitab At Tarikh As Shaghir,
karya imam Al Bukhari. Bahwa, saat Umar Bin Khatab hendak menetapkan sistem penanggalan,
ia mengumpulkan para sahabat dan meminta saran mereka.
Ibnu Al Munayyir menyebutkan, peristiwa itu terjadi ketika masa pemerintahannya berjalan dua
setengah tahun. Setelah mendapatkan masukan, ia pun memilih pendapat Ali bin Abi Thalib,
bahwa acuannya ialah peristiwa hijrah.
Rasulullah memiliki kepedulian khusus terkait dengan pemakaian peristiwa hijrah sebagai acuan
penanggalan. Ini adalah bagian dari tradisi atau sunah yang dianjurkan. Kalender Hijriyah bukan
sekadar sebuah sistem penanggalan biasa. Lebih dari itu, bahwa kalender yang dimulai dari
Muharram itu adalah sebuah identitas. Jati diri umat Islam.

Identitas ini juga yang menjadi alasan kuat, kenapa Umar bin Khatab menampik sejumlah opsi
sistem penanggalan yang ditawarkan ketika itu. Padahal beberapa sistem itu terkenal mapan dan
banyak digunakan. Ada versi penanggalan Persia yang mengacu pada periode wafat raja mereka
dan sistem kalender Romawi yang dihitung dari masa Alexandria. Kesemuanya di tolak.
Sempat pula ditawarkan penanggalan dihitung sejak kelahiran, masa kenabian, dan waktu wafat.
Peristiwa hijrah akhirnya lebih dipilih. Ini lantaran hijrah, nyaris diketahui oleh banyak kalangan
dan tidak menimbulkan perselisihan.
Menurut Umar, peristiwa hijrah itulah jati diri dan tonggak peradaban Islam. Torehan sejarah
yang berhasil meletakkan garis tegas antara yang hak dan batil. Karenanya, sebuah riwayat
menyebut hari pertama dari tahun Hijriyah diawali saat Masjid Nabawi di Madinah didirikan.
(QS. at-Taubah [9] : 108).
Demikian pula saat diputuskan untuk memulakannya dengan Muharram. Sarat dengan penegasan
akan pentingya sebuah identitas. Kenapa Muharram dipilih sebagai bulan pertama, padahal
hijrah terjadi pada Rabiul Awwal. Muharram adalah bulan saat para jamaah haji tengah kembali
pulang ke kampung halaman mereka. Dari segi kronologi hijrah, Muharram dinilai sebagai
embrio dari hijrah. Pasalnya, Rasulullah telah bertekad hijrah sejak Muharram.
Sistem kalender Hijriyah. Memang tak begitu populer saat ini di kalangan umat Islam sendiri.
Orang kini lebih mengenal tanggal Masehi. Hijriyah hanya akan kembali diketahui saat satu Suro
misalnya, peringatan maulid, puasa Ramadhan, Syawwal, dan Dzulhijjah.
Di luar sederet tentatif itu, Hijriyah akan kembali tenggelam dan dilupakan layaknya sunah
Rasulullah yang lain. Fenomena ini tak boleh dibiarkan. Perlu ada kesadaran bersama untuk
mentradisikan penggunaan kalender hijriyah. Minimal di tingkat keluarga. Tanpa pemahaman
sejak dini itu, bukan mustahil generasi kelak akan abai perihal urgensi Tahun Hijriyah. (rol)

Bukti Kezuhudan dan Kesederhanaan Nabi


Muhammad SAW
Bagaimana cara kita mengetahui bahwa Rasulullah saw adalah pribadi yang sangat zuhud?.
Syaikh Muhammad Rawwas Qalah Jie, dalam kitab Dirasah Tahliliyyah li Syakhsiyyah arRasul Muhammad, memberikan penjelasan. Jika kita ingin membuat gambaran jelas nan jernih
tentang kezuhudan Rasulullah saw, maka kita harus mengetahui makanannya, pakaiannya,
tempat tinggalnya, dan simpanannya, kata Profesor Rawwas.

Pertama, makanan Rasulullah Saw. Roti yang biasa dimakan beliau adalah roti gandum (yang
kasar). Belau tidak pernah memakan roti tepung yang halus lagi empuk hingga beliau wafat.
Beliau merasa kenyang dua hari berturut-turut karena makan sepotong roti gandum.
Abdullah bin Abbas berkata, Rasulullah saw pernah tidur beberapa malam berturut-turut,
sedangkan beliau dan keluarganya dalam keadaan lapar karena tidak memiliki sesuatu untuk
makan malam, roti yang mereka makan sebagian besar adalah roti gandum.
Fatimah, putri Rasulullah, pernah mendatangi beliau dengan membawa roti yang diremukkan.
Beliau lalu bersabda, Remukan apa ini, wahai Fatimah?. Fatimah berkata,Roti pipih bulat,
hatiku tidak tenteram hingga membawakannya untukmu. Rasulullah saw bersabda.
Sesungguhnya ini adalah makanan pertama yang masuk ke dalam mulut ayahmu setelah tiga
hari. Itulah roti yang biasa dimakan beliau.
Sementara lauk-pauk dan kuah beliau adalah cuka yang kadang-kadang digunakan beliau untuk
membasahi rotinya. Beliau berkata, Kuah yang paling enak adalah cuka.Lauk-pauknya
kadang-kadang daging. Akan tetapi, yang pasti Rasulullah saw tidak pernah memanggang daging
domba untuk beliau makan, juga tidak memakan daging domba yang dipanggang. Anas bin
Malik telah berkata, Aku belum pernah melihat Rasulullah saw memakan roti tipis halus lagi
empuk hingga beliau wafat, juga tidak pernah melihat beliau memakan daging kambing yang
dipanggang hingga beliau meninggal.
Kedua, pakaian Rasulullah saw. Cukup kita mengetahui bahwa beliau sebagaimana yang
dikatakan oleh Aisyah tidak pernah memiliki sesuatu secara berpasangan (dua-dua). Beliau
tidak memiliki dua baju, dua jubah, dua kain pinggang, juga tidak memiliki sandal lebih dari
sepasang.
Sebagian besar pakaian yang beliau pakai adalah baju bertambal. Abu Hurairah berkata, Kami
pernah mengunjungi Aisyah. Beliau menunjukkan kepada kami sebuah kain penutup bertambal
dan kain pinggang yang kasar. Aisyah berkata, Kain seperti inilah yang menjadi kafan beliau
ketika dimakamkan.
Sebagaimana beliau memakai pakaian betambal, keluarganya pun memakai pakaian bertambal
juga. Urwah bin Zubair berkata, Aisyah tidak suka memperbarui bajunya (menggantinya
dengan baju baru) melainkan menambalnya atau membaliknya.
Semua pakaiannya itu berharga sangat murah sehingga Hasan al-Bashri pernah memperkirakan
harga muruth (pakaian yang dibalutkan ke tubuh) istri beliau hanya dengan jumlah enam dirham.
Ketiga, tempat tinggal beliau. Tempat tinggal beliau bukanlah istana megah, tetapi hanya
sebuah ruangan untuk setiap istrinya. Di dalamnya beliau tidur, duduk, makan, dan menerima
tamu. Perabotannya pun sangat sederhana dan murah. Kasur dan bantal Rasulullah saw terbuat
dari kulit yang diisi dengan serabut, sebagaimana telah dibahas.
Beliau tidak menghiasi dinding rumahnya dengan sebuah tirai pun. Beliau marah jika
melihatnya, karena menganggap bahwa hal itu termasuk pemborosan pada saat kaum muslimin

yang lain sangat membutuhkan, dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang bisa mendorong
seseorang untuk mencintai dunia. Aisyah berkata, Suatu saat Rasulullah saw berangkat perang,
lalu aku menggantungkan sebuah permadani. Ketika Rasulullah saw datang dan melihat
permadani tersebut, aku melihat pandangan tidak suka pada wajahnya. Lalu beliau mencopot
permadani dan mengoyaknya seraya berkata, Sesungguhnya Allah swt tidak memerintahkan
kita untuk menghiasi ruangan dan tanah ini.
Rasulullah saw mengunjungi rumah putrinya, Fatimah, dan beliau melihat sebuah tirai yang
dibentangkan, kemudian beliau pulang kembali. Lalu datanglah Ali kepada beliau dan berkata,
Apakah benar kabar yang sampai padaku bahwa engkau mendatangi rumah putrimu, tetapi
tidak jadi masuk ke dalamnya.
Rasulullah saw bersabda, Apakah aku tidak salah melihat bahwa rumahnya telah dihiasi tirai
yang berasal dari nafkah di jalan Allah. Padahal harga kain tipis yang digunakan putrinya itu
hanya empat dirham.
Keempat, simpanan harta beliau. Sesungguhnya Rasulullah tidak pernah menyimpan harta
atau benda lainnya. Anas bin Malik berkata, Rasulullah saw tidak menyimpan sesuatupun untuk
hari esok.
Cukuplah kita mengetahui bahwa ketika Rasulullah wafat, beliau tidak meninggalkan sesuatupun
kecuali sebuah pedang, seekor keledai dan sebidang tanah yang disedekahkan di jalan Allah.
Beliau juga meninggalkan sebuah baju besi yang digadaikan kepada seorang laki-laki Yahudi
seharga tiga puluh sha gandum yang diambil beliau untuk memberi makan keluarga beliau.
Subhanallah, inilah teladan sikap zuhud dari manusia termulia di dunia dan akhirat, seorang
Rasul yang sekaligus kepala negara, Rasulullah Muhammad saw

Kisah Pendeta Yahudi Dengan Panggilan


Islam Dihatinya
Husen bin Salam adalah Kepala Pendeta Yahudi di Madinah. Walaupun penduduk Madinah
berlainan agama dengannya, namun mereka menghormati Husen. Karena di kalangan mereka,
dia terkenal baik hati, istiqamah, dan jujur.
Husen hidup tenang dan damai. Baginya waktu sangat berguna. Karena itu ia membaginya dalam
tiga bagian. Sepertiganya ia pergunakan di gereja Yahudi untuk mengajar dan beribadat.

Sepertiga lainnya ia habiskan di kebun untuk merawat dan membersihkan tanaman. Sepertiga
lagi untuk membaca Taurat dan mengajarkan kepada orang lain.
Setiap kali menemukan ayat Taurat yang mengabarkan tentang kedatangan seorang nabi di
Madinah, ia selalu membacanya berulang-ulang dan merenunginya.
Dipelajarinya lebih mendalam tentang sifat-sifat dan ciri-ciri nabi yang ditunggu-tunggunya itu.
Ia sangat gembira ketika mengetahui orang yang ditunggunya itu telah lahir dan akan hijrah ke
Madinah.
Karena itu ia selalu berdoa agar Allah memanjangkan usianya supaya bisa bertemu dengan nabi
yang ditunggu-tunggunya dan menyatakan iman. Allah memperkenankan doa dengan
memanjangkan usianya dan mempertemukannya dengan penutup para nabi, Muhammad SAW.
Ketika pertama kali mendengar kedatangan Nabi, Husen bin Salam mencocokkannya sifatsifatnya dengan yang ia ketahui dari Taurat. Begitu mengetahui persamaan-persamaan tersebut,
ia yakin benar bahwa orang yang ia tunggu telah datang. Namun hal itu ia rahasiakan terhadap
kaum Yahudi.
Tatkala Rasulullah hijrah ke Madinah dan tiba di Quba, seorang juru panggil berseru menyatakan
kedatangan beliau. Saat itu Husen bin Salam sedang berada di atas pohon kurma. Bibinya,
Khalidah bint Harits menunggu di bawah pohon tersebut. Begitu mendengar berita kedatangan
Rasulullah, ia berteriak,Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Mendengar teriakan itu, bibinya berkata, Engkau akan kecewa. Seandainya pun engkau
mendengar kedatangan Musa bin Imran, engkau tidak bisa berbuat apa-apa.
Wahai Bibi! Demi Allah, dia adalah saudara Musa bin Imran. Dia dibangkitkan membawa
agamanya yang sama, jawab Husen.
Diakah nabi yang sering engkau ceritakan? tanya bibinya.
Benar!
Lalu Husen bergegas menemui Rasulullah yang sedang dikerumuni orang banyak. Setelah
berdesak-desakan, akhirnya Husen berhasil menemui beliau. Ucapan pertama kali yang keluar
dari mulut beliau adalah, Wahai manusia, sebar luaskan salam. Beri makan orang yang
kelaparan. Shalatlah di tengah malam, ketika orang banyak sedang tidur nyenyak. Pasti engkau
masuk surga dengan bahagia.
Husen bin Salam memandangi Rasulullah dengan lekat. Ia yakin, wajah beliau tidak
menunjukkan raut pembohong. Perlahan Husen mendekati seraya mengucapkan dua kalimat
syahadat.
Rasulullah menoleh kepadanya, Siapa namamu?

Husen bin Salam, jawabnya.


Mestinya Abdullah bin Salam, ujar Rasulullah mengganti namanya dengan lebih baik.
Saya setuju! jawab Husen. Demi Allah yang mengutus engkau dengan benar, mulai hari ini
saya tidak ingin lagi memakai nama lain selain Abdullah bin Salam.
Setelah itu Husen yang sudah berganti nama dengan Abdullah bin Salam segera pulang. Ia
mengajak seluruh keluarganya, termasuk bibinya, Khalidah yang saat itu sudah lanjut usia, untuk
memeluk agama Islam. Mereka menerima ajakannya. Abdullah bin Salam meminta keluarganya
untuk merahasiakan keislaman mereka kepada kaum Yahudi sampai waktu yang tepat.
Beberapa saat kemudian Abdullah menemui Rasulullah lalu berkata, Wahai Rasulullah, orangorang Yahudi suka berbohong dan sesat. Saya minta engkau memanggil ketua-ketua mereka, tapi
jangan sampai mereka tahu kalau saya masuk Islam. Serulah mereka ke agama Allah, saya akan
bersembunyi di kamar engkau mendengar reaksi mereka.
Rasulullah menerima permintaan Abdullah bin Salam. Beliau memasukkannya ke dalam
biliknya dan mengumpulkan para pemuka Yahudi. Rasulullah mengingatkan mereka tentang
ayat-ayat Al Quran dan mengajak mereka masuk agama Islam. Tetapi orang-orang Yahudi itu
tidak mau menerima ajakan beliau. Bahkan dengan beraninya mereka membantah ucapanucapan Rasulullah.
Setelah mengetahui bahwa mereka enggan menerima seruannya, Rasulullah bertanya,
Bagaimana kedudukan Husen menurut kalian?
Dia pemimpin kami, Kepala Pendeta kami dan pemuka agama kami, jawab mereka.
Bagaimana pendapat kalian kalai dia masuk Islam ? Maukah kalian mengikutinya? tanya
Rasulullah.
Tidak mungkin! Tidak mungkin dia akan masuk Islam. Kami berlindung kepada Allah, tidak
mungkin dia masuk Islam, jawab mereka.
Tiba-tiba Abdullah bin Salam keluar dari bilik Rasulullah dan menemui mereka seraya berkata,
Wahai orang-orang Yahudi, bertakwalah kepada Allah. Terimalah agama yang dibawa
Muhammad. Demi Allah, sesungguhnya kalian sudah mengetahui bahwa Muhammad itu benar
utusan Allah. Bukankah kalian telah membaca nama dan sifat-sifatnya dalam Taurat? Demi
Allah, saya mengakui Muhammad adalah Rasulullah. Saya beriman kepadanya dan
membenarkan segala ucapannya.
Bohong! jawab orang-orang Yahudi. Engkau jahat dan bodoh, tidak bisa membedakan mana
yang benar dan salah, umpat mereka lalu pergi meninggalkan Abdullah bin Salam dan
Rasulullah.

Engkau lihat, wahai Rasulullah. Orang-orang Yahudi itu pendusta dan sesat. mereka tidak mau
mengakui kebenaran walaupun di depan mata, ujar Abdullah.
Abdullah bin Salam menerima Islam seperti orang yang kehausan yang merindukan jalan ke
telaga. Lidahnya selalu basah oleh untaian ayat-ayat Al Quran. Ia selalu mengikuti semua seruan
Rasulullah sehingga suatu ketika beliau memberi kabar gembira dengan surga.
Suatu ketika Qais bin Ubadah dan beberapa orang lainnya sedang belajar di serambi masjid.
Dalam kelompok itu terdapat seorang lelaki tua yang ramah dan sangat menyenangkan hati.
Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya selalu menarik perhatian orang. Ketika lelaki itu pergi,
orang-orang saling bertanya siapa dia. Di antara mereka ada yang berkata, Siapa yang ingin
melihat penduduk surga, lihatlah lelaki itu!
Qais bin Ubadah segera bertanya, Siapa dia?
Abdullah bin Salam, jawab mereka.
Qais bin Ubadah memutuskan untuk mengikuti lelaki itu sampai jauh keluar kota Madinah.
Setelah diizinkan masuk, Qais menemuinya.
Apa keperluanmu anak muda? tanya Abdullah.
Saya mendengar orang-orang berbicara tentang diri Bapak. Kata mereka, siapa yang ingin
melihat penghuni surga, lihatlah Bapak! Mendengar ucapan mereka, saya mengikuti Bapak
sampai ke sini. Saya ingin mengetahui mengapa orang banyak berkata begitu?
Allah yang lebih mengetahui tentang penduduk surga, jawab Abdullah.
Ya, tapi pasti ada sebabnya mengapa orang-orang berkata begitu?
Baik, akan kujelaskan.
Silakan, semoga Allah membalas segala kebaikan Bapak, ujar Qais.
Pada suatu malam ketika Rasulullah masih hidup, saya bermimpi. Seorang laki-laki datang
menemuiku seraya menyuruhku bangun dan mengajakku pergi. Tiba-tiba saya melihat sebuah
jalan di sebelah kiri. Saya bertanya, Jalan kemanakah ini?
Jangan turuti jalan itu, itu bukan jalanmu, jawab orang itu.
Tiba-tiba saya melihat jalan yang terang benderang di sebelah kananku. Lewatilah jalan itu,
kata orang itu.
Saya mengikuti jalan yang terang itu hingga tiba di sebuah taman yang subur, luas, dan penuh
dengan pohon-pohon hijau dan indah. Di tengah-tengah taman terdapat sebuah tiang besi.

Pangkalnya tertancap di tanah dan ujungnya sampai ke langit. Di puncaknya terdapat sebuah aula
berlapis emas.
Orang itu berkata, Panjatlah tiang itu!
Aku tidak bisa, jawabku.
Tiba-tiba datang seorang pembantuku lalu dia menaikkan tubuhku sampai ke puncak tiang. Aku
tinggal di sana sampai pagi dengan perasaan yang sangat bahagia.
Setelah hari pagi, kudatangi Rasulullah dan kuceritakan kepada neliau perihal mimpiku. Beliau
bersabda, Jalan yang engkau lihat di sebelah kiri adalah jalan ke neraka. Jalan yang engkau lalui
di sebelah kanan adalah jalan penduduk surga. Taman yang indah itu adalah Islam. Adapun tiang
yang terpancang di tengah taman itu adalah tiang agama. Adapun aula itu adalah pegangan yang
kokoh dan kuat. Engkau senantiasa berpegangan dengannya sampai mati.. (ar/oq)

Adab Berhutang Ala Rasulullah SAW


Wahai guru, bagaimana kalau mengarang kitab tentang zuhud ? ucap salah seorang murid
kepada Imam Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani. Maka beliau menjawab : Bukankah aku
telah menulis kitab tentang jual-beli?
Fenomena yang sering terjadi dewasa ini yaitu banyaknya orang salah persepsi dalam
memandang hakikat ke-islaman seseorang. Seringkali seorang muslim memfokuskan keshalihan
dan ketakwaannya pada masalah ibadah ritualnya kepada Allah Subhanahu wa Taala, sehingga
diapun terlihat taat ke masjid, melakukan hal-hal yang sunat, seperti ; shalat, puasa sunat dan lain
sebagainya. Di sisi lain, ia terkadang mengabaikan masalah-masalah yang bekaitan dengan
muamalah, akhlak dan jual-beli. Padahal Allah Subhanahu wa Taala telah mengingatkan, agar
sebagai muslim, kita harus kaffah. Sebagaimana kita muslim dalam muamalahnya dengan Allah
Subhanahu wa Taala, maka seyogyanya juga harus muslim juga dalam muamalahnya dengan
manusia. Allah berfirman.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh) [AlBaqarah : 208]
Oleh karenanya, dialog murid terkenal Imam Abu Hanifah tadi layak dicerna dan dipahami.
Seringkali zuhud diterjemahkan dengan pakaian lusuh, makanan sederhana, atau dalam arti
kening selalu mengkerut dam mata tertunduk, supaya terlihat sedang tafakkur. Akan tetapi, kalau
sudah berhubungan dengan urusan manusia, maka dia tidak menghiraukan yang terlarang dan
yang tercela.

Hutang-pihutang merupakan salah satu permasalahan yang layak dijadikan bahan kajian
berkaitan dengan fenomena di atas. Hutang-pihutang merupakan persoalan fikih yang membahas
permasalahan muamalat. Di dalam Al-Quran, ayat yang menerangkan permasalahan ini
menjadi ayat yang terpanjang sekaligus bagian terpenting, yaitu dalam surat Al-Baqarah ayat
282. Demikian pentingnya masalah hutang-pihutang ini, dapat ditunjukkan dengan salah satu
hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak mau
menshalatkan seseorang yang meninggal, tetapi masih mempunyai tanggungan hutang.
HUTANG HARUS DIPERSAKSIKAN
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana
Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang
itu mengimlakkan (apa yang ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Rabbnya, dan
janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang
lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka
seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil, dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai
batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila
kamu berjual beli ; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan
(yang demikian) maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah ; Allah mengajarmu ; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
[Al-Baqarah : 282]
Mengenai ayat ini, Ibnul Arabi rahimahullah di dalam kitab Ahkam-nya menyatakan : Ayat ini
adalah ayat yang agung dalam muamalah yang menerangkan beberapa point tentang yang halal
dan haram. Ayat ini menjadi dasar dari semua permasalahan jual beli dan hal yang menyangkut
cabang (fikih)
Menurut Ibnu Katsir rahimahullah, ini merupakan petunjuk dariNya untuk hambaNya yang
mukmin. Jika mereka bermuamalah dengan transaksi non tunai, hendaklah ditulis, agar lebih
terjaga jumlahnya dan waktunya dan lebih menguatkan saksi. Dan di ayat lain, Allah Subhanahu
wa Taala telah mengingatkan salah satu ayat : Hal itu lebih adil di sisi Allah dan memperkuat
persaksian dan agar tidak mendatangkan keraguan
Firman Allah Subhanahu wa Taala : Maka tulislah maksudnya adalah tanda pembayaran
untuk megingat-ingat ketika telah datang waktu pembayarannya, karena adanya kemungkinan
alpa dan lalai antara transaksi, tenggang waktu pembayaran, dikarenakan lupa selalu menjadi
kebiasaan manusia, sedangkan setan kadang-kadang mendorongnya untuk ingkar dan beberapa

penghalang lainnya, seperti kematian dan yang lainnya. Oleh karena itu, disyariatkan untuk
melakukan pembukuan hutang dan mendatangkan saksi
Maka tulislah, secara zhahir menunjukkan, bahwa dia menuliskannya dengan semua sifat
yang dapat menjelaskannya di hadapan hakim, apabila suatu saat perkara hutang-pihutang ini
diangkat kepadanya.
BOLEHKAH BERHUTANG?
Tidak ada keraguan lagi bahwa menghutangkan harta kepada orang lain merupakan perbuatan
terpuji yang dianjurkan syariat,dan merupakan salah satu bentuk realisasi dari hadis Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam : Baragsiapa yang melapangkan seorang mukmin dari
kedurhakaan dunia, maka Allah Subhanahu wa Taala akan melapangkan untuknya kedukaan
akhirat
Para ulama mengangkat permasalahan ini, dengan memperbandingkan keutamaan antara
menghutangkan dengan bersedekah. Manakah yang lebih utama?
Sekalipun kedua hal tersebut dianjurkan oleh syariat, akan tetapi dalam sudut kebutuhan yang
dharurat, sesungguhnya orang yang berhutang selalu berada pada posisi terjepit dan terdesak,
sehingga dia berhutang. Sehingga menghutangkan disebutkan lebih utama dari sedekah, karena
seseorang yang diberikan pinjaman hutang, orang tersebut pasti membutuhkan. Adapun
bersedekah, belum tentu yang menerimanya pada saat itu membutuhkannya.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahwa beliau berkata kepada
Jibril : Kenapa hutang lebih utama dari sedekah? Jibril menjawab, Karena peminta, ketika dia
meminta dia masih punya. Sedangkan orang yang berhutang, tidaklah mau berhutang, kecuali
karena suatu kebutuhan. Akan tetapi hadits ini dhaif, karena adanya Khalid bin Yazid AdDimasyqi.
Adapun hukum asal berhutang harta kepada orang lain adalah mubah, jika dilakukan sesuai
tuntunan syariat. Yang pantas disesalkan, saat sekarang ini orang-orang tidak lagi wara
terhadap yang halal dan yang haram. Di antaranya, banyak yang mencari pinjaman bukan karena
terdesak oleh kebutuhan, akan tetapi untuk memenuhi usaha dan bisnis yang menjajikan.
Hutang itu sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, hutang baik. Yaitu hutang yang
mengacu kepada aturan dan adab berhutang. Hutang baik inilah yang dilakukan Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam ; ketika wafat, beliau Shallallahu alaihi wa sallam masih berhutang kepada
seorang Yahudi dengna agunan baju perang. Kedua, hutang buruk. Yaitu hutang yang aturan dan
adabnya didasari dengan niat dan tujuan yang tidak baik.
ETIKA BERHUTANG
1. Hutang tidak boleh mendatangkan keuntungan bagi si pemberi hutang.
Kaidah fikih berbunyi : Setiap hutang yang membawa keuntungan, maka hukumnya riba. Hal
ini terjadi jika salah satunya mensyaratkan atau menjanjikan penambahan. Sedangkan menambah
setelah pembayaran merupakan tabiat orang yang mulia, sifat asli orang dermawan dan akhlak
orang yang mengerti membalas budi.

Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah- berkata : Hendaklah diketahui, tambahan yang


terlarang untuk mengambilnya dalam hutang adalah tambahan yang disyaratkan. (Misalnya),
seperti seseorang mengatakan saya beri anda hutang dengan syarat dikembalikan dengan
tambahan sekian dan sekian, atau dengan syarat anda berikan rumah atau tokomu, atau anda
hadiahkan kepadaku sesuatu. Atau juga dengan tidak dilafadzkan, akan tetapi ada keinginan
untuk ditambah atau mengharapkan tambahan, inilah yang terlarang, adapun jika yang berhutang
menambahnya atas kemauan sendiri, atau karena dorongan darinya tanpa syarat dari yang
berhutang ataupun berharap, maka tatkala itu, tidak terlarang mengambil tambahan.
2. Kebaikan (seharusnya) dibalas dengan kebaikan
Itulah makna firman Allah Subhanahu wa Taala yang tertera dalam surat Ar-Rahman ayat 60,
semestinya harus ada di benak para penghutang, Dia telah memperoleh kebaikan dari yang
memberi pinjaman, maka seharusnya dia membalasnya dengan kebaikan yang setimpal atau
lebih baik. Hal seperti ini, bukan saja dapat mempererat jalinan persaudaraan antara keduanya,
tetapi juga memberi kebaikan kepada yang lain, yaitu yang sama membutuhkan seperti dirinya.
Artinya, dengan pembayaran tersebut, saudaranya yang lain dapat merasakan pinjaman serupa.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata.
Nabi mempunyai hutang kepada seseorang, (yaitu) seekor unta dengan usia tertentu.orang
itupun datang menagihnya. (Maka) beliaupun berkata, Berikan kepadanya kemudian mereka
mencari yang seusia dengan untanya, akan tetapi mereka tidak menemukan kecuali yang lebih
berumur dari untanya. Nabi (pun) berkata : Berikan kepadanya, Dia pun menjawab, Engkau
telah menunaikannya dengan lebih. Semoga Allah Subhanahu wa Taala membalas dengan
setimpal. Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sebaik-baik kalian adalah orang
yang paling baik dalam pengembalian
Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu anhu ia berkata.
Aku mendatangi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di masjid, sedangkan beliau mempunyai
hutang kepadaku, lalu beliau membayarnya dam menambahkannya
3. Berhutang dengan niat baik
Jika seseorang berhutang dengan tujuan buruk, maka dia telah zhalim dan melakukan dosa.
Diantara tujuan buruk tersebut seperti.
a. Berhutang untuk menutupi hutang yang tidak terbayar
b. Berhutang untuk sekedar bersenang-senang
c. Berhutang dengan niat meminta. Karena biasanya jika meminta tidak diberi, maka digunakan
istilah hutang agar mau memberi.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
telah bersabda :
Barangsiapa yang mengambil harta orang (berhutang) dengan tujuan untuk membayarnya
(mengembalikannya), maka Allah Subhanahu wa Taala akan tunaikan untuknya. Dan

barangsiapa mengambilnya untuk menghabiskannya, maka Allah Subhanahu wa Taala akan


membinasakannya
Hadits ini hendaknya ditanamkan ke dalam diri sanubari yang berhutang, karena kenyataan
sering membenarkan sabda Nabi diatas Berapa banyak orang yang berhutang dengan niat dan
azam untuk menunaikannya, sehingga Allah pun memudahkan baginya untuk melunasinya.
Sebaliknya, ketika seseorang berazam pada dirinya, bahwa hutang yang dia peroleh dari
seseorang tidak disertai dengan niat yang baik, maka Allah Subhanahu wa Taala membinasakan
hidupnya dengan hutang tersebut. Allah Subhanahu wa Taala melelahkan badannya dalam
mencari, tetapi tidak kunjung dapat. Dan dia letihkan jiwanya karena memikirkan hutang
tersebut. Kalau hal itu terjadi di dunia yang fana, bagaimana dengan akhirat yang baqa (kekal)?
4. Hutang tidak boleh disertai dengan jual beli
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang mulia telah melarangnya, karena ditakutkan dari
transaksi ini mengandung unsur riba. Seperti, seseorang meminjam pinjaman karena takut riba,
maka kiranya dia jatuh pula ke dalam riba dengan melakuan transaksi jual beli kepada yang
meminjamkan dengan harga lebih mahal dari biasanya.
5. Wajib memabayar hutang
Ini merupakan peringatan bagi orang yang berhutang. Semestinya memperhatikan kewajiban
untuk melunasinya. Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan agar kita menunaikan amanah.
Hutang merupakan amanah di pundak penghutang yang baru tertunaikan (terlunaskan) dengan
membayarnya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimnya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [An-Nisa : 58]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, telah bersabda Rasulullah : Sekalipun aku
memiliki emas sebesar gunung Uhud, aku tidak akan senang jika tersisa lebih dari tiga hari,
kecuali yang aku sisihkan untuk pembayaran hutang [HR Bukhari no. 2390]
Orang yang menahan hutangnya padahal ia mampu membayarnya, maka orang tersebut berhak
mendapat hukuman dan ancaman, diantaranya.
a. Berhak mendapat perlakuan keras.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata. :
Seseorang menagih hutang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, sampai dia
mengucapkan kata-kata pedas. Maka para shahabat hendak memukulnya, maka Nabi Shallallahu
alaihi wa salam berkata, Biarkan dia. Sesungguhnya si empunya hak berhak berucap. Belikan
untuknya unta, kemudian serahkan kepadanya. Mereka (para sahabat) berkata : Kami tidak
mendapatkan, kecuali yang lebih bagus dari untanya. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Belikan untuknya, kemudian berikan kepadanya. Sesungguhnya sebaik-baik kalian
ialah yang paling baik dalam pembayaran

Imam Dzahabi mengkatagorikan penundaan pembayaran hutang oleh orang yang mampu sebagai
dosa besar dalam kitab Al-Kabair pada dosa besar no. 20
b. Berhak dighibah (digunjing) dan diberi pidana penjara.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, telah bersabda Rasulullah.:
Menunda (pembayaran) bagi orang yang mampu merupakan suatu kezhaliman
Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. :
Menunda pembayaran bagi yang mampu membayar, (ia) halal untuk dihukum dan (juga)
keehormatannya.
Sufyan Ats-Tsauri berkata, Halal kehormatannya ialah dengan mengatakan engkau telah
menunda pebayaran dan menghukum dengan memenjarakannya
c.. Hartanya berhak disita
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam.
Barangsiapa yang mendapatkan hartanya pada orang yang telah bangkrut, maka dia lebih
berhak dengan harta tersebut dari yang lainnya
d. Berhak di-hajr (dilarang melakukan transaksi apapun).
Jika seseorang dinyatakan pailit dan hutangnya tidak bisa ditutupi oleh hartanya, maka orang
tersebut tidak diperkenankan melakukan transaksi apapun, kecuali dalam hal yang ringan
(sepele) saja.
Hasan berkata, Jika nyata seseorang itu bangkrut, maka tidak boleh memerdekakan, menjual
atau membeli
Bahkan Dawud berkata, Barangsiapa yang mempunyai hutang, maka dia tidak diperkenankan
memerdekakan budak dan bersedekah. Jika hal itu dilakukan, maka dikembalikan
Kemungkinan wallahu alam- dalam hal ini, hutang yang dia tidak sanggup lagi melunasinya.
6. Jika terjadi keterlambatan karena kesulitan keuangan, hendaklah orang yang berhutang
memberitahukan kepada orang yang memberikan pinjaman, karena hal ini termasuk bagian dari
menunaikan hak yang menghutangkan.
Janganlah berdiam diri atau lari dari si pemberi pinjaman, karena akan memperparah keadaan,
dan merubah hutang, yang awalnya sebagai wujud kasih sayang, berubah menjadi permusuhan
dan perpecahan.
7. Berusaha mencari solusi sebelum berhutang, dan usahakan hutang merupakan solusi terakhir
setelah semuanya terbentur.

8. Menggunakan uang dengan sebaik mungkin. Menyadari, bahwa pinjaman merupakan amanah
yang harus dia kembalikan.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.
Tangan bertanggung jawab atas semua yang diambilnya, hingga dia menunaikannya
9. Pelimpahan hutang kepada yang lain diperbolehkan dan tidak boleh ditolak
Jika seseorang tidak sanggup melunasi hutangnya, lalu dia melimpahkan kepada seseorang yang
mampu melunasinya, maka yang menghutangkan harus menagihnya kepada orang yang
ditunjukkan, sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, telah bersabda Rasulullah :
Menunda pembayaran bagi roang yang mampu merupakan suatu kezhaliman. Barangsiapa yang
(hutangnya) dilimpahkan kepada seseorang, maka hendaklah dia menurutinya.
10. Diperbolehkan bagi yang berhutang untuk mengajukan pemutihan atas hutangnya atau
pengurangan, dan juga mencari perantara (syafaat) untuk memohonnya.
Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu anhu, ia berkata : (Ayahku) Abdullah meninggal dan dia
meninggalkan banyak anak dan hutang. Maka aku memohon kepada pemilik hutang agar mereka
mau mengurangi jumlah hutangnya, akan tetapi mereka enggan. Akupun mendatangi Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam meminta syafaat (bantuan) kepada mereka. (Namun) merekapun
tidak mau. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam berkata, Pisahkan kormamu sesuai dengan
jenisnya. Tandan Ibnu Zaid satu kelompok. Yang lembut satu kelompok, dan Ajwa satu
kelompok, lalu datangkan kepadaku. (Maka) akupun melakukannya. Beliau Shallallahu alaihi
wa sallam pun datang lalu duduk dan menimbang setiap mereka sampai lunas, dan kurma masih
tersisa seperti tidak disentuh.
BAGI YANG MENGHUTANGKAN AGAR MEMBERI KERINGANAN KEPADA YANG
BERHUTANG
Pemberian pinjaman pada dasarnya dilandasi karena rasa belas kasihan dari yang
menghutangkan. Oleh karena itu, hendaklah orientasi pemberian pinjamannya tersebut
didasarkan hal tersebut, dari awal hingga waktu pembayaran. Oleh karenanya, Islam tidak
membenarkan tujuan yang sangat baik ini dikotori dengan mengambil keuntungan dibalik
kesusahan yang berhutang.
Di antara yang dapat dilakukan oleh yang menghutangkan kepada yang berhutang ialah.
1. Memberi keringanan dalam jumlah pembayaran
Misalnya, dengan uang satu juta rupiah yang dipinjamkannya tersebut, dia dapat beramal dengan
kebaikan berikutnya, seperti meringankan pembayaran si penghutang, atau dengan boleh
membayarnya dengan jumlah di bawah satu juta rupiah, atau bisa juga mengizinkan
pembayarannya dilakukan dengan cara mengangsur, sehingga si penghutang merasa lebih ringan
bebannya.

2. Memberi keringanan dalam hal jatuh tempo pembayaran


Si pemberi pinjaman dapat pula berbuat baik degan memberi kelonggaran waktu pembayaran,
sampai si penghutang betul-betul sudah mampu melunasi hutangnya.
Dari Hudzaifah Radhyallahu anhu, ia berkata, aku mendengar Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda : Suatu hari ada seseorang meninggal. Dikatakan kepadanya (mayit di akhirar
nanti). Apa yang engkau perbuat? Dia menjawab. :
Aku melakukan transaksi, lalu aku menerima ala kadarnya bagi yang mampu membayar
(hutang) dan meringankan bagi orang yang dalam kesulitan. Maka dia diampuni (oleh Allah
Subhanahu wa Taala).
3. Pemberi pinjaman menghalalkan hutang tersebut, dengan cara membebaskan hutang, sehingga
si penghutang tidak perlu melunasi pinjamannya.
Beginilah kebiasaan yang sering dilakukan oleh Salafush ash-Shalih. Jika mereka ingin memberi
pemberian, maka mereka melakukan transaksi jual beli terlebih dahulu, kemudian dia berikan
barang dan harganya atau dia pinjamkan, kemudian dia halalkan, agar mereka mendapatkan dua
kebahagian dan akan menambah pahala bagi yang memberi.
Sebagai contoh, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membeli onta dari Jabir bin Abdullah
dengan harga yang cukup mahal. Setibanya di Madinah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
memberikan uang pembayaran dan menghadiahakn onta yang telah dibeli tersebut kepada Jabir.
Contoh kedua, Thalhah berhutang kepada Utsman sebanyak lima puluh ribu dirham. Lalu dia
keluar menuju masjid dan bertemu dengan Utsman. Thalhah berkata, Uangmu telah cukup,
maka ambillah!. Namun Utsman menjawab : Dia untukmu, wahai Abu Muhammad, sebab
engkau menjaga muruah (martabat)mu.
Suatu hari Qais bin Saad bin Ubadah Radhiyallahu anhu merasa bahwa saudara-saudaranya
terlambat menjenguknya, lalu dikatakan keadannya : Mereka malu dengan hutangnya
kepadamu, dia (Qais) pun menjawab, Celakalah harta, dapat menghalangi saudara untuk
menjenguk saudaranya!, Kemudian dia memerintahkan agar mengumumkan : Barangsiapa
yang mempunyai hutang kepada Qais, maka dia telah lunas. Sore harinya jenjang rumahnya
patah, karena banyaknya orang yang menjenguk.
Sebagai akhir tulisan ini, kita bisa memahami, bahwa Islam menginginkan kaum Muslimin
menciptakan kebahagian pada kenyataan hidup mereka dengan mengamalkan Islam secara
kaffah dan tidak setengah-setengah. Dalam permasalahan hutang, idealnya orang yang kaya
selalu demawan menginfakkan harta Allah Subhanahu wa Taala yang dititipkan kepadanya
kepada jalan-jalan kebaikan. Di sisi lain, seorang yang fakir, hendaklah hidup dengan qanaah
dan ridha dengan apa yang telah ditentukan Allah Subhanahu wa Taala untuknya.
Semoga kita semua dijauhkan olehNya dari lilitan hutang, dianugerahkanNya ilmu yang
bermanfaat, amal yang shalih dan rizqi yang halal dan baik.

Subhanallah, Terungkap Alasan Ilmiah


Kenapa Pria Dilarang Memakai Emas
Atom pada emas mampu menembus ke dalam kulit melalui pori2 dan masuk ke dalam darah
manusia. Jikaseorang pria mengenakan emas dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu
yang lama, maka dampak yang ditimbulkan yaitu di dalam darah dan urine akan mengandung
atom emas dalam kadar yang melebihi batas (dikenal dengan sebutan migrasi emas).
Dan apabila ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka akan mengakibatkan penyakit
Alzheimer.sebab jika tidak di buang maka dalam jangka waktu yang lama atom emas dalam
darah ini akan sampai ke otak dan memicu penyakit alzheimer.
Alzheimer adalah suatu penyakit dimana orang tersebut kehilangan semua kemampuan mental
dan fisik serta menyebabkan kembali seperti anak kecil. Alzheimer bukan penuaan normal,tetapi
merupakan penuaan paksaan atau terpaksa.salah seorang yang terkena penyakit alzheimer adalah
charles bronson, ralph waldo emerson dan sugar ray robinson.
Sedangkan, mengapa Islam memperbolehkan wanita untuk mengenakan emas ?
Jawabannya adalah..
Wanita tidak menderita masalah ini karena setiap bulan, partikel berbahaya tersebut keluar dari
tubuh wanita melalui menstruasi. itulah sebabnya islam mengharamkan pria memakai emas dan
membolehkan wanita memakai perhiasan emas.
itulah alasan agama Islam melarang pria memakai emas,ternyata hal ini telah diketahui Nabi
Muhammad 1400 tahun yang lalu. Padahal beliau tidak pernah belajar ilmu fisika.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah melarang kaum laki-laki memakai cincin emas.
Al-Bukhari dan Muslim masing-masing dari Al-Bara bin Azib Radhiyallahu anhu, bahwa
ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki memakai cincin emas di
tangannya, maka beliau memintanya supaya mencopot cincinnya, kemudian melemparkannya ke
tanah. (HR. Bukhori & Muslim)

Mengenal Keutamaan Sholat Subuh


Banyak masjid pada waktu shalat Subuh hanya diisi beberapa orang. padahal fadhilah shalat
Subuh berjamaah sangat besar, hingga Rasulullah menyebut jika saja umat tahu keutamaannya,
maka mereka akan mendatangi jamaah Subuh dengan merangkak.
Muhammad Abdur Rauf al-Munawi dalam kitabnya at-Taarif mengatakan as-Subhu atau As
Sabah adalah permulaan siang, yaitu ketika ufuk berwarna merah karena tertutup tabir matahari.
Adapun shalat Subuh adalah ibadah shalat yang dilaksanakan ketika fajar shidiq dan berakhir
pada saat matahari terbit.

Shalat yang agung ini benar-benar memiliki daya tarik, karena kedudukannya dalam Islam dan
nilainya yang tinggi dalam syariat. Banyak sekali hadis yang mendorong untuk melaksanakan
shalat Subuh dan menyanjung mereka yang menjaganya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengetahui waktu Subuh adalah waktu yang sulit.
Seorang muslim bila dibiarkan begitu saja akan memilih mengistirahatkan dirinya sampai
matahari terbit dan meninggalkan shalat wajib. Karena itu Rasulullah mengkhususkan shalat
mulia ini dengan keistimewaan tunggal dan sifat-sifat tertentu yang tidak terulang pada shalat
yang lain.
Banyak sekali keutamaan yang didapat di waktu Subuh. Salah satu keutamaannya adalah
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam mendoakan umatnya yang bergegas dalam
melaksanakan shalat Subuh, sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits,Ya Allah berkahilah
umatku selama mereka senang bangun Subuh. (HR Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu
Majah).

Jika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang berdoa, maka tidak akan ada hijab di antara
beliau dengan Allah Subhanahu Wa Taala. Karena beliau sendiri adalah orang yang secara
jasadiyah paling dekat dengan Allah Subhanahu Wa Taala.
Pada hadits lain Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, bahwasanya orang yang
shalat Subuh akan dijamin oleh Allah. Siapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada
dalam jaminan Allah. Maka, jangan kamu mencari jaminan Allah dengan sesuatu (selain dari
shalat), yang pada saat kamu mendapatkannya justru kamu tergelincir ke dalam api neraka. (HR
Muslim). Jika Allah Subhanahu Wa Taala yang memberikan jaminan, maka mungkin akal
manusia sulit untuk menjangkau dan menebak apa yang akan diberikan Allah.
Waktu Subuh adalah waktu yang paling baik untuk mendapatkan rahmat dan ridha Allah. Allah
berfirman,Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya
di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling
dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti
orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan
adalah keadaannya itu melewati batas. (QS Al-Kahfi: 28).
Keutamaan shalat Subuh yang lain adalah Allah Subhanahu Wa Taala kelak akan memberikan
pahala yang melebihi keindahan dunia dan isinya, sebagaimana telah disebutkan dalam satu
riwayat Imam at-Turmudzi: Dari Aisyah ra telah bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa
Sallam, dua rakaat shalat Fajar pahalanya lebih indah dari pada dunia dan isinya.
Lalu apa kata Rasulullah tentang Subuh?
Diriwayatkan Muslim dari Utsman bin Affan ra berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa
Sallam bersabda,Barangsiapa yang shalat Isya berjamaah maka seakan-akan dia telah shalat
setengah malam. Dan barangsiapa shalat Subuh berjamaah, maka seakan-akan dia telah
melaksanakan shalat malam satu malam penuh. Hadits riwayat Muslim.

Shalat Subuh merupakan sumber dari segala sumber cahaya di hari kiamat. Di hari itu, semua
sumber cahaya di dunia akan padam. Matahari akan digulung. Ibadahlah yang akan menerangi
pelakunya.
Diriwayatkan dari dari Abu Musa al-Asyari ra ia berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa
Sallam bersabda:Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga. (HR
Al-Bukhari). Dua waktu yang dingin itu adalah shalat Subuh dan shalat Ashar.
Mereka yang menjaga shalat Subuh dan Ashar, dijanjikan kelak di surga akan melihat Allah
Subhanahu Wa Taala. Hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim dari Jarir bin Abdullah ra artinya: Kami sedang duduk bersama Rasulullah,
ketika melihat bulan purnama. Beliau berkata, Sungguh, kalian akan melihat Rabb kalian
sebagaimana kalian melihat bulan yang tidak terhalang dalam melihatnya. Apabila kalian
mampu, janganlah kalian menyerah dalam melakukan shalat sebelum terbit matahari dan shalat
sebelum terbenam matahari. Maka lakukanlah. (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Berada di bawah lindungan Allah Subhanahu Wa Taala.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam memberi janji, bila shalat Subuh dikerjakan, maka
Allah akan melindungi siapapun yang mengerjakannya seharian penuh. Hadits yang
diriwayatkan dari undab bin Sufyan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam
bersabda,Barangsiapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah.
Maka jangan coba-coba membuat Allah membuktikan janji-Nya. Barangsiapa yang membunuh
orang yang menunaikan shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan
mukanya ke dalam neraka. (HR MUslim, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Begitulah keistimewaan shalat Subuh. Lalu apa yang menghalangi kita untuk menyingkap
selimut dan mengakhiri tidur kita untuk melakukan shalat Subuh? Bukankah ibadah ini menjadi
bagian yang begitu besar dibandingkan dunia seisinya?
Ancaman bagi yang Meninggalkan Shalat Shubuh
Padahal banyak keutamaan yang bisa didapat apabila seseorang mengerjakan shalat shubuh.
Tidakkah kita takut dikatakan sebagai orang yang munafiq karena meninggalakan shalat shubuh?
Dan kebanyakan orang meninggalkan shalat shubuh karena aktivitas tidur. Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat
isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan
mendatanginya sekalipun dengan merangkak. (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)
Cukuplah ancaman dikatakan sebagai orang munafiq membuat kita selalu memperhatikan ibadah
yang satu ini.
Semoga Allah selalu memberi hidayah kepada kita semua, terkhusus bagi para laki-laki untuk
dapat melaksanakan shalat berjamaah di masjid.

Penggembosan Tentang Keagungan Jihad


Qital
Tak jarang kita mendengar Hadits Hadits Dhaif yang justru populer dan RATINGNYA naik
disaat bulan suci ramadhan atau bila adanya panggilan Jihad, entah sengaja atau tidak, tapi
kadang hadits seperti itu bisa mengembosi semangat Jihad para ikhwan..
Hadits ini misalnya, yang di gunakan oleh kaum yg seakan-akan menomor sekiankan Jihad Qital
mereka ini (Kaum) yang menomor duakan jihad qital berargumen dengan hadits yang sangat
masyhur.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda sewaktu pulang dari perang Tabuk,
Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar. Mereka berkata, Apakah
jihad yang lebih besar itu? Beliau menjawab, Jihad hati. (HR. Al-Baihaqi dalam Az-Zuhd
(384) dan Al Khathib Al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad (Bab Al-Wawi/Dzikr Al-Asma` Al
Mufradah) dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu Anhuma. Al-Mizzi dalam Tahdzib Al-Kamal
(biografi Ibrahim bin Abi Ablah Al-Adawi/210) dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq
(biografi Ibrahim bin Abi Ablah); dari Ibrahim bin Abi Ablah.
Imam As-Suyuthi mengatakan, Diriwayatkan Ad-Dailami, Al-Baihaqi dalam Az-Zuhd, dan AlKhathib.[Jami Al-Ahadits (15164)]
Dalam riwayat Al-Khathib disebutkan, bahwa ketika Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan
para sahabat baru saja dari suatu peperangan, beliau bersabda kepada mereka,
Kalian telah kembali ke tempat kedatangan terbaik, dari jihad yang lebih kecil menuju jihad
yang lebih besar. Para sahabat berkata,Apakah jihad yang lebih besar itu? Nabi bersabda,
Jihad seorang hamba melawan hawa nafsunya.
Derajat Hadits tersebut adalah Dhaif.
Al-Baihaqi berkata, Hadits ini sanadnya lemah.
As-Suyuthi menukil dari Ibnu Hajar, Hadits ini sangat terkenal dan sering diucapkan. Ia adalah
perkataan Ibrahim bin Abi Ablah dalam Al-Kunanya An-Nasa`i.[Ad-Durar Al-Muntatsarah fi
Al-Ahadits Al-Musytaharah (1/11)]
Al-Iraqi mendhaifkan hadits ini dalam Takhrij Ahadits Al-Ihya` (2567).
Ibnu Taimiyah berkata, Tidak ada dasarnya dan tidak seorang pun ahli yang meriwayatkannya
sebagai perkataan dan perbuatan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Bagaimanapun, jihad melawan kaum kafir adalah termasuk amalan yang terbesar dan paling
utama.[ Majmu Al-Fatawa: 11/197, dan Al-Furqan Baina Awliya` Ar-Rahman wa Awliya`
Asy-Syaithan: 46]
Dalam Silsilah Al-Ahadits Adh-Dhaifah (2460), Syaikh Al-Albani berkata, Hadits mungkar.
Dan dalam Dhaif Al-Jami Ash-Shaghir (8510), Al-Albani mendhaifkannya.
Strategi Musuh Islam
=============
Cara lain yang ditempuh musuh-musuh Islam dari kaum kafirin dan munafikin untuk
melemahkan semangat jihad adalah dengan menghembuskan syubhat adanya amal lain dalam
Islam yang lebih agung dari jihad. Tujuannya, agar umat berpaling dari jihad dan
meninggalkannya karena ada yang lebih besar pahala dan keutamaannya. Jihad qital (berperang)
melawan orang kafir dan munafik dikategorikan sebagai jihad kecil. Ada jihad yang lebih besar
yang harus mendapat perhatian, yaitu jihad Akbar. Dan maksud dari jihad akbar adalah jihad
melawan hawa nafsu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaah dalam Majmu Fatawanya (Juz 11) mengingkari
penamaan jihad qital (berperang) melawan orang kafir sebagai jihad kecil. Manurut beliau, jihad
melawan orang kafir merupakan salah satu amal yang paling agung dalam Islam. Bahkan, jihad
merupakan amal tathawu yang paling utama.
Beliau melandaskannya pada beberapa dalil dari Al-Quran dan hadits tentang keutamaan jihad :
Keutamaan Jihad
Firman Allah Taala,
Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai
udzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah
melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya satu derajat di atas orang-orang
yang duduk. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan
Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.
(QS. Al-Nisa: 95)
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan
diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat
kemenangan. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta
benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar. (QS. Al-Taubah: 20-22)
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim dan lainnya, dari Numan bin Basyir radhiyallahu anhu, ia
berkata: Aku pernah berada di sisi mimbar Nabi shallallahu alaihi wasallam, lalu ada seorang
laki-laki berkata, Aku tidak peduli, aku tidak akan melakukan pekerjaan apapun sesudah
(masuk) Islam kecuali memberi minum pada orang haji. Lalu di jawab oleh yang lain, Kalau
aku tak peduli, aku tidak mengamalkan amalan apapaun setelah (masuk) Islam kecuali
memakmurkan Masjidil Haram. Lalu berkatalah Ali bin Abi Thalib, Berjihad di jalan Allah
lebih utama dari semua amal yang kalian katakan itu,

Kemudian Umar bin Khattab melarang mereka, Janganlah kalian berbicara keras di sisi mimbar
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, tetapi jika sudah selesai shalat (Jumat) saya akan
menanyakannya. Maka bertanyalah Umar kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu
Allah Taala menurunkan ayat ini QS. Al-Taubah: 19-.
Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan
mengurus Masjidilharam, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak
memberikan petunjuk kepada kaum yang dzalim. (QS. Al-Taubah: 19)
Dalam Shahihain lainnya, dari Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu bertanya, Wahai
Rasulullah, amal apakah yang paling utama di sisi Allah Azza wa Jalla? Beliau menjawab,
Shalat tepat pada waktunya. Aku bertanya, Lalu apa? Beliau menjawab, Berbakti kepada
kedua orang tua. Aku bertanya, Lalu apa? Beliau menjawab, Berjhad di jalan Allah. Dia
berkata,Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan semua itu kepadaku, dan kalau
aku bertanya lagi pasti beliau menambahnya untukku.
Masih dalam Shahihain, Nabi shallallahu alaihi wasallam ditanya tentang amal yang paling
utama? Beliau menjawab, Iman kepada Allah dan berjihad di jalan-Nya. Beliau ditanya lagi,
Lalu apa? beliau menjawab, Haji mabrur.
Diriwayatkan juga dalam Shahihain bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu
alaihi wasallam, Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku amal yang menyamai jihad di jalan
Allah? Beliau menjawab, Engkau tak akan bisa melaksanakannya atau engkau tak akan kuat.
Dia berkata lagi, Beritahukan aku tentangnya? Beliau menjawab, Apakah engkau mampu,
jika seorang mujahid keluar berjihad, engkau berpuasa dan tidak berbuka, shalat dan tidak
berhenti?
Dan dalam Kutub Sunan, dari Muadz radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wasallam
pernahberkata kepadanya, Maukah aku tunjukkan kepadamu akan pokok urusan, tiang dan
puncaknya? Pokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah jihad, sedangkan puncaknya adalah
jihad fi sabilillah.
Dalil-dalil tentang keutamaan jihad di atas disebutkan oleh Ibnu Taimiyah sesudah beliau
mengomentari hadits yang menerangkan bahwa jihad terhadap orang kafir adalah jihad asghar
(kecil). Beliau berkata, Adapun hadits yang diriwayatkan oleh sebagian mereka bahwa beliau
shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda pada waktu Perak Tabuk,
Kita pulang dari jihad kecil menuju jihad besar, tidak ada dasarnya dan tidak seorang pun ahli
marifat yang meriwayatkannya sebagai perkataan dan perbuatan NabiShallallahu Alaihi wa
Sallam. Bagaimanapun, jihad melawan kaum kafir adalah termasuk amalan terbesar dan paling
utama. (Majmu Al-Fatawa 11/197, dan Al-Furqan Baina Awliya` Ar-Rahman wa Awliya`
Asy-Syaithan: 46).
Pernyataan beliau ini, oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah Shahihah, seolah-olah menunjukkan
bahwa beliau rahimahullaah mengingkari penamaan jihad (berperang melawan orang kafir)
sebagai jihad asghar (jihad kecil).
Nampak dari lafadz hadits dhaif di atas bahwa yang dimaksud dari jihad kecil adalah jihad qital
(perang) melawan orang-orang kafir pada perang Tabuk. Makna ini tertolak karena meremehkan

kedudukan jihad fi sabilillah, merendahkan kemuliaannya dalam Islam dan perannya untuk
membela eksistensi dan kemuliaan umat Islam ketika mendapat serangan musuh dan kezaliman
penguasa tiran lagi sombong.
Nash-nash Al-Quran dan sunnah syarifah banyak menyebutkan tentang keutamaan jihad dan
kedudukannya yang sangat mulia dalam Islam. Di antara dalil sudah disebutkan oleh Ibnu
Taimiyah dalam nukilan di atas. Karenanya tidak layak amal jihad yang sangat dimuliakan Islam
disebut sebagai jihad kecil.
Naudzubillah Tsumma Naudzubillah min dzalik..
segala puji bagi Allah yang telah menjadikan jihad sebagai puncak amal dalam Islam. Shalawat
dan salam semoga terlimpah panglima Mujahidin, Nabi kita Muhammad besera keluarga dan
para sahabatnya.
Sesungguhnya pada jihad terdapat masa depan umat Islam. Tanpanya, kaum muslimin
terhinakan. Musuh-musuh Islam menyadari hal ini, karenanya mereka senantiasa berusaha
mematikan semangat jihad dengan berbagai cara.
Wallahu alam

3 Perkara yang Makruh Dilakukan Saat


Itikaf Ramadhan
Menurut Sayyid Sabiq, orang yang sedang itikaf makruh melakukan hal-hal yang tak
bermanfaat, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Rasulullah SAW bersabda, Di antara
baiknya keislaman sesorang adalah meninggalkan sesuatu yang tak berguna baginya. (HR
Tirmidzi). Lalu apa saja perkara yang dimakruhkan saat beritikaf?
1. Membisu. Menurut Al-Kubaisi, diam atau membisu atau tak berbicara saat itikaf adalah
perkara yang makruh, apabila ia berkeyakinan bahwa hal itu juga merupakan bagian dari ibadah.
Abdullah ibnu Abbas RA berkata, Bahwa Rasulullah telah melarang orang yang bernazar untuk
berdiri di tengah terik matahari dan tak berkata apa-apa, serta shaum tanpa berteduh. Beliau
memerintahkan agar segera duduk, berteduh, serta berbicara. (HR Bukhari).
Abu Bakar Shiddiq pernah menegur seorang wanita bernama Zainab karena membisu. Wanita itu
sengaja membisu dalam semedinya. Bicaralah, karena sesungguhnya yang demikian itu tak
boleh, ujar Abu Bakar. Kemudian, wanita itu pun berbicara.

Abu Hurairah RA berkata, Sungguh Rasulullah SAW telah melarang puasa wishal (puasa tak
sahur dan tak buka selama beberapa hari) serta puasa ash-shamt (puasa membisu tak mau
bicara).
2. Berbisnis atau Kegiatan Ekonomi. Menurut Al-Kubaisi, berbisnis atau menyibukan diri
dengan pekerjaan yang mendapat imbalan uang, hukumnya makruh bagi orang yang beritikaf .
Namun jual-beli itu termasuk yang harus dilakukan, maka tidak makruh.
3. Mengucapkan kata-kata yang mengandung dosa. Mengucapkan kata-kata yang mengandung
dosa, seperti mengumpat, mengutuk, debat kusir dan membual adalah hal yang terlarang bagi
setiap Muslim. Terlebih jika dilakukan pada saat itikaf. Seorang yang sedang itikaf juga
dilarang membalas umpatan orang. Rasulullah SAW bersabda, Jika diumpat oleh seseorang,
maka hendaknya berkata Sesungguhnya aku sedang berpuasa. (HR Riwayat Bukhari
Muslim).

Perang Berikut Pernah Terjadi di Zaman


Rasulullah
Selama Rasulullah saw diangkat menjadi Rasul, tidak pelak, beberapa perang dijalaninya.
Perang, dalam Islam, bukan untuk membuat kerusakan sebagaimana yang banyak terhampar
sekarang ini. Tapi lebih untuk menegakan kebenaran di muka bumi. Dalam setiap peperangan,
bukti bahwa perang dalam Islam dilakukan sangat santun dan memperhatikan nilai-nilai
kemanusiaan yang tinggi, Rasul melarang kaum Muslimin untuk menyerang perempuan, anak
kecil, dan anak kecil. Rasul bahkan melarang untuk merusak pepohonan. Sungguh luar biasa.
Berikut adalah peperangan yang dialami oleh Rasulullah saw.
PERANG BADAR
Inilah perang pertama yang dilakukan kaum muslimin. Sekaligus peristiwa paling penting bagi
sejarah perkembangan dawah Islam. Meski dengan kekuatan yang jauh lebih kecil dibanding
kekuatan musuh, dengan pertolongan Allah, kaum muslimin berhasil menang menaklukkan
pasukan kafir.
Rasulullah SAW berangkat bersama tigaratusan orang sahabat dalam perang Badar. Ada yang
mengatakan mereka berjumlah 313, 314, dan 31 7 orang. Mereka kira-kira terdiri dari 82 atau 86
Muhajirin serta 61 kabilah Aus dan 170 kabilah Khazraj. Kaum muslimin memang tidak
berkumpul dalam jumlah besar dan tidak melakukan persiapan sempurna. mereka hanya
memiliki dua ekor kuda, milik Zubair bin Awwam dan Miqdad bin Aswad al-Kindi. Di samping

itu mereka hanya membawa tujuh puluh onta yang dikendarai secara bergantian, setiap onta
untuk dua atau tiga orang. Rasulullah saw sendiri bergantian mengendarai onta dengan Ali dan
Murtsid bin Abi Murtsid Al-Ghanawi.
Sementara jumlah pasukan kafir Quraisy sepuluh kali lipat. Tak kurang seribu tiga ratusan
prajurit. Dengan seratus kuda dan enam ratus perisai, serta onta yang jumlahnya tak diketahui
secara pasti, dan dipimpin langsung oleh Abu Jahal bin Hisyam. Sedangkan pendanaan perang
ditanggung langsung oleh sembilan pemimpin Quraisy. Setiap hari, mereka menyembelih sekitar
sembilan atau sepuluh ekor unta.
PERANG UHUD
Kekalahan di Badar menanamkan dendam mendalam di hati kaum kafir Quraisy. Mereka pun
keluar ke bukit Uhud hendak menyerbu kaum Muslimin. Pasukan Islam berangkat dengan
kekuatan sekitar seribu orang prajurit, seratus diantaranya menggunakan baju besi, dan lima
puluh lainnya menunggang kuda.
Di sebuah tempat bernama asy-Syauth, kaum muslimin melakukan shalat subuh. Tempat ini
sangat dekat dengan musuh sehingga mereka bisa dengan mudah saling melihat. Ternyata
pasukan musuh berjumlah sangat banyak. Mereka berkekuatan tiga ribu tentara, terdiri dari
orang-orang Quraisy dan sekutunya. Mereka juga memiliki tiga ribu onta, dua ratus ekor kuda
dan tujuh ratus buah baju besi.
Pada kondisi sulit itu, Abdullah bin Ubay, sang munafiq, berkhianat dengan membujuk kaum
muslimin untuk kembali ke Madinah. Sepertiga pasukan, atau sekitar tiga ratus prajurit akhirnya
mundur. Abdullah bin Ubay mengatakan, Kami tidak tahu, mengapa kami membunuh diri kami
sendiri?
Setelah kemunduran tiga ratus prajurit tersebut, Rasulullah melakukan konsolidasi dengan sisa
pasukan yang jumlahnya sekitar tujuh ratus prrajurit untuk melanjutkan perang. Allah memberi
mereka kemenangan, meski awalnya sempat kocar-kacir.
PERANG MUTAH
Perang Mutah merupakan pendahuluan dan jalan pembuka untuk menaklukkan negeri-negeri
Nasrani. Pemicu perang Mutah adalah pembunuhan utusan Rasulullah bernama al-Harits bin
Umair yang diperintahkan menyampaikan surat kepada pemimpin Bashra. Al-Harits dicegat oleh
Syurahbil bin Amr, seorang gubernur wilayah Balqa di Syam, ditangkap dan dipenggal lehemya.
Untuk perang ini, Rasulullah mempersiapkan pasukan berkekuatan tiga ribu prajurit. Inilah
pasukan Islam terbesar pada waktu itu.
Mereka bergerak ke arah utara dan beristirahat di Muan. Saat itulah mereka memperoleh
informasi bahwa Heraklius telah berada di salah satu bagian wilayah Balqa dengan kekuatan
sekitar seratus ribu prajurit Romawi. Mereka bahkan mendapat bantuan dari pasukan Lakhm,
Judzam, Balqin dan Bahra kurang lebih seratus ribu prajurit. Jadi total kekuatan mereka adalah
dua ratus ribu prajurit.

PERANG AHZAB
Dua puluh pimpinan Yahudi bani Nadhir datang ke Makkah untuk melakukan provokasi agar
kaum kafir mau bersatu untuk menumpas kaum muslimin. Pimpinan Yahudi bani Nadhir juga
mendatangi Bani Ghathafan dan mengajak mereka untuk melakukan apa yang mereka serukan
pada orang Quraisy. Selanjutnya mereka mendatangi kabilah-kabilah Arab di sekitar Makkah
untuk melakukan hal yang sama. Semua kelompok itu akhirnya sepakat untuk bergabung dan
menghabisi kaum muslimin di Madinah sampai ke akar-akarnya. Jumlah keseluruhan pasukan
Ahzab (sekutu) adalah sekitar sepuluh ribu prajurit. Jumlah itu disebutkan dalam kitab sirah
adalah lebih banyak ketimbang jumlah orang-orang yang tinggal di Madinah secara keseluruhan,
termasuk wanita, anak-anak, pemuda dan orang tua. Menghadapi kekuatan yang sangat besar ini,
atas ide Salman al-Farisi, kaum muslimin menggunakan strategi penggalian parit untuk
menghalangi sampainya pasukan musuh ke wilayah Madinah.
PERANG TABUK
Romawi memiliki kekuatan militer paling besar pada saat itu. Perang Tabuk merupakan
kelanjutan dari perang Mutah. Kaum muslimin mendengar persiapan besar-besaran yang
dilakukan oleh pasukan Romawi dan raja Ghassan. Informasi tentang jumlah pasukan yang
dihimpun adalah sekitar empat puluh ribu personil. Keadaan semakin kritis, karena suasana
kemarau. Kaum muslimin tengah berada di tengah kesulitan dan kekurangan pangan.
Mendengar persiapan besar pasukan Romawi, kaum muslimin berlomba melakukan persiapan
perang. Para tokoh sahabat memberi infaq fi sabilillah dalam suasana yang sangat
mengagumkan. Utsman menyedekahkan dua ratus onta lengkap dengan pelana dan barangbarang yang diangkutnya. Kemudian ia menambahkan lagi sekitar seratus onta lengkap dengan
pelana dan perlengkapannya. Lalu ia datang lagi dengan membawa seribu dinar diletakkan di
pangkuan Rasulullah saw. Utsman terus bersedekah hingga jumlahnya mencapai sembilan ratus
onta seratus kuda, dan uang dalam jumlah besar. Abdurrahman bin Auf membawa dua ratus
uqiyah perak. Abu bakar membawa seluruh hartanya dan tidak menyisakan untuk keluarganya
kecuali Allah dan Rasul-Nya. Umar datang menyerahkan setengah hartanya. Abbas datang
menyerahkan harta yang cukup banyak. Thalhah, Sad bin Ubadah, dan Muhammad bin
Maslamah, semuanya datang memberikan sedekahnya. Ashim bin Adi datang dengan
menyerahkan sembilan puluh wasaq kurma dan diikuti oleh para sahabat yang lain.
Jumlah pasukan Islam yang terkumpul sebenarnya cukup besar, tiga puluh ribu personil. Tapi
mereka minim perlengkapan perang. Bekal makanan dan kendaraan yang ada masih sangat
sedikit dibanding dengan jumlah pasukan. Setiap delapan belas orang mendapat jatah satu onta
yang mereka kendarai secara bergantian. Berulangkali mereka memakan dedaunan sehingga
bibir mereka rusak. Mereka terpaksa menyembelih unta, meski jumlahnya sedikit, agar dapat
meminum air yang terdapat dalam kantong air onta tersebut. Oleh karena itu, pasukan ini
dinamakan jaisyul usrrah, atau pasukan yang berada dalam kesulitan.

Kisah Rasulullah yang menolak diberi harta


melimpah
Rasulullah merupakan pribadi yang sangat dermawan. Bahkan, dapat dikatakan, apa yang dia
pegang tidak pernah bertahan lama dalam genggaman tangannya.
Tetapi, kedermawanan itu ternyata disebabkan kecenderungan Rasulullah yang sangat tidak
menyukai kemewahan. Terkait dengan hal ini, Bukhari meriwayatkan dalam sanadnya yang
mencontohkan kecenderungan Rasulullah yang tidak menyukai kemewahan.
Dalam sanad tersebut disebutkan Rasulullah pernah diberikan banyak harta dari Bahrain. Jumlah
harta itu sangat melimpah.
Tetapi, Rasulullah malah memberikan jawaban, Sebarkanlah olehmu harta itu! Usai
memerintahkan agar harta itu dibagi, Rasulullah menuju masjid untuk melakukan salat.
Usai salat, Rasulullah menjumpai harta tersebut masih belum juga dibagi. Rasulullah lantas
duduk dan memperhatikan apakah ada yang lewat di hadapannya.
Selama Rasulullah berada di dekat harta itu, setiap orang yang lewat dipanggil. Rasulullah
kemudian memberikan harta-harta itu kepada mereka yang melintas.
Akhirnya, Rasulullah kemudian berdiri dari tempat duduknya. Harta itu pun habis dibagikan dan
hanya tersisa satu dirham saja.

Khutbah Rasulullah Jelang Ramadhan


Diriwayatkan dari Salman Al-Farisi, berkata; Rasulullah saw. bersabda:
Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan
membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah.
Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah
malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama. Inilah
bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh- NYA. Di bulan ini nafasnafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu
diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar

Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab- Nya.


Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini.
Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada
kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda,
sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari
apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal
kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak- anak yatimmu.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa
pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla
memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka
menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka
ketika mereka berdoa kepada- Nya.
Wahai manusia! Sesungguhnya diri- dirimu tergadai karena amal-amalmu,
maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena
beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah! Allah taala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia
tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan
mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al- alamin.
Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang
mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan
membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.
(Sahabat-sahabat lain bertanya: Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu
berbuat demikian.
Rasulullah meneruskan: Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma.
Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air. Wahai manusia! Siapa
yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari
ketika kai-kaki
tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki
tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan
meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan
kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia
berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini,
Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa
menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan
menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan
rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan
shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api
neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti
melakukan 70 shalat fardu di bulan lain.
Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan
memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini
membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan
yang lain. Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka
mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka
tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah

dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi


pernah menguasaimu. Amirul mukminin k.w. berkata: Aku berdiri dan berkata: Ya Rasulullah!
Apa amal yang paling utama di bulan ini? Jawab Nabi: Ya Abal Hasan! Amal yang paling
utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah.
Wahai manusia! sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh
keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu
bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya
suatu tathawwu. Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan
kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan
yang lain.
Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya
surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah
memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya. Barangsiapa memberikan makanan berbuka
seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya
dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala
seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang.
Para sahabat berkata, Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan
berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah
saw, Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air,
atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya rahmat,
pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa
meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah
mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.
Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk
mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya. Dua
perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan mohon ampun
kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan
perlindungan dari neraka.
Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum
kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi
sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga. (HR. Ibnu Huzaimah).

Keberkahan Rasulullah bersama Keluarga


Halimah
Ibnu Ishaq berkata: Halimah pernah berkisah: bahwasanya suatu ketika dia pergi keluar
bersama suami dan bayinya yang masih kecil dan menyusui. Dia juga membawa serta beberapa
wanita yang sama-sama tengah mencari bayi-bayi susuan. Ketika itu sedang dilanda musim
paceklik sedangkan kami sudah tidak memiliki apa-apa lagi, lalu aku pergi dengan mengendarai
seekor keledai betina berwarna putih kehijauan milikku beserta seekor onta yang sudah tua.

Demi Allah! Tidak pernah hujan turun meski setetespun, kami juga tidak bisa melewati malam
dengan tidur pulas lantaran tangis bayi kami yang mengerang kelaparan sedangkan ASI di
payudaraku tidak mencukupi. Begitu juga dengan air susu onta tua yang bersama kami tersebut
sudah tidak berisi. Akan tetapi kami selalu berharap pertolongan dan jalan keluar. Aku kembali
pergi keluar dengan mengendarai onta betina milikku yang sudah tidak kuat lagi untuk
meneruskan perjalanan sehingga hal ini membuat rombongan kami gelisah akibat letih dan
kondisi kekeringan yang melilit.
Akhirnya kami sampai juga ke Mekkah untuk mencari bayi-bayi susuan akan tetapi tidak
seorang wanita pun diantara kami ketika disodorkan untuk menyusui Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam melainkan menolaknya setelah mengetahui kondisi beliau yang yatim. Sebab,
tujuan kami (rombongan wanita penyusu bayi), hanya mengharapkan imbalan materi dari orang
tua si bayi sedangkan beliau Shallallahu alaihi wasallam bayi yang yatim, lantas apa gerangan
yang dapat diberikan oleh ibu dan kakeknya buat kami?.
Kami semua tidak menyukainya karena hal itu; akhirnya, semua wanita penyusu yang bersamaku
mendapatkan bayi susuan kecuali aku. Tatkala kami semua sepakat akan berangkat pulang, aku
berkata kepada suamiku: demi Allah! Aku tidak sudi pulang bersama teman-temanku tanpa
membawa seorang bayi susuan. Demi Allah! Aku akan pergi ke rumah bayi yatim tersebut dan
akan mengambilnya menjadi bayi susuanku.
Lalu suamiku berkata: tidak ada salahnya bila kamu melakukan hal itu, mudah-mudahan Allah
menjadikan kehadirannya di tengah kita suatu keberkahan. Akhirnya aku pergi ke rumah beliau
Shallallahu alaihi wasallam dan membawanya serta. Sebenarnya, motivasiku membawanya
serta hanyalah karena belum mendapatkan bayi susuan yang lain selain beliau. Setelah itu, aku
pulang dengan membawanya serta dan mengendarai tungganganku. Ketika dia kubaringkan di
pangkuanku dan menyodorkan puting susuku ke mulutnya supaya menetek ASI yang ada
seberapa dia suka, diapun meneteknya hingga kenyang, dilanjutkan kemudian oleh saudara
sesusuannya (bayiku) hingga kenyang pula. Kemudian keduanya tertidur dengan pulas padahal
sebelumnya kami tak bisa memicingkan mata untuk tidur karena tangis bayi kami tersebut.
Suamiku mengontrol onta tua milik kami dan ternyata susunya sudah berisi, lalu dia memerasnya
untuk diminum. Aku juga ikut minum hingga perut kami kenyang, dan malam itu bagi kami
adalah malam tidur yang paling indah yang pernah kami rasakan.
Pada pagi harinya, suamiku berkata kepadaku: demi Allah! Tahukah kamu wahai Halimah?;
kamu telah mengambil manusia yang diberkahi. Aku berkata: demi Allah! Aku berharap
demikian. Kemudian kami pergi keluar lagi dan aku menunggangi onta betinaku dan membawa
serta beliau Shallallahu alaihi wasallam diatasnya. Demi Allah! Onta betinaku tersebut sanggup
menempuh perjalanan yang tidak sanggup dilakukan oleh onta-onta mereka, sehingga temanteman wanitaku dengan penuh keheranan berkata kepadaku:wahai putri Abu Zuaib! Celaka!
Kasihanilah kami bukankah onta ini yang dulu pernah bersamamu?, aku menjawab:demi Allah!
Inilah onta yang dulu itu!.

Mereka berkata:demi Allah! Sesungguhnya onta ini memiliki keistimewaan. Kemudian kami
mendatangi tempat tinggal kami di perkampungan kabilah Bani Saad. Sepanjang pengetahuanku
tidak ada bumi Allah yang lebih tandus darinya; ketika kami datang, kambingku tampak dalam
keadaan kenyang dan banyak air susunya sehingga kami dapat memerasnya dan meminumnya
padahal orang-orang tidak mendapatkan setetes air susupun walaupun dari kambing yang gemuk.
Kejadian ini membuat orang-orang yang hadir dari kaumku berkata kepada para pengembala
mereka: celakalah kalian! Pergilah membuntuti kemana saja pengembala kambing putri Abu
Zuaib mengembalakannya. Meskipun demikian, realitasnya, kambing-kambing mereka tetap
kelaparan dan tidak mengeluarkan air susu setetespun sedangkan kambingku selalu kenyang dan
banyak air susunya. Demikianlah, kami selalu mendapatkan tambahan nikmat dan kebaikan dari
Allah hingga tak terasa dua tahun pun berlalu dan tiba waktuku untuk menyapihnya.
Dia tumbuh besar namun tidak seperti kebanyakan anak-anak sebayanya; sebab belum mencapai
usia dua tahun dia sudah tumbuh dengan postur yang bongsor. Akhirnya, kami mengunjungi
ibunya dan dalam hati yang paling dalam kami sangat berharap dia masih berada di tengah
keluarga kami dikarenakan keberkahan yang kami rasakan sejak keberadaannya dan itu semua
kami ceritakan kepada ibundanya. Aku berkata kepadanya: kiranya anda sudi membiarkan anak
ini bersamaku lagi hingga dia besar, sebab aku khawatir dia terserang penyakit menular yang ada
di Mekkah. Kami terus mendesaknya hingga dia bersedia mempercayakannya kepada kami
lagi.

Beda Pendapat Tak Harus Berpecah Belah


Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaiminrahimahullah pernah ditanya tentang keanekaragaman
jamaah-jamaah Islamiyah yang tak jarang di antara mereka saling menerapkan bara (berlepas
diri), dan juga sikap yang harus diambil ketika terjadi perbedaan pendapat. Beliau memberikan
penjelasan sebagai berikut:
Tidak dapat disangkal lagi bahwa perpecahan, saling memvonis sesat, permusuhan, dan
kebencian yang terjadi dikalangan para pemuda yang komitmen, sebagian terhadap sebagian
yang lainnya yang tidak sepaham dengan manhaj masing-masing, adalah suatu hal yang
menyedihkan dan sangat disayangkan, bahkan bisa jadi menimbulkan dampak yang serius.
Perpecahan seperti ini ibarat penyejuk mata hati para syaithan dari bangsa jin dan manusia, sebab
mereka tidak menyenangi apabila ahli kebajikan bersatu. Mereka menginginkan ahli kebajikan
tersebut berpecah-belah karena mereka (para syaithan tersebut) mengetahui bahwa perpecahan
akan meluluhlantakkan kekuatan yang dihasilkan oleh sikap komitmen dan ketaatan kepada
Allah Subhanahu wataala. Hal ini telah disinyalir oleh firmanNya, artinya, Dan janganlah
kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu.(QS. al-Anfal: 46).

Dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. (QS. Ali Imran: 105)
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi
beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. (QS. al-Anam:
159)
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (QS. asy-Syuro: 13)
Allah Subhanahu wataala telah melarang kita berpecah belah dan menjelaskan tentang
akibatnya yang sangat buruk. Sudah merupakan kewajiban bagi kita untuk menjadi umat yang
bersatu dan satu kata (bersepakat). Perpecahan hanyalah akan merusak dan meluluhlantakkan
urusan serta mengakibatkan lemahnya umat Islam. Di antara para shahabat pun terjadi perbedaan
pendapat, akan tetapi hal itu tidak menimbulkan perpecahan, permusuhan dan kebencian. Bahkan
perbedaan pendapat itu terjadi pada masa Nabi shallallaahu alaihi wasallam.
Sepulang beliau dari perang Ahzab (Khandaq), ketika itu, Jibrilalaihissalam datang dan
memerintahkannya agar bergerak menuju perkampungan Bani Quraizhah sebab mereka telah
membatalkan perjanjian. Beliau shallallaahu alaihi wasallam lalu bersabda kepada para
shahabatnya, Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian melakukan shalat Ashar
kecuali (bila sudah tiba) di perkampungan Bani Quraizhah. Mereka pun bergerak dari Madinah
menuju perkampungan Bani Quraizhah, sementara waktu Ashar pun sudah tiba, lalu sebagian
mereka berkata, Kita tidak boleh melakukan shalat, melainkan di perkampungan Bani
Quraizhah meskipun matahari sudah terbenam sebab Nabi shallallaahu alaihi
wasallam bersabda,Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian melakukan shalat
Ashar melainkan (bila sudah tiba) di perkampungan Bani Quraizhah, karenanya kita harus
mengatakan, Samin wa athan (Kami dengar dan kami patuh).
Sebagian mereka yang lain berkata, Sesungguhnya Rasulullahshallallaahu alaihi
wasallam bermaksud agar kita bergegas dan bergerak cepat keluar, dan bukan bermaksud agar
mengakhirkan shalat. Perihal tersebut kemudian sampai ke telinga Rasulullahshallallaahu
alaihi wasalam, namun beliau shallallaahu alaihi wasalam tidak mencerca salah seorang pun di
antara mereka, tidak pula mencemooh pemahaman mereka. Jadi, mereka sendiri tidak berpecahbelah hanya karena berbeda pendapat di dalam memahami hadits Rasulullah shallallaahu alaihi
wasalam.
Demikian juga dengan kita, wajib untuk tidak berpecah-belah dan menjadi umat yang bersatu.
Sedangkan bila yang terjadi justru perpecahan, maka bahayanya sangat besar. Optimisme yang
kita harapkan dan cita-citakan dari kebangkitan Islam ini akan menjadi sirna, manakala kita
mengetahui bahwa ia hanya akan dimiliki oleh kelompok-kelompok yang berpecah-belah, satu
sama lain saling memvonis sesat dan mencela.
Solusi dari problematika ini adalah hanya dengan meniti jalan yang telah ditempuh oleh para
shahabat radiyallaahu anhum, mengetahui bahwa perbedaan pendapat yang bersumber
dariijtihad ini adalah dalam taraf masalah yang masih bisa ditolerir berijtihad di dalamnya dan

mengetahui bahwa perbedaan pendapat ini tidak berpengaruh bahkan ia sebenarnya adalah
persepakatan.
Bagaimana bisa demikian? Saya berbeda pendapat dengan anda dalam satu masalah dari sekian
banyak masalah karena indikasi dari dalil yang ada pada anda berbeda dengan yang ada pada
pendapat saya. Realitasnya, kita bukan berbeda pendapat sebab pendapat kita diambil
berdasarkan asumsi bahwa inilah indikasi dari dalil tersebut. Jadi, indikasi dari dalil itu ada di
depan mata kita semua dan masing-masing kita tidak mengambil pendapatnya sendiri saja
melainkan karena menganggapnya sebagai indikasi dari dalil. Karenanya, saya berterima kasih
dan memuji anda karena anda telah berani berbeda pendapat dengan saya. Saya adalah saudara
dan teman anda, sebab perbedaan pendapat ini merupakan bagian dari indikasi dari dalil yang
menurut anda, sehingga wajib bagi saya untuk tidak menyimpan sesuatu ganjalan pun di hati
saya terhadap anda bahkan saya memuji anda atas pendapat anda tersebut, demikian juga halnya
dengan anda. Andaikata masing-masing kita memaksakan pendapatnya untuk diambil pihak lain,
niscaya pemaksaan yang saya lakukan terhadapnya agar mengambil pendapat saya tersebut, tidak
lebih utama daripada sikap pemaksaan yang sama yang dilakukannya terhadap saya.
Oleh karena itu, saya tegaskan: Wajib bagi kita menjadikan perbedaan pendapat yang dibangun
atas suatu ijtihad bukan sebagai perpecahan, tetapi persepakatan sehingga terjadi titik temu dan
kebaikan dapat diraih.
Akan tetapi, bila ada yang berkata, Bisa jadi solusi seperti ini tidak mudah direalisasikan oleh
kalangan orang awam, lalu apa solusi lainnya?
Solusinya, hendaknya para pemimpin kaum dan pemukanya yang meliputi semua pihak
berkumpul untuk mengadakan telaah dan kajian terhadap beberapa permasalahan yang
diperselisihkan di antara kita, sehingga kita bisa bersatu dan berpadu hati.
Pada suatu tahun pernah terjadi suatu kasus di Mina yang sempat saya dan sebagian saudara saya
tangani. Barangkali masalahnya terdengar aneh bagi anda. Ada dua pihak dihadirkan, masingmasing pihak beranggotakan 3-4 orang laki-laki, masing-masing saling menuduh kafir dan
melaknat, padahal mereka sedang melaksanakan haji. Ceritanya begini; salah satu pihak
menyatakan, Sesungguhnya pihak yang lain itu ketika berdiri untuk melakukan shalat,
meletakkan tangan kanan mereka di atas tangan kiri pada posisi atas dada. Ini adalah
kekufuran terhadap sunnah di mana sunnahnya menurut pihak ini mengulur tangan ke bawah, di
atas kedua paha. Sementara pihak yang lain mengatakan, Sesungguhnya mengulur tangan ke
bawah, di atas kedua paha dengan tidak meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
merupakan perbuatan kufur yang membolehkan laknatan.Perseteruan di antara mereka sangat
tajam. Akan tetapi, berkat anugerah dari Allah Subhanahu waTaala, usaha yang dilakukan
sebagian saudara saya itu dibarengi dengan penjelasan mengenai pentingnya perpaduan hati di
antara umat Islam, mereka pun mau pergi dari tempat itu dan masing-masing mereka akhirnya
saling ridla.
Lihatlah, betapa syaithan telah mempermainkan mereka di dalam masalah yang mereka
perselisihkan ini sampai kepada taraf saling mengafirkan satu sama lainnya. Padahal sebenarnya
ia hanyalah salah satu amalan sunnah, bukan termasuk rukun Islam, bukan juga fardlu atau
wajibnya. Inti dari permasalahan itu, ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa meletakkan

tangan di atas tangan kiri pada posisi di atas dada adalah sunnah hukumnya, sementara ulama
yang lain menyatakan bahwa sunnahnya adalah mengulur tangan ke bawah. Padahal pendapat
yang tepat dan didukung oleh as-Sunnah (hadits) adalah meletakkan tangan kanan di atas
pergelangan tangan kiri sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Sahl
bin Sad radiyallaahu anhu, dia berkata, Dulu orang-orang diperintahkan agar seseorang
meletakkan tangan kanan di atas pergelangan tangan kirinya di dalam shalat.
Saya memohon kepada Allah Subhanahu waTaala agar menganugerahkan perpaduan hati,
kecintaan dan kelurusan hati kepada saudara-saudara kami yang memiliki manhaj tersendiri di
dalam sarana berdakwah. Bila niat sudah betul, maka akan mudahlah solusinya. Sedangkan bila
niat belum betul dan masing-masing di antara mereka berbangga diri terhadap pendapatnya serta
tidak menghiraukan pendapat yang lainnya, maka semakin jauhlah upaya mencapai kesuksesan .
Catatan : Bila perbedaan pendapat itu terjadi pada masalah-masalah aqidah, maka hal itu wajib
dibetulkan. Pendapat apa saja yang berbeda dengan madzhab Salaf, wajib diingkari dan
diberikan peringatan terhadap orang yang meniti jalan yang menyelisihi madzhab salaf tersebut
pada sisi ini.

Kisah Rasulullah SAW Meluruskan Shaf


Dari Jabir bin Samurah dia berkata: Nabi -alaihishshalatu wassalam- bersabda:
Tidakkah kalian berbaris sebagaimana malaikat berbaris di sisi Rabbnya? Maka kami berkata,
Wahai Rasulullah, bagaimana malaikat berbaris di sisi Rabbnya? Beliau bersabda, Mereka
menyempurnakan shaf-shaf pertama & mereka rapat dlm shaf. (HR. Muslim no. 430)
Dari Abu Masud -radhiallahu Taala anhu- dia berkata:
Dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengusap pundak kami ketika akan shalat
seraya bersabda, Luruskanlah, & jangan berselisih sehingga hati kalian bisa berselisih.
Hendaklah yang tepat di belakangku adalah orang yang dewasa yang memiliki kecerdasan &
orang yang sudah berakal di antara kalian, kemudian orang yang sesudah mereka, kemudian
orang yang sesudah mereka. (HR. Muslim no. 432)
Dari Anas bin Malik -radhiallahu Taala anhu- dari Nabi -alaihishshalatu wassalam- beliau
bersabda:
Luruskan shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya meluruskan shaf termasuk kesempurnaan
sholat. (HR. Muslim no. 433)
Dari sahabat Numan bin Basyir -radhiallahu anhu- berkata:
Dulu Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- meluruskan shaf kami sehingga seakan beliau
meluruskan anak panah (ketika diruncingkan,pen), sampai beliau menganggap kami telah
memahaminya. Beliau pernah keluar pada suatu hari, lalu beliau berdiri sampai beliau hampir
bertakbir, maka tiba-tiba beliau melihat seseorang yang membusungkan dadanya dari shaf. Maka

beliau bersabda, Wahai para hamba Allah, kalian akan benar-benar akan meluruskan shaf kalian
atau Allah akan membuat wajah-wajah kalian berselisih. (HR.Muslim no. 436)
Anas bin Malik -radhiallahu Taala anhu- bercerita, Sholat telah didirikan (telah
dikumandangkan iqomah), lalu Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- menghadapkan
wajahnya kepada kami seraya bersabda: Tegakkanlah shaf-shaf kalian & rapatkan karena
sesungguhnya aku bisa melihat kalian dari balik punggungku. (HR. Al-Bukhari no. 719)

Aisyah memang puteri Abu Bakar


Dari Aisyah RA, istri Rasulullah SAW, dia berkata, Pada suatu hari, para istri Rasulullah
mengutus Fatimah binti Muhammad SAW untuk menghadap kepada Rasulullah SAW. Lalu
Fatimah meminta izin kepada Rasulullah, yang ketika itu sedang berbaring bersama saya dengan
mengenakan selimut saya, dan beliau pun mempersilahkan Fatimah untuk masuk.
Fatimah berkata, Ya Rasulullah, sesungguhnya para istri engkau telah mengutus saya kepada
engkau untuk menuntut keadilan tentang putri Abu Quhafah, Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan saya
terdiam tidak dapat memberikan jawaban. Aisyah berkata, Maka Rasulullah SAW bertanya
kepada Fatimah, Hai puteriku, tidakkah kamu menyenangi apa yang aku senangi? Fatimah
menjawab, Tentu saja. Rasulullah berkata, Kalau begitu, maka cintailah wanita ini.

Aisyah berkata, Setelah mendengar jawaban Rasulullah, Fatimah langsung berdiri dan
memberitahukan kepada mereka, istri-istri Rasulullah, tentang apa yang dia katakan dan apa
yang dikatakan oleh Rasulullah kepadanya. Para istri Rasulullah SAW berkata kepadanya, Hai
Fatimah, sebenarnya kami mengutusmu kepada beliau tadi itu tidak memberikan keuntungan apa
pun kepada kami. Oleh karena itu, kembalilah kepada ayahmu itu dan katakan kepada beliau,
Sesungguhnya para istri-istri engkau tengah menuntut keadilan tentang puteri Abu Quhafah.

Fatimah berkata, Demi Allah, saya tidak akan berani mengatakan itu kepada Rasulullah untuk
selamanya.Aisyah berkata, Kemudian para istri Rasulullah bersepakat untuk mengutus Zainab
binti Jahsy RA, salah seorang istri Rasulullah. Aisyah berkata, Zainab adalah salah seorang istri
Rasulullah SAW yang pernah tawar menawar dengan saya mengenai giliran bersama Rasulullah.
Dan lagi, menurut hemat saya, tidak ada perempuan lain yang melebihi Zainab dalam kebaikan
agamanya, ketakwaannya kepada Allah, kebenaran pembicaraannya, silaturahimnya, banyaknya
sedekah, banyaknya amal kebajikan, dan taqarrubnya kepada Allah Subhanahu wa Taala.

Aisyah berkata, Kemudian Zainab memohon izin kepada Rasulullah untuk masuk ke dalam
rumah, di mana pada saat itu Rasulullah sedang bersama Aisyah dengan mengenakan kain
selimutnya, sebagaimana keadaan ketika beliau bersama Aisyah pada saat didatangi oleh
Fatimah. Lalu Rasulullah mempersilahkan Zainab masuk ke dalam. Setelah itu, Zainab pun
berkata, Ya Rasulullah, sesungguhnya para istri engkau menuntut keadilan, tentang puteri Abu
Bakar.

Aisyah berkata, Kemudian Zainab menerjang dan menindih tubuh saya beberapa lamanya,
sementara saya hanya memperhatikan Rasulullah melalui sorot mata beliau, apakah beliau
mengizinkan saya untuk balas menerjang Zainab atau tidak? Aisyah berkata, Zainab terus
menindih saya hingga saya tahu bahwasanya Rasulullah tidak akan marah jika saya membalas
serangan Zainab hingga saya menang. Setelah itu, saya pun berhasil menerjang dan menindih
Zainab dengan serangan yang lembut. Kemudian Rasulullah tersenyum sambil berkata, Aisyah
memang puteri Abu Bakar. (HR. Muslim)

Salah Paham Tentang Hadis Kebanyakan


Penghuni Neraka Adalah Wanita
Abdullah bin Abbas berkata, Terjadi gerhana matahari Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam melaksanakan shalat. Beliau berdiri lama sekali selesai beliau shalat, matahari
terlihat sudah muncul. Lalu beliau bersabda: Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua
di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak gerhana lantaran kematian seseorang
ataupun karena kelahirannya. Oleh sebab itu, apabila kalian melihat gerhana itu, maka ingatlah
kepada Allah!
Kaum Muslimin bertanya: Wahai Rasulullah, kami melihatmu seakan-akan memetik sesuatu
pada tempatmu ini. Kemudian kami melihatmu pula agak tertegun?
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Aku melihat surga. Lalu aku mencoba
memetik anggur darinya. Seandainya aku dapat mengambilnya, tentu kalian dapat memakannya
selama dunia masih ada. Dan aku melihat neraka Aku sama sekali belum pernah melihat
pemandangan yang lebih seram seperti yang aku lihat hari ini. Aku melihat kebanyakan
penghuni neraka itu adalah para wanita. Kaum muslimin bertanya: Apa sebabnya, ya
Rasulullah? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Sebab kekafiran mereka. Ada
yang bertanya: Apakah karena mereka mengkufuri Allah? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda: Sebab mengkufuri kenikmatan berkeluarga dan kebaikan (orang kepadanya).
Kalau engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka sepanjang tahun, kemudian

dia melihat satu kesalahan kecil padamu, maka akan dia berkata, Aku tidak pernah melihat
kebaikan darimu sama sekali. (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits ini ada dua hal yang patut kita bahas dan kita renungkan:
Pertama apa maksud hadits tersebut? Apakah wanita lebih banyak menghuni neraka karena
kejahatan lebih dominan menguasai fitrah mereka, sementara pada diri laki-laki tidak demikian?
Jika ternyata hal itu bukan hanya terdapat dalam diri wanita, tentu mereka tidak dimintai
pertanggungjawaban karena berbuat kejahatan. Hadits tersebut menetapkan bahwa mereka
bertanggungjawab terhadap apa yang mereka kerjakan dengan tangan mereka sendiri, seperti
ketidakpatuhan mereka kepada keluarga/suami. Benar sekali apa yang dikatakan oleh Al Hafizh
Ibnu Hajar berikut ini, Dalam hadits Jabir terdapat dalil yang menunjukkan bahwa yang terlihat
di dalam neraka itu adalah wanita-wanita yang memiliki sifat-sifat tercela seperti dalam hadits
berikut:
Orang yang paling banyak aku lihat di dalamnya (neraka) dari kalangan wanita yang apabila
diberi kepercayaan menyimpan rahasia, dia bocorkan; apabila diminta sesuatu kepadanya, dia
bakhil; apabila mereka yang meminta, mereka ngotot dan minta banyak; serta apabila diberi,
mereka tidak pandai berterima kasih.

Hadits ini mengingatkan kita pada sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:
Aku lihat ke dalam surga, lalu aku lihat kebanyakan penghuninya dari kalangan fakir miskin.

Lantas apa yang membuat jumlah orang kaya di surga cenderung sedikit? Jawabannya tidak lain
karena banyak di antara mereka yang melakukan kemaksiatan dengan ulah mereka sendiri,
seperti mengambil harta haram, membelanjakannya untuk sesuatu yang haram, kikir, dan tidak
mau menyumbangkannya pada jalan-jalan yang baik.
Kedua, manfaat apa yang dapat kita ambil sebagai umat Islam, baik laki-laki maupun wanita,
dari hadits ini? Menurut hemat saya, manfaat terbesar yang dapat kita petik dari hadits ini adalah
amalan atau upaya kita semua untuk menghindarkan diri dari api neraka. Tidak ada tujuan
disebutkan neraka dan keadaannya kecuali untuk menghindarkan diri darinya.
Lalu bagaimana cara kaum wanita menghindarkan dirinya dari api neraka? Di antara caranya
adalah dengan meninggalkan sikap durhaka terhadap keluarga/suami. Bagaimana pula caranya
agar wanita dapat menjauhkan diri dari sikap durhaka terhadap keluarga tersebut? Jawabnya,
mulailah melalui pendidikan dan pengarahan guna mempertebal rasa takwa dan taat kepada
Allah di dalam hatinya. Kemudian dilakukan juga dengan mengingat pesan dan nasihat
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika mereka digoda oleh setan. Namun, jika ternyata
mereka kalah, sehingga terjebak ke dalam perbuatan maksiat, maka mereka harus segera
beristighfar (mohon ampunan dari Allah) dan memberikan sedekah sebagaimana yang diajarkan
oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits berikut:

Wahai kaum wanita, bersedekahlah kalian (dalam riwayat Muslim: Dan perbanyaklah
istighfar), karena aku melihat kalian sebagai penghuni neraka yang terbanyak. Kaum wanita
bertanya, Apa sebabnya, wahai Rasulullah? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, Karena kalian banyak mengutuk dan mengingkari budi baik suami. (HR Bukhari dan
Muslim)

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, Dari hadits ini dapat diambil beberapa pelajaran, diantaranya:
anjuran menyampaikan nasihat, sebab nasihat dapat menghilangkan sifat tercela tersebut serta
sedekah itu dapat menghindarkan azab dan mungkin dapat juga menghapuskan dosa yang terjadi
antara para makhluk.

Kemudian bagaimana pula kaum laki-laki menjaga dirinya dari api neraka? Caranya adalah
dengan menghindari perbuatan-perbuatan yang haram dan menunaikan semua kewajibannya. Di
antara kewajiban kaum laki-laki adalah memelihara ibu-ibu mereka, saudara-saudara perempuan,
para istri, dan anak-anak perempuan mereka dengan baik. Di antaranya dengan menyediakan
peluang yang cukup untuk memberi pelajaran dan nasihat yang berkesan serta ibadah yang
dilakukan secara berjamaah, seperti shalat Jumat, shalat dua hari raya, atau tarawih sehingga
hati mereka dipenuhi oleh nilai-nilai iman dan takwa. Demikian pula halnya dengan memberikan
peluang yang cukup agar mereka dapat mengerjakan amal saleh seperti bersedekah, beramar
maruf nahi munkar, serta mengajak manusia menuju kebaikan. Hal-hal seperti itu merupakan
sifat kepemimpinan yang baik dan diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Taala atas kaum lakilaki. Allah Subhanahu wa Taala telah berfirman, Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi
kaum wanita (An Nisa: 34)
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu (at-Tahrim: 6)
Juga termasuk kepemimpinan yang baik seperti apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam dalam sabda beliau berikut:
Seorang lelaki/suami adalah pemimpin bagi anggota keluarganya dan dia akan dimintai
pertanggungjawaban mengenai mereka. (HR Bukhari dan Muslim)

Ketika Rasulullah SAW Menerima Kritik


Dalam perjalanan menuju perang Badar, Rasulullah Shallallahu alaihi
wassalam dan pasukannya tengah mencari tempat strategis, akhirnya
pasukan kaum Muslimin pimpinan Rasulullah itu tiba di tempat tak jauh
dari sumur Badar. Rasulullah segera memerintahkan pasukannya untuk
bergerak menguasai sumur Badar sebelum didahului oleh pasukan musuh.
Kaum muslimin pun sudah semakin dekat dengan sumur Badar itu ketika
matahari telah condong ke Barat.
Seorang ahli strategi perang yang bernama Khabab bin Mundzir segera
bangkit berdiri dan lalu menghampiri Rasulullah saw dan bertanya:
Wahai Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, apakah penentuan
posisi ini adalah dari Allah atau berdasarkan strategi perang?
Tempat ini kupilih berdasarkan pendapat dan strategi perang, jawab
Rasulullah.
Wahai Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, kalau begitu tempat
ini tidak strategis. Sebaiknya kita pindah ke tempat air yang terdekat
dengan musuh. Kita membuat markas di sana dan menutup sumur-sumur yang
ada di belakangnya. Kita buat lubang-lubang dekat perkemahan dan kita
isi dengan air hingga penuh. Dengan demikian kita akan berperang dan
mempunyai persediaan air yang cukup. Sedangkan musuh tidak mempunyai
persediaan air minum, ujar Khabab.
Rasulullah merenung sejenak, tersenyum lalu menjawab: Pendapatmu
sungguh baik.
Malam itu juga Rasulullah dan para sahabat segera melaksanakan apa
yang diusulkan Khabab bin Mundzir. Para sahabat juga membuatkan tempat
khusus untuk keamanan Rasulullah.
Strategi jitu itu membuahkan hasil, ketika perang Badar berkecamuk,
kaum musliminlah yang keluar sebagai pemenang.
Ada hal yang patut dipahami dalam peristiwa tersebut yakni, kesediaan
Rasulullah dalam menerima kritik/masukkan, Rasulullah sebagai pemimpin
besar dengan lapang dada dan pemikiran yang jernih mau menerima usulan
dari Khabab.
Kemudian yang kedua adalah keberanian Khabbab mengajukan usulan,
disebut beran, karena orang yang dikritik bukan orang sembarangan,
tapi manusia mulia. Namun kritik atau usulan khabbab ini disampai
dengan cara yang baik tentunya, termasuk kehati-hatianya pada saat
mempertanyakan apakah keputusan yang diambil oleh Rasul itu berasal
dari wahyu atau bukan.

Dua Waktu Tidur yang Di Larang Rasulullah


SAW
Tidur menjadi sesuatu yang esensi dalam kehidupan kita. Karena dengan tidur, kita menjadi
segar kembali. Tubuh yang lelah, urat-urat yang mengerut, dan otot-otot yang dipakai
beraktivitas seharian, bisa meremaja lagi dengan melakukan tidur.
Dalam Islam, semua perbuatan bisa menjadi ibadah. Begitu pula tidur, seperti yang dicontohkan
oleh Rasulullah saw. Dalam Al-Quran, Allah swt pun menyuruh kita untuk tidur. Namun,
ternyata ada dua waktu tidur yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk tidak dilakukan.
1. Tidur di Pagi Hari Setelah Shalat Shubuh
Dari Sakhr bin Wadiah Al-Ghamidi radliyallaahu anhu bahwasannya Nabi shallallaahu alaihi
wasallam bersabda :
Ya Allah, berkahilah bagi ummatku pada pagi harinya (HR. Abu dawud 3/517, Ibnu Majah
2/752, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad shahih).
Ibnul-Qayyim telah berkata tentang keutamaan awal hari dan makruhnya menyia-nyiakan waktu
dengan tidur, dimana beliau berkata :
Termasuk hal yang makruh bagi mereka yaitu orang shalih adalah tidur antara shalat shubuh
dengan terbitnya matahari, karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga sekali. Terdapat
kebiasaan yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan waktu tersebut dari orangorang shalih, sampai-sampai walaupun mereka berjalan sepanjang malam mereka tidak toleransi
untuk istirahat pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Karena ia adalah awal hari dan
sekaligus sebagai kuncinya. Ia merupakan waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya
keberkahan, dan darinya hari itu bergulir dan mengembalikan segala kejadian hari itu atas
kejadian saat yang mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada saat seperti itu seperti
tidurnya orang yang terpaksa (Madaarijus-Saalikiin 1/459).
2. Tidur Sebelum Shalat Isya
Diriwayatkan dari Abu Barzah radlyallaahu anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu
alaihi wasallam membenci tidur sebelum shalat isya dan mengobrol setelahnya (HR. Bukhari
568 dan Muslim 647).
Mayoritas hadits-hadits Nabi menerangkan makruhnya tidur sebelum shalat isya. Oleh sebab itu
At-Tirmidzi (1/314) mengatakan : Mayoritas ahli ilmu menyatakan makruh hukumnya tidur
sebelum shalat isya dan mengobrol setelahnya. Dan sebagian ulama lainnya memberi
keringanan dalam masalah ini. Abdullah bin Mubarak mengatakan : Kebanyakan hadits-hadits
Nabi melarangnya, sebagian ulama membolehkan tidur sebelum shalat isya khusus di bulan
Ramadlan saja.

Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul-Baari (2/49) : Di antara para ulama melihat adanya
keringanan (yaitu) mengecualikan bila ada orang yang akan membangunkannya untuk shalat,
atau diketahui dari kebiasaannya bahwa tidurnya tidak sampai melewatkan waktu shalat.
Pendapat ini juga tepat, karena kita katakan bahwa alasan larangan tersebut adalah kekhawatiran
terlewatnya waktu shalat.
Sekarang anda mempunyai Dua pilihan
1. Biarkan Tulisan ini berada di page ini supaya orang lain tidak membaca.
2. menyebarkan ke Teman yang lain dengan klik
Bagikan supaya orang lain ikut terinpirasi dan Inysaallah mendapat pahala.

Putra Nabi, Al-Qosim bin Muhammad


Ia merupakan putra pertama Rasulullah dan beliau dijuluki dengan Abul Qosim, ia hidup hingga
mampu berjalan kemudian meninggal dunia dalam usia 2 tahun.
Tidak boleh orang berkunyah Abul Qosim berdasarkan Hadits
Rasulullahshollahualaihiwasallam, Hendaklah kalian bernama dengan nama-namaku tetapi
jangan berkunyah dengan kunyahku (Abul Qosim). (HR. Bukhori no. 3537 dll).
Ibnul Qoyyim mengatakan, Pendapat yang benar bernama dengan nama Nabi itu
diperbolehkan. Sedangkan berkunyah dengan kunyah Nabi itu terlarang. Berkunyah dengan
kunyah Nabi saat beliau masih hidup itu terlarang lagi. Terkumpulnya nama dan kunyah Nabi
pada diri seseorang juga terlarang. (Zaadul Maad, 2/317, Muassasah Ar-Risalah).
Beliau juga mengatakan, Kunyah adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap orang yang
diberi kunyah diantara petunjuk Nabi adalah memberi kepada orang yang sudah punya
ataupun yang tidak punya anak. Tidak terdapat Hadits yang melarang berkunyah dengan nama
tertentu, kecuali berkunyah dengan nama Abul Qasim. (Zaadul Maad, 2/314).
Imam Ibnu Muflih berkata, Diperbolehkan berkunyah meskipun belum memiliki anak. (AlAdab Asy-Syariyyah karya Ibnu Muflih 3/152, Muassasah Ar-Risalah).

Sehat Ala Rasulullah SAW


1. SELALU BANGUN SEBELUM SUBUH
Rasul selalu mengajak ummatnya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan sholat sunah dan
sholat Fardhu,sholat subuh berjamaah. Hal ini memberi hikmah yg mendalam antara lain :
- Berlimpah pahala dari Allah
- Kesegaran udara subuh yg bagus utk kesehatan/ terapi penyakit TB
- Memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan
2. AKTIF MENJAGA KEBERSIHAN
Rasul selalu senantiasa rapi & bersih, tiap hari kamis atau Jumaat beliau mencuci rambut-rambut
halus di pipi, selalu memotong kuku, bersisir dan berminyak wangi. Mandi pada hari Jumaat
adalah wajib bagi setiap orang-orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai
harum-haruman(HR Muslim)
3.TIDAK PERNAH BANYAK MAKAN
Sabda Rasul :
Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami makan tidak terlalu
banyak (tidak sampai kekenyangan)(Muttafaq Alaih)
Dalam tubuh manusia ada 3 ruang untuk 3 benda :
Sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air dan sepertiga lainnya untuk makanan.Bahkan ada satu
tarbiyyah khusus bagi ummat Islam dengan adanya Puasa Ramadhan untuk menyeimbangkan
kesehatan
4. GEMAR BERJALAN KAKI
Rasul selalu berjalan kaki ke Masjid, Pasar, medan jihad, mengunjungi rumah sahabat, dan
sebagainya. Dengan berjalan kaki, keringat akan mengalir,pori-pori terbuka dan peredaran darah
akan berjalan lancar. Ini penting untuk mencegah penyakit jantung
5. TIDAK PEMARAH
Nasihat Rasulullah : Jangan Marahdiulangi sampai 3 kali. Ini menunujukkan hakikat kesehatan
dan kekuatan Muslim bukanlah terletak pada jasadiyah belaka, tetapi lebih jauh yaitu dilandasi
oleh kebersihan dan kesehatanjiwa. Ada terapi yang tepat untuk menahan
marah :
- Mengubah posisi ketika marah, bila berdiri maka duduk, dan bila duduk maka berbaring
- Membaca Ta awwudz, karena marah itu dari Syaithon
- Segeralah berwudhu
- Sholat 2 Rokaat untuk meraih ketenangan dan menghilangkan kegundahan hati

6. OPTIMIS DAN TIDAK PUTUS ASA


Sikap optimis akan memberikan dampak psikologis yang mendalam bagi kelapangan jiwa
sehingga tetap sabar, istiqomah dan bekerja keras, serta tawakal kepada Allah SWT
7. TAK PERNAH IRI HATI
Untuk menjaga stabilitas hati & kesehatan jiwa, mentalitas maka menjauhi iri hati merupakan
tindakan preventif yang sangat tepat.
::Ya Allah,bersihkanlah hatiku dari sifat sifat mazmumah dan hiasilah diriku dengan sifat sifat
mahmudah
wallahualam..

Saat Makan Bersama Nabi Muhammad SAW


Suatu hari beliau duduk bersama para sahabat untuk makan, kemudian datang seseorang dengan
bergegas dan ingin makan bersama mereka, ia tidak mengucap Bismillah dan langsung
mengulurkan tangannya ke makanan itu, dan disaat itu para sahabat ada namun mereka tidak
melihat sesuatu, namun nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam memegang tangan lelaki
itu,
maka lelaki itu berkata: wahai Rasulullah, mengapa engkau menahan tanganku, lepaskanlah,
maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata: sungguh tangan syaitan telah
mengulurkan tangannya bersama tangan saudaramu ini, untuk mengmabil keberkahan dari
makanan kita, dan aku memegang tangan syaitan yang terulur bersama tangannya, kemudian
beliau berkata kepada lelaki itu : ucapkanlah bismillah, maka ia pun berkata : bismillah,
maka Rasulullah melepas tangannya dan berkata: sekarang makanlah. Oleh karena itu jika kita
akan makan maka ucapkanlah bismillah atau bismillahirrahmanirrahim, tidak kita lupakan hal ini
selama-lamanya.
Jika engkau selalu lupa mengucap bismillah, maka syaitan akan menjadi semakin besar dan
sangat gemuk, dan ia akan semakin kuat menggoda dan membisikimu untuk
mencelakakanmu,namun
jika engkau selalu mengucapkan bismillah maka syaitan akan semakin lemah dan semakin tidak
berdaya mengecohmu, dan ketika selesai makan ucapkanlah Alhamdulillah 3 x, walaupun cuma
sekali cukup, namun jika engakau mengulanginya sebanyak 3 kali maka Allah akan menambah
kemuliaan untukmu.
Semoga Allah subhanahu wataala menolong kita untuk selalu berada dalam sesuatu yang
dicintai dan diridhai-Nya, amin.

Saat Mata Rasulullah SAW Tembus Pandang


Setelah pulang dari perjalanan Isr Miraj, banyak hal yang serba tidak masuk akal ditanyakan
oleh orang kafir.
Sampai bentuk bangunan Masijidil al Aqsha, keadaan sekitarnya, jumlah pintu pun mereka
tanyakan.
Maka turunlah mujizat, sehingga jarak pandang Beliau tembus sampai ke Masjid Al Aqsha.
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abbas dan Aisyah ra ( istri Rasulullah SAW) bahwa suatu pagi
yang cerah tanggal 27 Rajab tahun ke 11 kerasulan Muhammad SAW, Rasulullah duduk
merenung sedih seraya bersabda,
Perjalanan Isra Mirajku semalam dan waktu subuh aku telah tiba di Makkah, kurasakan benar
akan menimbulkan banyak orang yang tidak mempercayaiku.
Secara kebetulan, Abu Jahal lewat di depan Rasulullah SAW.
Melihat kemenakannya yang tampak sedang sedih, ia kemudian menghampirinya.
Hai Muhammad, sepertinya ada hal penting yang Engkau pikirkan, katanya.
Benar paman, semalam aku baru menempuh perjalanan jauh, jawab Rasulullah.
Perjalanan jauh kemanakah sehingga membuat Engkau meratapinya, ujar ABu Jahal lagi.
Isra Miraj
Rasulullah pun lantas menjelaskan tentang peristiwa yang luar biasa yang baru saja Beliau alami
tersebut kepada pamannya, bahwa semalam Beliau telah melakukan sebuah perjalanan jauh
yakni ke Sidratul Muntaha melalui Baitul Maqdis.
Setelah menyimak cerita Rasulullah, ABu Jahal pun lantas bertanya kepada kemenakannya
tersebut seraya mengekspesikan ketidakpercayaa nnya akan semua apa yang baru saja dialami
oleh Rasulullah.
Kalau pun memang engkau semalam telah melakukan perjalanan ke Sidratul Muntaha, apakah
mungkin sekarang engkau sudah berada di sini dan apakah engkau berani mengabarkan peristiwa
gila ini kepada kaummu? ucap Abu Jahal.
Melihat Abu Jahal yang sepertinya sangat tidak percaya akan semua yang Beliau alami, maka
ketika ABu Jahal menantang Beliau untuk mengabarkan peristiwa luar biasa kepada penduduk
Makkah.
Setelah banyak orang yang berkumpul, Rasulullah SAW pun menyampaikan kepada kaumnya
seraya bersabda,
Wahai kaumku, ketahuilah bahwa semalam aku baru menempuh perjalanan jauh.
Salah seorang dari kaum itu bertanya.
Kemana?

Rasulullah SAW pun menjawab dengan tegas,


Ke Sidratul Muntaha melalui Baitul Maqdis, sabda Rasulullah.
Dan pagi ini kamu sudah berada di sini, hai Muhammad? tanya seorang kaum itu yang
keheranan.
Benar, dan inilah kekuasaan Allah SWT, wahai kaumku! sabda Rasulullah SAW menjelaskan.
Mata Rasulullah SAW Tembus Pandang
Tiba-tiba seorang dari Bani Adi bernama Muthim bin Adi menerobos kerumunan orang dan
maju ke depan dan berkata lantang,
Hai Muhammad, sebelum hari ini, aku membenarkan ucapanmu.
Tetapi sejak detik ini aku mendustakanmu, sebab aku biasa ke Baitul Maqdis dengan berkendara
unta membutuhkan waktu sebulan penuh untuk sampai kesana.
Demikian juga pulangnya ke Makkah.
Kalau engkau memang benar semalam telah ke Baitul Maqdis aku mempunyai pertanyaan
untukmu, Berapakah jumlah pintu Masjid al-Aqsha/ Baitul Maqdis?
Mendengar pertanyaan dari Muthin bin Adi tersebut Beliau tampak sangat bersedih.
Sebab waktu disana, Beliau memang tidak memperhatikan masalah pintu, apalagi
menghitungnya.
Dalam kesedihan yang amat sangat itu, tiba-tiba turunlah Mukjizat.
Rasulullah SAW dapat melihat dengan jelas seluruh ruangan Masjid al-Aqsha yang berada nun
jauh di Palestina.
Sehingga Beliau langsung dapat menghitung jumlah pintunya dan memberikan jawaban yang
tepat kepada penduduk Makkah

Rasulullah SAW Melarang Memukul Anak


Kecil yang Sedang Menangis
Rasulullah SAW bersabda : Janganlah kamu memukul anak- anak kamu di sebabkan mereka
menangis dalam masa setahun. Karena pada empat bulan pertama kelahirannya Ia bersyahadat
LAA ILAAHA ILLALLAH. Pada empat bulan kedua pula ia berselawat ke atas Nabi SAW Dan
pada empat bulan seterusnya pula ia mendoakan kedua ayah bunda nya. ( H.R. Abdullah Ibnu
Umar r.a. )
Baginda Rasulullah SAW menjelaskan bahwa tangisan anak di waktu kecil pada bulan pertama
adalah tanda ia bertauhid kepada Tuhan Nya dan empat bulan kedua pula ia membacakan
selawat kepada Nabi nya dan empat bulan seterus nya ia memohon istighfar untuk kedua ayah
bunda nya.

Rasulullah SAW Bersabda : Anak-anak sebelum sampai ia baligh maka apa-apa yang di perbuat
nya daripada kebaikan maka di tuliskan untuknya dan kedua ibu bapaknya.
Dan apa yang di perbuat nya daripada kejahatan maka tiadalah di tulis untuk nya dan tidak pula
di tulis untuk kedua ibu bapaknya. Apabila ia telah baligh maka berlakulah yang di tulis itu
atasnya ia itu segala amal baik atau buruknya. ( H.R.Imam Anas bin Malik r.a.)
Sabda Rasulullah SAW ;Siapa yang menyampaikan satu ilmu dan orang membaca
mengamalkannya maka dia akan beroleh pahala walaupun sudah tiada. (HR. Muslim)

Sebuah Hikmah Uban Akan Menjadi


Cahaya di Hari Kiamat
Diriwayatkan dari Fudhalah bin Ubaid r.a bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam
bersabda
Barangsiapa yang beruban rambutnya dalam Islam, niscaya uban itu akan menjadi cahayanya
pada hari kiamat
Ketika itu ada seseorang berkata kepada Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam
Sesungguhnya ada orang orang yang mencabut uban mereka . Rasulullah shalallahu Alaihi
Wasallam pun bersabda, Barangsiapa yang ingin melakukannya berarti hendak mencabut
cahayanya (HR Al Bazzar , Ath Thabrani dan di hasankan Al- Albani dalam shahih At Targhib
wat Tarhib (2092).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Nabi Shalallahu Alaihi wasallam bersabda ;
Janganlah kalian mencabut Uban. Sesungguhnya uban itu adalah cahaya pada hari kiamat .
Barangsiapa yang tumbuh ubannya ketika Islam niscaya dicatatkan untuknya dengan uban itu
satu kebaikan, dihapus dari orang itu satu kesalahan(dosa) dan ia ditinggikan satu derajat baginya
dengan uban itu
(HR Ahmad dalam Al-Fath Ar Rabbani 17/315, At Thirmidzi (2821),Ibnu Majah (3721) dan
Ibnu Hibban. Sedangkan dalam shahih At-Targhib wat Tarhib Al Albani berkata hadis ini
Hasan shahih(2096).

15 Fakta Dari Nabi Kita Nabi MUHAMMAD


S.A.W
Berikut 15 Fakta Dari Nabi Kita Nabi MUHAMMAD S.A.W
1. Nabi SAW tidak melepaskan tangannya saat berjabat sebelum mitranya melepaskan terlebih
dahulu.
2. Nabi SAW tidak pernah mengulurkan kaki di hadapan sahabat-sahabatnya.
3. Nabi SAW menoleh dengan seluruh badannya, menunjuk dengan seluruh jarinya.
4. Nabi SAW kalau berbicara sesekali menggigit bibir tanda berpikir, menepuk telapak kiri
dengan jari telunjuk.
5. Cetusan yang paling buruk dalam percakapan Nabi SAW; Apa yang terjadi pada orang itu?
Semoga dahinya berlumur lumpur.
6. Harta Nabi SAW yang paling mewah adalah sepasang alas kaki berwarna kuning, hadiah dari
Negus, penguasa Abissinia.
7. Nabi SAW tinggal di pondok kecil beratap jerami yang kamar-kamarnya dipisahkan
oleh batang-batang pohon yang direkat dengan lumpur bercampur kapur.
8. Nabi SAW sendiri yang menyalakan api, mengepel lantai, memerah susu dan menjahit alas
kakinya yang putus.
9.Santapan Nabi SAW yang paling mewah, meski jarang dinikmatinya, adalah madu, susu dan
lengan kambing.
10. Nabi SAW gagah berani, namun memiliki senyum yang sangat memikat dan malu
mempermalukan orang.
11. Nabi SAW menghimpun dalam dirinya 4 tipe manusia secara sempurna, pekerja, pemikir,
pengabdi Allah dan seniman.
12. Nabi SAW selalu memilih yang termudah, selama halal, bila berhadapan dengan pilihan.
13. Senyumnya menyejukkan, dilukiskan sebagai butir salju di oase.
14. Beliau tidak pernah sakit gigi. Beliau bersiwak tak kurang 10 kali sehari.
15. Warna kulit beliau putih kemerah-merahan.

Rasulullah SAW Menangis Sepanjang Malam


Menangis adalah sebuah reaksi emosi yang wajar. Umumnya, perempuan lebih mudah dan lebih
sering menangis daripada laki-laki. Masyarakat umumnya menuntut laki-laki agar kuat dan tegar,
salah satu bentuknya adalah dengan tidak menangis. Jika seorang laki-laki kedapatan sedang
menangis, cibiran dan cemoohan pun akan tertuju padanya. Kamu itu laki-laki, jangan nangis
seperti perempuan!
Laki-laki memang harus kuat, tetapi bukan berarti tak boleh menangis. Menangislah ketika
mengingat ALLAH.. Menangislah ketika menyesali dosa-dosa yang telah diperbuat.
Menangislah..
Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menangis sepanjang malam. Apa
yang membuat beliau menangis sepanjang malam? Apakah istri? Anak keturunan? Harta benda
dan kebun-kebun? Ternyata bukan karena hal-hal duniawi tersebut..
Beliau menangisnya karena dalam shalatnya beliau membaca Al-Quran Surah Al-Maidah ayat
118 yang menceritakan doa untuk umatnya, untuk kita..
Beliau shalat sambil menangis hingga waktu Subuh tiba..
Beliau terus mengulang-ulang ayat tersebut. Jika Engkau siksa mereka, sesungguhnya mereka
adalah hamba-hamba-MU, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Kemudian beliau memanjatkan kedua tangan seraya berdoa, Ya ALLAH, umatku .. umatku ..
Lalu beliau menangis tersedu-sedu.
? ALLAH Subhanahu Wataala berkata kepada Jibril, Wahai Jibril, pergi dan temuilah
Muhammad. Tuhanmu Maha Mengetahui. Sekarang tanyakan kepadanya, kenapa dia
menangis?
Jibril pun menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk menanyakan sebab musabab
beliau menangis. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berterus terang kepada Jibril mengenai
kekhawatiran beliau pada umat beliau. Jibril pun melaporkan pengaduan Rasulullah itu kepada
ALLAH..
ALLAH menjawab, Sekarang, pergi dan temui Muhammad. Katakan padanya bahwa Aku
meridainya untuk memberikan syafaat kepada umatnya dan Aku tidak akan berbuat buruk
kepadanya (selama tidak menyekutukan Allah). (HR. Muslim dan Ath-Thabari)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, manusia mulia itu, laki-laki agung itu, menangis dalam
shalatnya. Menangis memohon ampunan untuk umatnya, kita..

SubhanALLAH..Sungguh besar cinta Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pada


kita.Bagaimana dengan kita? Menangiskah kita ketika mengingat ALLAH dan Rasul-Nya?
Rindu kami padamu ya Rasul..
Semoga Shalawat serta Salam,Senantiasa ALLAH limpah curahkan kepada Junjunan kita,Nabi
Besar Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam,kepada Keluarganya,Sahabat2nya,dan Kita juga
sebagai umat nya semoga Mendapat Syafaat Beliau kelak di Hari Kiamat..

7 Orang yang Berstatus Mati Syahid


Seseorang yang meninggal karena 7 perbuatan di bawah ini adalah mati syahid, dimana pahala
yang diterimanya sama dengan pahalanya para syuhada.
Diriwayatkan oleh Shafwan bin Umayyah ra dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda,
Orang yang mati karena wabah thaun (kolera) adalah syahid, orang yang mati karena
tenggelam adalah syahid, orang yang mati karena peperangan adalah syahid, orang yang mati
karena sakit perut adalah syahid, dan wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid.
Diriwaytkan oleh Imam An Nasaai dari hadits Uqbah bin Amir ra, bahwa Rasulullah SAW
bersabda,
Ada lima perkara, barangsiapa mati karena lima perkara tersebut, maka ia terhitung mati syahid.
Kelima perkara itu adalah: orang yang terbunuh fii sabilillah, orang yang mati tenggelam, orang
yang mati karena penyakit perut, orang yang mati karena wabah kolera, dan wanita yang mati
karena melahirkan termasuk syahid fii sabilillah.
Juga diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Orang yang terbunuh fii sabilillah adalah syahid, orang yang mati karena penyakit perut adalah
syahid, orang yang mati karena tenggelam adalah syahid, wanita yang mati karena melahirkan
adalah syahid dan orang yang mati karena wabah kolera adalah syahid.
Sedangkan menurut Istibsyaroh dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah bersabda,
Syuhada (orang-orang yang mati syahid) yang selain terbunuh di jalan Allah SWT itu ada tujuh
orang, yaitu korban wabah thaun adalah syahid, mati tenggelam adalah syahid, penderita
penyakit lambung (semacam liver) adalah syahid, mati karena penyakit perut adalah syahid,
korban kebakaran adalah syahid, yang mati tertimpa reruntuhan adalah syahid, dan seorang
wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid.
(HR. Malik, Ahmad, Abu Dawud, dan An Nasai).

Bunga Istimewa Hanya Untuk Yang Istimewa


Bunga adalah simbol kesegaran, keceriaan dan kebahagiaan. Bisa jadi ada makna yang lebih
dalam dari penamaan Rasulullah atas putri tercintanya, Fatimah Az Zahra. Az Zahra sendiri
berarti bunga. Tidaklah mengherankan jika Fatimah menjadi anak yang paling disayang
dibanding saudara-saudara Fatimah lainnya. Hal itu terlihat dari ungkapan Rasulullah, Siapa
yang membuatnya sedih, berarti juga membuat aku sedih, dan barang siapa menyenangkannya,
berarti menyenangkanku pula.
Bunga Fatimah yang tumbuh dan berkembang dalam binaan langsung dari ayahanda Rasul
yang baik, lemah lembut dan terpuji menjadikannya seorang gadis yang juga penuh kelembutan,
berwibawa, mencintai kebaikan plus akhlak terpuji meneladani sang ayah. Maka tidaklah aneh,
bunga yang dinisbatkan Rasul menjadi wanita penghulu surga itu menjadi primadona di kalangan
para sahabat Rasulullah.
Tercatat, beberapa sahabat utama seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab pernah mencoba
melamar Fatimah. Hanya saja, sayangnya dengan halus Rasulullah menolak lamaran para
sahabat itu. Hingga akhirnya datanglah Ali bin Abi Thalib untuk meminang Fatimah. Aku
mendatangi Rasulullah untuk meminang putri beliau, yaitu Fatimah. Aku berkata: Demi Allah
aku tidak memiliki apa-apa, namun aku ingat kebaikan Rasulullah, maka aku beranikan diri
untuk meminangnya. Akhirnya, Rasulullah pun menerima pinangan Ali meski hanya
mempersembahkan baju besi al khuthaimah (yang juga merupakan pemberian Rasul).
Fatimah adalah bunga yang terpelihara, tidak tanggung-tanggung yang mendidik, membina,
memeliharanya adalah manusia agung nan mulia Muhammad Rasul Allah, yang memiliki segala
keterpujian. Bunga yang indah dengan segala keistimewaannya, harus dipelihara dan dijaga oleh
orang yang istimewa dan memiliki berbagai kelebihan pula, dalam hal ini Ali bin Abi Thalib.
Siapa yang meragukan kapasitas Abu Bakar dan Umar bin Khattab, yang keduanya kemudian
berturut-turut menjadi khalifah meneruskan perjuangan kaum muslimin menggantikan Rasul.
Lalu kenapa ayahanda sang bunga itu menolaknya?
Pertanyaan selanjutnya, kenapa Ali yang hanya bermodalkan baju besi (yang juga pemberian
Rasul) menjadi pilihan Rasul untuk mendampingi Fatimah? Meski memang Rasulullah yang
paling tahu alasan itu (termasuk juga alasan menolak pinangan dua sahabat yang juga istimewa),
namun kita bisa melihat sisi kelebihan dari Ali bin Abi Thalib, pemuda pemberani ini. Ali adalah
lelaki istimewa, masuk dalam assabiquunal awwaluun (golongan pertama yang masuk Islam)
dengan usia termuda. Soal keberanian, jangan pernah menyangsikan lelaki satu ini. Perang badar
yang diikuti oleh seluruh manusia pemberani didikan Rasul, terselip satu lelaki muda yang
dengan gagahnya maju ke depan ketika seorang pemuka dan ahli perang kaum kafir menantang
untuk berduel. Meski awalnya dilecehkan karena dianggap masih kecil, namun Ali dengan
kehebatannya mampu mengalahkan musuh duelnya itu. Tidak sampai disitu, yang membuat
Rasulullah tak bisa melupakannya adalah jasa besar dan keberanian Ali menggantikan Rasul
tidur di pembaringannya saat Rasulullah ditemani Abu Bakar menyelinap ke luar saat hijrah.
Padahal resikonya adalah mati terpenggal oleh balatentara kafir yang telah mengepungnya.

Tentu masih banyak dan tidak akan cukup satu halaman untuk mencatat kelebihan Ali yang
menjadikannya begitu istimewa. Satu yang bisa kita tangkap secara jelas, bahwa wanita istimewa
memang dipersiapkan untuk lelaki istimewa. Seperti halnya, bunga Fatimah yang hanya Ali
bin Abi Thalib yang diizinkan Rasulullah untuk memetiknya. Oleh karenanya, jangan pernah
berharap akan datangnya seseorang istimewa jika tak pernah menjadikan diri ini istimewa.

Ahlul Bait Ummu Kultsum Binti Muhammad


Ummu Kultsum adalah adik Ruqayyah , putri Rasulullah . Ia telah menikah dengan Utaibah bin
Abu Lahab, saudara Utbah yang telah menikahi Ruqayyah, sebelurn mereka mengenal Islam.
Lalu ketika Rasulullah . telah diangkat menjadi Nabi, ia dan saudara-saudaranya memeluk Islam
dengan lapang dada. Dan dakwah Nabi . yang selalu ditentang oleh Abu lahab beserta
keluarganya ini, menyebabkan Allah telah mewahyukan kepada Nabi . firman-Nya yang
berbunyi, Maka celakalah kedua tangan Abu lahab(Al-lahab: 1) Setelah tutun ayat ini, Abu
lahab berkata kepads Utaibah anaknya, Kepalaku tidak halal bagi kepalamu selama kamu tidak
menceraikan putri Nabi. Maka dia pun menceraikan istrinya, Ummu Kultsum begitu saja.
Utaibah mendatangi Nabi . dan mengatakan kata-kata yang menyakitkan hati Rasulullah . Atas
periakuan itu, maka Rasulullah . telah berdoa kepada Allah, agar mengirimkan anjing-anjingNya untuk membinasakan Utaibah. Dan apa yang telah didoakan oleh Nabi . terhadap Utaibah
itu benar-benar teriadi.
Dalam suatu perjalanan, seekor singa yang ganas teiah memilih Utaibah di antara temantemannya untuk diterkam kepalanya. Utaibah mati dalam keadaan yang sangat mengerikan.
Setelah bercerai, maka Ummu Kultsum kembali tinggal bersama Rasulullah . di Mekkah. Dia
ikut hijrah ke Madinah ketika Rasulullah . berhijrah, kemudian tinggal di sana bersama keluarga
Rasulullah . Ruqayyah dan Ummu Kultsum adalah dua orang saudara yang perjalanan hidup
mereka hampir sama. Mereka berdua teriahir dari bapak yang sama, ibu yang sama, suami
mereka pun kakak beradik yang namanya mempunyai arti yang sama; Utbah dan Utaibah,
mempunyai mertua yang sama, masuk Islam pada hari yang sama, bercerai pada hari yang sama,
dan setelah perceraian itu, mereka mempunyai suami yang sama pula
Ketika Ruqayyah meninggal dunia, maka Utsman bin Affan. menikahi Ummu Kultsum yang
masih perawan yang belum terjamah oleb Utaibah. Pada waktu itu adalah bulan Rabiul-Awwal,
tahun ke-3 Hijriyah. Dan keduanya baru berkumpul pada bulan Jumadits-Tsani. Mereka hidup
bersama sampai Ummu Kultsum meninggal dunia tanpa mendapatkan seorang anak pun. Ummu
Kultsum meninggal dunia pada bulan Syaban tahun ke-9 Hijriyah. Rasulullah . berkata,
Seandainya aku mempunyai sepuluh orang putri, maka aku akan tetap menikahkan mereka
dengan Utsman. Ummu Kultsum adaiah seorang wanita yang cantik. la senang memakai jubah
sutra yang bergaris. Pada hari wafatnya, jenazahnya telah dimandikan oleh Asma binti Umais
dan Shafiah binti Abdul Muthalib. jenazahnya ditempatkan di atas sebuah keranda yang terbuat
dari batang polgon palem yang baru dipotong. Dan pada saat penguburannya, Rasulullah . duduk
di dekat kuburan Ummu Kultsum dengan berlinangan air mata. Beliau berkata, siapa di antara
kalian yang tidak bercampur dengan istrinya tadi malam? Abu Thalhah ra. berkata, Aku, ya

Rasulullah lalu Beliau menyuruhnya, Turunlah kamu. Maka Abu Thalhah turun dan
menguburkan Ummu Kultsum.
Ruqoyyah dan Ummu Kultsum
Lahir dua orang putri dari rahim ibunya, Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza
radhiallahu anha. Menyandang nama Ruqayyah dan Ummu Kultsum radhiallahu anhuma, di
bawah ketenangan naungan seorang ayah yang mulia, Muhammad bin Abdillah bin Abdil
Muththalib Shallallahu alaihi wa sallam.
Sebelum datang masa sang ayah diangkat sebagai nabi Allah, Ruqayyah disunting oleh seorang
pemuda bernama Utbah, putra Abu Lahab bin Abdul Muththalib, sementara Ummu Kultsum
menikah dengan saudara Utbah, Utaibah bin Abi Lahab. Namun, pernikahan itu tak berjalan
lama. Berawal dengan diangkatnya Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sebagai nabi,
menyusul kemudian turun Surat Al-Lahab yang berisi cercaan terhadap Abu Lahab, maka Abu
Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi berang. Dia berkata kepada dua putranya, Utbah dan
Utaibah yang menyunting putri-putri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Haram jika
kalian berdua tidak menceraikan kedua putri Muhammad!
Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan ayah bundanya, sebelum sempat
dicampuri suaminya. Bahkan dengan itulah Allah selamatkan mereka berdua dari musuh-musuhNya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun berislam bersama ibunda dan saudari-saudarinya.
Allah Subhanahu wa Taala memberikan ganti yang jauh lebih baik. Ruqayyah bintu Rasulullah
radhiallahu anha disunting oleh seorang sahabat mulia, Utsman bin Affan radhiallahu anhu.
Sebagaimana kaum muslimin yang lain, mereka berdua menghadapi gelombang ujian yang
sedemikian dahsyat melalui tangan kaum musyrikin Mekkah dalam menggenggam keimanan.
Hingga akhirnya, pada tahun kelima setelah nubuwah, Allah Subhanahu wa Taala bukakan jalan
untuk hijrah ke bumi Habasyah, menuju perlindungan seorang raja yang tidak pernah menzalimi
siapa pun yang ada bersamanya. Utsman bin Affan radhiallahu anhu membawa istrinya di atas
keledai, meninggalkan Mekkah, bersama sepuluh orang sahabat yang lainnya, berjalan kaki
menuju pantai. Di sana mereka menyewa sebuah perahu seharga setengah dinar.
Di bumi Habasyah, Ruqayyah radhiallahu anha melahirkan seorang putra yang bernama
Abdullah. Akan tetapi, putra Utsman ini tidak berusia panjang. Suatu ketika, ada seekor ayam
jantan yang mematuk matanya hingga membengkak wajahnya. Dengan sebab musibah ini,
Abdullah meninggal dalam usia enam tahun.
Perjalanan mereka belum berakhir. Saat kaum muslimin meninggalkan negeri Makkah untuk
hijrah ke Madinah, mereka berdua pun turut berhijrah ke negeri itu. Begitu pun Ummu Kultsum
radhiallahu anha, berhijrah bersama keluarga Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Selang berapa lama mereka tinggal di Madinah, bergema seruan perang Badr. Para sahabat
bersiap untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Namun bersamaan dengan itu, Ruqayyah bintu
Rasulullah radhiallahu anha diserang sakit. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun
memerintahkan Utsman bin Affan radhiallahu anhu untuk tetap tinggal menemani istrinya.

Ternyata itulah pertemuan mereka yang terakhir. Di antara malam-malam peristiwa Badr,
Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu anha kembali ke hadapan Rabbnya karena sakit yang
dideritanya. Utsman bin Affan radhiallahu anhu sendiri yang turun untuk meletakkan jasad
istrinya di dalam kuburnya.
Saat diratakan tanah pekuburan Ruqayyah radhiallahu anha, terdengar kabar gembira
kegemilangan pasukan muslimin melibas kaum musyrikin yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah
radhiallahu anhu. Kedukaan itu berlangsung bersama datangnya kemenangan, saat Ruqayyah
bintu Muhammad radhiallahu anha pergi untuk selama-lamanya pada tahun kedua setelah
hijrah.
Sepeninggal Ruqayyah radhiallahu anha, Umar bin Al Khaththab radhiallahu anhu
menawarkan kepada Utsman bin Affan radhiallahu anhu untuk menikah dengan putrinya,
Hafshah bintu Umar radhiallahu anhuma yang kehilangan suaminya di medan Badr. Namun
saat itu Utsman dengan halus menolak. Datanglah Umar bin Al-Khaththab radhiallahu anhu ke
hadapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengadukan kekecewaannya.
Ternyata Allah Subhanahu wa Taala memilihkan yang lebih baik dari itu semua. Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam meminang Hafshah radhiallahu anha untuk dirinya, dan
menikahkan Utsman bin Affan radhiallahu anhu dengan putrinya, Ummu Kultsum radhiallahu
anha. Tercatat peristiwa ini pada bulan Rabiul Awwal tahun ketiga setelah hijrah.
Enam tahun berlalu. Ikatan kasih itu harus kembali terurai. Ummu Kultsum radhiallahu anha
kembali ke hadapan Rabbnya pada tahun kesembilan setelah hijrah, tanpa meninggalkan seorang
putra pun bagi suaminya. Jasadnya dimandikan oleh Asma bintu Umais dan Shafiyah bintu
Abdil Muththalib radhiallahu anhuma. Tampak Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
menshalati jenazah putrinya. Setelah itu, beliau duduk di sisi kubur putrinya. Sembari kedua
mata beliau berlinang air mata, beliau bertanya, Adakah seseorang yang tidak mendatangi
istrinya semalam? Abu Thalhah menjawab, Saya. Kata beliau, Turunlah!
Jasad Ummu Kultsum radhiallahu anha dibawa turun dalam tanah pekuburannya oleh Ali bin
Abi Thalib, Al-Fadhl bin Al-Abbas, Usamah bin Zaid serta Abu Thalhah Al-Anshari radhiallahu
anhu. Ruqayyah dan Ummu Kultsum, dua putri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
semoga Allah meridhai keduanya. Wallahu taala alamu bish-shawab.

Kisah Pengaduan Seekor Onta


Manusia adalah makhluk yang memiliki perasaan. Dari perasaan itu timbullah rasa cinta dan
kasih sayang di antara mereka. Akan tetapi ketahuilah, bukan hanya manusia saja yang memiliki
perasaan, bahkan hewan pun memilikinya. Oleh karena itu sangat disesalkan jika ada manusia
yang tidak memiliki perasaan yang membuat dirinya lebih rendah daripada hewan. Pernah ada
seekor unta yang mengadu kepada Rasulullah -Shollallahu alaihi wasallam-mengungkapkan
perasaannya.

Abdullah bin Jafar-radhiyallahu anhu- berkata, Pada suatu hari Rasulullah -Shallallahu alaihi
wasallam- pernah memboncengku dibelakangnya, kemudian beliau membisikkan tentang sesuatu
yang tidak akan kuceritakan kepada seseorang di antara manusia. Sesuatu yang paling beliau
senangi untuk dijadikan pelindung untuk buang hajatnya adalah gundukan tanah atau kumpulan
batang kurma. lalu beliau masuk kedalam kebun laki-laki Anshar. Tiba tiba ada seekor onta.
Tatkala Nabi -Shallallahu alaihi wasallam- melihatnya, maka onta itu merintih dan bercucuran
air matanya. Lalu Nabi -Shallallahu alaihi wasallam- mendatanginya seraya mengusap dari
perutnya sampai ke punuknya dan tulang telinganya, maka tenanglah onta itu. Kemudian beliau
bersabda, Siapakah pemilik onta ini, Onta ini milik siapa? Lalu datanglah seorang pemuda
Anshar seraya berkata, Onta itu milikku, wahai Rasulullah.
Maka Nabi -Shallallahu alaihi wasallam- bersabda,
Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam binatang ini, yang telah dijadikan sebagai
milikmu oleh Allah, karena ia (binatang ini) telah mengadu kepadaku bahwa engkau telah
membuatnya letih dan lapar. [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (1/400), Al-Hakim dalam AlMustadrak (2/99-100), Ahmad dalam Al-Musnad (1/204-205), Abu Yala dalam Al-Musnad
(3/8/1), Al-Baihaqiy dalam Ad-Dalail (6/26), dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqa (9/28/1).
Lihat Ash-Shahihah (20)]

Nabi Melarang Segala Jalan Menuju


Kesyirikan
Orang shalih pastinya mengetahui, bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam tidak
hanya melarang perbuatan syirik, akan tetapi beliau juga melarang semua jalan yang
dikhawatirkan menyebabkan perbuatan syirik.
Salah satu contohnya adalah larangan dari shalat di kuburan. Meskipun bukan untuk menyembah
kuburan, shalat di kuburan diharamkan dalam Islam, yang demikian ini karena, jika dibiarkan
atoledo lama-kelamaan kuburan tersebut disembah, sebagaimana berhala yang disembah orangorang musyrik.
Dari Abu Martsad Al Ghonawi, beliau berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda,
Janganlah shalat menghadap kubur dan janganlah duduk di atasnya! [HR. Muslim no. 972]
Sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam,
Laksanakanlah sebagian shalat kalian di rumah kalian dan janganlah kalian menjadikannya
(rumah kalian seperti) kuburan! [HR. Bukhri (I/528-529 no. 432) dari Ibn Umar radhiallahu
anhuma]

Kisah al-hayaaa inda shohaabiyaat


Dikirim oleh aan | Pada 23 May,2013 | Dalam Muhammad SAW, Sahabat Nabi

Berjuta kegalauan mendera di lubuk hati perempuan itu. Tertatih


ia melangkah. Jauhnya jarak, panasnya perjalanan, tidak ia pedulikan. Harapannya hanya satu. Ia
ingin pulih. Kepulihan yang membuatnya ringan dalam beribadah. Kesembuhan yang dapat
mengakhiri risaunya selama ini.
Untuk itu, satu pintu yang ia tuju. Pintu rumah lelaki paling mulia. Pintu RasuluLlah shallaLlahu
alayhi wa sallam.
Ya RasuluLlah, ujarnya. Aku mengidap penyakit yang telah lama tak kunjung sembuh. Jika
penyakitku itu menerpa, hilanglah kesadaranku. Aku bergerak-gerak tanpa dapat kukendalikan.
Dalam ketidaksadaranku, seringkali tersingkap auratku.
Ya Rasulullah, aku mohon kepadamu, doakanlah aku agar terbebas dari penyakit ini, demikian
pintanya.
RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam tersenyum dan menjawab, Sungguh, jika engkau
mampu untuk bersabar dalam derita penyakitmu ini, maka balasan bagimu adalah syurga
Akan tetapi jika engkau tidak dapat bersabar, aku dapat saja meminta kepada Allah agar Ia
berkenan menyembuhkanmu, ucap RasuluLlah.
Mendengar syurga yang dijanjikan kepadanya, perempuan itupun bergegas menyahut, Aku siap
untuk bersabar Ya RasuluLlah
Hanya satu saja yang mengganggu fikiranku saat ini. Jika kau berkenan doakanlah aku untuk
satu hal saja. Auratku sering tersingkap saat aku diserang penyakitku. Karena itu pintaku hanya
satu wahai utusan Allah. Mohonkanlah kepada Allah, agar auratku tidak tersingkap saat aku
tidak sadar, ungkapnya lirih.
RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam pun mengangkat kedua tangannya. Berdoa kepada
Allah, agar aurat perempuan itu tak pernah lagi tersingkap saat ia sakit.
Kisah yang menggetarkan ini, ditulis oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab
shahih-nya. Keduanya meriwayatkan kisah ini dengan jalur sanad yang bersumber dari sahabat
Abdullah ibn Abbas radhiyaLlahu anhuma.

Ada banyak hikmah yang dapat kita petik dari kisah ini. Syaikh Salim ibn Ied al-Hilali dalam
kitab Bahjatun Nazhirin menyebutkan setidaknya lima pelajaran dalam hadits ini.
Namun dalam tulisan ini saya hanya ingin mengangkat satu saja hikmah dari kisah ini. Yaitu,
betapa besarnya al-hayaaa inda shohaabiyaat. Betapa besarnya rasa malu di kalangan para
sahabat perempuan.
Begitulah. Karena besarnya kerinduan akan syurga, perempuan ini berkomitmen untuk tetap
bersabar dalam deraan penyakitnya. Penyakit sejenis epilepsi yang dapat membawanya kapan
saja untuk hilang kesadaran.
Meskipun ia mampu untuk bersabar menjalani hari-hari dalam kehidupannya dengan penyakit, ia
menyimpan satu kecemasan. Cemas karena auratnya bisa saja tersingkap saat ia tak sadar. Untuk
itulah ia memohon agar RasuluLlah berkenan mendoakannya agar auratnya tidak tersingkap.
Jika dalam keadaan tidak sadar saja, perempuan di masa RasuluLlah cemas bila auratnya
tersingkap. Apatah lagi jika dalam keadaan sadar. Tentu lebih besar lagi rasa malu itu tertanam.
Sekarang, kemanakah rasa malu itu berada .? Saat perempuan-perempuan berjalan setiap hari,
dengan kesadaran penuh, hanya dilapisi pakaian berbahan minim.
Kemanakah rasa malu itu pergi hari ini ? Saat foto-foto manis para akhwat muslimah
tersebar di mana-mana Di dunia maya maupun di dunia nyata. Di tembok facebook maupun
di tembok rumah dan pagar.
Masih adakah kerinduan pada syurga itu ? Sebagaimana rindunya para shohabiyat. Kerinduan
yang mengokohkan mereka untuk tetap bersabar dalam penderitaan. Tetap bersabar dalam
ketaatan
Sungguh benarlah sabda RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam, al-hayaa-u minal iimaan
Rasa malu itu adalah sebagian dari iman. Kalau rasa malu itu telah hilang, saatnya kita
menjenguk hati kita. Masih adakah keimanan itu terpatri ? Masih adakah rasa takut kepada Allah
tertanam ?
Seringkali ada orang yang berfikir, Tak apalah auratku terbuka sedikit Mudah-mudahan ini
diampuni oleh Allah Toh, ini bukanlah perkara yang besar .. Kalaupun dosa, ini hanya lah
dosa kecil
Hmm, mungkin saja ini dosa kecil. Namun, dibalik dosa kecil itu ada aturan Sang Pencipta
Langit dan Bumi yang telah kau langgar.
Benarlah ucapan seorang sholih yang berkata, Jangan pernah kau pandang remeh dosa kecil
yang kau lakukan. Tapi pandanglah Ia yang perintah-Nya telah kau langgar.

Rasulullah SAW Berpesan Janganlah suka


berprasangka buruk
Rasul SAW senantiasa memperingatkan umat Islam agar menjauhi prasangka buruk. Jauhilah
prasangka karena sesungguhnya prasangka itu pembicaraan yang paling dusta. Janganlah kalian
menyadap (pembicaraan kaum), memata-matai mereka, berlomba-lomba (dalam hal yang tidak
baik), saling mendengki, saling membenci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hambahamba Allah yang bersaudara. (HR Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah).
Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya prasangka itu dosa, dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian
yang lain (QS al-Hujarat: 12).
Allah mengampuni prasangka yang terlintas dalam hati manusia selama mereka tidak
membicarakan atau melakukannya. (HR Bukhari dan Muslim).

Wasiat Malaikat kepada Rasulullah SAW


pada Peristiwa Isra Miraj
Wasiat Malaikat kepada Rasulullah SAW pada Peristiwa Isra Miraj
1. Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah bersabda: Tidaklah aku berjalan melewati segolongan
malaikat pada malam aku diisrakan, melainkan mereka semua mengatakan kepadaku: Wahai
Muhammad, engkau harus berbekam.
2. Dari Abdullah bin Masud ra., dia berkata: Rasulullah SAW pernah menyampaikan sebuah
hadits tentang malam dimana beliau diperjalankan bahwa beliau tidak melewati sejumlah
malaikat melainkan mereka semua menyuruh beliau dengan mengatakan: Perintahkanlah
umatmu untuk berbekam.
3. Dari Ibnu Umar ra., Rasululah SAW bersabda: Tidaklah aku melalui satu dari langit-langit
yang ada melainkan para malaikat mengatakan, Hai Muhammad, perintahkanlah umatmu untuk
berbekam, karena sebaik-baik sarana yang kalian pergunakan untuk berobat adalah bekam, alkist, dan syuniz semacam tumbuh-tumbuhan.
Sumber: Judul Buku: Bekam cara pengobatan menurut sunnah Nabi Penulis: DR. Muhammad
Musa Alu Nashr

Saling Dukung Dan Memahami Ketika


Menikah
Menjadi suami yang mendukung istri adalah berat, begitupula sebaliknya menjadi istri yang
mendukung suami juga tak kalah beratnya. Aktivitas pernikahan ketika tak mampu
memanajemen kedua hal ini akan berakibat pada pertengkaran yang tak seharusnya terjadi.
Menjadi suami yang memahami posisi istri dan menjadi istri yang memahami posisi suami
adalah kesinambungan dalam kehidupan rumah tangga. Kegiatan ini akan semakin meninggakat
ketika kehidupan tak hanya di isi oleh satu orang suami dan satu orang istri, tapi kemudian akan
hadir anak-anak dalam kehidupan yang akan semakin memperberat ujian memahami dan saling
dukung setelah menikah.
Ini Adalah Proses
Memahami dan saling dukung tentunya tidak akan muncul begitu saja, dan perjalanannya adalah
proses kesempurnaan. Ketika Allah menjanjikan bahwa pernikahan adalah pelengkap dari
keimanan maka untuk menguraikan janji-janji tersebut tak cukup hanya sekedar ucapan saya
terima nikahnya lalu sempurnalah ia.
Sehelai kain yang kemudian dijahit menjadi pakaian yang enak dipandang memiliki proses yang
panjang bahkan harus membuang bagian-bagian yang tak diperlukan. Perlu ukuran-ukuran yang
tepat sehingga tak salah dalam mempola, perlu mata yang jeli melihat arah benang kemana
langkah-langkahnya dan kemudian perlu kaki yang kokoh untuk selalu setia memulai gerak
jahitannya.
Kesalahan dalam memotong kain tak harus membuang kain secara keseluruhan hanya perlu
memodifikasinya sehingga ketika telah menjadi pakaian makan ia menjadi pakaian indah nan
mengenakkan mata memandangnya. Inilah proses sederhana dalam pernikahan. Butuh dukungan
dana pemahaman yang utuh dalam menjalaninya. Dan ini adalah proses menuju bentuk
dukungan dan pemahaman yang lebih tinggi kedudukannya.
Dukungan Dan Pemahanan Akan Terus Terjadi
Pernikahan tidaklah direncanakan hanya berjalan 1 atau 2 tahun saja. Banyak doa terucap bahwa
kuingin bidadari cemburu karena kaulah tetap pilihanku di surga. Karena impian-impian inilah
yang membuat proses demi proses terus berlanjut sehingga dukungan dan pemahaman harus
terus diperbaharui dengan berjalannya waktu.
Masalah yang dihadapi hari ini tidaklah akan sama dengan masalah esok hari dan masalah yang
dihadapi di tahun-tahun pertama pernikahan tidaklah sama dengan masalah-masalah di puluhan
tahun usia pernikahan. Roda akan terus berputar dan begitupula masalah-masalah dan setiap

perputaran akan ada nilai-nilai yang akan menciptakan dukungan saling memahami diantara
cinta.
Belajar Dari Mereka
Salah satu proses dalam hal ini agar tidak terjatuh pada hal-hal yang tidak disenangi oleh Allah
swt adalah dengan belajar. Proses belajar ini bisa didapatkan dari orang-orang yang telah terlebih
dahulu menjalaninya. Seorang ustadz pernah mengatakan bahwa para ulama bisa menulis bukubuku bukan hanya karena mereka memahaminya tapi yang lebih utama adalah karena mereka
telah menjalaninya.
Proses belajar dari mereka ini bisa kita dapatkan paling utama adalah dari orang tua, murabbi,
ustadz, saudara atau orang-orang yang berada di sekeliling kita. Allah swt tidak akan pernah
lengah ketika ada hamba-Nya yang tengah berusaha mencukupkan agamanya karena kecintaan
kepada Tuhannya. Dan kemudian bisa jadi permasalahan-permasalahan yang kita hadapi ada
jawabannya pada mereka-mereka tempat kita bertanya.
Penutup
Memberikan dukungan dan memahami pasangan adalah hal yang mutlak didalam pernikahan.
Hal yang kecil kemudian menjadi besar hanya karena kita tak bisa memahami bagaimana kondisi
pasangan kita dan juga hal yang besar kemudian menjadi kecil ketika kita tak merasa bahwa
pasangan kita membutuhkan dukungan kita.
Bagaimana Khadijah ra selalu mendukung Rasulullah saw dalam dakwah dan begitupula
Rasulullah saw memahami Khadijah ra hingga Aisyah ra cemburu pada cintanya.
Pahamilah pasangan kita dan teruslah mendukungnya, hari ini dan sampai nanti seperti
Rasulullah saw yang sangat merindui Khadijah ra dengan selalu menyebut namanya.

Yuk, Menjaga Tujuh Sunnah Nabi


Cerdasnya orang yang beriman,
dia yang mampu mengolah hidupnya yang sesaat dan sekejap
untuk hidup yang panjang.
Hidup bukan untuk hidup, tetapi hidup untuk Yang Maha Hidup.
Hidup bukan untuk mati, tapi mati itulah untuk hidup.
Kita jangan takut mati, jangan mencari mati,
Jangan lupakan mati, tapi rindukan mati.
Karena, mati adalah pintu berjumpa dengan Allah SWT.

Mati bukanlah akhir cerita dalam hidup,


tapi mati adalah awal cerita sebenarnya,
maka sambutlah kematian dengan penuh ketakwaan.
Persiapkan kematian dengan selalu menjaga tujuh sunnah Nabi setiap hari.
Ketujuh sunnah Nabi itu adalah:
Pertama,
Tahajjud karena kemuliaan seorang mukmin terletak pada tahajjudnya.
Kedua,
membaca Al-Quran sebelum terbit matahari. Alangkah baiknya sebelum mata melihat dunia,
sebaiknya mata membaca Al-Quran terlebih dahulu dengan penuh pemahaman.
Ketiga,
Jangan tinggalkan masjid untuk sholat berjamaah, terutama di waktu shubuh. Sebelum
melangkah kemana pun langkahkan kaki ke masjid, karena masjid merupakan pusat keberkahan,
bukan karena panggilan muadzin tetapi panggilan Allah yang mencari orang beriman untuk
memakmurkan masjid Allah.
Keempat,
Jaga shalat Dhuha karena kunci rezeki terletak pada shalat dhuha.
Kelima
Jaga sedekah setiap hari.
Allah menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat Allah selalu mendoakan kepada
orang yang bersedekah setiap hari.
Keenam
Jaga wudhu terus menerus karena Allah menyayangi hamba yang berwudhu. Kata khalifah Ali
bin Abu Thalib, Orang yang selalu berwudhu senantiasa ia akan merasa selalu shalat walau ia
sedang tidak shalat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya
Allah.
Ketujuh
Amalkan istighfar setiap saat.
Dengan istighfar masalah yang terjadi karena dosa kita akan dijauhkan oleh Allah.

Meneladani Cara Makan Rasulullah SAW


1. Ibnul Qayyim berkata: Barangsiapa yang memperhatikan makanan yang dikonsumsi Nabi,
niscaya ia mengerti bahwa beliau tidak pernah memadukan menu antara SUSU dengan IKAN,

atau antara SUSU dengan CUKA, atau antara DUA MAKANAN yang sama-sama
MENGANDUNG UNSUR PANAS, UNSUR DINGIN, UNSUR LENGKET, UNSUR
PENYEBAB SEMBELIT, UNSUR PENYEBAB MENCRET, UNSUR KERAS, atau DUA
MAKANAN yang mengandung UNSUR KONTRADIKTIF, misalnya antara MAKANAN
YANG MENGANDUNG UNSUR PENYEBAB SEMBELIT DENGAN YANG
MENGANDUNG PENYEBAB MENCRET, ANTARA YANG MUDAH DICERNA DENGAN
YANG SULIT DICERNA, ANTARA YANG DIBAKAR DENGAN YANG DIREBUS,
ANTARA DAGING YANG SEGAR, DENGAN YANG SUDAH DIGARAMI DAN
DIKERINGKAN, ANTARA SUSU DENGAN TELUR, DAN ANTARA DAGING DENGAN
SUSU. Beliau tidak pernah makan pada saat makanan tersebut masih sangat panas atau masakan
yang dihangatkan untuk besok, makanan-makanan yang bulukan (berjamur) dan asin, seperti
makanan-makanan yang DIASINKAN, DIASAMKAN, atau DIHANGUSKAN. Semua
makanan ini berbahaya dan menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan.
2. Nabi Shalallahu alaihi wassalam biasa melawan unsur panas pada makanan dengan unsur
dingin pada makanan lain, unsur kering suatu makanan dengan unsur basah pada makanan lain,
sebagaimana beliau memakan mentimun dengan ruthob (kurma matang yang belum
dikeringkan), makan tamr (kurma kering) dengan minyak samin, meminum ekstrak kurma untuk
melunakkan chymus (Materi semi cair, homogen, berkrim atau seperti gruel yang dihasilkan oleh
pencernaan makanan oleh lambung) makanan-makanan keras. Itulah intisari makanan sehat.
3. Beliau tidak biasa minum ketika sedang makan, sehingga akan merusaknya, apalagi jika air
tersebut panas atau dingin, karena itu pola makan yang buruk sekali.
4. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah tidak pernah mencela makanan sedikitpun, jika
suka, beliau memakannya, jika tidak dibiarkannya, tidak memakannya. (HR. Bukhari : 5409,
dan Muslim : 2064)
5. Beliau menyukai daging, yang paling beliau sukai adalah lengan dan bagian depan kepala
kambing. Karena itu, seorang wanita Yahudi pernah meracuninya.
6. Pernah suatu ketika Rasulullah diberi daging, lantas diperlihatkan bagian lengan kepada
beliau, maka beliau menyukainya. (HR. Bukhari : 5712, dan Muslim : 194)
7. Daging yang disukai Nabi adalah yang paling baik dan paling mudah dicerna oleh lambung,
baik itu daging leher, lengan maupun lengan atas.
8. Beliau juga menyukai makanan-makanan manis dan madu. Diriwayatkan dari Aisyah
radhiallahu anh, ia berkata, Nabi shalallahu alaihi wassallam menyukai makanan-makanan
manis dan madu. (Shahihul Bukhari : 5614).
9. Beliau biasa makan roti dengan lauk apa saja yang beliau punya, kadang daging, kadang
semangka, kadang kurma, dan kadang cuka. Beliau bersabda, Sebaik-baik lauk adalah cuka.
(Shahih Muslim : 2052).

10. Beliau biasa makan buah-buahan hasil panen negerinya pada musimnya, beliau tidak
memantangnya. Ini juga merupakan sarana paling besar untuk menjaga kesehatan.
11. Rasulullah bersabda : Aku tidak makan sambil bersandar. (Shahihul Bukhari : 5398)
Ada tiga cara bersandar:
a. Bersandar pada rusuk.
b. Bersila.
c. Bersandar diatas sesuatu.
Jenis pertama menyulitkan makan, karena ia menghalangi aliran makanan secara alami,
menghambat kecepatan masuknya makanan ke lambung, dan menekan lambung sehingga sulit
terbuka untuk makanan. Lambung akan miring, tidak tegak, sehingga makanan tidak mudah
sampai kepadanya. Adapun dua jenis lainnya merupakan gaya duduk orang-orang sombong yang
bertentangan dengan jiwa kehambaan.
12. Dalam hadits Anas disebutkan, Saya melihat Nabi shalallahu alaihi wassallam duduk
dengan posisi iqa sambil memakan kurma. (Shahih Muslim : 2044) Beliau biasa duduk dengan
posisi iqa untuk makan, maksudnya duduk dalam posisi bertumpu pada kedua lutu, seraya
memposisikan perut telapak kaki kanan, sebagai bentuk ketawadhuan kepada Rabbnya. Ini
merupakan posisi paling baik pada saat makan.
13. Rasulullah shalallahu alaihi wassallam bersabda : Jika salah seorang dari kalian makan,
maka janganlah ia membersihkan tangannya sebelum menjilatinya. (Muttafaqun Alaih,
Bukhari : 5376, dan Muslim : 2031).
14. Beliau makan dengan menggunakan tiga jemari beliau, dan ini merupakan cara menyuap
makanan yang paling bermanfaat.
15. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda : Wahai anak kecil! Sebutlah nama Allah
(BISMILLAH), makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah makanan yang terdekat darimu.
(Muttafaqun Alaih, Bukhari : 5376, dan Muslim : 2022).

Astaghfirullaha wa Atubu Ilaih


Dari mulai bangun tidur sampai sekarang, berapa kali anda mengucapkannya?
Saudaraku seiman
Perlu diingat selalu, bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam, pemimpinnya
anak manusia, menggucapkannya lebih banyak dari 70 kali di dalam sehari.

Artinya: Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda: Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar beristighfar
kepada Allah dan bertobat kepada-Nya, lebih banyak dari 70 kali dalam sehari.
HR. Bukhari.
Lalu bagaimanakah dengan saya dan Anda, yang tidak mempunyai kedudukan sama sekali,
bukankah lebih harus banyak bersitighfar daripada beliau?!?
sampai detik ini, berapa kali Anda merasa galau resah lalu berapa kali Anda mengucapkannya?
Perlu diingat selalu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang selalu diberi petunjuk,
jika mendapati sesuatu menghalau di dalam hatinya, beliau mengucapkannya sebanyak 100 kali
dalam sehari.
Lalu bagaimanakah dengan kita, yang hatinya tidak selalu terjaga dan tidak selalu mendapat
petunjuk, bukankah lebih harus banyak beristighfar?!?
sampai sekarang berapa kali Anda duduk-duduk, lalu berapa kali Anda mengucapkannya?
Perlu diingat selalu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seorang yang diampuni dosa
yang telah lalu dan yang akan datang, beliau mengucapkannya setiap kali duduk bermajelis
sebanyak 100 kali.
Artinya: Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma berkata: Sungguh kami dahulu benar-benar
menghitung dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di dalam satu majelis sebanyak 100 kali,
beliau mengucapkan: Rabbighfir lii wa tub alayya, innaka antattawwaburrahim.
HR. Abu Daud.
Lalu bagaimanakah saya dan Anda, yang tidak ada sama sekali legalitas dosa diampuni atau
tidak, padahal dosanya selalu bertambah, bukankah harus lebih banyak lagi mengucapkannya?!?

Larangan Makan dan Minum sambil Berdiri


dari segi Kesehatan dan Islami
Anas R.A meriwayatkan bahwa Nabi SAW melarang minum sambil berdiri. Qatadah
menjelaskan, Lalu kami bertanya, kalau makan ? Beliau bersabda, kalau makan (sambil
berdiri) maka itu lebih buruk dan keji. (HR. Muslim)
Abu Haurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda :
Janganlah seorang diantara kalian minum sambil berdiri. Barangsiapa yang lupa hal itu,
hendaklah ia memuntahkannya. (HR. Muslim)

Fakta Ilmiah :
Dr. Abdurrazzaq Al-Kailani menjelaskan bahwa minum dan makan sambil duduk lebih
menyehatkan, aman, enak, dan menjaga kehormatan. Sebab, apa yang dimakan dan diminum
sambil duduk akan melewati dinding perut dengan pelan dan lembut. Sedangkan, minum sambil
berdiri menyebabkan jatuhnya air ke dasar perut dengan keras dan menghantamnya. Jika hal ini
terjadi secara berulang-ulang dan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan perut menjadi
longgar dan lemah. Selanjutnya, perut akan sulit mencerna.
Dahulu, Nabi pernah minum sambil berdiri karena kondisi darurat yang menghalanginya untuk
minum sambil duduk, seperti keadaan sesak di tempat-tempat yang suci. Beliau tidak menjadikan
hal itu sebagai kebiasaan dan terus-menerus. Di samping itu, makan sambil berjalan juga tidak
sehat, sebagaimana yang telah diketahui masyarakat muslim.
Dr. Ibrahim Ar-Rawi menyatakan bahwa manusia ketika berdiri dalam keadaan tertekan dan alat
penyeimbang dalam syarafnya dalam keadaan sangkat aktif. Sehingga, ia melakukan kontrol
penuh terhadap seluruh otot tubuh untuk melakukan keseimbangan dan berdiri tegak. Hal itu
membuat manusia tidak mampu mendapat ketenangan dari organ tubuh yang berfungsi untuk
aktifitas makan dan minum. Ketenangan ini hanya diraih manusia saat dalam kondisi duduk.
Sebab, sejumlah otot dan syaraf dalam keadaan tenang dan santai, pancaindra normal, serta
respon sistem pencernaan terhadap makanan dan minuman juga semakin baik.
TAHUKAH ANDA !!!
Fakta lainnya, makan dan minum yang dilakukan dengan berdiri secara terus-menerus akan
membahayakan dinding usus dan beresiko menyebabkan lukan pada lambung. Menurut para
dokter, 95 % luka pada lambung terjadi di tempat-tempat jalan masuknya makanan atau
minuman. Saat berdiri, akan terjadi pengerutan otot pada tenggorokan yang menghalangi
jalannya makanan ke usus secara mudah. Ini terkadang menyebabkan rasa sakit dan mengganggu
fungsi pencernaan. Akibatnya, seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum.
Semakin lama dan keseringan bisa menyebabkan penyakit ginjal.

Sedekah Paling Afdhol


Dari Abu hurairah radiyallahu anhu berkata,Seseorang bertanya kepada Nabi shalallahu alaihi
wasallam: Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhal? Beliau menjawab: Engkau
bersedekah ketika masih dalam keadaan sehat lagi loba, sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir
miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai di kerongkongan, baru berpesan :Untuk si
fulan sekian dan untuk si fulan sekian. Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli
waris). (HR Bukhari) Ibnu Bathal menjelaskan, Karena biasanya, rasa pelit itu muncul pada
saat sehat, sehingga sedekah pada saat itu lebih jujur dan lebih besar pahalanya. Berbeda jika
seseorang sudah putus asa dari kehidupan dan mulai dapat melihat bahwa hartanya sebentar lagi
akan menjadi milik orang lain. (Fathul Bariy V/13)

Kedua, dari segi kadar. Semakin banyak yang disedekahkan semakin baik. Hanya saja kadar
banyak dan sedikitnya sedekah, ukurannya tidak melulu jumlah nominal tapi lebih pada
kemampuan masing-masing. Sehingga yang paling utama adalah yang terbanyak dari prosentase
kemampuan finansial setiap orang. Bagi orang kaya, sedekah seratus ribu barangkali tak lebih
dari membuang receh. Tapi bagi yang miskin, boleh jadi jumlah itu adalah penghasilan selama
seminggu bekerja.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,Sedekah- satu dirham bisa melampaui 100 ribu
dirham. Orang-orang bertanya, Bagaimana bisa? Rasulullah menjawab, Seseorang hanya
memiliki dua dirham lalu menyedekahkan satu dirham, sedang orang yang lain memiliki harta
melimpah lalu mengambil sejumput hartanya senilai 100 ribu dirham, lalu ia bersedekah
dengannya. (HR. an Nasai).

Jalan Keluar Saat Gundah Ala Rasulullah


SAW
Seorang sahabat Abu Said al-Khudri r.a. meriwayatkan: Suatu hari, Rasulullah SAW masuk ke
dalam masjid. Di sana, beliau bertemu dengan seorang laki-laki dari kaum Anshar bernama Abu
Umamah. Beliau bertanya, Wahai Abu Umamah, mengapa kamu berada di masjid, padahal
sekarang bukan waktunya shalat? Ada apa gerangan? Abu Umamah menjawab, Gelombang
kebingungan merundungku karena utang-utangku, ya Rasulullah. Lalu Rasulullah SAW
besabda, Mau tidak, aku ajari kamu suatu doa yang apabila kamu membacanya, niscaya Allah
SWT menghilangkan kebingunganmu dan membayarkan utang-utangmu? Dengan senang hati
ya Rasulullah, jawab Abu Umamah.
Lalu Rasulullah SAW bersabda, Bacalah doa ini setiap pagi dan sore. Abu Umamah berkata,
Kemudian aku pun melaksanakannya dan ternyata benar, Allah SWT kemudian menghilangkan
kebingunganku dan membayarkan utangku.
Adapun doanya adalah: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kedukn.
Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari
sifat pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan tekanan orang
(HR Abu Dawud).
`allhumma `inn `adzubika minal hammi wal hazani, wa`adzubika minal ajzi wal- kasali,
wa`adzubika minal-jubni wal-bukhl, wa`adzubika min ghalabatid-daini waqahrir-rijl.

Hakikat Hidup di Dunia adalah seperti


Musafir
Dari Ibnu Umar radhiallohu anhuma beliau berkata: Rosululloh shalallahu alaihi wa sallam
pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, Jadilah engkau di dunia seperti orang
asing atau musafir. Ibnu Umar berkata: Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu
datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore.
Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati (HR. Bukhori)
Palingkan hatimu pada apa saja yang kau cintai
Tidaklah kecintaan itu kecuali pada cinta pertamamu
Yaitu Alloh jalla wa ala
Berapa banyak tempat tinggal di bumi yang ditempati seseorang
Dan selamanya kerinduannya hanya pada tempat tinggalnya yang semula Yaitu surga
Demikianlah, hal ini menjadikan hati senantiasa bertaubat dan tawadhu kepada Alloh jalla wa
ala. Yaitu orang yang hati mereka senantiasa bergantung pada Alloh, baik dalam kecintaan,
harapan, rasa cemas, dan ketaatan. Hati mereka pun selalu terkait dengan negeri yang penuh
dengan kemuliaan yaitu surga. Mereka mengetahui surga tersebut seakan-akan berada di depan
mata mereka. Mereka berada di dunia seperti orang asing atau musafir. Orang yang berada pada
kondisi seakan-akan mereka adalah orang asing atau musafir tidak akan merasa senang dengan
kondisinya sekarang. Karena orang asing tidak akan merasa senang kecuali setelah berada di
tengah-tengah keluarganya. Sedangkan musafir akan senantiasa mempercepat perjalanan agar
urusannya segera selesai.
Demikianlah hakikat dunia. Nabi Adam telah menjalani masa hidupnya. Kemudian disusul oleh
Nabi Nuh yang hidup selama 1000 tahun dan berdakwah pada kaumnya selama 950 tahun,
Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun (QS Al Ankabut: 14)
Kemudian zaman beliau selesai dan telah berlalu. Kemudian ada lagi sebuah kaum yang hidup
selama beberapa ratus tahun kemudian zaman mereka berlalu. Kemudian setelah mereka, ada
lagi kaum yang hidup selama 100 tahun, 80 tahun, 40 tahun 50 tahun dan seterusnya.
Hakikat mereka adalah seperti orang asing atau musafir. Mereka datang ke dunia kemudian
mereka pergi meninggalkannya. Kematian akan menimpa setiap orang. Oleh karena itu setiap
orang wajib untuk memberikan perhatian pada dirinya. Musibah terbesar yang menimpa
seseorang adalah kelalaian tentang hakikat ini, kelalaian tentang hakikat dunia yang sebenarnya.
Jika Alloh memberi nikmat padamu sehingga engkau bisa memahami hakikat dunia ini, bahwa
dunia adalah negeri yang asing, negeri yang penuh ujian, negeri tempat berusaha, negeri yang
sementara dan tidak kekal, niscaya hatimu akan menjadi sehat. Adapun jika engkau lalai tentang
hakikat ini maka kematian dapat menimpa hatimu. Semoga Alloh menyadarkan kita semua dari
segala bentuk kelalaian.

Nasihat Indah Malam Pertama Sesuai


Ajaran Nabi Muhammad SAW
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim . Rasulullah SAW begitu romantis kepada istrinya. Beliaupun
punya nasihat indah bagi setiap pengantin baru. Apa sajakah? Berikut nasihat beliau.
MENCIUM KENING
Malam pertama begitu indah, tapi kata Rasulullah, harus diiringi doa serta memberikan sentuhan
kemesraan perdana kepada istri. Rasulullah SAW bersabda: Apabila salah seorang dari kamu
menikahi wanita atau membeli seorang budak, maka peganglah ubun-ubunya lalu bacalah
basmalah serta doakanlah dengan doa berkah seraya mengucapkan: Ya Allah, aku memohon
kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan
kejelekan tabiat yang ia bawa. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, al-Hakim).
SALAT SUNAH
Agar pernikahan kita diiringi rida dan rahmat Allah, Rasul pun mengajarkan agar sebelum
berhubungan suami istri di malam pertama hendaknya salat sunah dua rakaat lebih dulu.
Anjuran ini bisa kita lihat dalam sebuah hadis dari Abu Said maula (budak yang telah
dimerdekakan) Abu Usaid. Ia berkata: Aku menikah ketika aku masih seorang budak. Ketika itu
aku mengundang beberapa orang Shahabat Nabi, diantaranya Abdullah bin Masud, Abu Dzarr
dan Hudzaifah radhiyallaahu anhum. Lalu tibalah waktu shalat, Abu Dzarr bergegas untuk
mengimami salat. Tetapi mereka berkata: Kamulah (Abu Said) yang berhak! Ia (Abu Dzarr)
berkata: Apakah benar demikian? Benar! jawab mereka. Aku pun maju mengimami mereka
salat. Ketika itu aku masih seorang budak. Selanjutnya mereka mengajariku, Jika isterimu nanti
datang menemuimu, hendaklah kalian berdua shalat dua rakaat. Lalu mintalah kepada Allah
kebaikan istrimu itu dan mintalah perlindungan kepada-Nya dari keburukannya. Selanjutnya
terserah kamu berdua (Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah).
DOA PEMBUKA
Setelah salat sunah dua rakaat, dianjurkan pula untuk berdoa. Sebagaimana hadis: Seorang
datang kepada Abdullah bin Masud radhiyallaahu anhu, lalu ia berkata, Aku menikah dengan
seorang gadis, aku khawatir dia membenciku. Abdullah bin Masud berkata, Sesungguhnya
cinta berasal dari Allah, sedangkan kebencian berasal dari setan, untuk membenci apa-apa yang
dihalalkan Allah. Jika isterimu datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan salat
dua rakaat di belakangmu. Lalu ucapkanlah (berdoalah): Ya Allah, berikanlah keberkahan
kepadaku dan isteriku, serta berkahilah mereka dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rezeki
kepadaku lantaran mereka, dan berikanlah rezeki kepada mereka lantaran aku. Ya Allah,
satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara kami (berdua) dalam
kebaikan. (lihat di Kitab al-Mushannaf).

MINUM SEGELAS AIR


Sebelum memulai hubungan kali pertama, Rasul berpesan agar jangan terburu-buru. Alangkah
baiknya dimulai dengan kelembutan dan kemesraan. Misalnya, dengan memberinya segelas air
minum atau yang lainnya. Sebagaimana hadis Asma binti Yazid binti as-Sakan r.a., ia berkata:
Saya merias Aisyah untuk Rasulullah SAW. Setelah itu saya datangi dan saya panggil beliau
supaya menghadiahkan sesuatu kepada Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk disamping
Aisyah. Ketika itu Rasulullah SAW disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu
beliau sodorkan kepada Aisyah. Tetapi Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu.
Asma binti Yazin berkata: Aku menegur Aisyah dan berkata kepadanya, Ambillah gelas itu
dari tangan Rasulullah SAW! Akhirnya Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya
sedikit. (HR. Ahmad di kitab Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah)
DOA SEBELUM BERHUBUNGAN
Subhanallah, Islam begitu indah mengatur hubungan suami istri. Setiap kali akan berhubungan
suami istri, selalu diingatkan untuk senantiasa berdoa: Bismillah, Allahumma jannibnaasy
syaithaana wa jannibisy syaithaana maa razaqtana.
Artinya: Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah aku dari setan dan jauhkanlah
syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami. (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW juga bersabda: Maka, apabila Allah menetapkan lahirnya seorang anak dari
hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak akan membahayakannya selama-lamanya.
(HR. Bukhari, Muslim).
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya .

Penjelasan Ilmiah Tentang Larangan Meniup


Air Panas
Teman-teman kisahislami pastinya pernah membaca dan mendengar Hadist Rasulullah SAW
berikut ini :Hadits Ibnu Abbas menuturkan : Bahwasanya Nabi Shallallaahu Alaihi Wassalam
melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya. (HR. At-Turmudzi dan dishahihkan
oleh Al-Albani).
Lebih lengkapnya, sebagai berikut : Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Nabi s.a.w.
melarang meniup dalam minuman.
Ada seorang lelaki berkata: Ada kotoran mata yang saya lihat di dalam wadah itu. Beliau
s.a.w. bersabda: Alirkanlah -sehingga kotoran itu hilang-. Orang itu berkata lagi:

Sesungguhnya saya ini belum merasa puas minum dari sekali nafas. Beliau s.a.w. lalu
bersabda: Kalau begitu singkirkanlah dulu wadahnya itu dari mulutmu -dan bernafaslah di luar
wadah-. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan
shahih.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. melarang kalau ditarik nafas
dalam wadah (tempat minum) atau ditiupkan di dalamnya. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
Jadi kita dilarang menarik napas dan mengeluarkan napas, baik dari hidung maupun dari mulut
ke dalam gelas yang kita gunakan untuk minum. Rasulullah SAW adalah utusan Allah SWT,
tentu yang Beliau sampaikan ada manfaatnya untuk umatnya.
Terbukti, setelah diteliti dari segi ilmu pengetahuan modern, seperti yang kita ketahui napas kita
mengeluarkan CO2 (Karbon dioksida), sedangkan kita bernapas memerlukan O2 (Oksigen),
maka dalam wadah yang tertutup oleh mulut, hidung dan muka kita tersebut, kita akan
menghirup kembali gas CO2.
Apalagi secara reaksi kimia, bila CO2 digabung dengan H2O (Air), maka akan membentuk
senyawa kimia H2CO3, sehingga lebih berbahaya lagi baik untuk diminum, maupun dihirup.
Nah, apakah H2CO3 itu?
H2CO3 adalah senyawa asam karbonat, atau dengan nama lain karbon dioksida dalam air. zat
asam inilah yang berbahaya bila masuk kedalam tubuh kita. Senyawa H2CO3 adalah senyawa
asam yang lemah sehingga efek terhadap tubuh memang kurang berpengaruh tapi ada baiknya
kalau kita mengurangi masuknya zat asam kedalam tubuh kita karena dapat membahayakan
kesehatan.
Reaksi antara CO2 dan H2O hanya terjadi pada suhu dan tekanan tinggi. CO2 dapat larut dalam
air dalam tekanan tinggi, membentuk H2CO3. pada 25 derajat celcius, Kc = 1.70 x 10-3. Untuk
mencapai keseimbangan, reaksi antara CO2 dan H2O membutuhkan katalisator. Kalau tidak ada
katalisator, reaksi ini akan berjalan lambat.
H2CO3 merupakan asam lemah.
Ketika air (H2O) tersebut dalam keadaan menguap, tentu saja langsung bereaksi, dan H2CO3
sebagai senyawa bentukannya ini bersifat korosif (karena asam karbonat membuat besi dan
logam menjadi berkarat).

Kisah Seseorang Menjadi Penghuni Surga


Karena Tidak Hasad

Diriwayatkan dari Anas bin Malik dia berkata, Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam , tiba-tiba beliau bersabda, Sebentar lagi akan datang seorang lakilaki penghuni Surga.
Kemudian seorang laki-laki dari Anshar lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudhu
masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal
Esok harinya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda lagi, Akan lewat di hadapan kalian
seorang laki-laki penghuni Surga.
Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya.
Besok harinya lagi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Akan lewat di hadapan
kalian seorang lelaki penghuni Surga!!
Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air
wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal .
Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin Ash
mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut, Aku sedang punya masalah
dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau
mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.
Dia menjawab, Silahkan!
Anas berkata bahwa Amr bin Ash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut
tidak pernah mendapatinya sedang qiyamul lail, hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia
membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu. Abdullah
juga mengatakan, Saya tidak mendengar ia berbicara, kecuali yang baik.
Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amalnya, ia
berkata, Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku,
hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau
bersabda, Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga. Selesai beliau
bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau.
Terang saja saya ingin menginap di rumahmu ini, untuk mengetahui amalan apa yang engkau
lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan
amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga
Rasulullah berkata demikian?
Kemudian lelaki Anshar itu menjawab, Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan
amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau
hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.
Abdullah bin Amr berkata, Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu,
sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya.

Ini dia, Makanan Pilihan Rasulullah SAW


untuk Ibu Hamil
Rasulullah Saw merekomendasikan beberapa makanan yang sehat untuk ibu hamil. Selain
bergizi untuk diri si ibu, makanan-makanan tersebut juga mencerdaskan otak bayi yang
dikandungnya. Apa sajakah makanan itu?
Kehamilan merupakan anugerah terindah bagi setiap orang tua. Karenanya, perlu menjaga
kesehatan si ibu dan kandungannya agar dapat lahir dengan selamat. Masa kehamilan sangat
menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak nantinya. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk pertumbuhan janin adalah memilih makanan yang sehat untuk ibu hamil.
Kesehatan janin dalam kandungan bergantung pada kesehatan fisik ibu. Salah satu hal yang
mendukung kesehatan ibu adalah makanan yang dia makan. Karena itu, Rasulullah Saw sangat
menekankan pentingnya perhatian terhadap makanan ibu hamil, khususnya makanan yang
berpengaruh pada sisi psikis dan spiritual anak.
Dalam sebuah hadist disebutkan, Orang yang sengsara telah sengsara sejak ia berada di perut
ibunya dan orang yang berbahagia telah berbahagia sejak ia berada di perut ibunya.
Maksud dari kebahagiaan dan kesengsaraan semasa di perut ibu adalah bahwa kondisi ibu
tersebut menciptakan potensi pada janin untuk menjadi bahagia atau sengsara di masa
mendatang. Sebagian penyakit yang diidap ibu dapat menular pada anak sehingga ia lahir dengan
penyakit bawaan dan ini merupakan sebagian dari kesengsaraan hidup baginya. Atau sebaliknya,
bayi akan lahir sehat dan kesehatannya itu akan terus dibawa selama hidupnya dan itu
merupakan bagian dari kebahagiaannya.
Berikut beberapa makanan yang dianjurkan Rasulullah Saw untuk dimakan ibu selama masa
kehamilan.
Pertama adalah buah pir. Rasulullah Saw bersabda, Makanlah buah pir karena buah itu dapat
membuat terang penglihatan dan menumbuhkan rasa cinta di hati. Dan berikanlah buah ini
kepada ibu yang sedang mengandung karena dapat mempercantik anak kalian.
Kedua, luban atau kemenyan Arab. Rasulullah Saw bersabda, Berilah luban (kemenyan Arab)
kepada istri kalian yang sedang mengandung karena itu dapat mencerdaskan anak yang sedang
dikandungnya.
Imam Ali bin Musa Ridha As berkata, Berikanlah luban kepada istri kalian yang sedang
mengandung. Jika bayi yang dikandungnya itu laki-laki, maka anak tersebut akan menjadi anak
yang cerdas, pandai, dan pemberani. Jika bayi yang dikandungnya itu perempuan, maka anak itu
akan menjadi cantik paras dan budi pekertinya, serta akan dihormati oleh suaminya.
Ketiga adalah buah kurma. Rasulullah Saw bersabda, Berikanlah buah kurma kepada istri kalian
di bulan ke sembilan kehamilannya karena hal itu dapat membuat anak yang ia lahirkan menjadi
orang yang berhati lembut dan bersih.

Para Imam Ahlul Bait As telah membuat daftar menu makanan yang sangat berguna bagi
kesehatan tubuh, seperti yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadist Ahlul Bait, misalkan AlKafi dan Makarim Al-Akhlaq. Makanan-makanan tersebut antara lain adalah buah delima, tin,
anggur, kismis, sayuran, daging, bubur daging, hijau-hijauan, dan jenis buah-buahan lainnya.
Buah Delima
Perbanyak pula makanan yang mengandung asam folat yang berguna untuk mencegah cacat
tabung saraf dan tulang belakang pada si kecil. Makanan yang mengandung asam folat terdapat
pada sereal, beras merah, jeruk, sayuran hijau, kacang-kacangan, brokoli, dan lainnya.
Selain itu, makanan yang dikonsumsi ibu hamil ada baiknya mengandung banyak zat besi. Zat
besi berguna untuk mencegah terjadinya anemia pada saat kehamilan. Anemia berbahaya sekali
bagi ibu hamil sehingga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan saat-saat persalinan.
Di lain pihak, mereka melarang kita untuk memakan makanan yang membahayakan kesehatan
seperti bangkai, darah, daging babi, arak, dan jenis-jenis makanan lain yang telah dilarang dalam
Alquran dan hadist Nabi Muhammad Saw.

Detik-Detik Umar Bin Khattab Masuk Islam


Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka
telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam
permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. 2:137)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad
dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.(Al
Quran). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang kepada (agama)-Nya,
niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan
limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepadaNya. (Q.S. 4:174-175)
Dari Jubair bin Nuthim r.a. berkata : Rasulullah saw. pernah bersabda : Hendaklah kamu
sekalian bergembira, karena sesungguhnya Al-Quran ini ujungnya (ada) di tangan Allah dan
ujungnya yang lain di tangan kamu sekalian; maka dari itu hendaklah kamu berpegang teguh
kepadanya, maka sungguh kamu tidak akan binasa dan tidak pula akan sesat selama-lamanya.
(Riwayat at-Thabrani)
Umar bin Khatthab adalah salah seorang sahabat terdekat Rasulullah saw. dan termasuk
khulafaurasyidin. Ia merupakan pribadi yang dibekali tabiat yang peka dan kuat. Bila ia
mengambil pendirian maka akan ia pegang hingga mencapai akhir. Semenjak belum mengenal

Islam-pun, sifat dan tabiatnya sudah seperti itu. Dalam sebuah riwayat yang menceritakan
bagaimana akhirnya Umar dapat tunduk terhadap ayat suci Al-Quran:
Pada suatu hari, Umar keluar dengan pedang terhunus dan melangkahkan kakinya ke rumah
Arqam, tempat Rasulullah saw. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Nuaim bin Abdillah. Nuaim
bertanya kepada Umar Hendak ke mana hai Umar?
Mencari si murtad itu jawab Umar, yang telah memecah belah kesatuan negeri Quraisy serta
mempersetankan cendekiawannya, menghina agamanya dan mencaci maki tuhan-tuhannya.
Akan saya tamatkan riwayatnya!
Umar merasa saat itu dirinyalah yang paling benar, bahkan sangat bencinya kepada Muhammad
dan mengatakan bahwa Muhammad dan pengikutnya telah murtad dari agama kaumnya. Hingga
kesabaran Umar habis dan dikejarnya Muhammad. Kemudian apa yang terjadi setelah itu?
Ketika diketahuinya dari Nuaim bahwa adiknya pun telah menjadi pengikut Muhammad, maka
langkah kakinya kini diarahkan ke rumah adiknya itu. Dengan amarah yang menyala-nyala Umar
pun sampai di sana. Akan tetapi ayat-ayat Allah mampu menundukkan Umar bin Khatthab. Ia
pun akhirnya menjadi pembela Islam yang paling unggul.
Inilah gambaran bahwa petunjuk Allah datang dalam kondisi yang beragam. Ia dapat turun ke
dalam berbagai macam komunitas dan kalangan. Bahkan terhadap orang yang teramat memusuhi
petunjuk itu sekalipun. Kisah Umar di atas merupakan gambaran bahwa seorang manusia pun
tidak lantas dengan mudah menilai manusia lainnya sebelum jelas bukti kebenarannya. Umar
melakukan yang demikian itu pun karena Rasulullah saw. pun pernah mengatakan Apakah
kamu bisa membelah isi hati manusia?.
Bagi seorang Umar bin Khatthab, rupa lahir yang tampak sekilas pandang tidaklah cukup untuk
mengadakan penilaian terhadap orang lain. Pernah didengarnya seseorang menyanjung orang
lain dengan ucapan:
Ia seorang yang lurus.
Maka ditanya oleh Umar:
Pernahkah suatu hari kamu mengadakan perjalanan bersamanya?
Tidak, jawabnya
Ataukah pernah kamu suatu kali bermusuhan dengannya?
Tidak
Kalau begitu tidak ada pengetahuanmu mengenai orang itu; mungkin kamu melihatnya sedang
shalat di masjid!

Beginilah Umar mencontohkan bagaimana kita sebaiknya membuat pandangan dan penilaian
terhadap orang lain yang belum kita kenal sepenuhnya. Apalagi kondisi zaman sekarang yang
serba tidak menentu. Dalam sebuah hadits dikatakan:
Dari Abdullah bin Amr r.a. berkata: saya pernah Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak
akan mencabut pengetahuan agama sesudah Ia memberikan kepada mereka dengan sekali cabut,
tetapi Dia mencabutnya dari mereka itu beserta kematian orang-orang yang berpengetahuan
agama dengan pengetahuan mereka, lalu tinggallah orang-orang yang bodoh, mereka meminta
fatwa, lalu mereka memberikan fatwa dengan pikiran mereka, maka mereka sama sesat dan
menyesatkan. (Riwayat Bukhari)
Di riwayat yang lain: Sehingga tidak ada lagi orang yang mengerti tentang urusan agama,
segenap manusia mengangkat ketua orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya, lantas
memberi fatwa dengan tidak ada pengetahuan, maka sesatlah mereka dan menyesatkan.
Berabad jaraknya antara hari ini dan zaman Rasulullah saw. Bahkan Rasulullah saw. mengatakan
akan datang suatu zaman kekacauan yang digambarkan dalam hadits di atas. Lantas bagaimana
caranya agar kita tetap bertahan dalam nilai kebenaran dan nilai petunjuk?
Petunjuk Nabi saw. adalah sebaik-baik petunjuk, seperti dikatakan oleh Umar ibnul Khaththab
r.a., Keduanya (Al-Quran dan sunnah) adalah kalam dan petunjuk, sebaik-baik kalam adalah
kalam Allah SWT dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw..
Umar mengutip redaksi ini dari sabda Rasulullah saw. yang diucapkan oleh beliau dalam
khotbahnya, Amma badu. Sesungguhnya sebaik-baik pembicaraan adalah Kitab Allah, dan
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk perkara adalah perbuatan
bidah, dan setiap bidah adalah sesat.
Inilah yang dapat dilakukan oleh kita selaku umat Islam, yaitu dengan tetap berpegang teguh
kepada apa yang telah disabdakan Nabi saw. seperti yang tertera dalam keterangan di atas.
Ditambah lagi, kondisi umat Islam yang hari ini semakin kritis, maka sangatlah diperlukan
hadirnya sebuah petunjuk yang betul-betul dapat menyelamatkan nasib umat Islam dunia.
Hadirnya petunjuk Allah dapat mengubah seorang Umar hingga ia jadi pembela Islam yang
tangguh. Mudah-mudahan pula citra petunjuk itu dapat kita gali dan maknai, agar umat Islam
mendapatkan kembali tempat kejayaannya di mata dunia. Manusia akan mencapai puncak
peradabannya, menjadi umat yang satu manakala mereka kembali kepada petunjuk Allah yang
hakiki, Al-Quran. Itulah jalan yang lurus yang dikehendaki oleh Allah.
Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para
nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan
yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang
yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-

Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
(Q.S. 2:213)[Iman Adipurnama]

Cara Ruqyah Pengobatan Rasulullah SAW


Ruqyah bukan pengobatan alternatif. Justru seharusnya menjadi pilihan pertama pengobatan
tatkala seorang muslim tertimpa penyakit. Sebagai sarana penyembuhan, ruqyah tidak boleh
diremehkan keberadaannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:
Sesungguhnya meruqyah termasuk amalan yang utama. Meruqyah termasuk kebiasaan para
nabi dan orang-orang shalih. Para nabi dan orang shalih senantiasa menangkis setan-setan dari
anak Adam dengan apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya.
Karena demikian pentingnya penyembuhan dengan ruqyah ini, maka setiap kaum Muslimin
semestinya mengetahui tata cara yang benar, agar saat melakukan ruqyah tidak menyimpang dari
kaidah syari.
Tata cara meruqyah adalah sebagai berikut:
1. Keyakinan bahwa kesembuhan datang hanya dari Allah.
2. Ruqyah harus dengan Al Quran, hadits atau dengan nama dan sifat Allah, dengan bahasa
Arab atau bahasa yang dapat dipahami.
3. Mengikhlaskan niat dan menghadapkan diri kepada Allah saat membaca dan berdoa.
4. Membaca Surat Al Fatihah dan meniup anggota tubuh yang sakit. Demikian juga membaca
surat Al Falaq, An Naas, Al Ikhlash, Al Kafirun. Dan seluruh Al Quran, pada dasarnya dapat
digunakan untuk meruqyah. Akan tetapi ayat-ayat yang disebutkan dalil-dalilnya, tentu akan
lebih berpengaruh.
5. Menghayati makna yang terkandung dalam bacaan Al Quran dan doa yang sedang dibaca.
6. Orang yang meruqyah hendaknya memperdengarkan bacaan ruqyahnya, baik yang berupa
ayat Al Quran maupun doa-doa dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Supaya penderita
belajar dan merasa nyaman bahwa ruqyah yang dibacakan sesuai dengan syariat.
7. Meniup pada tubuh orang yang sakit di tengah-tengah pembacaan ruqyah. Masalah ini,
menurut Syaikh Al Utsaimin mengandung kelonggaran. Caranya, dengan tiupan yang lembut
tanpa keluar air ludah. Aisyah pernah ditanya tentang tiupan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
dalam meruqyah. Ia menjawab: Seperti tiupan orang yang makan kismis, tidak ada air ludahnya
(yang keluar). (HR Muslim, kitab As Salam, 14/182). Atau tiupan tersebut disertai keluarnya

sedikit air ludah sebagaimana dijelaskan dalam hadits Alaqah bin Shahhar As Salithi, tatkala ia
meruqyah seseorang yang gila, ia mengatakan: Maka aku membacakan Al Fatihah padanya
selama tiga hari, pagi dan sore. Setiap kali aku menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan
aku ludahkan. Dia seolah-olah lepas dari sebuah ikatan. [HR Abu Dawud, 4/3901 dan Al Fathu
Ar Rabbani, 17/184].
8. Jika meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya, tidak masalah. Untuk media yang
paling baik ditiup adalah minyak zaitun. Disebutkan dalam hadits Malik bin Rabiah, bahwa
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Makanlah minyak zaitun , dan olesi tubuh dengannya. Sebab ia berasal dari tumbuhan yang
penuh berkah.[Hadits hasan, Shahihul Jami (2/4498).]
9. Mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan. Ini berdasarkan hadits Aisyah, ia berkata:
Rasulullah, tatkala dihadapkan pada seseorang yang mengeluh kesakitan, Beliau mengusapnya
dengan tangan kanan. [HR Muslim, Syarah An Nawawi (14/180].
Imam An Nawawi berkata: Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk mengusap orang yang sakit
dengan tangan kanan dan mendoakannya. Banyak riwayat yang shahih tentang itu yang telah aku
himpun dalam kitab Al Adzkar. Tindakan yang dilakukan sebagian orang saat meruqyah
dengan memegangi telapak tangan orang yang sakit atau anggota tubuh tertentu untuk dibacakan
kepadanya, (maka) tidak ada dasarnya sama sekali.
10. Bagi orang yang meruqyah diri sendiri, letakkan tangan di tempat yang dikeluhkan seraya
mengatakan ?????? ???? (Bismillah, 3 kali).
Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya dari setiap kejelekan yang aku jumpai dan aku
takuti.[HR Muslim, kitab As Salam (14/189).]
Dalam riwayat lain disebutkan Dalam setiap usapan. Doa tersebut diulangi sampai tujuh kali.
Atau membaca :
Aku berlindung kepada keperkasaan Allah dan kekuasaanNya dari setiap kejelekan yang aku
jumpai dari rasa sakitku ini.[Shahihul Jami, no. 346]
Apabila rasa sakit terdapat di seluruh tubuh, caranya dengan meniup dua telapak tangan dan
mengusapkan ke wajah si sakit dengan keduanya.[Fathul Bari (21/323). Cara ini dikatakan oleh
Az Zuhri merupakan cara Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam meniup. ]
11. Bila penyakit terdapat di salah satu bagian tubuh, kepala, kaki atau tangan misalnya, maka
dibacakan pada tempat tersebut. Disebutkan dalam hadits Muhammad bin Hathib Al Jumahi dari
ibunya, Ummu Jamil binti Al Jalal, ia berkata: Aku datang bersamamu dari Habasyah. Tatkala
engkau telah sampai di Madinah semalam atau dua malam, aku hendak memasak untukmu,
tetapi kayu bakar habis. Aku pun keluar untuk mencarinya. Kemudian bejana tersentuh tanganku
dan berguling menimpa lenganmu. Maka aku membawamu ke hadapan Nabi. Aku berkata:
Kupertaruhkan engkau dengan ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, ini Muhammad bin Hathib.

Beliau meludah di mulutmu dan mengusap kepalamu serta mendoakanmu. Beliau Shallallahu
alaihi wa sallam masih meludahi kedua tanganmu seraya membaca doa:
Hilangkan penyakit ini wahai Penguasa manusia. Sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh.
Tidak ada kesembuhan kecuali penyembuhanMu, obat yang tidak meninggalkan penyakit[Al
Fathu Ar Rabbani (17/182) dan Mawaridu Azh Zham-an, no. 1415-1416].
Dia (Ummu Jamil) berkata: Tidaklah aku berdiri bersamamu dari sisi Beliau Shallallahu alaihi
wa sallam, kecuali tanganmu telah sembuh.
12. Apabila penyakit berada di sekujur badan, atau lokasinya tidak jelas, seperti gila, dada sempit
atau keluhan pada mata, maka cara mengobatinya dengan membacakan ruqyah di hadapan
penderita. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Shallallahu laihi wa sallam meruqyah
orang yang mengeluhkan rasa sakit. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah, dari Ubay bin Kab ,
ia berkata: Dia bergegas untuk membawanya dan mendudukkannya di hadapan Beliau
Shallallahu alaihi wa salla,m . Maka aku mendengar Beliau membentenginya (tawidz) dengan
surat Al Fatihah.[Al Fathu Ar Rabbani (17/183)]
Apakah ruqyah hanya berlaku untuk penyakit-penyakit yang disebutkan dalam nash atau
penyakit secara umum? Dalam hadits-hadits yang membicarakan terapi ruqyah, penyakit yang
disinggung adalah pengaruh mata yang jahat (ain), penyebaran bisa racun (humah) dan penyakit
namlah (humah). Berkaitan dengan masalah ini, Imam An Nawawi berkata dalam Syarah Shahih
Muslim: Maksudnya, ruqyah bukan berarti hanya dibolehkan pada tiga penyakit tersebut.
Namun maksudnya bahwa Beliau ditanya tentang tiga hal itu, dan Beliau membolehkannya.
Andai ditanya tentang yang lain, maka akan mengizinkannya pula. Sebab Beliau sudah memberi
isyarat buat selain mereka, dan Beliau pun pernah meruqyah untuk selain tiga keluhan tadi.
(Shahih Muslim, 14/185, kitab As Salam, bab Istihbab Ar Ruqyah Minal Ain Wan Namlah).

Penelitian dari Ilmu Kedokteran: Manfaat


Mandi Subuh
Bismillahirrahmanirrahim
- Menurut riwayat, Rasullulah sallallahu wa alaihi`wa sallam
tak pernah sakit sepanjang hayatnya karena pandai menjaga
Kesehatannya dan salah satu aktivitas rutin Rasullulah
adalah beliau selalu menjaga makanan sehari2nya dan selalu
mandi sebelum subuh.

- Rasullulah sallallahu wa alaihi`wa sallam bersabda yang


artinya Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih
dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (HR Muslim). Ya,
hanya dengan tubuh yang sehat kita bisa melakukan berbagai aktivitas di dunia ini dengan
sempurna.
- Dr. Abdul Hamid Dayyat, dari Universitas Kairo Mesir
menjelaskan manfaat kesehatan yang diperoleh seseorang dari aktivitas bangun Subuh ( fajar )
dan mandi pada waktu fajar, diantaranya adalah gas O3. Pada waktu fajar kandungan gas O3
sangat melimpah kemudian berkurang sedikit demi sedikit hingga habis ketika matahari
terbenam pada sore hari. Gas O3 mempunyai pengaruh yang positif pada urat syaraf,
mengaktifkan kerja otak dan tulang. Ketika seseorang menghirup udara fajar maka akan
merasakan kenikmatan dan kesegaran tiada tara .
- Sementara itu dari beberapa penelitian didapati kesimpulan
bahwa sebaiknya seseorang membiasakan mandi Subuh dengan air dingin, karena mandi pada
waktu subuh dengan air dingin memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh diantaranya adalah :
1. Melancarkan Peredaran darah. Mandi subuh ternyata memiliki manfaat yang luar biasa bagi
kesehatan. Menurut Dr. dr. Aru W. Sudoyo, MD dokter spesialis penyakit dalam dari FK UI dan
RS Medistra, mandi pagi secara medis akan merangsang sistem peredaran darah dan persyarafan
menjadi lebih aktif. Hal ini timbul sebagai reaksi terhadap rangsangan suhu dingin secara
singkat. Sepanjang seseorang tidak sakit, maka mandi subuh atau
sebelum subuh memberikan efek positif karena tubuh dicambuk oleh temperature rendah.
2. Membuat kulit menjadi halus dan cantik. dr. Midi Hariyani, SpKK spesialis kulit dan kelamin
dari klinik nusantara kuningan menyebutkan bahwa dengan mandi subuh dapat membangunkan
tubuh yang terlelap dimana metabolisme tubuh sedang melambat.Diibaratkan membangunkan
mesin yang awalnya pelan kemudian dinaikkan. Suhu tubuh akan dinaikkan mencapai
kestabilan. Jantung menjadi terpacu untuk bangun,adrenalin meningkat, pembuluh darah jadi
lebih lancar untuk bergerak sehingga aliran darah dalam tubuh menjadi sangat baik termasuk
aliran ke kulit, jaringan kulit akan membaik tidak kering dan menjadi lebih kenyal / lembab.
Mandi dengan air dingin juga mampu mengurangi noda hitam pada lingkaran bawah mata
sehingga wajah terlihat lebih cerah dan kulit tampak lebih fresh
3. Mampu menurunkan resiko darah tinggi. Menurut Frederic Premji serang hypnotherapis dari
The American Board Of Hypnotherapy bahwa Mandi dengan air dingin juga mampu
menurunkan resiko timbulnya darah tinggi, varises dan mengerasnya pembuluh darah, hal ini
terjadi karena air
dingin akan melancarkan sirkulasi darah keseluruh organ-organ tubuh.
4. Mampu meningkatkan sel darah putih. Mandi dengan air dingin pada waktu subuh akan
meningkatkan sel darah putih dalam tubuh yang berakibat meningkatnya daya tahan tubuh dalam
melawan virus yang masuk kedalam tubuh, dan tubuhpun akan menjadi lebih sehat dan bugar.

5. Mampu meningkatkan kesuburan. Mandi dengan air dinginpun memiliki efek positif bagi
kesehatan reproduksi, karena mandi dengan air dingin dapat meningkatkan produksi hormon
testosterone pada pria dan hormon estrogen pada wanita yang berpengaruh pada meningkatnya
kesuburan dan gairah seksual.
6. Membuat rambut lebih sehat. Apasih yang terjadi dengan rambut bila dibilas dengan air dingin
? ternyata air dingin dapat menutupi kutikula rambut, sehingga mampu mengurangi kerontokan.
Air dinginpun mampu melindungi rambut dari kotoran-kotoran yang biasanya menempel pada
kulit kepala, dengan demikian rambut akan lebih sehat dan kuat.
tambahan lagi, kelebihan mandi sebelum subuh juga mampu Meredakan Depresi. Mandi dengan
air dingin juga berpengaruh pada jiwa, menjadikan jiwa dan pikiran lebih tenang dan
bersemangat menjalankan aktivitas sehari hari.
- Catatan : Untuk mereka yang memiliki penyakit berat
sebaiknya mandi dengan suhu air hangat (bukan panas) yang
mendekati suhu tubuh sehingga sistem penyesuaian atau
adaptasi yang sedang lemah tidak dirangsang secara paksa.
Khusus untuk penderita eksim dan rematik sebaiknya tidak
melakukan aktivitas mandi sebelum subuh ini kecuali dengan
air hangat. Para penderita eksim jika mandi menggunakan air
dingin akan menyebabkan gatal gatal pada kulit, sedangkan
penderita rematik akan meningkatkan radang sendinya.
Perubahan suhu yang terlalu mendadak juga dapat menyebabkan aliran darah terganggu sehingga
tekanan darah lebih tinggi dari biasanya yang menyebabkan munculnya hipertensi dan jantung.
- Demikian beberapa manfaat mandi fajar dengan air dingin,
yang ternyata memberikan dampak baik bagi kesehatan. Untuk itu mari kita membiasakan diri
untuk mandi diwaktu subuh/fajar dengan air dingin. Semoga yang sedikit ini memberi manfaat.

Orang Pertama Yang Dihukum Di Akhirat


Rasulullah SAW. bersabda:
Pada hari kiamat Allah akan menghukum semua makhluk dan semua makhluk tertekuk lutut.
Pada hari itu orang yang pertama sekali akan dipanggil ialah orang yang mengerti Al-Quran,
kedua orang yang mati fisabilillah dan ketiga ialah orang kaya.
Allah akan bertanya kepada orang yang mengerti Al-Quran: Bukankah Aku telah mengajar
kepadamu apa yang Aku turunkan kepada utusan-Ku..?

Orang itu menjawab: Benar Ya Tuhanku. Aku telah mempelajarinya di waktu malam dan
mengerjakannya di waktu siang.
Allah berfirman, yang artinya: Dusta! Kamu hanya mahu digelar sebagai Qari dan Qariah,
malaikat juga berkata demikian.
Datang orang kedua, lalu Allah bertanya: Kenapa kamu terbunuh..? Jawab orang itu: Aku
telah berperang untuk menegakkan agama-Mu.
Allah berfirman: Dusta! Kamu hanya ingin disebut pahlawan yang gagah berani dan kamu telah
mendapat gelaran tersebut, malaikat juga berkata demikian.
Kemudian datang orang ketika pula: Apa kamu buat terhadap harta yang Aku berikan
kepadamu..? Jawab orang itu:
Aku gunakan untuk membantu kaum keluargaku dan juga untuk bersedekah.
Lantas Allah berfirman: Dusta! Kamu hanya ingin disebut dermawan dan kamu telah dikenali,
malaikat juga berkata demikian.
Sabda Rasulullah SAW lagi:
Ketiga-tiga orang inilah yang pertama-tama akan dibakar dalam api neraka.

Peringatan Rasulullah SAW Akan Kaum


Wanita
Sahabat Ali ra suatu ketika melihat Rasulullah saw menangis manakala ia datang bersama
Fatimah. Lalu dia bertanya mengapa Rasulullah saw menangis. Beliau menjawab; Pada malam
aku di-isra- kan, aku melihat perempuan-perempuan sedang disiksa dengan berbagai siksaan
didalam neraka. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena menyaksikan mereka disiksa
dengan sangat berat dan mengerikan. Putri Rasulullah saw kemudian menanyakan apa yang
dilihat ayahandanya. Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih.
Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair
dituangkan ke dalam tengkoraknya.
Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku
lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari
duburnya sementara malaikat memukulnya dengan gada dari api neraka, kata Nabi saw

Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu?


Rasulullah menjawab, Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga
otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki
yang bukan muhrimnya.
Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang menyusui anak orang lain tanpa seizin
suaminya.
Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia
keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan
nifas.
Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan
muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.
Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia
memperkenalkan dirinya kepada orang lain yang bukan muhrim dan dia bersolek supaya
kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.
Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. Betapa wanita itu
digambarkan sebagai tiang negara, rusak tiang, maka rusak pula negara, akhlak dan moral.
Meski demikian, laki-laki yang bermaksiat kepada Allah juga tidak sedikit yang masuk neraka.
Ayah-ayah yang membiarkan anak perempuanya tidak memakai kerudung dan mengumbar aurat
didepan orang lain
Surga dan Neraka adalah soal pilihan. Tergantung bagaimana manusia menjalani hidupnya
dialam jagad raya. kalau mau selamat, maka patuhlah kepada Al-Quran dan hadist, balasanya
adalah surga dengan segala kenikmatan didalamnya. Kalau mau celaka dengan mendurhakai Al
Quran dan hadist, maka Allah sudah menyediakan penjara yang sangat mengerikan, yaitu
neraka dengan api dan siksaan yang sangat pedih dan tidak terbayangkan oleh manusia
sebelumnya.
( Hadist Hadist )
Dalam sebuah hadist yang diwirayatkan oleh Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda:
Neraka diperlihatkan kepadaku. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita..
(HR Ahmad)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya wanita adalah aurat, maka
jika dia keluar (rumah) Syaithan akan mengikutinya (menghiasainya agar menjadi fitnah bagi
laki-laki), dan keadaanya yang paling dekat dengan Rabbnya (Allah Azza wa Jalla) adalah ketika
dia berada di dalam rumahnya. [HR Ibnu Khuzaimah (no. 1685), Ibnu Hibban (no. 5599) dan
at-Thabrani dalam al-Mu'jamul ausath (no. 2890), dinyatakan shahih oleh Ibnu Khuzaimah,
Ibnu Hibban]

Tabarruj akan membawa laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam: Akan ada di akhir umatku (nanti) wanita-wanita yang berpakaian
(tapi) telanjang, di atas kepala mereka (ada perhiasan) seperti punuk unta, laknatlah mereka
karena (memang) mereka itu terlaknat (dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa Taala) [HR
ath-Thabrani dalam al-Mujamush shagiir (hal. 232) dinyatakan shahih sanadnya dalam kitab
Jilbaabul mar-atil muslimah (hal. 125).].
( Ayat Al Quran )
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Dan janganlah kalian (para wanita) bertabarruj (sering keluar rumah dengan berhias dan
bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu [al-Ahzaab:33]
Allah Jalaa Jalaaluh berfirman:
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang
mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak
diganggu/disakiti. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [al-Ahzaab: 59]
Allah Jalaa Jalaaluh berfirman:
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh Syaitan sebagaimana dia telah
mengeluarkan kedua ibu bapakmu (Adam dan Hawa) dari Surga, dia menanggalkan dari
keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya [al-Araaf: 27]

Abu Bakar r.a Menangis Di Saat yang Lain


Gembira
Diriwayatkan bahwa setelah turun wahyu Al quran Surat Almaidah ayat 3, menangislah Umar
bin Khattab ra. Maka Nabi SAW berkata kepadanya, Apakah gerangan yang menyebabkan
engkau menangis, hai Umar?
Umar menjawab, Kita semua sudah berada dalam agama yang sempurna. Tetapi bila ia sudah
sampai kepada titik puncak kesempurnaan, maka diatas itu tidak ada lagi yang lain, kecuali suatu
kemunduran.
Nabi menukas, Benar engkau!
Ayat Al-Maidah 3 diturunkan di Padang Arafah pada hari Jumat sesudah Ashar, yakni di saat
Nabi berkendaraan di atas untanya. Sesudah itu apa-apa yang berkenaan dengan perintahperintah yang fardhu tidak turun- turun lagi dari langit.

Pada mulanya Nabi tidak mampu untuk mendugaduga kemungkinan- kemungkinan yang terselip
dalam arti yang di atas sehingga beliau hanya terengah dan bertelekan di atas untanya saja. Unta
pun berhenti terhenyak dan Malaikat Jibril pun datanglah sambil berkata kepada Nabi, Ya
Muhammad! Hari ini telah sempurna urusan agamamu, telah selesai apa yang diperintahkan
Tuhanmu dan juga segala apa yang dilarangNya. Dari itu, kumpulkanlah semua sahabatmu, dan
beritahukan kepada mereka, bahwa aku tidak akan turun- turun lagi membawa wahyu kepadamu
sesudah hari ini!
Maka pulanglah Nabi dari Makkah kembali ke Madinah. Di sana dikumpulkanlah oleh beliau
para sahabatnya dan dibacakanlah ayat ini kepada mereka serta diberitahukannya apa yang
dikatakan Jibril padanya itu.
Semua sahabat menjadi gembira mendengarnya kecuali Abu Bakar. Para sahabat berkata, Telah
sempurnalah agama kita!
Tetapi Abu Bakar Asshidiq pulang ke rumahnya sendirian dalam keadaan murung dan sedih.
Dikuncinya pintu rumahnya dan ia pun sibuk menangis sepanjang malam dan siang. Hal itu
didengar oleh para sahabat dan mereka berkumpul bersama-sama untuk mendatangi rumah Abu
Bakar assidiq ra.
Kenapa kerjamu menangis saja, hai Abu bakar, di saat orang lain semua bersuka ria. Bukankah
Tuhan telah menyempurnakan agama kita? tanya para sahabat.
Abu bakar sidiq ra menjawab: Kamu semua tidak tahu bencana-bencana apakah kelak yang
akan terjadi menimpa kita semua. Apakah kamu tidak mengerti bahwa tidak ada sesuatu apabila
ia telah sampai kepada titik kesempurnaan, melainkan itu berarti permulaan kemerosotannya.
Dalam ayat terbayang perpecahan di kalangan kita nanti, dan nasib HAaan Husein yang akan
menjadi anak yatim, serta para isteri Nabi yang menjadi janda.
Mendengar itu terpekiklah para sahabat dan dalam suasana penuh keharuan mereka menangislah
semuanya, dan terdengarlah ratap tangis yang sayu dari rumah Abu Bakar itu oleh para tetangga
yang lain. Mereka datang langsung kepada Nabi Muhammad SAW sendiri sambil menanyakan
kepada beliau tentang hakikat kejadian yang sebenarnya.
Ya Rasul Allah, kami tidak tahu keadaan yang menimpa diri para sahabat, kecuali kami hanya
mendengar pekik tangis mereka belaka.
Mendengar itu berubahlah wajah Rasulullah dan ia pun bertanya, : Apakah yang kalian
tangiskan?
Yang menjawab adalah Ali, Abu bakar berkata kepada kami, Sesungguhnya aku mendengar
angin kematian RAsulullah berdesir melalui ayat ini, dan dapatkah ayat ini dijadikan bukti bagi
kematian engkau?
Nabi menjawab, Benarlah Abu Bakar dalam segala apa yang dikatakannya itu. Telah dekat
masa kepergianku dari kalian semua, dan telah datang masa perpisahanku dengan kalian semua.

Penegasan Nabi itu adalah isyarat, bahwa benarlah Abu bakar seorang yang paling arif dan
cerdas di antara para sahabat Nabi. Dan ketika Abu Bakar mendengar ucapan Nabi itu, ia pun
berteriak dan lantas jatuh pingsan. Ali menjadi gemetar, para sahabat menjadi gelisah; mereka
semua ketakutan dan menangis menjadi-jadi. Begitu juga para malaikat di langit, makhlukmakhluk yang melata di bumi. [belidomuda]

Rasulullah SAW Mengusir Mereka di Padang


Mahsyar
Sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu mengisahkan:
Pada suatu hari Nabi shallallahu alaihi wasallam mendatangi kuburan, lalu beliau mengucapkan
salam:
Semoga keselamatan senantiasa menyertai kalian wahai penghuni kuburan dari kaum mukminin
dan kami insya Allah pasti akan menyusul kalian.
Selanjutnya beliau bersabda: Aku sangat berharap untuk dapat melihat saudara-saudaraku.
Mendengar ucapan ini, para shahabat keheranan, sehingga mereka bertanya, Bukankah kami
adalah saudara-saudaramu, wahai Rasulullah?
Rasulullah menjawab,
Kalian adalah shahabat-shahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah ummatku yang akan
datang kelak.
Kembali para shahabat bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana engkau dapat mengenali
ummatmu yang sampai saat ini belum terlahir?
Beliau menjawab,
Menurut pendapat kalian, andai ada orang yang memiliki kuda yang di dahi dan ujung-ujung
kakinya berwarna putih dan kuda itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna
hitam legam, tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya?
Para shahabat menjawab, Tentu saja orang itu dengan mudah mengenali kudanya.
Maka, Rasulullah menimpali jawaban mereka dengan bersabda,

Sejatinya ummatku pada Hari Kiyamat akan datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung
tangan dan kakinya bersinar pertanda mereka berwudlu semasa hidupnya di dunia.
Aku akan menanti ummatku di pinggir telagaku di alam mahsyar. Dan ketahuilah, bahwa akan
ada dari ummatku yang diusir oleh malaikat, sebagaimana seekor onta yang tersesat dari
pemiliknya dan mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga iapun diusir.
Melihat sebagian orang yang memiliki tanda-tanda pernah berwudlu, maka aku memanggil
mereka, Kemarilah!
Namun, para malaikat yang mengusir mereka berkata,
Sejatinya mereka sepeninggalmu telah merubah-rubah ajaranmu.
Mendapat penjelasan semacam ini, maka aku berkata,
Menjauhlah, menjauhlah, wahai orang-orang yang sepeninggalku merubah-rubah ajaranku!
[HR. Bukhari Muslim]
Anda tidak ingin bernasib seperti mereka?
Tentu jawabannya, Tidak!
Karena itu, mari kita menjaga kemurnian ajaran beliau dan mengamalkannya dengan seutuhnya
tanpa ditambah atau dikurangi.
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang mendapat syafaat Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam pada Hari Kiyamat kelak. Amiin

Meninggal Di Malam Dan Hari Jumat


Hari Jumat memiliki keutamaan sangat banyak yang tak dimiliki hari-hari selainnya. hari Jumat
juga merupakan raya umat Islam yang terulang-ulang setiap pekan. Hal ini sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Shalallahu alaihi
wasallam bersabda pada suatu Jumat,
Wahai segenap kaum muslimin, sesungguhnya ini adalah hari yang dijadikan oleh
Allah Subhanahu wataala sebagai hari raya bagi kalian. (HR. ath-Thabarani dalam alMujamash-Shaghir dan dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami)

Tentang keistimewaan hari Jumat, beberapa riwayat hadits juga menerangkan bahwa seseorang
akan terlepas atau terpelihara dari adzab kubur atau fitnah kubur apabila kematiannya pada hari
Jumat.
Diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dalam Sunan-Nya, dari hadits Abdullah bin Amr Radhiyallahu
Anhu, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,
Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat melainkan Allah
melindunginya dari siksa kubur. (HR. Al-Tirmidzi, no. 1043)
Para ulama berselisih tentang status hadits ini. Imam al-Tirmidzi menyifatinya sebagai hadits
gharib dan terputus sandanya. Al-Hafidz Ibnu Hajar menyifatinya sebagai hadits sanadnya dhaif.
Sementara Syaikh al-Albani dalam Ahkam Janaiz-nya (hal. 49-50) menyatakan, hadits tersebut
hasan atau shahih dengan dikumpulkan semua jalurnya.
Al-Mubarakfuri dalam Syarh al-Tirmidzi menjelaskan makna fitnah kubur pada hadits di atas,
Maksudnya: siksanya dan pertanyaannya. Dan itu mengandung makna mutlak dan taqyid. Dan
makna pertama lebih tepat dengan disandarkan kepada karunia Allah. (Tuhfah al-Ahwadi:
4/160).
Dan keterangan ini hanya tanda atau indikasi baik bagi orang muslim yang meninggal pada hari
tersebut. Tidak menjadi dasar pasti untuk memastikan secara personal bahwa dia benar-benar
aman dari siksa kubur.
Masalahnya kita tidak tau akan meninggal kapan. Yang jelas maut itu pasti akan kita hadapi dan
kita tidak bisa memilih untuk meninggal kapan, atau minta segera dimajukan dan dimundurkan
barang sedetikpun.
Yang bisa kita lakukan adalah memupuk dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita
terhadap Allah SWT dan Rasulnya, berdoa agar meninggal dalam keadaan baik atau Husnul
Khotimah. Wallahu Taala Alam

Dzikir Singkat Pahala Hebat


Sahabat, kadang kita hanya mempunyai waktu istirahat sedikit seusai mengerjakan shalat sampai
rasanya tidak sempat berdzikir.
Namun, Baginda Rasulullah Saw telah mengajarkan kita DZIKIR SINGKAT yang pahalanya
sama dengan dzikir berjam-jam!!
Ini bacaannya, diulang 3 kali:

? SubhanAllaahi wabihamdihi, adada khalqihi waridha nafsihi wazinata arsyihi wamidaada


kalimatihi ?
Maha Suci Allah dengan segala puji bagi-Nya, sebanyak hitungan makhluk-Nya, menurut
keridhoan-Nya, menurut arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-Nya
Sumber :
Nabi salallaahu alihi wasalam keluar dari rumah Juwairiyah pada pagi hari usai shalat subuh dan
dia (Juwairiyah) tetap di tempat shalatnya.
Kemudian Rasulullah kembali pada waktu Dhuha sedangkan Juwairiyan masih duduk ditempat
shalatnya. Lalu Rasulullah menyapanya : Ya Juwairiyah, kamu masih di tempat shalatmu?
Juwairiyah menjawab : Ya, saya masih di tempat semula, ya Rasulullah.
Rasulullah berkata : Setelah keluar tadi aku mengucapkan kalimat (dzikir diatas) sebanyak tiga
kali, yang kalimat tersebut jika dibandingkan dengan apa yang kamu baca seharian, tentu akan
sebanding. [HR. Muslim 4905]

Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Pemersatu


Ummat Islam
Suatu hari Nabi shallallahu alaihi wasallam sedang memangku cucunya Al Hasan bin Ali bin
Abi Thalib.
Sambil memangku cucunya, beliau berbicara kepada kami. Sesekali beliau menghadap kepada
kami dan sesekali beliau mencium cucunya.
Lalu beliau bersabda:
Sejatinya cucuku ini adalah seorang pemimpin besar. Dan bila ia berumur panjang, niscaya dia
akan mempersatukan/mendamaikan antara dua kelompok ummat Islam yang sedang bertikai.
[Ahmad dan lainnya]
Sungguh benar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Pada tahun 40 atau 41 Hijriyah, setelah melalui peperangan sengit antara pasukan shahabat
Muawiyyah dan Pasukan shahabat Al Hasan bin Ali bin Ai Thalib, kebesaran jiwa Al Hasan
cucu Nabi shallallahu alaihi wasallam benar-benar terbukti.

Dengan segala kebesaran jiwanya, Beliau menyerahkan kepemimpinan ummat Islam kepada
shahabat Muawiyyah, demi menyatukan ummat Islam.
Sejak saat itulah ummat Islam bersatu di bawah kepemimpinan shahabat Muawiyyah dan
terbuktilah kebenaran sabda Nabi, bahwa cucunya ini menyatukan antara dua kelompok dari
UMMAT ISLAM yang bertikai.
Dan, selanjutnya tahun serah terima kekuasaan ini dikenal dengan sebutan TAHUN
PERSATUAN.
Semoga Allah menyatukan kita bersama shahabat Al Hasan bin Ali dan juga shahabat
Muawiyah di Surga-Nya. Aamiin.

Rasulullah SAW Kagum dengan Ummu


Fasyar al-Anshariah
Walaupun tanah Arab adalah tanah yang sering kali kering, tetapi para penduduknya banyak juga
yang berkebun. Salah satunya adalah Ummu Fasyar al-Anshariah. Ummu Fasyar al-Anshariah
menanam pohon kurma di kebunnya. Tanah yang dipunyainya tidak terlalu luas. Tapi, jika
sedang panen kurma, ia biasanya akan mendapatkan hasil panen yang tidak sedikit.
Setiap hari, Ummu Fasyar al-Anshariah menyiram kebun kurmanya. Itu memang karena ia
tinggal sendiri. Umurnya pun sudah berangkat senja. Tetapi, wanita itu tetap bersemangat, segar
mengerjakan pekerjaan sehari-harinya.
Suatu hari, Rasulullah mendatangi perkebunan Ummu Fasyar al-Anshariah. Alangkah takjubnya
beliau ketika melihat hasil kebun yang dikerjakan oleh Ummu Fasyar al-Anshariah. Begitu bagus
dan terawatnya kebun itu.
Assalamu`alaikum, ya Ummu Fasyar, sapa Rasulullah.
Wanita yang tidak muda itu mendongak. Ketika dilihatnya siapa yang menyapa, betapa
gembiranya Fasyar. Hari ini Rasulullah mengunjunginya. Tentunya ada keberkahan yang hadir
di tempat ini, begitu pikir Ummu Fasyar al-Anshariah. Maka, ia pun serta merta menjawab,
Wa`alaikumussalam. Senang sekali melihat engkau dapat berkunjung kemari, ya Rasulullah.
Adakah suatu hal penting yang ingin kausampaikan kepadaku?
Rasulullah tersenyum, Aku hanya ignin menengokmu.

Ummu Fasyar al-Anshariah semakin merona wajahnya karena gembira. Ia tidak menyangka
bahwa Rasulullah masih menyempatkan diri berkunjung ke kediamannya. Padahal, Ummu
Fasyar al-Anshariah tahu bahwa pekerjaan Rasulullah sangat banyak. Ia terharu begitu dalam.
Ya Ummu Fasyar, bagaimana kebunmu sekarang ini?
Alhamdulillah, semuanya terurus dengan baik, ya Rasulullah, jawab Ummu Fasyar alAnshariah.
Engkau yang mengurusnya sendirian? tanya Rasulullah lagi.
Betul.
Dan engkau pula yang mengairinya setiap hari?
Aku senang mengerjakannya, ya Rasulullah.
Rasulullah mengangguk-anggukkan kepalanya. Kebun itu tidak terlalu luas. Tetapi untuk
seorang perempuan, tentunya memerlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit.
Jika sudah berbuah, biasanya apa yang kaulakukan pada hasil panenmu? Rasulullah kemudian
bertanya lagi setelah memandangi kebun.
Ummu Fasyar al-Anshariah tersenyum. Ya Rasulullah, aku mempersilahkannya bagi mereka
yang ingin mengambilnya.
Maksudmu?
Jika mereka menginginkan dan membutuhkannya, mereka bisa mengambilnya dari sini
kapanpun mereka mau. Berapa banyakpun mereka butuhkan.
Rasulullah semakin kagum kepada wanita itu. Ummu Fasyar al-Anshariah sendiri tampak senang
bahwa Rasulullah ternyata memperhatikan kebun dan apa yang dikrjakannya kepada kebunnya
itu.
Terus, apa yang kauminta sebagai ganti mereka mengambil kurmamu?
Aku tidak meminta apa-apa dari mereka, ya Rasulullah. Aku lakukan ini hanya karena aku ingin
bisa mengerjakan sesuatu yang berguna bagi orang lain
Mendengar itu, Rasulullah berkata, Seorang Muslim yang menanam tanaman, muda atau tua
umurnya, lalu buahnya atau daunnya dimakan oleh manusia, hewan, burung, atau binatang buas,
semuanya adalah sedekah darinya.

Rasulullah melanjutkan, Meskipun kiamat sudah mulai terjadi, sedang di tanganmu ada
sebatang bibit kurma yang masih sempat kautanam, maka tanamkanlah terus. Pastilah kau akan
mendapatkan pahalanya.
Ummu Fasyar al-Anshariah semakin gembira mendengar semua itu. Ia hanya berusaha tawakal
atau pasrah diri kepada Allah swt yang membuatnya semangat melakukan semua itu adalah jiwa
tanpa pamrih, demi kepentingan umum.
Peristiwa itu mungkin tidak pernah terlupa oleh Ummu Fasyar al-Anshariah sepanjang hidupnya.
Ia menanam kurma, Rasulullah mengunjunginya dan memberitahukannya sesuatu yang
menggembirakan. Semuanya, demi tabungan Ummu Fasyar di hari esok.

Hikmah Membunuh Cicak


Diriwayatkan dari Imam Ahmad, Bahwasanya ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam api maka
mulailah semua hewan melata berusaha memadamkannya, kecuali cicak, karena sesungguhnya
cicak itu mengembus-embus api yang membakar Ibrahim. (Imam Ahmad)
Cicak yang mengembus agar api semakin membesar terjadi pada masa Nabi Ibrahim. Apakah
cicak termasuk hewan terkutuk sehingga ia tetap harus dibunuh hingga akhir zaman? Bukankah
cicak mengurangi populasi nyamuk?
Terdapat banyak dalil yang memerintahkan kita untuk membunuh cicak, di antaranya:
Dari Ummu Syarik radhiallahu anha; Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk
membunuh cicak. Beliau menyatakan, Dahulu, cicak yang meniup dan memperbesar api yang
membakar Ibrahim. (HR. Muttafaq alaih).
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu; Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Siapa saja
yang membunuh cicak dengan sekali bantingan maka ia mendapat pahala sekian. Siapa saja yang
membunuhnya dengan dua kali bantingan maka ia mendapat pahala sekian (kurang dari yang
pertama), . (HR. Muslim).
Dalam riwayat Muslim; dari Saad, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan
untuk membunuh cicak, dan beliau menyebut (cicak) sebagai hewan fasiq (pengganggu).
Semua riwayat di atas menunjukkan bahwa membunuh cicak hukumnya sunnah, tanpa
pengecualian.
Sikap yang tepat dalam memahami perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah sikap
samina wa athana (tunduk dan patuh sepenuhnya) dengan berusaha mengamalkan sebisanya.
Demikianlah yang dicontohkan oleh para sahabat radhiallahu anhum, padahal mereka adalah
manusia yang jauh lebih bertakwa dan lebih berkasih sayang terhadap binatang, daripada kita. Di
antara bagian dari sikap tunduk dan patuh sepenuhnya adalah menerima setiap perintah tanpa

menanyakan hikmahnya. Dalam riwayat-riwayat di atas, tidak kita jumpai pertanyaan sahabat
tentang hikmah diperintahkannya membunuh cicak. Mereka juga tidak mempertanyakan status
cicak zaman Ibrahim jika dibandingkan dengan cicak sekarang. Jika dibandingkan antara mereka
dengan kita, siapakah yang lebih menyayangi binatang?
Penjelasan di atas tidaklah menunjukkan bahwa perintah membunuh cicak tersebut tidak ada
hikmahnya. Semua perintah dan larangan Allah ada hikmahnya. Hanya saja, ada hikmah yang
zahir, sehingga bisa diketahui banyak orang, dan ada hikmah yang tidak diketahui banyak orang.
Adapun terkait hikmah membunuh cicak, disebutkan oleh beberapa ulama sebagai berikut:
Imam An-Nawawi menjelaskan, Para ulama sepakat bahwa cicak termasuk hewan kecil yang
mengganggu. (Syarh Shahih Muslim, 14:236)
Al-Munawi mengatakan, Allah memerintahkan untuk membunuh cicak karena cicak memiliki
sifat yang jelek, sementara dulu, dia meniup api Ibrahim sehingga (api itu) menjadi besar.
(Faidhul Qadir, 6:193)
Hikmah yang disebutkan di atas, hanya sebatas untuk semakin memotivasi kita dalam beramal,
bukan sebagai dasar beramal, karena dasar kita beramal adalah perintah yang ada pada dalil dan
bukan hikmah perintah tersebut. Baik kita tahu hikmahnya maupun tidak.
Segala sesuatu memiliki manfaat dan madarat. Kitayang pandangannya terbatas akan
menganggap bahwa cicak memiliki beberapa manfaat yang lebih besar daripada madaratnya.
Namun bagi AllahDzat yang pandangan-Nya sempurnahal tersebut menjadi lain. Allah
menganggap madarat cicak lebih besar dibandingkan manfaatnya. Karena itu, Allah
memerintahkan untuk membunuhnya. Siapa yang bisa dijadikan acuan: pandangan manusia yang
serba kurang dan terbatas ataukah pandangan Allah yang sempurna?
Manakah yang lebih penting, antara mengamalkan perintah syariat atau melestarikan hewan
namun tidak sesuai dengan perintah syariat? Orang yang kenal agama akan mengatakan,
Mengamalkan perintah syariat itu lebih penting. Jangankan, hanya sebatas cicak, bila perlu,
harta, tenaga, dan jiwa kita korbankan demi melaksanakan perintah jihad, meskipun itu adalah
jihad yang sunnah.
Semoga perenungan ini bisa menjadi acuan bagi kita untuk tunduk dan patuh pada aturan syariat
Allah.

Kenapa Lukisan Wajah Nabi Muhammad


tidak ada?

Saat Nabi Muhammad SAW hidup, tidak ada seorang pun yang pernah melukis wajahnya, dan
juga kamera foto belum lagi ditemukan.
Jadi itulah sebenarnya duduk masalahnya. Dan dengan masalah itu sebenarnya kita harus
bangga. Sebab keharaman menggambar wajah nabi SAW justru merupakan bukti otentik betapa
Islam sangat menjaga ashalah (originalitas) sumber ajarannya.
Larangan melukis Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam terkait dengan keharusan
menjaga kemurnian aqidah kaum muslimin. Sebagaimana sejarah permulaan timbulnya
paganisme atau penyembahan kepada berhala adalah dibuatnya lukisan orang-orang sholih, yaitu
Wadd, Suwa, Yaguts, Yauq dan Nasr oleh kaum Nabi Nuh alaihis salam. Memang pada awal
kejadian, lukisan tersebut hanya sekedar digunakan untuk mengenang kesholihan mereka dan
belum disembah. Tetapi setelah generasi ini musnah, muncul generasi berikutnya yang tidak
mengerti tentang maksud dari generasi sebelumnya membuat gambar-gambar tersebut, kemudian
syetan menggoda mereka agar menyembah gambar-gambar dan patung-patung orang sholih
tersebut.
Melukis Nabi shallallahu alaihi wa sallam dilarang karena bisa membuka pintu paganisme atau
berhalaisme baru, padahal Islam adalah agama yang paling anti dengan berhala.
Demikian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mencela kelakuan orang-orang ahli kitab yang
mengkultuskan orang-orang sholih mereka dengan membuat gambar-gambarnya agar dikagumi
lalu dipuja. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang menyerupai mereka :
Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka. ( HR. Abu Dawud
)
Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Janganlah kalian menyanjungku berlebihan sebagaimana orang-orang Nashrani menyanjung
Putera Maryam, karena aku hanya hamba-Nya dan Rasul utusan-Nya. ( HR. Ahmad dan AlBukhori )
Itulah sebab utama kenapa Umat Islam dilarang melukis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
yaitu dalam rangka menjaga kemurnian aqidah tauhid.

Ummul Mukminin Khadijah Menenangkan


Hati Nabi SAW
Jadilah muslimah optimis. Haraplah kebaikan selalu. Percayalah sepenuhnya kepada Allah.
Namun, jangan pula mengabaikan terhadap kerugian yang mungkin akan terjadi. Jangan pesimis
menghadapi apapun. Jangan melihat kehidupan serba glap. Yakinlah, hal itu akan memberikan

energi positif bagi suami dalam menghadapi berbagai peristiwa. Jadilah tangan yang penyayang,
yang dengannya suami merasa tenang ketika menghadapai kesulitan. Selama suami kita berjalan
di atas kebenaran dan menempuh sebab-sebab sesuai dengan kemampuannya, insya Allah
semuanya akan baik-baik saja.
Istri yang beriman adalah istri yang membuat suaminya tenang ketika diguncang suatu masalah,
dan selalu memberikan kabar gembira.
Perhatikanlah bagaimana sikap Ibunda Khadijah ketika suaminya kembali kerumahnya dalam
keadaan panik dan jiwanya terguncang karena bertemu dengan Jibril. Saat itu, Muhammad Saw
pertama kali mendapatkan wahyu dan melihat malaikat secara langsung. Beliau kembali
kerumah dalam keadaan gemetar yang hebat, dan bingung dengan keadaan dirinya. Apalagi apa
yang dialaminya adalah suatu peristiwa besar yang akan menentukan perjalan hidup dirinya dan
seluruh manusia.
Suami Khadijah pulang kerumah dan berkata, Selimuti aku. Setelah cukup tenang, suaminya
menceritakan apa yang dialaminya dan berkata, Saya khawatir terhadap diriku sendiri!.
Lalu apakah yang dikatakan oleh Ibunda Khadijah, selaku seorang istri yang penuh perhatian dan
kashi sayang?
Beliau mengatakan sesuatu yang tercatat dalam sejarah keagungan Ummul Mukminin. Suatu
perkataan yang menyejukan hati seorang suami yang sedang bimbang luar biasa. Sekali-kali
tidak! Allah tidak akan mengecewakanmu, selamanya. Sesungguhnya kamu menyambung tali
persaudaraan, memikul beban kesulitan orang lain, sukan membantu, menjamu tamu dan
senantiasa membela kebenaran.
Khadijah tidak hanya mengingatkan tentang Allah, tetapi juga menyanjung dan memuji
kepribadian suaminya, disaat jiwa suaminya sedang berguncang. Maka, sirnalah rasa khawatir
pada diri Muhammad Saw, dan muncullah rasa tenang.

Sahabat Muaz bin Jabal r.a Bertanya


Tentang 11 Golongan Ahli Neraka
Firman Allah SWT dalam surah al-Naba ayat 18:
Yaitu hari (yang pada waktuitu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok.
Adalah diriwayatkan bahwa ayat yang tersebut diatas
pernah ditanyakan oleh Muaz bin Jabal, katanya, Ya Rasulullah, apa maksudnya ayat ini?

Maka Rasulullah SAW menangis sebelum menjawab pertanyaan tersebut karena inilah
yang selalu dibimbangkan oleh baginda.
Lalu baginda menjawab:
Ya Muaz, umatku kelak apabila bangkit dari kubur akan menjadi 12 golongan.
Sebanyak 11 golongan akan memasuki neraka dan hanya 1 golongan sahaja yang akan
memasuki syurga.
Adapun 11 golongan yang memasuki neraka adalah seperti berikut:
1.Mereka yang tidak mempunyai kaki dan tangan.
Ini adalah kerana mereka suka menyakiti hati jiran tetangga.
2.Mereka yang menyerupai babi.
Ini adalah balasan bagi orang yang suka meninggalkan solat lima waktu.
3.Mereka yang perutnya besar seperti gunung dan dipenuhi dengan ular dan kala.
Inilah balasan bagi mereka yang enggan mengeluarkan zakat.
4.Mereka yang keluar darah dari mulutnya.
Inilah balasan mereka yang berdusta.
5.Mereka yang berbau busuk seluruh badannya.
Ini adalah balasan mereka yang mengaut keuntungan dalam jual beli atas penipuan.
6.Mereka yang dicincang-cinca ngpada tengkuk dan bahu.
Ini adalah balasan mereka yang menyaksikan maksiat atau perbuatan jahat namun diam saja.
7.Mereka yang keluar dengan tidak berlidah dan keluar nanah dan darah dari mulut.
Ini balasan mereka yang tidak mau mengatakan kebenaran.
8.Mereka yang keluar dalam keadaan terbalik iaitu kepala dibawah dan kakinya keatas.
Ini adalah balasan mereka yang berzina serta mati sebelum bertaubat.
9.Mereka yang berwajah hitam, bermata biru dan
perutnya penuh api.

Ini balasan mereka yang memakan harta anak yatim secarazalim.


10.Mereka yang kulitnya penuh kudis dan penyakit2 lain yang menjijikan.
Ini adalah balasan mereka yang berani melawan kedua ibu
bapanya.
11.Meraka yang buta matanya danhatinya, giginya seperti tanduk, bibirnya berjuntai hingga
keperut, dari perut dan
pehanya keluar kotoran.
Ini adalah balasan mereka minum minuman keras.
Dan satu golongan yang masuk kesyurga ialah:
12.Mereka yang wajahnya bagaikan bulan purnama,
berjalan di atas titian Mustaqim pantas seperti kilat.
Ini balasan orang yang beramal salih dan menjauhi maksiat serta mendirikan solat lima waktu
dan mati dalam keadaan bertaubat.

Kemesraan Rasulullah Sebagai Suami


Kemesraan adalah buah cinta,
Kemesraan adalah keindahan dalam berumah tangga,
Kemesraan adalah cara mengekalkan keharmonian rumahtangga,
Kemesraan adalah pancaran akhlak dan jiwa seseorang,
Orang yang paling baik agamanya adalah yang terbaik akhlaknya,
Dan orang yang terbaik akhlaknya adalah yang terbaik kepad isterinya,
Dan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah yang terbaik akhaknya sehingga Allah
subhanahu wa taala memujinya: Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) sungguh
mempunyai akhlak yang Agung (azhiim). (QS. Al-Qalam : 5)
Lalu bagaimanakah beliau bermesraan berakhlak dengan isteri-isterinya?.
Dalam berbagai kesempatan, beliau selalu menjelaskan dengan gamblang tingginya kedudukan
kaum wanita di sisi beliau. Mereka kaum hawa memiliki kedudukan yang agung dan derajat

yang tinggi. Bahkan menjadi standar sempurnanya keimanan seorang hamba adalah kebaikan
akhlaknya kepada isterinya.
Rasulullah shalallaahu alaihi wa sallam bersabda:
Orang mukmin yang paling sempurna IMANnya adalah yang paling baik AKHLAKnya dan
sebaik-baik kamu ialah yang paling baik kepada ISTERInya (HR Tirmidzi)
Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik kepada keluarganya dan
aku adalah orang yang paling baik diantara kalian kepada keluargaku (HR Imam Tirmidzi,
diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu hibban serta dishahihkan oleh Al- Albani )
Tidaklah memuliakan perempuan kecuali orang yang mulia, dan tidaklah menghinakan
perempuan kecuali orang yang hina. (HR.Ibnu Asakir).
Menurut Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, bercanda dan bermesraan dengan isteri adalah
IBADAH dan berpahala:
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.
Sahabat lalu bertanya, Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri
kita?.
Rasulullah menjawab, Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan
berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan
berpahala. (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
Segala sesuatu yang tidak terdapat di dalamnya dzikir (ingat) kepada Allah, maka itu adalah
permainan yang melalaikan kecuali empat perkara: berlatih menunggang kuda, mencumbu
istrinya dan mengajar (belajar) renang. (HR Ath- Thabrani dengan sanad jayyid)
Sehingga walaupun beliau seorang pemimpin Negara atau komandan dalam peperangan, tetapi
beliau sangat menghormati dan memuliakan wanita. Diantara kemesraan beliau bersama isteriisterinya adalah sebagai berikut:
1. Bermain dan bercanda dengan isteri
Aisyah radhiyallah anha mengisahkan: Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang
ramping. Beliau shallallahu alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih
dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku:
Kemarilah! sekarang kita berlomba lari. Aku pun meladeninya dan akhirnya aku dapat
mengungguli beliau. Beliau shallallahu alaihi wasallam hanya diam saja atas keunggulanku tadi.
Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam
sebuah lawatan. Beliau shallallahu alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak
terlebih dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat

mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: Inilah penebus kekalahan yang lalu! (HR.
Ahmad)
2. Membantu menaiki kendaraan
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kembali
dari peperangan Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti Huyaiy radhiyallahu anha. Beliau
shallallahu alaihi wasallam mengulurkan tirai di dekat unta yang akan ditunggangi untuk
melindungi Shafiyyah radhiyallah anha dari pandangan orang. Kemudian beliau duduk
bertumpu pada lutut di sisi unta tersebut, beliau persilakan Shafiyyah radhiyallah anha untuk
naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau.
3. Tidur dalam satu selimut bersama isteri walaupun sedang haid.
Dari Atha` bin Yasar: Sesungguhnya Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan Aisyah
radliyallahu anha biasa mandi bersama dalam satu bejana. Ketika baginda sedang berada dalam
satu selimut dengan Aisyah, tiba-tiba Aisyah bangkit. Baginda kemudian bertanya, `Mengapa
engkau bangkit? Jawab Aisyah, Kerana saya haid, wahai Rasulullah. Sabda Rasulullah, Kalau
begitu, pergilah, lalu berkainlah & dekatlah kembali padaku. Aku pun masuk, lalu berselimut
bersama beliau. (Hadis Riwayat Sa`id bin Manshur).
4. Memberi wangi-wangian pada aurat
Aisyah berkata, Sesungguhnya Nabi shalallahu alaihi wa sallam apabila meminyaki badannya,
baginda akan memulai dari auratnya menggunakan nurah (sejenis serbuk pewangi) dan isterinya
baginda meminyaki bagian lain tubuh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. (Hadis Riwayat
Ibnu Majah).
5. Mandi bersama isteri
Dari Aisyah r.a. beliau berkata, Aku biasa mandi bersama Nabi shalallahu alaihi wa sallam
menggunakan satu bejana. Kami biasa bersama-sama memasukkan tangan kami (ke dlm bejana
tesebut). (Hadis riwayat Abdurrazaq dan Ibnu Abu Syaibah).
6. Disisir oleh isteri
Dari Aisyah r.a, beliau berkata, Saya biasa menyikat rambut Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam, ketika itu saya sedang haid. (Hadis Riwayat Ahmad).
7. Meminta isteri meminyaki badan
Dari Aisyah r.a, beliau berkata, Saya meminyaki badan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam
pd hari Raya Aidil Adha setelah beliau melakukan jumrah aqabah. (Hadis Riwayat Ibnu
Asakir).
8. Minum bergantian pada tempat yang sama
Dari Aisyah r.a, dia berkata: Saya biasa minum dari cawan yg sama walaupun ketika haid. Nabi
mengambil cawan tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut, lalu
Baginda minum, kemudian saya mengambil cawan tersebut dan lalu menghirup isinya, kemudian
Baginda mengambilnya dari saya, lalu Baginda meletakkan mulutnya pada tempat saya letakkan
mulut saya, lalu Baginda pun menghirupnya. (Hadis Riwayat Abdurrazaq dan Said bin
Manshur).

9. Membelai isteri
Adalah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam tidaklah setiap hari melainkan beliau mesti
mengelilingi kami semua (isterinya) seorang demi seorang. Baginda menghampiri dan membelai
kami tetapi tidak bersama sehingga Baginda singgah ke tempat isteri yang menjadi giliran
Baginda, lalu Baginda bermalam di tempatnya. (Hadis Riwayat Ahmad).
10. Mencium isteri
Dari Aisyah r.a, bahwa Nabi shalallahu alaihi wa sallam biasa mencium isterinya setelah
mengambil wuduk, kemudian Baginda bersembahyang dan tidak mengulangi wuduknya. (Hadis
Riwayat Abdurrazaq).
Dari Hafshah, puteri Umar r.a, Sesungguhnya Rasulullah s.a.w biasa mencium isterinya
sekalipun sedang berpuasa. (Hadis Riwayat Ahmad).
11. Berbaring di pangkuan isteri
Dari Aisyah r.a, beliau berkata: Nabi shalallahu alaihi wa sallam biasa meletakkan kepalanya
di pangkuanku walaupun aku sedang haid, kemudian beliau membaca Al-Quran. (Hadis
Riwayat Abdurrazaq).
12. Memanggil dengan panggilan mesra
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam biasa memanggil Aisyah dengan beberapa nama
panggilan yg di sukainya seperti Aisy & Humaira (pipi merah delima).
Aisyah radhiyallah anha menuturkan: Pada suatu hari Rasu-lullah shallallahu alaihi wasallam
berkata kepadanya: Wahai Aisy (salah satu panggilan kesayangan kepada Aisyah radhiyallahu
anha ), Malaikat Jibril alaihissalam tadi menyampaikan salam buatmu. (Muttafaq alaih)
13. Menyejukkan kemarahan isteri dengan mesra
Nabi shalallahu alaihi wa sallam biasa memicit hidung Aisyah jika dia marah dan Baginda
berkata, Wahai Uwaisy, bacalah doa: Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosadosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.
(Hadis Riwayat Ibnu Sunni).
14. Membersihkan titisan darah haid isteri
Dari Aisyah r.a, dia berkata.Aku pernah tidur bersama Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam
di atas satu tikar ketika aku sedang haid. Apabila darah ku menetes di atas tikar itu, Baginda
mencucinya pada bagian yang terkena tetesan darah dan baginda tidak berpindah dari tempat itu,
kemudian beliau sembahyang di tempat itu pula, lalu Baginda berbaring kembali di sisiku.
Apabila darah ku menetes lagi di atas tikar itu, Baginda mencuci pada bagian yang terkena
tetesan darah itu saja dan tidak berpindah dari tempat itu, kemudian baginda pun sembahyang di
atas tikar itu.. (Hadis Riwayat Nasai).
15. Memberikan hadiah
Dari Ummu Kaltsum binti Abu Salamsh, ia berkata, Ketika Nabi shalallahu alaihi wa sallam
menikah dgn Ummu Salamah, Baginda bersabda kepadanya, Sesungguhnya aku pernah hendak
memberi hadiah kepada Raja Najasyi sebuah pakaian berenda dan beberapa botol minyak

kasturi, namun aku mengetahui ternyata Raja Najasyi telah meninggal dunia dan aku menduga
hadiah itu akan di kembalikan. Jika hadiah itu memang di kembalikan kepadaku, aku akan
memberikanya kepadamu. Dia (Ummu Kaltsum) berkata,Ternyata keadaan Raja Najasyi
seperti yg di sabdakan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan hadiah tersebut di kembalikan
kpd Baginda, lalu Baginda memberikanya kepada masing-masing isterinya satu botol minyak
kasturi, sedang sisa minyak kasturi dan pakaian tersebut Baginda berikan kepada Ummu
Salamah. (Hadis Riwayat Ahmad)
16. Segera menemui isteri apabila tergoda
Dari Jabir, sesungguhnya Nabi shalallahu alaihi wa sallam pernah melihat wanita, lalu Baginda
masuk ke tempat kediaman Zainab, untuk melepaskan keinginan Baginda kepadanya, lalu keluar
& bersabda, Wanita kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa syaithan.apabila
seseorang di antara kamu melihat wanita yang menarik, hendaklah ia mendatangi isterinya
karena pada diri isterinya ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu. (Hadis Riwayat
Tirmizi).
Semoga kita bisa mengambil hikmah dan meneladaninya Allah Subhanahu wa taala berfirman:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah. (QS. Al-Ahzab : 21)

Manfaat Dan Keutamaan Bersiwak


Diriwayatkan oleh Aisyah bahwa Rasulullah shalallahu alaih wa aalih sallam Bersabda,
Bersiwak itu membersihkan mulut dan membuat Tuhan ridha (senang). (HR Al-Baihaqi dan
An-Nasai).
Dalam hadits lain dari Al-Bukhari, Rasulullah mengatakan, Seandainya tidak memberatkan
umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap hendak mendirikan shalat.
BERSIWAK sesungguhnya adalah pekerjaan yang sangat simpel, namun memiliki manfaat
yang sangat besar. Dengan siwak tentu mulut menjadi bersih, sehat, gigi terawat, dan banyak
lainnya. Lebih dari itu adalah ittiba, mengikuti sunah Rasulullah sehingga mendapatkan
keridhaan Allah Subhanahu Wa Taala.
Hal ini seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah, Siwak merupakan kebersihan bagi
mulut dan keridha-an bagi Rabb. (HR: Ahmad, irwaul golil no 66 [shohih]). (Syarhul mumti
1/120 dan taisir alam 1/62)

Dicontohkan oleh Rasulullah, beliau bersiwak dalam berbagai keadaan, tidak hanya ketika mulut
terasa kotor saja. Menurut hadits, Rasulullah melakukan siwak ketika dalam keadaan berikut:
1. Saat hendak sholat, seperti yang dikemukakan pada hadts diatas adalah beliau selalu bersiwak
dan menginginkan umatnya mencontohnya namun tidak mewajibkan hal tersebut karena dinilai
bisa memberatkan umatnya. Selain itu karena Allah juga hanya mensyaratkan wudhu sebagai
syarat sah sholat.
2. Saat Rasulullah masuk ke rumah dari bepergian, beliau langsung bersiwak. Hal ini sesuai
dengan hadits yang diriwayatkan oleh Syuraih bin Hani yang artinya, Aku bertanya kepada
Aisyah: Apa yang dilakukan pertama kali oleh Rasulullah jika dia memasuki rumahnya?
Beliau menjawab :Bersiwak.(HR: Muslim, irwaul golil no 72)
3. Ketika bangun pada malam hari, hal pertama yang Rasulullah lakukan adalah mencuci dan
menggosok mulut dengan siwak. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah
ibnul Yaman, yang artinya: Adalah Rosululloh jika bangun dari malam dia mencuci dan
menggosok mulutnya dengan siwak. (HR: Bukhori)
Namun apakah bersiwak (membersihkan gigi & mulut) harus mesti dengan kayu siwak saja?
Sebagian ulama berpendapat bahwa bersiwak harus dengan menggunakan kayu siwak (ranting
pohon arok). Namun mayoritas ulama berpendapat boleh menggunakan selain kayu siwak
(ranting pohon arok).
Anjuran Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk bersiwak adalah berkaitan dengan perbuatan
membersihkan gigi, bukan anjuran untuk menggunakan alat tertentu. Sehingga diperbolehkan
bagi seseorang untuk bersiwak dengan benda apapun yang dapat membersihkan gigi, seperti
kayu siwak, sikat gigi, kain, jari tangan, atau yang selainnya. Ini adalah pendapat yang dipilih
oleh Al-Imam Asy-Syaukani, Ash-Shanani, Al-Fauzan, Al-Utsaimin, dan para ulama lainnya.
(Silakan merujuk kitab Asy-Syarhul Mumthi 1/95, Nailul Authar 1/122, Subulus Salam 1/64,
Fathu Dzil Jalali wal Ikram 1/171)
Namun tentu yang lebih utama adalah bersiwak dengan menggunakan kayu siwak (ranting pohon
arok). Karena inilah yang biasa dipraktekkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan dalam kitabnya, Tas-hilul Ilmam (1/108), berkata: Alat yang
paling baik untuk membersihkan gigi adalah kayu siwak (ranting pohon arok), karena lebih
lembut, dan lebih berfungsi untuk membersihkan mulut, serta memiliki aroma yang segar. (Hal
senada dinyatakan pula oleh Al-Imam Ash-Shanani (Subulus Salam 1/64), Asy-Syaukani
(Nailul Authar 1/122), dan juga Al-Utsaimin, (Fathu Dzil Jalali wal Ikram 1/171)

Permusuhan Yahudi Di Masa Rasulullah


SAW
Pada saat Rasulullah SAW hijrah ke Madinah benih-benih ketidaksukaan orang-orang Yahudi
mulai muncul, apalagi setelah Nabi Muhammad menguasai kota Madinah. Orang-orang Yahudi
di Madinah baik dari bani Qoinuqa, bani Nadhir dan bani Quraizhah walaupun sudah membuat
perjanjian damai tetapi berkali-kali mengkhianatinya bahkan melakukan permusuhan terhadap
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan kaum muslimin.
Konflik kembali lagi terjadi, kali ini umat Isam menghadapi Yahudi Bani Nadhir. Setelah perang
Uhud Rasulullah saw. dan umat Islam mendatangi perkampungan Bani Nadhir untuk meminta
diyat (denda). Hal tersebut dilakukan sesuai perjanjian yang telah dibuat, jika ada anggota
masyarakat Madinah yang terbunuh, mereka dikenakan diyat.
Di depan Rasulullah saw. mereka menyanggupi permintaan tersebut. Tetapi ketika Rasulullah
saw. sedang duduk bersandar di sebuah dinding rumah, sekelompok Yahudi Bani Nadhir
merencanakan percobaan pembunuhan terhadap Muhammad saw. yaitu dengan menjatuhkan
batu dari atas rumah tempat Rasulullah saw. duduk. Tetapi malaikat Jibril memberitahu kejadian
tersebut dan Rasulullah saw. pulang ke Madinah. Selanjutnya beliau datang lagi bersama sahabat
yang lain mengusir Yahudi Bani Nadhir dari Madinah.
Adapun Bani Quraidhah mereka mengkhianati Rasulullah saw. dalam perang Ahzab. Pada waktu
perang Ahzab Rasulullah saw. menghadapi musuh multinasional dari luar Madinah pasukan kafir
Quraisy bersekutu dengan yang lain menghadapi Rasulullah saw. dan sahabatnya. Sedangkan di
dalam Madinah Yahudi bani Quraidhah dan orang Munafik mengkhianati umat Islam. Maka
setelah perang Ahzab usai dan kemenangan berada di fihak umat Islam Allah memerintahkan
umat Islam untuk menyerang bani Quraidhah. Dan merekapun berhasil dilumpuhkan dan
sebagiannnya melarikan diri. Puncaknya umat Islam berhasil menghilangkan gangguan kaum
Yahudi Madinah dengan berhasil mengalahkan mereka di Khaibar.

Anda mungkin juga menyukai