Anda di halaman 1dari 3

Dita Nur Hanifah

RESUME ENGINEERING ROCK MECHANICS


Chapter 7 DISCONTINUITIES
John A. Hudson & John P. Harrison
Diskontinuitas pada batuan ditunjukkan dengan pemisahan tubuh batuan sehingga
kuat tarik batuan bernilai nol dan istilah ini digunakan tanpa ada hubungan dengan
genesanya. Diskontinuitas merupakan hal yang penting berkaitan dengan kemampuan
terdeformasi, kekuatan batuan dan permeabilitas batuan. Selain itu pengetahuan mengenai
geometri, mekanik dan hidrologi pada diskontinuitas berpengaruh pada mekanika batuan.
Semakin banyak jumlah diskontinuitas yang ada pada suatu massa batuan, makan
stabilitas massa batuan itu semakin rendah. Pengukuran diskontinuitas di lapangan dapat
dilakukan pada batuan yang tersingkap meskipun hanya terlihat potongan dua dimensi,
namun dapat diperkiraan keadaan tiga dimensinya. Akan lebih baik jika terdapat dua bagian
massa batuan yang tersingkap dengan orientasi berbeda, data diskontinuitas batuan secara
tiga dimensi akan lebih pasti.
Lubang bor dapat menyediakan data yang bagus mengenai keterdapatan
diskontinuitas dan frekuensinya, namun sedikit informasi mengenai penyebaran lateral
diskontinuitas. Hal penting mengenai keterdapatan diskontinuitas yaitu rata-rata dan
distribusi spasi antar diskontinuitas, dimana hal ini akan berasosiasi dengan frekuensi
diskontinuitas dan Rock Quality Designation.
Bentuk Geometri Diskontinuitas
1. Spasi dan frekuensi, spasi yaitu jarak antar diskontinuitas yang berdekatan pada garis
scanline. Frekuensi merupakan jumlah diskontinuitas pada jarak tertentu, dimana
frekuensi berkebalikan dengan spasi.
2. Orientasi, arah kemiringan/sudut kemiringan, diskontinuitas diasumsikan sebagai
bidang yang planar sehingga arah kemiringan dan sudut kemiringan dapat ditentukan.
3. Persistence, ukuran dan bentuk, persebaran diskontinuitas pada bidangnya, berkaitan
dengan bidang diskontinuitas lain yang membatasi
4. Kekasaran, tingkat kekasaran pada permukaan bidang diskontinuitas.
5. Aperture/bukaan, jarak tegak lurus antara diskontinuitas permukaan batuan yang
berdekatan
6. Set diskontinuitas, diskontinuitas tidak terjadi dengan orientasi yang sangat acak,
sehingga diskontinuitas dapat dikelompokkan berdasar orientasinya yang dapat
berasosiasi dengan pembentukan diskontinuitas.

Dita Nur Hanifah

7. Ukuran blok, ukuran blok dapat digunakan memperkirakan rata-rata dan distribusi
blok batuan.
Spasi dan Frekuensi Diskontinuitas
Dengan N merupakan jumlah diskontinuitas dan L merupakan panjang garis
sampling, maka :
Frekuensi diskontinuitas, = N/L (m-1) jumlah diskontinuitas tiap meter
Spasi rata-rata = L/N (m) kebalikan dari frekuensi diskontinuitas
Rock Quality Designation (RQD)
RQD diperkenalkan oleh Deer (1963) untuk pengamatan diskontinuitas pada inti bor.
RQD didefinisikan sebagai persentase inti bor yang mempunyai spasi lebih besar atau sama
dengan 4 inci (10 cm), dengan rumus :
n

RQD = 100

xLi
i=1

Dengan xi adalah spasi diskontinuitas yang lebih besar dari 10 cm dan n adalah jumlah spasi
yang lebih besar dari 10 cm dan L panjang scanline.
Didapat hubungan antara RQD dan frekuensi dikontinuitas berupa distribusi
eksponensial negatif spasi diskontinuitas, dengan grafik linier untuk nilai 6 < < 16.
Orientasi Disontinuitas, Set Diskontinuitas dan Ukuran Blok
Jika diasumsikan diskontinuitas merupakan bidang planar, orientasinya berupa arah
kemiringan dan sudut kemiringan. Orientasi ini dapat digambarkan dalam bentuk dua dimensi
dengan diplot bidang normal maupun kutub pada stereonet. Karena banyaknya data bidang
diskontinuitas, akan lebih enak untuk mengeplot kutub, sehingga didapatkan pengelompokan
diskontinuitas berdasarkan kontur.
Set diskontinuitas penting digunakan untuk pembentukan blok batuan dan distribusi
ukurannya. Dengan dilengkapi data frekuensi dan orientasi diskontinuitas, dapat ditentukan
distribusi volume blok secara tiga dimensi.

Persistence, Kekasaran dan Aperture

Dita Nur Hanifah

Persistence merujuk pada penyebaran lateral suatu bidang diskontinuitas yang


berbatasan dengan bidang diskontinuitas lain yang berdekatan.
Kekasaran digunakan untuk menggambarkan tingkat kekasaran permukaan bidang
diskontinuitas. Tingkat kekasaran dapat ditentukan menggunakan Joint Roughness
Coefficient (JRC) yang dikembangkan oleh Barton dan Choubey (1977). Metode yang
digunakan yaitu dengan membandingan permukaan bidang diskontinuitas dengan profil
kekasaran standar lalu diubah ke dalam nilai matematis. Tingkat kekasaran berhubungan
dengan kondisi mekanis dan hidraulik diskontinuitas.
Aperture bisa disederhanakan menjadi keterbukaan diskontinuitas. Parameter ini
berkaitan dengan kondisi mekanis dan hidraulik diskontinuitas. Aperture bisa dilalui fluida.
Sifat Mekanik
1. Kekakuan
Kita

ketahui

bahwa

diskontinuitas

merupakan

pembebanan

karena

kompresional, tensional, maupun pergeseran.


Pada gaya kompresional, permukaan batuan ditekan bersamaan sehingga kedua
permukaannya tertutup. Kekakuan diasosiasikan dengan proses kompresional yang
semakin besar dengam gaya yang berikan atau perpindahan, mencapai batas
diasosiasikan dengan kekuatan intact rock.
Pada gaya tensional, dengan definisi diskontinuitas tidak mempunyai kuat tarik,
tidak adanya kuat tarik ini ditopang oleh perpindahan yang semakan meningkat.
2. Kekuatan
Kekuatan diskontinuitas pada gaya geser dapat diketahui dari kohesi dan sudut
pergeseran dengan asusmi kuat geser merupakan fungsi sudut pergeseran dibanding
kohesi. Didapatkan :
JCS
JRC log 10
+r

= n tan

( )

Dengan JRC : Joint Roughness Coefficient, JCS : Joint Wall Compressive Strength,
r

: residu sudut geseran.

Anda mungkin juga menyukai