Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
Oleh :
MEINARLY GULTOM
NIM : 050600127
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Meinarly Gultom
Pengetahuan, sikap dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak
pada ibu-ibu yang mempunyai anak balita di Kecamatan Balige Kabupaten Toba
Samosir, Sumatera Utara 2009.
x + 51 halaman
Perilaku orangtua terutama ibu sebagai orang yang terdekat dengan anak
balita dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memberi pengaruh yang cukup
signifikan terhadap sikap dan perilaku anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu rumah tangga
terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya.
Jumlah sampel 150 orang ibu-ibu rumah tangga dan anak balitanya yang
diambil secara purposif dari 3 kelurahan di Kecamatan Balige. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.
Dari 150 orang ibu-ibu rumah tangga yang diteliti, 67,33% mengetahui sikat
gigi yang baik bagi anak balita, 54,67% mengetahui menyikat gigi pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur, 61,33% mengetahui pemberian pasta gigi mulai
usia 2 tahun dan 65,33% mengetahui peran dokter gigi sebagai tempat konsultasi
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
senantiasa mencurahkan kasih setiaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran
Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Medan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan,
pengarahan dan saran-saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penghargaan
yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. H. Ismet D. Nasution drg., Sp. Pros., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ijin penelitian
dari fakultas untuk melakukan penelitian di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba
Samosir.
2. Prof. Dr. Nurmala Situmorang, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen dan
seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
3. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing akademik penulis
dan dosen pembimbing skripsi yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
4. Oktavia Dewi, drg., M.Kes dan Simson Damanik, drg., M.Kes selaku
dosen penguji skripsi yang telah begitu banyak memberikan masukan-masukan yang
membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Kepala Dinas Kesehatan Toba Samosir dan Pemerintah di Kecamatan
Balige yang telah memberi izin untuk dapat melakukan penelitian di Kecamatan
Balige.
Rasa terima kasih yang begitu besar juga penulis tujukan kepada Ayahanda
tercinta Drs.A.Gultom, ibunda H.Naibaho tersayang atas segala doa, dukungan dan
kasih sayang serta bantuan baik berupa moril maupun materil yang tidak akan dapat
terbalas oleh penulis sampai kapan pun juga. Penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bang Kurlim, Bang Harly, Bang Kiut, Bang Henhen Kak
Mesmes, Kak Bekbek, si Bontot Kris dan keponakanku tersayang Momos. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Kelompok Kecil Kayla (Kak Dewi, Sally,
Olin M), adik-adik penulis (Desy, Xtina, Lina, Ska) serta seluruh rekan stambuk 2005
yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan
mutu kesehatan gigi masyarakat.
(Meinarly Gultom)
NIM:050600127
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................
iv
vi
viii
ix
BAB 1
PENDAHULUAN ................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................
1
1
4
4
4
BAB 2
5
5
10
17
BAB 3
20
20
20
21
21
24
24
24
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 4
25
25
35
36
39
BAB 5
PEMBAHASAN ..................................................................
40
BAB 6
47
47
48
50
26
26
27
30
30
31
32
32
33
34
LAMPIRAN
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. ................................................................................................. P
resentase distribusi responden ibu-ibu rumah tangga yang
mempunyai anak balita di Kecamatan Balige Kabupaten Toba
Samosir, 2009 (n=150) .............................................................
25
2. ................................................................................................. P
resentase distribusi anak balita di Kecamatan Balige Kabupaten
Toba Samosir, 2009 (n=150) ....................................................
26
3. ................................................................................................. P
engetahuan responden ibu-ibu rumah tangga mengenai penyakit
gigi dan mulut pada anak balita dan akibatnya ..........................
27
4. ................................................................................................. P
engetahuan responden ibu-ibu rumah tangga mengenai cara
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balita ...................
29
5. ................................................................................................. P
engetahuan responden ibu-ibu rumah tangga tentang pemberian
pasta gigi pada anak balita (n=150) ...........................................
30
6. ................................................................................................. P
engetahuan responden ibu-ibu rumah tangga mengenai dokter
gigi ...........................................................................................
31
7. ................................................................................................. S
ikap responden ibu-ibu rumah tangga terhadap kesehatan gigi
dan mulut anak balita ................................................................
32
8. ................................................................................................. T
indakan responden ibu-ibu rumah tangga dalam memanfaatkan
peran dokter gigi.......................................................................
33
9. ................................................................................................. T
indakan responden ibu-ibu rumah tangga dalam menyikat gigi
anak balita ................................................................................
34
10. ............................................................................................... T
indakan responden ibu-ibu rumah tangga dalam pemberian
pasta gigi pada anak balita (n=150) ...........................................
35
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
11. ............................................................................................... T
indakan responden ibu-ibu rumah tangga dalam pemberian
makanan dan minuman manis pada anak balita (n=150) ...........
36
12. ............................................................................................... H
asil pemeriksaan gigi dan mulut anak balita (n=150).................
37
13. ............................................................................................... H
asil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut anak balita
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin (n=150) ...........
38
14.
39
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. .................................................................................................. S
ikat gigi anak balita menurut American Dental Association...........
2.
13
Banyaknya
pasta gigi yang dioleskan sebesar biji kacang polong...
14
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
2.
3.
4.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
itu lebih parah pada anak-anak dari golongan ekonomi menengah ke bawah.3 Hasil
penelitian Yuyus R, dkk, di Jakarta pada 1000 orang anak balita menunjukkan anak
balita yang bebas karies sebesar 14,1%, anak yang mempunyai karies lebih dari 4 gigi
85,9%, sedangkan DMFT 6,8 gigi.4 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS,
2007) menunjukkan bahwa prevalensi masalah gigi dan mulut pada kelompok umur
1-4 tahun mencapai 6,9% dan yang menerima perawatan 27,4%.5
Pemeliharaan kesehatan gigi anak melibatkan interaksi antara anak, orangtua
dan dokter gigi. Pada anak balita pengaruh orangtua sangat berperan dalam
membentuk perilaku anak. Sikap dan perilaku orangtua terutama ibu yang biasanya
orang terdekat dengan anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memberi
pengaruh yang cukup signifikan terhadap sikap dan perilaku anak. Peningkatan
kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting
diberdayakan mulai dari usia dini yaitu dengan mencegah, merawat dan memelihara
kesehatan gigi. Di beberapa penelitian pada masyarakat Indonesia, kesadaran untuk
merawat dan memelihara kesehatan gigi dan mulut dari berbagai tingkat usia masih
perlu diperbaiki.6
Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut akan
menentukan status kesehatan gigi anak kelak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan
proses penting dari pertumbuhan seorang anak. Orang tua harus mengetahui cara
merawat gigi anaknya tersebut, dan orang tua juga harus mengajari anaknya cara
merawat gigi yang baik. Walaupun masih memiliki gigi susu, seorang anak harus
mendapatkan perhatian serius dari orang tua. Kondisi gigi susu akan menentukan
pertumbuhan gigi permanen anak. Akan tetapi, banyak orangtua yang beranggapan
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti oleh geligi tetap sehingga mereka
sering menganggap bahwa kerusakan pada gigi susu yang disebabkan oleh oral
higiene yang buruk bukan merupakan suatu masalah.1,6
Seorang ibu sudah seharusnya mempunyai pengetahuan, sikap dan perilaku
yang baik terhadap kesehatan gigi dan mulut agar dapat memberikan oral health
education kepada anak. Hasil penelitian Suryawaty, dkk di Kecamatan Ciputat dan
Kecamatan Pasar Minggu menunjukkan bahwa 76,8% ibu anak balita memiliki
pengetahuan yang kurang terhadap kesehatan gigi dan mulut anak, 84,1% memiliki
sikap yang baik dan 89% memiliki perilaku yang kurang dalam usaha pemeliharaan
kesehatan gigi anak.7
Berdasarkan apa yang diuraikan diatas
mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta keadaan kesehatan
gigi dan mulut anak pada usia di bawah lima tahun di kecamatan Balige, Kabupaten
Toba Samosir. Kabupaten Toba Samosir memiliki visi TOBAMAS 2010 dimana
salah satu pilarnya adalah peningkatan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,
peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di tempat ini. Kecamatan Balige
adalah ibukota dari Kabupaten Toba Samosir. Kecamatan Balige terdiri dari 5
kelurahan, sampel diambil di 3 kelurahan yaitu Kelurahan Pardede Onan, kelurahan
Haumabange, kelurahan Napitupulu yang merupakan kelurahan yang berada di
tengah kota Balige menyebabkan keragaman tingkat pendidikan pada ibu-ibu yang
akan turut mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai kesehatan rongga mulut dan
juga mempengaruhi perilaku kesehatan ibu.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
(synthesis),
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
minuman manis lainnya secara berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga
mulut yang jelek, ini akan mendukung terjadinya karies pada anak. Penyikatan gigi
merupakan tindakan yang paling mudah dilakukan setiap harinya dengan tujuan
untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, dan untuk mendapatkan hasil yang optimal
harus diperhatikan frekuensi penyikatan gigi. Peranan orangtua hendaknya
ditingkatkan dalam membiasakan menyikat gigi anak secara teratur guna
menghindarkan kerusakan gigi anak dan penyakit mulut.1
b. Sikap (attitude)
Sikap merupakan suatu komponen dari perilaku, dimana sikap belum berupa
suatu wujud yang nyata atau merupakan respon tertutup terhadap suatu stimulus atau
objek. Manifestasi sikap tidak dapat secara langsung dilihat, akan tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perlaku yang tertutup. Sikap dalam kehidupan seharihari merupakan respon yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap dapat
diperkuat dengan adanya suatu kepercayaan atau ketertarikan terhadap suatu
objek.11,12
Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak, juga merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap mempunyai tiga komponen :12
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu stimulus atau
objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi pada suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.
Sikap terdiri dari enam tingkatan:
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
(responding),
memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan dan melaksanakan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari
sikap.
3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu
masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya. Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung dapat dilakukan dengan menanyakan secara langsung pendapat atau
pernyataan responden terhadap suatu objek. Sikap seorang ibu yang baik akan
dipengaruhi oleh pengetahuan ibu mengenai pemeliharaan kesehatan gigi. Misalnya
ibu yang selalu mencari pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan gigi atau
mendiskusikan mengenai kesehatan gigi dengan dokter gigi, ini adalah bukti bahwa si
ibu telah mempunyai sikap positif terhadap kesehatan gigi anak.12
c. Tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau berpendapat (sikap), proses selanjutnya adalah diharapkan
ia akan melaksanankan atau mempraktekkan apa yang diketahuinya dan disikapinya
(dinilai baik). Dalam
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
mengatur perilaku tersebut. Menurut Bandura, pengaturan diri dalam hal berperilaku
secara efektif tidak akan dicapai hanya dengan kehendak atau sikap saja akan tetapi
dituntut juga untuk memiliki keterampilan untuk memotivasi diri dan bimbingan diri,
dengan kata lain memiliki pengetahuan yang baik.10
Kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
gigi tetap. Oleh karena itu, peran serta orangtua sangat diperlukan di dalam
membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas
kepada anak agar anak kelak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya.1
Pengetahuan orangtua terutama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga
kesehatan gigi dan mulut sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang
mendukung kebersihan gigi dan mulut anak sehingga kesehatan gigi dan mulut anak
dapat baik. Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status
kesehatan gigi anaknya kelak. Seorang ibu memegang peranan penting dalam suatu
keluarga, baik sebagai seorang isteri maupun sebagai seorang ibu dari anak-anaknya.
Figur pertama yang dikenal anak begitu ia lahir adalah ibunya. Oleh karena itu
perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh si anak. Namun, pengetahuan saja
tidak cukup, perlu diikuti dengan sikap dan tindakan yang tepat. 1
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
lebih dulu sebelum gigi seri kedua rahang atas. Lalu, satu gigi geraham depan tumbuh
pada usia 16-20 bulan. Gigi taring juga mulai muncul pada usia yang sama. Gigi
geraham kedua tumbuh pada usia 23-30 bulan. Biasanya, anak akan punya gigi susu
lengkap (20) pada usia 3 tahun.6
Pada masa balita (2-5 tahun), perkembangan anak berubah dari otonomi ke
inisiatif, timbul keinginan-keinginan yang baru dalam diri anak. Pada masa akhir
anak, ia sudah mulai mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri. Perkembangan
motorik dan keterampilan anak diperoleh melalui proses kematangan dan latihan.
Masa balita dikaitkan dengan masa kemandirian atau disebut sikap kepala batu.
Anak akan mulai membantah apa yang tidak sesuai dengan keinginannya. Sikap
kepala batu ini dapat diubah bila orangtua atau pendidik konsisten memperlihatkan
kewibawaan dan peraturan yang telah ditetapkan. Pada anak akan terlihat kemiripan
dengan orangtua, ini disebut proses identifikasi. Proses identifikasi adalah proses
mengadopsi sifat, sikap, pandangan orang lain dan dijadikan sifat, sikap dan
pandangannya sendiri. Oleh karena itu, pada masa ini perlu ketegasan dari orangtua
untuk membiasakan anak dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Pada usia ini adalah
saat yang paling baik untuk mulai menggunakan sikat gigi.14
Perilaku anak akan menentukan status kesehatan gigi mereka termasuk pola
makan dan kebiasaan membersihkan gigi. Anak yang mengkonsumsi makanan yang
manis di luar jam makan akan meningkatkan risiko karies. Keadaan ini diperburuk
dengan anak yang malas untuk menyikat gigi. Hasil penelitian Eka Chemiawan, dkk
(2004) yang melakukan penelitian pada anak usia 15-60 bulan di Bandung
menunjukkan bahwa 180 dari 317 anak (56,78%) mengalami Nursing Mouth Caries.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Anak yang menyikat gigi satu kali sehari sebanyak 31,55%, dua kali sehari 23,03%,
tiga kali sehari 2,2%. Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi Nursing Mouth
Caries menunjukkan angka yang sangat tinggi. Pada anak yang melakukan
penyikatan gigi satu kali lebih tinggi dibandingkan yang menyikat gigi dua atau tiga
kali. Peranan orangtua hendaknya ditingkatkan dalam membiasakan anak menyikat
gigi secara teratur sejak dini dalam mencegah Nursing Mouth Caries.13
Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dapat
dilaksanakan dan merupakan peran dari orangtua terutama ibu pada usia ini adalah:1
a. Membersihkan gigi
Membersihkan gigi anak dapat dilakukan dengan penyikatan gigi. Penyikatan
gigi bertujuan untuk menghindari plak. Plak dapat menyebabkan kerusakan gigi,
misalnya gigi berlubang. Anak di atas dua tahun sudah dapat mulai diajarkan cara
menyikat gigi. Pertama sekali orangtua memberikan contoh pada anak cara menyikat
gigi setelah itu anak diminta untuk mengikutinya.1
Mulai dari usia 2 tahun, anak sudah dapat diajarkan menyikat gigi dengan
metode Schrob. Metode ini adalah suatu metode menyikat gigi yang mudah dan
sederhana untuk diajarkan pada anak. Caranya, menyikat gigi bagian atas dan bawah
dengan arah ke samping kanan dan kiri, kemudian seluruh gigi bagian samping dan
seluruh gigi bagian belakang disikat, lalu anak berkumur dengan air bersih beberapa
kali.15
Pemilihan sikat gigi pada anak balita sebaiknya dipilih sikat gigi yang
ukurannya kecil dengan tangkai yang mudah digenggam. Bulu sikatnya halus (soft).
Bagian kepala sikat menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam rongga mulut
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
anak. Anak usia 1-5 tahun bisa memakai sikat dengan 3 deret bulu. American Dental
Association menganjurkan ukuran maksimal kepala sikat gigi balita adalah 18x7 mm.
Gantilah sikat gigi kalau bulunya sudah tidak beraturan lagi atau mekar, karena dapat
melukai gusi.2
Waktu menyikat gigi sebaiknya dilakukan teratur, minimal 2 kali sehari yaitu
pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam.2 Untuk menyikat gigi secara
benar sebaiknya dilakukan lebih dari 2 menit. Walau demikian, yang terpenting
bukan lamanya waktu dalam menyikat gigi, tetapi pembersihan gigi itu sendiri dari
plak. Untuk membantu dalam kontrol plak dapat digunakan bahan pewarna plak.
Bahan pewarna plak berguna untuk mengamati plak . Bahan pewarna plak berguna
untuk mengamati plak masih ada atau tidak. Sebaiknya, bahan pewarna plak ini
digunakan tiap 2 atau 3 hari sampai ditemukan bahwa plak tidak ada lagi pada bagian
belakang dan depan gigi, di bagian dalam, di bagian leher gigi, setelah penyikatan
gigi. Setelah itu, dapat digunakan sebulan sekali.1,17
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
beredar di pasaran, dan ini akan mengundang perhatian anak dan diharapkan anak
lebih tertarik dan rajin untuk menyikat gigi.1
c.
yang
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
menderita trauma pada gigi sebaiknya melakukan kunjungan ke dokter gigi lebih
awal agar perawatan dapat segera dilakukan.1
Dokter gigi pada kunjungan pertama akan melakukan beberapa tindakan,
seperti pemeriksaan gigi geligi dan jaringan periodontal anak, memberikan sediaan
fluor misalnya tablet fluor, memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian
makanan dan minuman yang baik yang dapat menghindari terjadinya kerusakan gigi,
memberikan beberapa penjelasan mengenai pemeliharaan kesehatan secara umum
dan kesehatan gigi khususnya. Dengan mendapatkan pendidikan kesehatan gigi dari
dokter gigi, pengetahuan orangtua atau biasanya seorang ibu terhadap pemeliharaan
kesehatan gigi semakin baik. Kunjungan ke dokter gigi yang dimulai sejak usia dini
juga akan mengurangi kecemasan dan ketakutan anak kelak karena sudah
diperkenalkan sejak awal. Pada kunjungan pertama dokter gigi akan mengupayakan
cara untuk memperkenalkan anak lingkungan dokter gigi dengan upaya yang tidak
menimbulkan rasa takut dan cemas pada anak.1
Pemeriksaan rutin 3-6 bulan sekali sangat berguna terutama dalam memonitor
pertumbuhan dan perkembangan gigi anak serta mendeteksi kelainan gigi anak sejak
dini.16 Memeriksakan gigi mulai dari usia dini sangatlah penting, akan tetapi banyak
orangtua mengangap hal ini tidak perlu karena gigi susu akan diganti dengan gigi
permanen sehingga sering membiarkan gigi susu anaknya berlubang. Gigi susu yang
berlubang dapat menimbulkan beberapa masalah. Gigi susu yang berlubang dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit, akibatnya anak menjadi rewel dan susah
makan. Hal ini disebabkan gigi yang berlubang mengganggu fungsi pengunyahan dan
apabila terganggu dapat mempengaruhi nutrisi anak. Gigi susu yang berlubang juga
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
dapat menyebabkan gigi tersebut goyang dan tanggal prematur atau terpaksa dicabut
sebelum waktunya. Gigi susu berfungsi sebagai penuntun bagi pertumbuhan gigi
permanen. Bila gigi susu tanggal prematur, pertumbuhan gigi permanen menjadi
tidak teratur.6
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
yang berkembang biak di atas matriks yang terbentuk dan melekat erat pada gigi
dengan oral higiene jelek (gigi yang tidak dibersihkan).
c. Faktor substrat atau diet
Diet atau makanan terutama golongan karbohidrat seperti gula, roti atau
makanan sejenis lemak yang mudah lengket di gigi akan mempengaruhi
pembentukan plak dimana akan membantu perkembangbiakan dan kolonisasi
mikroorganisme pada permukaan gigi. Sisa makanan yang melekat pada gigi dapat
diubah oleh kuman menjadi asam yang dapat melarutkan email gigi sehingga terjadi
karies.
Pada anak usia di bawah 6 tahun yang mempunyai kebiasaan minum air susu
ibu, susu botol ataupun cairan bergula secara terus menerus sampai anak tertidur dan
atau di luar jam makan biasanya akan memiliki karies, yang dikenal dengan Nurshing
Mouth Caries.6,18
d. Faktor waktu
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu
kavitas bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.1 Faktor yang paling menentukan
terjadinya Nurshing Bottle Caries adalah lamanya gigi kontak dengan larutan gula
atau seringnya anak mengkonsumsi larutan gula.18
Penelitian yang dilakukan Yuyus, dkk terhadap 1000 bayi di bawah lima
tahun di 5 wilayah Jakarta (Utara, Barat, Timur, Selatan dan Pusat) menunjukkan
14,1% anak bebas karies dan 27,5% mempunyai karies 1-4 gigi dan mempunyai lebih
dari 4 gigi yang karies 58,1%. Anak yang mempunyai oral higiene buruk 61,7 %.4
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
2. Penyakit Gusi
Penyakit pada gusi biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit pada
gusi memiliki tanda-tanda sebagai berikut :1
1. Rasa tidak enak pada gigi disertai bau mulut
2. Gusi terlihat memerah dan lunak sehingga mudah terjadi perdarahan
3. Tanggalnya gigi disertai rasa sakit dan sensitif
4. Terjadinya penimbunan karang gigi
Untuk menghindari terjadinya penyakit gusi kebersihan rongga mulut harus
dijaga dengan baik yaitu dengan kontrol plak atau menyikat gigi dan nutrisi yang
seimbang.1,2 Penelitian yang dilakukan Tri Astuti di Jakarta menunjukkan 80% anak
menderita penyakit gusi dengan keadaan oral higiene yang buruk.3
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Maka : d = Z
0,05 = 1,95 x 0,89 x 0,11 x 1837 n
n
1836
n = 137
Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah sampel minimum adalah 137
orang. Dalam penelitian ini besar sampel yang diambil peneliti adalah 150 orang ibuibu rumah tangga dan balitanya. Teknik pengambilan sampel kelurahan dengan
metode purposive sampling. Sampel berasal dari tiga kelurahan, yaitu kelurahan
Napitupulu, kelurahan Haumabange, kelurahan Pardede Onan. Pengambilan sampel
responden secara quota sampling.
3.4
1.
Definisi Operasional
Pengetahuan ibu, yaitu pemahaman ibu tentang :
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
3. Tindakan: perilaku ibu di dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak
balita, yaitu:
a. Memeriksakan gigi anak balita ke dokter gigi.
b. Menyikat gigi anak dua kali sehari pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur.
c. Pemilihan sikat gigi. Sikat yang dipilih yaitu yang ukurannya kecil dan
bulu halus (khusus untuk anak balita), ukuran anak-anak, yang bentuknya lucu dan
digemari anak atau sikat gigi orang dewasa.
d. Tindakan pemberian pasta yang mengandung fluor dengan ukuran sebesar
biji kacang polong atau sepanjang bulu sikat pada saat menyikat gigi.
e. Membersihkan gigi atau memberikan air putih untuk berkumur setelah
anak makan atau minum yang manis.
f. Tindakan jika menjumpai adanya gigi berlubang atau gusi berdarah/gusi
bengkak pada anak, yaitu tidak melakukan apa-apa, membawa ke dokter gigi,
mengobati sendiri.
4. Kesehatan gigi dan mulut anak, dilihat dari kondisi gigi dan mulut anak
balita yaitu ada atau tidaknya karies, karies botol, gigi hilang, gigi ditambal dan ada
atau tidaknya gusi berdarah dan gusi bengkak.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
mempunyai anak usia balita) dan dicatat dalam kuesioner. Pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut anak secara visual pada rongga mulut anak balita.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
kelompok umur 30-39 tahun yaitu 54,67%. Persentase responden yang bekerja
sebagai wiraswasta/petani/pedagang
dengan yang hanya sebagai ibu rumah tangga saja yaitu 39,33%. Pendidikan terakhir
paling banyak SMA/DI/D2 yaitu 64% (Tabel 1).
Jumlah (orang)
Persentase(%)
57
82
11
38
54,67
7,33
30
61
59
20
40,67
39,33
1
20
96
33
0,67
13,33
64
22
Pada penelitian ini, persentase anak balita yang paling banyak dijumpai pada
kelompok umur 2-3 tahun yaitu 58,67%, dengan jenis kelamin perempuan sebanyak
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
4.2
Jumlah (orang)
Persentase(%)
88
62
58,67
41,33
67
83
44,67
55,33
96
40
14
64%
26,66%
9,34%
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
130
90
79
9
86,67
60
52,67
6
101
76
111
67,33
50,67
74
94
56
62,67
37,33
84
5
5
56
3,33
3,33
mengajari dan memberi contoh menyikat gigi pada anak 47,34% dan
menyikat gigi anak 45,33%. Responden yang mengetahui frekuensi menyikat gigi
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
anak balita dua kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur
sebanyak 54,67% dan kadang-kadang/tidak setiap hari yaitu 7,33%. Responden yang
menjawab sikat gigi yang baik bagi anak balita adalah sikat gigi khusus anak balita
67,33%. Masih ada 2 orang responden (1,33%) yang tidak tahu sikat gigi yang baik
untuk anak balita. Sebagian besar responden 79,33% menyatakan alasan melakukan
penyikatan gigi anak adalah agar gigi bersih dan mulut segar, gigi tidak berlubang
73,33%, gigi putih 60% dan napas tidak bau 59,33% (Tabel 4).
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.
4.2.3
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
146
90
97
1
97,33
60
64,67
0,67
68
45,33
71
47,34
11
7,33
68
51
20
11
54,67
34
13,33
7,33
101
24
23
2
67,33
16
15,33
1,33
110
89
90
119
73,33
59,33
60
79,33
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
sewaktu menyikat gigi anak balita sebesar biji kacang polong 83,33% dan sepanjang
bulu sikat 16,67% (Tabel 5).
Tabel 5.
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
44
92
5
9
29,33
61,33
3,33
6
25
125
16,67
83,33
mengetahui waktu kunjungan ke dokter gigi yaitu 40%, 30% responden menjawab 36 bulan sekali dan 24,67% menjawab 1-3 bulan sekali (Tabel 6).
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 6.
PENGETAHUAN RESPONDEN
MENGENAI DOKTER GIGI
IBU-IBU
RUMAH
TANGGA
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
117
78
98
65,33
13
8,67
37
45
8
60
24,67
30
5,33
40
4.3 Sikap Responden Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita
Responden yang setuju membersihkan gigi anak balita 98,67%. Sembilan
puluh delapan persen setuju menyikat gigi anak dilakukan sebelum tidur. Responden
yang setuju dengan pemberian pasta saat menyikat gigi anak mulai dari umur 2 tahun
90,67%. Masih ada 7,33% responden yang tidak setuju dengan pemberian pasta gigi
mulai dari anak usia 2 tahun. Sedangkan responden yang setuju dengan pendapat
tidak memberi makanan dan minuman manis di luar jam makan atau pada waktu
menidurkan anak sebanyak 76%. Walaupun demikian, masih ada 14% responden
tidak setuju dengan pendapat tidak memberi makanan dan minuman manis di luar
jam makan atau pada saat menidurkan anak balita (Tabel 7).
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 7.
Pendapat ibu
Setuju
(orang)
Tidak ada
pendapat
(orang)
148
(98,67%)
147
(98%)
136
(90,67%)
2
(1,33%)
3
(2%)
3
(2%)
11
(7,33%)
114
(76%)
15
(10%)
21
(14%)
Tidak setuju
(orang)
-
dan
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 8.
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
43
107
28,67
71,33
34
4
5
79,07
9,30
11,63
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 9.
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
57
88
3
2
38
58,67
2
1,33
59
69
22
39,33
46
14,67
56
74
22
36
49,33
14,67
5
68
8
3,33
45,34
5,33
69
46
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 10.
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
150
-
100
-
28
122
18,67
81,33
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
70
51
29
-
46,67
34
19,33
-
86
64
57,33
42,67
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 12. HASIL PEMERIKSAAN GIGI DAN MULUT ANAK BALITA (n=150)
Ada
Jumlah
(%)
74
(49,33)
37
(24,67)
3
(2)
Tidak ada
Jumlah
(%)
76
(50,67)
113
(75,33)
147
(98)
Gigi ditambal
Gusi berdarah
16
(10,67)
134
(89,33)
Gusi bengkak
13
(8,67)
137
(91,33)
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tabel 14.
Karies dan
penyakit
gusi
Karies
botol
(n=74)
Gigi
berlubang
(n=37)
Gusi
berdarah
(n=16)
Gusi
bengkak
(n=13)
Membiarkan saja
Membawa ke dokter
gigi
Mengobati sendiri
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
22
29,73
25
33,78
27
36,49
16,22
13
35,13
18
46,65
25
25
50
7,69
30,77
61,54
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 5
PEMBAHASAN
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
anak balita dan menjaga pola makan dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit gigi
dan mulut pada anak. Hanya ada satu orang responden (0,67%) yang tidak
mengetahui tindakan yang dapat dilakukan untuk memelihara kesehatan gigi dan
mulut anak balita. Pengetahuan ibu mengenai cara membersihkan gigi anak balita
juga sudah cukup baik yaitu dengan cara mengajari anak untuk menyikat gigi
(47,34%). Hal ini cukup baik karena mulai usia 2 tahun seharusnya sudah mulai
diajarkan cara menyikat gigi, yaitu dengan memberikan contoh pada anak setelah itu
anak diminta untuk mengikutinya.1 Pengetahuan responden mengenai frekuensi
menyikat gigi sebagian sudah baik, yaitu 54,67% menyatakan dua kali sehari pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Dalam pemilihan sikat gigi, responden
sebagian besar sudah mengetahui sikat gigi yang baik untuk anak balita yaitu ukuran
kecil dan bulunya halus (67,33%). Hal ini kemungkinan disebabkan informasi tentang
kesehatan gigi dan mulut sudah banyak dipublikasikan di berbagai media baik media
cetak maupun elektronik, misalnya surat kabar, majalah, buletin-buletin kesehatan,
internet, televisi dan radio.
Responden yang mengetahui bahwa pasta gigi dapat diberikan mulai dari anak
usia 2 tahun sebanyak 61,33%, dengan ukuran sebesar biji kacang polong 83,33%.
Namun, masih ada responden yang memberikan pasta gigi sepanjang bulu sikat
(16,67%). Menurut Standard Nasional Indonesia, kadar fluor pasta gigi yang baik
untuk anak adalah 500-1000 ppm. Oleh karena itu, pada anak balita dianjurkan untuk
memberikan pasta gigi mulai dari usia 2 tahun dengan ukuran sebesar biji kacang
polong untuk menghindari fluorosis. Pada anak usia di bawah 2 tahun refleks
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
menelan masih tinggi, dikhawatirkan anak akan menelan pasta gigi sehingga
kandungan fluor tinggi dalam tubuh yang dapat menyebabkan fluorosis.1,2
Umumnya responden sudah mengetahui peran dokter gigi yaitu sebagai
tempat mengobati kalau gigi sakit (78%) dan sebagai tempat konsultasi/diskusi
mengenai pemeliharaan kesehatan gigi anak (65,33%). Walaupun demikian, 8,67%
responden tidak mengetahui peran dokter gigi dalam memelihara kesehatan gigi dan
mulut anak. Dokter gigi harus ikut aktif berperan dalam meningkatkan pola hidup
sehat masyarakat dengan memberikan penjelasan mengenai cara menjaga dan
memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita yang diterangkan kepada ibu.1 Perlu
diberitahukan kepada ibu bahwa pemeliharaan kesehatan gigi anak balita dapat
dilakukan dengan membawa anak balita secara rutin (3-6 bulan sekali) ke dokter gigi.
Dalam penelitian ini sebagian responden (40%) tidak mengetahuinya, hanya 30%
responden yang mengetahui. Pemeriksaan rutin 3-6 bulan sekali sangat berguna
terutama dalam memonitor pertumbuhan dan perkembangan gigi anak serta untuk
mendeteksi kelainan rongga mulut anak sejak dini.12
Sikap responden sebagian besar setuju dengan pernyataan mengenai
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balita. Sebanyak 98,67% responden
setuju untuk menjaga kebersihan gigi anak balita. Sikap ini sudah cukup baik dilihat
dari sebagian besar responden mempunyai sikap yang positif untuk menjaga
kebersihan gigi anak, akan tetapi masih ada 1,33% responden yang tidak memberikan
pendapat. Sikap yang baik juga ditunjukkan responden, yaitu 98% setuju dengan
menyikat gigi anak balita saat malam sebelum tidur. Responden menunjukkan sikap
yang positif dalam menanggapi pernyataan mengenai tidak memberikan makanan dan
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
minuman manis di luar jam makan atau ketika menidurkan anak balita, yaitu setuju
dengan pernyataan ini sebanyak 76%. Walaupun demikian, masih ada responden
yang sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut (14%). Sisa susu atau minuman
manis yang tidak dibersihkan dari rongga mulut anak balita dapat menyebabkan
karies botol. Sikap responden setuju dengan pemberian pasta gigi mulai dari anak
usia 2 tahun (90,67%), sikap ini baik karena pada usia mulai dari 2 tahun sudah
dianjurkan untuk memakai pasta gigi. Walaupun demikian, masih ada 7,33%
responden yang tidak setuju dengan pemberian pasta mulai dari anak usia 2 tahun.
Dalam penelitian ini, sikap responden sebagian besar sudah baik. Hal ini
kemungkinan disebabkan pengetahuan responden yang sebagian besar juga sudah
baik. Pengetahuan seorang ibu sebagai orang terdekat pada balita tentang bagaimana
menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sangat penting dalam mendasari terbentuknya
sikap dan tindakan yang mendukung pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak
balita. Diharapkan pengetahuan yang baik diikuti sikap positif yang akhirnya dapat
menimbulkan tindakan yang tepat dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut
balita.1
Sebagian besar responden (71,33 %) tidak pernah memeriksakan gigi anak ke
dokter gigi, hanya 28,67% yang sudah pernah ke dokter gigi. Alasan ke dokter gigi
paling banyak karena anak ada keluhan (79,07%), sedangkan yang rutin untuk kontrol
kesehatan gigi susu anak sangat sedikit (11,63%). Umumnya, orangtua beranggapan
bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti oleh gigi permanen sehingga
menganggap kerusakan pada gigi susu bukan merupakan suatu masalah.1
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Kebanyakan responden menyikat gigi anak balita hanya pada saat mandi saja
yaitu 58,67%, hanya 38% yang menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur. Responden yang selalu menyikat gigi anak balita sebanyak 46%. Hal
ini kemungkinan disebabkan 58,67% anak balita masih berusia 2-3 tahun. Pada usia
ini anak masih sangat tergantung orangtua.7 Walaupun demikian, dalam penelitian ini
masih ada responden yang tidak menyikat gigi anak balita yaitu 14,67%. Hal ini
kemungkinan disebabkan anak usia balita cenderung kurang kooperatif dan
memerlukan waktu yang khusus untuk membersihkan gigi anak balita yang masih
memiliki ketergantungan pada orangtua sehingga responden malas untuk menyikat
gigi anak.
Empat puluh enam persen responden sudah memilih sikat gigi untuk anak
balita yang ukuran kecil dan bulunya halus. Walaupun demikian, dalam penelitian ini
masih dijumpai responden yang menggunakan sikat gigi yang sama (ukuran dewasa)
pada anak balitanya (3,33%). Hal ini kemungkinan disebabkan sikat gigi anak balita
lebih mahal, sehingga responden memperhitungkan biaya untuk membelinya. Kondisi
rongga mulut anak balita yang kecil tidak memungkinkan untuk memakai sikat gigi
ukuran dewasa, selain itu kebersihan rongga mulut tidak maksimal karena sikat gigi
yang besar tidak dapat menjangkau seluruh permukaan gigi anak.
Dalam hal pemberian pasta gigi, banyak pasta gigi yang diberikan sewaktu
menyikat gigi adalah sebesar kacang polong (81,33%). Dalam penelitian ini masih
ada responden yang memberikan pasta gigi sepanjang bulu sikat yaitu 18,67%. Hal
ini kemungkinan disebabkan responden kurang memperhatikan petunjuk pemakaian
pada pasta gigi, yang dianjurkan pada balita adalah sebesar biji kacang polong.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Responden memberikan susu atau minuman manis di luar jam makan atau
untuk menidurkan anak (46,67%). Dilihat dari sikap responden sudah baik dalam hal
tidak memberikan minuman manis untuk menidurkan anak (setuju 46,67% dan sangat
setuju 40,67%), tindakan responden masih kurang. Responden yang memberikan air
putih untuk berkumur setelah anak makan atau minum yang manis (57,33%), dan
yang tidak (42,67%). Berkumur dengan air putih setelah makan dan minum yang
manis dapat membantu membersihkan sisa-sisa makanan dan minuman manis atau
susu pada anak balita yang dapat menyebabkan karies pada anak terutama karies
botol.9
Hasil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada anak balita menunjukkan
bahwa 74 orang atau 49,33% anak balita menderita karies botol, yang dijumpai paling
banyak pada kelompok umur 4-5 tahun (52,70%), dan pada anak perempuan
(55,40%). Penelitian di Bandung oleh Eka Chermiawan, dkk pada 317 anak balita
menunjukkan bahwa 56,78% menderita Nursing Mouth Caries. Selain itu gigi
geraham yang berlubang pada 37 orang anak balita (24,67%), sebagian besar pada
anak usia 4-5 tahun (86,49%) dan perempuan (54,05%). Pada penelitian Suryawati,
dkk prevalensi karies tertinggi pada anak balita perempuan (58,2%) dan pada anak
balita berusia 4 tahun.6
Anak balita yang menderita penyakit gusi yaitu gusi berdarah (10,67%) dan
gusi bengkak (8,67%). Hal ini kemungkinan disebabkan kondisi oral higiene yang
buruk, dimana penyikatan gigi balita yang tidak rutin. Oral higiene yang buruk
ditandai dengan banyaknya plak dan kalkulus yang dapat menimbulkan peradangan
pada gusi.2
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Dalam penelitian ini tidak satupun pada gigi yang berlubang dilakukan
penambalan. Umumnya pencarian pengobatan oleh responden ibu lebih tinggi
dilakukan dengan cara mengobati sendiri yaitu pada karies botol 36,49%, gigi
berlubang 46,65%, gusi berdarah 50% dan gusi bengkak 61,54%. Hal ini
kemungkinan disebabkan faktor biaya. Berdasarkan The World Oral Health Report,
2003 penyakit gigi dan mulut menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam
pengobatan.2
Dalam penelitian ini, pengetahuan dan sikap responden yang baik belum
semuanya dapat diaplikasikan dalam tindakan. Tindakan ibu masih kurang dalam hal
membawa anak untuk kontrol secara rutin ke dokter gigi, penyikatan gigi pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur, pemberian makanan dan minuman manis di luar
jam makan, pencarian pengobatan ke dokter gigi. Hal ini sama seperti pada penelitian
Suryawaty, dkk di Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Pasar Minggu yang
menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut
anak balita sudah baik akan tetapi tindakan ibu masih sangat kurang dalam
memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dalam penelitian ini sebagian besar responden sudah mengetahui cara
memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita, responden juga menunjukkan sikap
yang baik, akan tetapi aplikasinya dalam hal tindakan pemeliharaan masih banyak
yang kurang.
Dari hasil penelitian 150 orang responden ibu-ibu rumah tangga yang
mempunyai anak balita, 62,67% mengetahui bahwa kesehatan gigi susu
mempengaruhi gigi permanen, 67,33% mengetahui sikat gigi yang baik bagi anak
balita, 54,67% mengetahui menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum
tidur dan 83,33% mengetahui ukuran pasta gigi pada anak balita sebesar biji kacang
polong. Pengetahuan responden juga baik dalam hal mengetahui peran dokter gigi
sebagai tempat konsultasi mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak
balita (65,33%). Responden menunjukkan sikap yang baik untuk menyikat gigi anak
sebelum tidur (98%), pemberian pasta gigi mulai usia 2 tahun (90,67%) dan tidak
memberikan makanan dan minuman manis di luar jam makan (76%). Tindakan
responden yang menyikat gigi anak pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur
(38%), yang menggunakan sikat gigi khusus untuk anak balita (46%), yang
memberikan pasta gigi sebesar biji kacang polong (81,33%) dan yang memberikan
makanan dan minuman manis di luar jam makan (46,67%). Tindakan reponden masih
kurang bila dilihat dari pengetahuan dan sikap yang dimiliki.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Hasil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut anak balita menunjukkan masih
banyak yang menderita karies botol dan gigi berlubang, juga masih ditemui penyakit
gusi yaitu gusi berdarah dan gusi bengkak. Sebanyak 49,33% anak balita menderita
karies botol dan gigi berlubang (24,67), juga masih ditemui penyakit gusi yaitu gusi
berdarah (10,67%) dan gusi bengkak (8,67%). Tidak ada gigi anak balita yang
terkena karies dirawat atau ditambal. Anak balita yang menderita karies botol, gigi
berlubang, gusi berdarah dan gusi bengkak paling banyak pada kelompok umur 4-5
tahun dan prevalensi tertinggi pada anak balita perempuan. Dalam hal kunjungan ke
dokter gigi responden sangat kurang dimana sebagian besar tidak pernah membawa
anak ke dokter gigi. Kebanyakan responden yang membawa anaknya ke dokter gigi
karena ada keluhan pada anak. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan kepada
ibu-ibu mengenai pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita yang
dapat dilakukan dokter gigi dan tenaga kesehatan gigi lainnya.
6.2 Saran
Diharapkan kepada pihak Puskesmas agar penyuluhan kepada masyarakat
lebih ditingkatkan terutama kepada ibu-ibu sebagai key person dalam keluarga
dalam hal pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut anak sejak usia dini,
memberikan informasi mengenai pengaruh kesehatan gigi susu terhadap gigi
permanen dan pentingnya kunjungan ke dokter gigi untuk mengontrol pertumbuhan
dan perkembangan gigi anak serta untuk mendeteksi kelainan gigi anak sejak dini.
Tenaga kesehatan gigi dan mulut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut terutama dalam penambalan gigi. Selain itu, tenaga
kesehatan gigi dan mulut diharapkan melakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
anak balita di posyandu dan melakukan pemantauan secara berkala, apabila masih
ditemukan karies waktu pemantauan maka dianjurkan kembali untuk melakukan
penambalan.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR RUJUKAN
1. Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. 2005.
http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi dosen.pdf (23 Oktober
2008).
2. Sondang P, Hamada T. Menuju gigi & mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 6970.
3. Zatnika I. 89% anak Indonesia derita penyakit gigi dan mulut. http://
www.depkes.go.id (30 Januari 2009).
4.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
11. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka cipta,
2007: 133-151.
12. Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : PT Rineka cipta,
2003: 114-134.
13. Eka C, Riyanti E, Tjahyaningrum SN. Prevalensi Nursing Mouth Caries pada
anak usia 15-60 bulan berdasarkan frekuensi penyikatan gigi di posyandu desa
Cileunyi Wetan kecamatan Cileunyi kabupaten Bandung 2004. http://resources.
unpad.ac.id (14 Februari 2009).
14. Singgih DG, Yulia S. Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia,2000: 8-11.
15. DKK Surabaya. Tips merawat gigi dan mulut balita. http://www.surabayaehealth.org/content/tips-merawat-gigi-dan-mulut-balita. 30 Agustus 2008 (27April
2009).
16. American Dental Association. Sikat gigi dan pasta gigi untuk balita.
http://images.google.co.id (11 Februari 2009).
17. Budiman JA. Mengenal gigi anda, petunjuk bagi orangtua. Jakarta: Arcan, 1996:
1-31;80-96.
18. Yulia SB. Kesehatan gigi bayi dan balita. http:// bintangbangsaku.com/artikel/
kesehatan-gigi-bayi-dan balita (27-04-09).
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
: ....................................
Tanggal :
A. Umur ibu(tahun)
: a. 20
b. 20-29
c. 30-39
d. 40-49
B. Pekerjaan : a. PNS/Peg.Swasta
b. Wiraswasta/petani/pedagang
c. Ibu rumah tangga
d. Lain-lain...............................
C. Pendidikan terakhir ibu : a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. SD/SMP
c. SMA/D1/D2
d. D3/S1/S2/S3
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
4. Jika tahu apa yang dapat terjadi jika gigi susu anak rusak?
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
10
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
13
14
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
7
8
9
10
11
Karies
Ada
Tidak ada
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.