Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tubuh manusia tersusun dari milyaran sel darah yang memiliki fungsi yang
vital. Terdapat tiga tipe sel darah pada manusia, sel darah merah yang merupakan
jumlah sel darah terbanyak, sel darah putih, dan trombosit, yang masing-masing
memiliki fungsi dan kadar yang berbeda dalam tubuh. Salah satunya adalah
penghitungan jumlah sel darah dimana terdapat standar jumlah sel darah untuk
mengindikasikan kondisi tubuh manusia. Standar jumlah sel darah tergantung
beberapa faktor, yaitu jenis kelamin, usia, dan lain-lain. Sehingga, penghitungan
jumlah sel darah menjadi salah satu metode untuk mendeteksi jenis penyakit
tertentu dengan gejala yang hampir mirip dengan penyakit lainnya. Penghitungan
sel darah yang selama ini dilakukan secara manual, beresiko terjadinya kesalahan
serta tidak efisiensi waktu Perkembangan pengolahan citra digital, memungkinkan
untuk melakukan penghitungan sel darah secara otomatis. Sehingga, didapatkan
hasil penghitungan yang lebih akurat dalam waktu yang relatif singkat.
B. rumusan masalah
1. Definisi Penatalaksanaan Spesimen
2. Fungsi Penatalaksanaan Spesimen
3. Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Urin (Bersih Dan Steril) Dan Feces
4. Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Darah Arteri Dan Vena
5. Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Sputum
6. Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Dari Luka

|1

C. Tujuan
1. mengerti dan memahami Definisi Penatalaksanaan Spesimen
2. mengerti dan memahami Fungsi Penatalaksanaan Spesimen
3. mengerti dan memahami Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Urin
(Bersih Dan Steril) Dan Feces
4. mengerti dan memahami Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Darah
Arteri Dan Vena
5. mengerti dan memahami Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Sputum
6. mengerti dan memahami Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Dari
Luka

|2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Penatalaksanaan Spesimen


Pengambilan spesimen merupakan salah satu dari serangkaian proses yang
dilakukan sebelum melakukan pemeriksan laboratorium. Supaya spesimen
memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses pengambilan spesimen harus
dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar. Spesimen yang memenuhi syarat
adalah : jenisnya sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, volumenya
mencukupi untuk tiap jenis pemeriksaan, kondisinya layak untuk diperiksa
(segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, steril, tidak menggumpal),
antikoagulan yang digunakan sesuai, dan ditampung dalam wadah yang
memenuhi syarat.
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium atau petugas
lain yang terampil dan berpengalaman. Sesuai dengan kondisi dan situasi
setempat, spesimen dapat diambil oleh petugas RS/laboratorium setempat, atau
oleh

petugas

laboratorium

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan

Kesehatan.Pengambilan harus dilakukan dengan memperhatikan universal


precaution atau kewaspadaan dini untuk mencegah terjadinya infeksi. Jenis
spesimen yang diambil dapat berupa : darah (serum atau darah), urin, tinja, dan
jaringan.
Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai :

1.
2.
3.
4.

Laboratorium jas (lengan panjang)


Sarung tangan (karet)
Kaca mata plastik (goggle)
Masker (N95 untuk petugas dan penderita)
Tutup kepala (plastik)

|3

B. Fungsi Penatalaksanaan Spesimen


Salah satu kontribusi perawat dalam pengkajian status kesehatan adalah
mengambil spesimen dan cairan tubuh untuk pemeriksaan. Pemeriksaan specimen
biasanya dilakukan minimal satu kali pada tiap klien rawat. Tujuan pemeriksaan
specimen adalah menetapkan diagnosa masalah dan menilai respon klien terhadap
terapi yang telah dijalani.
Tanggung jawab perawat dalam pemeriksaan spesimen adalah:
1. Memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan keamanan saat
pengambilan specimen.
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan.
3. Melakukan prosedur pengambilan,

penyimpanan

dan

pengiriman

specimen dengan benar.


4. Mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada lembaran
dengan benar.
5. Melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal.

C. Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Urin (Bersih Dan Steril)


Dan Feces

a. Pemeriksaan Spesimen Urine


1. Tujuan dari pemeriksaan spesimen urin adalah
1) Untuk mengetahui adanya kelainan urin secara langsung. Urin akan
diambil

sebagai

spesimen

atau

sampel

laboratorium

apabila

diperlukan. Beberapa kasus yang memerlukan sampel urin adalah


diabetes, proteinuria, dan adanya gangguan ginjal.
2) Untuk membantu penegakan dini diagnosa awal.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.

|4

2. Macam-Macam Spesimen Urin


a. Urin bersih (clean voided urine specimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk pemeriksaan
urinalisa rutin diperlukan:
1. Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama
cenderung konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki
pH lebih rendah.
2. Jumlah minimal 10mL
3. Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri,
dengan menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang
lemah, mungkin memerlukan bantuan.
4. Spesimen harus bebas dari feses
5. Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat
diperiksa dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin
berada dalam suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin
dan sel darah merah akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.
b. Urin tengah (clean-catch or midstream urin specimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesimen untuk pemeriksaan kultur
urin yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran
kemih. Sekalipun ada kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit,
namun pengambilan dengan menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan
infeksi.

Perlu

mekanisme

khusus

agar

spesimen

yang

didapat

tidak

terkontaminasi.

Pengambilan dilakukan dengan cara:


1. bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue khusus
lalu keringkan
2. biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan untuk mendorong dan
mengeluarkan bakteri yang ada didistal, beberapa waktu kemudian tampung

|5

urin yang ditengah. Hati-hati memegang wadah penampung agar wadah


tersebut tidak menyentuh permukaan perineum.
Jumlah yang diperlukan 30-60mL
c. Urin tampung (timed urin specimen/waktu tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang
dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam 24 jam.
Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif
(zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah
perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu
dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.
a) Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
1) Mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
2) Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
3) Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase,
kreatinin, hormon tertentu)
b) Hal yang perlu dilakukan perawat:
1) Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih
2) Beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
3) Setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih
lalu segera masukan dalam wadah yang lebih besar
1) Setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
2) Perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi
3) Wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES

d. Spesimen urin acak


1. Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpil kan dari urin
klien saat berkemih secara alami atau dari kateter foley atau kantong
pengumpul urin yang mengalami diversi urinarius
2. Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis
3. Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan
hanya 120 mL urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat
4. Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat m,emasang tutup dengan ketat
padsa wadah spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar mengenai

|6

bagian wadah,meletakan wadah pada kantong plastik,dan kirim spesimem


yang telah diberi label ke labor.
e. Spesimen kateter indwelling
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang
khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik. Klem kateter
selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk
kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin,
hati-hati dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi.
3. Pengambilan specimen urin
a. Pengambilan Spesimen
1) Wadah Spesimen
a. Wadah spesimen urine harus bersih dan kering.
b. Dapat terbuat dari plastik atau botol gelas.
c. Mulut wadah lebar dan dapat ditutup rapat.
d. Wadah berwarna terang.
2) Bahan Pengawet
a. Formalin 37%.
b. Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).
3) Cara Pengambilan Spesimen
1. Urine ditampung selama 24 jam
2. Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 100 ml, kemudian
tambahkan dengan 2 ml formalin 27% atau 100 mg EDTA, kemudian
kocok hingga homogen.
4) Identitas Spesimen.
Diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada
buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur,
jenis kelamin, jenis pemeriksaan.
b. Pengiriman Spesimen
1) Setelah spesimen urine terkumpul masing-masing dalam wadah/botol
kecil, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan
diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).

|7

2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah


terbalik atau tumpah.
3) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium (tidak lebih
dari 3 hari).
c. Pemeriksaan Spesimen
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah
hitam dalam urine, antara lain metoda Dithizone dan metoda Spektrofotometrik
Serapan Atom.Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan
sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan ataupun peralatan.
d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI)
atau nilai index untuk pajanan biologi. Kadar Timah hitam dalam darah 50
mg/100ml. Kadar Timah hitam dalam urine 150mg/ml creatinine. Zinc
protoporphynin dalam darah (setelah 1 bulan terekspos) 250 mg/100 ml
erythrocytes atau 100mg/100 ml darah

e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang
B. Spesimen feses
Analisa specimen feses dapat memberikan informasi meliputi proses tentang
kondisi kesehatan.
1. tujuan pemeriksaan feses meliputi:
a.

Untuk menentukam adanya darah samar (tersembunyi) perdarahan dapat


terjadi akibat adanya ulkus, penyakit inflamasi atau tumor.

|8

Pemeriksaan samar sering disebut sebagai tes uji guaiase, dapat


dilakukan dengan cepat oleh perawat di klinik atau klien di rumah. Kertas
guaiase yang di gunakan untuk pemeriksaan sensitive terhadap adanya
darah dalam feses. Makanan tertentu,obat dan vitamin c dapat menjadikan
pemeriksaan tidak akurat. Hasil positif palsu dapat terjadi bila klien baru
memakan daging merah,sayuran atau buah-buahan mentah atau obat-obatan
tertentu yang mengiritasi mukosa lambung dan mengakibatkan perdarahan,
seperti aspirin atau abat anti inflamasi nonsteroid (Nonsteroidal antIinflamatory drugs/NSAID) yang lain,steroid,sediaan besi dan anti koagulan.
Hasil negatif palsu terjadi bila klien mengonsumsi lebih dari 50 mg vitamin
c/hari dari semua sumber baik dari diet dan suplemen 3 hari sebelum
pengukuran sekalipun njika ada perdarahan.
b.

Untuk menganalisis produk diet dan sekresi digestif.


Sebagai contoh, jumlah lemak yang berlebihan pada feses (steatore)
dapat mengindikasi absorbsi lemak yang terjadi pada usus halus. Penurunan
jumlah empedu dapat mengiritasi obstruksi aliran empedu dari hati dan
kandung kemih ke dalam usus. Untuk pemeriksaan jenis ini, perawat perlu
mengumpulkan dan mengirim seluruh feses pada satu kali defekasi bukan
sempel yang sedikit.

c.

Untuk mendeteksi adanya telur dan parasit.


ketika mengumpulkan spesimen untuk pemeriksaan parasit sample
yang harus di bawa ke laboratorium masih baru. Biasanya, ada tiga
spesimen feses yang di evaluasi untuk memastikan dan mengidentifikasi
adanya organisme sehingga dapet disusun pengobatan yang sesuai.

d.

Untuk mendeteksi adanya bakteri atau virus.


Pemeriksaan ini hanya membutuhkan sedikit fese karena spesimen
tersebut akan di kultur. Wadah atau penampung harus steril dan teknik

|9

aseptik digunakan saat mengumpulkan spesimen. Feses perlu dikirim segera


ke laboratorium. Perawat perlu membuat catatan pada slip permintaan
laboratorium bila klien mendapatkan antibiotik.
2. Hal hal yang perlu diperhatikan
a. Penyimpanan
1) Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
2) Bila 1 jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuarts medium, ataupun
Pepton water
3) Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu
4C
b. Pengiriman
1) Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
2) Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada
media Tetra Thionate Broth
3. Mengumpulkan spesimen feses
a. Alat pemeriksaan peses biasa
1) Pispot yang bersih
2) Sarung tangan
3) Wadah spesimen dari plastik berlebel dengan penutup, hapusan steril pada
4)
5)
6)
7)

tabung untuk kultur feses


Dua spatel
Tissue
Slip permintaan dari laoratorium yang terisi lenkap
Penyegar udara

b. Pemeriksaan feses untuk darah samar


Alat:
1)
2)
3)
4)

Pispot yang bersih


Sarung tangan
Dua spatel
Tissue

| 10

c. Persiapan perawat sebelum pemeriksaan :


1) Kumpulkan peralatan yang di perlukan
2) Pasang tanda di kamar mandi klien bila diperlukan spesimen feses sesuai
waktu
d. Pelaksanaan
1) Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut
harus dilakukan dan apakah klien dapat bekerjasama.
2) Berikan informasi dan interupsi kepada klien yang dapet berjalan
3) Tujuan pengambilan spesimen feses dan bagaimana klien dapat mebantu
mengumpulkannya
4) Defekasi pada pispot yang bersih
5) Jangan sampai spesimen terkontaminasi dengan urin atau darah
menstruasi.

Jika

memungkinkan

klien

berkrmih

dulu

sebelum

mengumpulkan spesimen
6) Jangan membuang tisu ke dalam pispot defekasi karena kandungan kertas
dapat mempengaruhian alisis laboratorium
7) Beritahu perawat secepat mungkin setelah defekasi terutama setelah
mendapatkan spesimen dan segera dikirim ke laboratorium
8) Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lainnya yang
sesuai. Ketika mengambil sampel feses yaitu saat membawa pispot klien,
saat memindahkan sampel feses ke wadah spesimen, saat membuang sisa
pada pispot, perawat melakukan teknik aseptik dengan cermat.
9) Berikan privasi klien
10) Bantu klien yang memerlukan bantuan
11) Bantu klien memakai pispot yang diletakkan di atas kursi di samping
tempat tidur atau di bawah dudukan toilet di kamar mandi
12) Setelah klien defekasi tutup pispot bertujuan untuk mengurangi rasa bau
dan malu pada klien
13) Pasang sarung tangan untuk menghindari kontaminasi pada tangan dan
bersihkan klien sesuai dengan kebutuhan. Inspeksi sekitar anus untuk
memeriksa adanya iritasi bila klien sering defekasi dan fesesnya cair.
14) Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah feses
15) Gunakan satu atau dua spatel untuk memindahkan sejumlah atau semua
feses ke dalam wadah spesimen, hati-hati agar tidak mengontaminasi

| 11

bagian luar wadah. Jumlah desse yang dikirim bergantung pada tujuan
pengumpulan spesimen feses. Biasanya pemeriksaan cukup membutuhkan
2 ,5 cm feses yang berbentuk atau 15-30 ml fese cair. Untuk beberapa
spesime waktu,seluruh feses yang keluar mungkin perlu di kirimkan,
mukius atau darah yang terlihat harus disertakan pada sampel.
16) Untuk kultur, masukkan swab steril kedalam spesimen. Letakkan swab
kedalam tabung periksa steril dengan menggunakan teknik steril.
17) Bungkus spatel yang telah digunakan dengan tissue sebelum
membuangnya kedalam wadah pembuangan. Tindakan ini membantu
mencegah penyebaran mikroorganisme melui kontak dengan benda lain
18) Tutup wadah segera setelah spesimen berada di dalam wadah
19) Pastikan klien dalam keadaan nyaman
20) Kosongkan dan bersihkan pispot dan letakkan kembali ke tempatnya
21) Lepaskan sarung tangan
22) Gunakan penyegar udara untuk mrenghilangkan bau kecuali dikontra
indikasikan untuk klien (misalmnya semprotan yang meningkatkan
dispenia)
23) Beri label dan kirimkan spesimen ke laboratorium
24) Pastikan informasi yang benar terdapat pada slip permintaan laboratorium
dan pada label yang melekat di wadah specimen
25) Atur spesimen agar di bawa ke laboratorium untuk kultur atau
pemeriksaan parasit perlu segera dikirim. Bila tidak memungkinkan ikuti
petunjuk pada wadah spesimen. Pada beberapa institusi pendinginan di
indikasikan karena perubahan bakteriologis terjadi pada spesimen feses
dalam suhu ruangan. Jangan pernah meletakkan spesimen dalam tempat
pendingin yang berisi makanan dan obat-obatan untuk mencegah
kontaminasi

D. Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Darah Arteri Dan Vena

a. Pengambilan Darah Vena

| 12

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya


diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku).
Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada
pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena
basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus
dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis
dan syaraf median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka
pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan.
Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum
yang ukurannya lebih kecil.
1. Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Lengan pada sisi mastectomy


Daerah edema
Hematoma
Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
Daerah bekas luka
Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular

Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan


darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat
tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara
vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring),
sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).

2. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena
adalah :
1. Pemasangan turniket (tali pembendung)

| 13

a. pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan


hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel),
peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid
total)
b. melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan
hematoma
2. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga
mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah
merah.
3. Penusukan
a. penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan
jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu,
penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
b. tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan
darah bocor dengan akibat hematoma
4. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel
akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan
pada pasien ketika dilakukan penusukan.
Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan
pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
3. Prosedur :
1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan :
a. Syring (suntikan)
b. kapas alkohol 70%,
c. tali pembendung (turniket),
d. plester, dan
e. tabung.
Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah
sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan
pastikan jarum terpasang dengan erat.

| 14

2. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien


senyaman mungkin.
3. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
4. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila
pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.
6. Minta pasien mengepalkan tangan.
7. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
8. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa
kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan
pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5
menit daerah lengan.
9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70%
dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika
jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam
semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.
11. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien
membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali
jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
12. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan
kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik
jarum sebelum turniket dibuka.
b. Lokasi Pengambilan Darah Arteri
Mengidentifikasi arteri untuk pengambilan sampel. Arteri yang paling sering
unutk pengambilan sampel termasuk arteri radialis, arteri brachialis, dan arteri
femoralis. Dari ketiganya, arteri radial adalah area sampling yang paling disukai
karena tiga faktor utama:
a) mudah untuk mengakses,
b) arteri radial adalah arteri dangkal dan karena itu lebih mudah untuk diraba,
stabil, dan mudak ditusuk, dan
c) memiliki jaminan aliran darah.

| 15

Jika kerusakan pada arteri radial terjadi atau menjadi terhambat, arteri
ulnaris akan memasok darah ke jaringan biasanya dipasok oleh arteri
radial. Untuk menilai arteri radial untuk sampling, harus melakukan tes
Allen dimodifikasi untuk menjamin patensi arteri ulnaris.
1. Adapun cara melakukan tes Allen adalah sebagai berikut:
a) Melenyapkan denyut radial dan ulnar secara bersamaan dengan menekan
di kedua pembuluh darah di pergelangan tangan.
b) Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan melepaskannya sampai kulit
terlihat pucat.
c) Lepaskan tekanan arteri ulnaris sementara mengompresi arteri radial.
Perhatikan kembalinya warna kulit dalam waktu 15 detik
Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan dan arteri radial tidak dapat
diakses, maka arteri brakialis dapat digunakan. Potensi untuk mendapatkan
sampel vena lebih besar bila menggunakan arteri brakialis karena ada pembuluh
darah besar terletak di dekat arteri brakialis. Selain itu, saraf medial terletak
sejajar dengan arteri brakialis dan akan menyebabkan rasa sakit pasien jika Anda
secara tidak sengaja mengenainya dengan jarum.
2. Peralatan
1. AGD kit:
a. Spuit spesifik untuk mengambil darah yang akan digunakan untuk

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

analisa gas darah.


b. Jarum 20 G 1
c. Jarum 22 G 1
d. 1 ml ampul carian heparin (1:1000)
Sarung tangan
Spuit 5 ml dan 10 ml
Alcohol or poviodine-iodine pad
4x4 gauze pads
Penutup karet untuk spuit
Tas plastik atau wadah berisi es
Label
Format permintaan laboratorium

| 16

Banyak fasilitas kesehatan yang menggunakan AGD kit yang terdiri atas
semua yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur ini termasuk tempat yang
sudah berisi es untuk membawa sampel ke laboratorium. Namun jika tidak ada,
gunakan basin emesis yang bersih dan mangkuk styrofoam untuk meletakkan es
didalamnya, atau tas plastik untuk membawa sampel ke lab.
3. Prosedur Tindakan
1) Cek identitas pasien. Beritahu pasien bahwa anda akan melakukan
pengambilan sampel AGD dan jelaskan tujuan serta prosedurnya.
Beritahukan bahwa spesimen akan diambil dari arteri, jaga privasi klien,
dan atur posisi klien dalam posisi supinasi atau semi fowler.
2) Siapkan peralatan. Beri label syringe dengan nama pasien, nomor ruangan,
nama dokter, tanggal dan waktu pengambilan, inisial pelaksana AGD. Beri
heparin pada spuit.
3) Lakukan cuci tangan dan gunakan sarung tangan untuk meminimalkan
penyebaran mikroorganisme.
4) Membersihkan kulit di area tusukan dengan kapas alcohol. Tangan klien
harus ditekuk sedikit atau letakkan handuk kecil yang digulung di bawah
pergelangan tangan. Hal ini membawa arteri radial lebih dekat ke
permukaan. Ekstensi berlebihan pada pergelangan tangan harus dihindari
karena dapat menutup jalan denyut nadi.
5) Palpasi denyutan dengan telunjuk dan jari tengah. Setelah menemukan
sensasi denyutan terkuat, sedikit fiksasi arteri dengan telunjuk dan jari
tengah. Hal ini akan mencegah arteri berubah posisi ketika dilakukan
tusukan.
6) Suntikan harus dengan sudut 45 atau kurang di tangan berlawanan,
seperti memegang pensil atau sebuah anak panah. Penempatan paralel
dekat

jarum

tersebut

akan

meminimalkan

trauma

arteri

dan

memungkinkan serat otot polos untuk menutup lubang tusukan setelah


jarum ditarik.
7) Sementara memfiksasi arteri dan dengan sudut jarum mengarah ke atas,
masukkan jarum ke tepat di bawah permukaan kulit. Sekarang dorong
jarum perlahan-lahan sampai terlihat denyut berkedip darah di pusat

| 17

jarum. Berhenti dan pertahankan posisi ini sampai terkumpul 2-4 cc darah
dalam alat suntik.
8) Jika jarum masuk terlalu jauh, tarik perlahan-lahan sampai mengalir darah
ke jarum suntik. Seharusnya tidak perlu ada aspirasi darah ke jarum suntik
sebab tekanan arteri akan mengisi otomatis alat suntik. Hanya dalam jika
digunakan jarum gauge kecil (misalnya 25 gauge), atau pasien hipotensi,
sebaiknya dilakukan aspirasi jarum suntik.
9) Setelah mendapatkan jumlah darah yang diinginkan, tarik jarum dan
terapkan tekanan ke area tusukan dengan ukuran 4 4. Setelah tekanan
diterapkan selama 2 menit, periksa area untuk perdarahan, aliran, atau
rembesan darah. Jika ada, terapkan tekanan sampai pendarahan terhenti.
Waktu kompresi lama akan diperlukan untuk pasien pada terapi
antikoagulan atau yang memiliki gangguan perdarahan.
10) Lepaskan jarum dari alat suntik. Jarum tidak boleh disumbat, bengkok,
atau sengaja dirusak karena bahaya tusukan diri. Semua jarum harus
ditempatkan dalam wadah tahan tusukan (umumnya dikenal sebagai
wadah benda tajam).
11) Sangat penting bahwa gelembung udara yang dikeluarkan dari spuit gas
darah karena dapat mengubah hasil gas darah. Pegang jarum suntik tegak
lurus dan tekan jarum suntik dengan lembut sehingga gelembung udara
naik ke bagian atas jarum suntik sehingga dapat dikeluarkan.
12) Cap jarum suntik dan letakkan spuit dalam kantong es (mendinginkan
sampel akan mencegah metabolisme lebih lanjut dari darah). Pasang slip
laboratorium untuk tas, dan bawa sampel ke laboratorium. Jika akan
menganalisis sampel, harus dilakukan sesegera mungkin.
13) Lepas sarung tangan dan lakukan cuci tangan untuk mencegah
penyebaran mikroorganisme.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Pasien menerima oksigen, pastikan terapi oksigen telah berjalan sekurangkurangnya 15 menit sebelum mengambil gas darah. Indikasikan pada slip
lab, jumlah dan tipe terapi oksigen yang diterima pasien. Catat suhu

| 18

pasien, level Hb, dan RR terbaru. JIka pasien memakai ventilator mekanik,
catat fraksi inspirasi oksigen dan tidal volume.
2) Pasien tidak memakai O2, indikasikan jika pasien bernafas dengan udara
ruangan.
3) Pasien baru saja memakai nebulizer, tunggu hingga 20 menit sebelum
mengambil sampel. Konsentrasi oksigen harus tetap konstan selama 20
menit sebelum pengambilan sampel.
4) Jika order secara spesifik tanpa oksigen, maka matikan gas selama 20
menit sebelum pengambilan sampel agar hasilnya akurat.
5) Saat menarik spuit untuk mengambil sampel, jika ada tahanan. Ubah posisi
ekstremitas yang dilakukan tindakan dan cek area tusukan. Lanjutkan
pengambilan darah, jika masih ada tahanan, beritahukan dokter.
6) Jika spesimen yang diambil gelap, darah yang gelap artinya mungkin vena
telah terakses, atau darah sangat kurang oksigen. Pastikan dari mana
specimen diambil apakah dari arterial line. Juga cek level saturasi oksigen
untuk mengevaluasi hipoksemia. Pastikan bahwa arterilah yang telah
ditusuk sebelum membawa sampel ke lab.
7) Sampel tidak akan diterima oleh laboratorium kecuali jarum suntik diberi
label, kantong es diberi label, dan permintaan selesai. Untuk dianggap
lengkap, permintaan harus berisi nama pasien, nomor pendaftaran, tanggal
lahir atau usia, pemesanan dokter, waktu ditarik, F1O2 dan suhu pasien.
E. Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Sputum
1. Tujuan
Mendapatkan spesimen sputum yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan pewarnaan basil tahan asam.
2. Indikasi
Pasien

yang

mengalami

infeksi/peradangan

saluran

pernafasan

diperlukan).
3. Waktu
Diperlukan 3 kali pengambilan ssputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu

| 19

(apabila

1. Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali datang


2. Sputum pagi (P) , keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan
membawa sputum pagi (sputum pertama setelah bangun tidur)
3. Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium, penderita
diminta mengeluarkan sputumnya lagi.
4. Persiapan Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup


Botol bersih dengan penutup
Hand scoon
Formulir dan etiket
Perlak
pengalas
Bengkok
Tissue

5. Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang
dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun
campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan
sputum.

6. Prosedur Tindakan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Menyiapkan alat
Memberitahu pasien
Mencuci tangan
Mengatur posisi duduk (fowler)
Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
Memakai hand scoon
Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah

disiapkan (sputum pot)


h. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
i. Membersihkan mulut pasien
j. Merapikan pasien dan alat

| 20

k. Melepas hand scoon


l. Mencuci tangan

F. Konsep Dan Tehnik Pengambilan Spesimen Dari Luka


1. Pengetian Pengambilan spesimen dari luka
Merupakan suatu proses pengambilan eksudat atau cairan luka pada
infeksi yang diderita oleh pasien sebagai bahan penelitian pada laboratorium. Hal
ini dilakuakan agar mengetahui sejauh mana infeksi yang dialami oleh pasien.
2. Indikasi
Tindakan pengambilan eksudat ini dilakukan kepada pasien yang
mengalami infeksi pada lukanya sehingga muncul pus pada luka yang di derita
oleh pasien.

3. Jenis drainase (cairan) luka, yaitu:


1) Serosa
Deskripsi: tampak encer dan jernih
Unsur pokok: serum dengan sedikit sel.
2) Purulent
Deskriptif: lebih kental karena ada pus; warna bervariasi (misal: sedikit biru,
hijau, atau kuning). Warna mungkin bergantung pada organism penyebabnya.
Unsur pokok: leukosit, debris jaringan mati yang cair dan bakteri yang
hidupdanmati.
3) Sanguinosa (hemoragik)

| 21

Deskriptif:

merah

gelap

atau

terang.

Eksudatsanguinosa

yang

terang

mengindikasikan perdarahan segar, sedangkan eksudatsanguinosa yang gelap


menunjukkan perdarahan yang sudah lama.
Unsurpokok: seldaerahmerah.
4) Serusonguinosa
Deskriptif: drainase jernih dan ada sedikit darah. Biasanya terlihat pada insisi
bedah.
Unsur pokok: sel darah merah dan serum.
5) Purosanguinosa
Deskriptif: pus dan darah. Sering terlihat pada luka baru yang terinfeksi.
Unsur pokok: leukosit, debris jaringan mati yang cair, bakteri dan sel darah
merah.

4. Pengambilan Spesimen Cairan Luka


a. Perlengkapan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sarungtangan disposable.
Sarungtangan steril.
Kantong tahan-lembab.
Set balutan luka steril.
Salin normal dan spuitirigasi.
Tabung kultur dengan swab dan media kultur (tabung aerob dan anaerob

7.
8.

tersedia) dan/atau spuit steril dengan jarum untuk kultur anaerob.


Label berisi informasi lengkap pada masing-masing tabung.
Slip permintaan laboratorium yang dilampirkan bersama spesimen.

5. Pelaksanaan
1.

Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa ha ltersebut
perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerjasama. Diskusikan

| 22

bagaimana hasilnya akan digunakan untuk merencanakan perawatan atau


2.

terapi selanjutnya.
Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai

(misalnya sarung tangan).


3. Jaga privasi klien.
4. Angkat setiap balutan luar yang lembab yang menutupi luka.
a. Pasang sarung tangan disposibel.
b. Angkat balutan luar dan observasi setiap drainase (cairan) pada balutan.
Pegang balutan luka sehingga klien tidak melihat drainase karena
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

tampilan drainase dapat membuat klien terganggu.


Gunakan sarung tangan steril untuk mengambil spesimen.
Ambil drainase luka dengan spuit irigasi
Letakkan dalam tabung kultur dengan swab dan media kultur.
Berikan label pada masing-masing tabung.
Bersihkan luka setelah pengambilan spesimen.
Balut kembali luka dengan set balutan luka steril.
Rapikan alat.
Ucapkan salam terminasi.

| 23

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spesimen merupakan sebagian dari jenis atau seagian dari kelompok benda
yang sama untuk di jadikan contoh. Spesimen juga dikatakan sebagai benda
sebenarnya. Jenis specimen bermacam macam, ada yang hidup sesuai kenyataan
di alam. Ada juga yang sudah diawetkan atau yang biasa disebut herbarium.
Pengambilan spesimen merupakan salah satu dari serangkaian proses yang
dilakukan sebelum melakukan pemeriksan laboratorium. Supaya spesimen
memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses pengambilan spesimen harus
dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar. Spesimen yang memenuhi syarat
adalah : jenisnya sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, volumenya
mencukupi untuk tiap jenis pemeriksaan, kondisinya layak untuk diperiksa
(segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, steril, tidak menggumpal),
antikoagulan yang digunakan sesuai, dan ditampung dalam wadah yang
memenuhi syarat.
B. Saran
Pengambilan sample dalam spesimen menentukan dalam proses penelitian
tentang penyakit yang dialami pasien baik dari darah, urin, feses maupun sputum.
Sehingga dengan demikin perlu perhatian dan keahlian untuk melakukannya agar
tindakan sesuai dengan yang diharapkan dan terhindar dari kesalahan.

| 24

Daftar Pustaka:

1.
2.
3.
4.
5.
6.

http://labkesehatan.blogspot.com/2009/11/pengambilan-spesimen.html
http://deniaariani.blogspot.com/2013/06/bahan-pelajaran.html
http://pandyeffendy.blogspot.com/2013/10/penatalaksanaan-specimen.html
http://mimintriwa.blogspot.com/p/42-persiapan-dan-pengambilan-specimen.html
http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/phlebotomy.html
http://tiovirgo.blogspot.com/2011/12/pengambilan-darah-arteri-dan-

tools_05.html
7. http://meliamelio.blogspot.com/2012/12/pengambilan-sampel-sputum.html

| 25

Anda mungkin juga menyukai