Anda di halaman 1dari 7

UPAYA PERUBAHAN DAN KEWIRAUSAHAAN

DALAM PEKERJAAN SOSIAL


Oleh: santoso tri raharjo
April 29, 2010
Hingga saat ini kata kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan sebuah kata yang masih
terasa asing dalam pendengaran kita, khususnya dalam bidang pendidikan profesi pekerjaan
sosial. Saat kata kewirausahaan diucapkan, maka yang tergambar dalam benak kita adalah
konotasi negatif akan individualisasi dan pencarian uang (keuntungan materil) nilai-nilai
yang bertentangan dengan orientasi kemasyarakatan, pengorbanan diri, dan orientasi
pertolongan dalam pendidikan profesi pekerjaan sosial. Walau tidak dapat dipungkiri, bahwa
kata kewirausahaan merupakan kata yang sering dipergunakan dalam istilah perekonomian.
Namun nampaknya belum terpikirkan oleh kita sebagai calon-calon pekerja sosial profesional
bahwa dalam memberikan bantuan pelayanan sosial atau untuk mempertahankan suatu
organisasi sosial (red. pendidikan profesi pekerjaan sosial) maka diperlukan kemampuan
manajerial dan kepemimpinan yang inovatif, kreatif dan berani mempertahankan hidup
matinya organisasi pelayanan sosial tersebut.
Invensi, Inovasi, dan Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah suatu elemen penting dalam membawakan perubahan secara
konstruktif dalam praktek pekerjaan sosial. Namun demikian, hal terpenting untuk dipahami
adalah tentang apa arti perubahan (change) dan bagaimana seorang wirausaha (wirasosial)
membawa perubahan tersebut. Pertama, harus terdapat perbedaan yang jelas antara invensi
dan inovasi. Suatu invensi adalah suatu ide atau pemikiran baru, bisa berupa pelayanan baru
atau suatu produk baru, atau suatu metode yang lebih baik dalam menghasilkan suatu
pelayanan atau barang, atau suatu cara yang lebih efisien dari pengelolaan pasar bagi input
pembelian untuk memproduksi atau mendistribusi output pelayanan atau produk. Jika suatu
invensi belum diterapkan dalam praktek, bagaimanapun, di sana belum terjadi perubahan.
Suatu inovasi, dengan demikian adalah suatu invensi yang dimasukan atau diterapkan ke
dalam praktek.
Seorang wirausaha yang inovatif, akan meletakan invensi baru atau pemikiran baru ke dalam
praktik. Seorang wirausaha sosial tidak mesti menjadi inventor - dan biasanya memang
mereka bukan seorang inventor. Demikain juga dengan ide / pemikiran itu sendiri tidak mesti
baru tetapi hanya baru dalam konteks dimana seorang wirausaha sosial menerapkannya.
Seorang wirausaha sosial adalah seorang individu yang dapat membawa bersama seluruh
bagian-bagian pemikiran, sumber-sumber, organisasi, dan seterusnya - untuk membuat
kerja pemikiran tadi yang belum pernah dicoba keberhasilannya dipraktikkan dalam aktifitas
pelayanan sosial.
Salah satu contoh ilustrasi invensi, inovasi, dan kewirausahaan. Di akhir tahun 1960-an,
terdapat desakan pembangunan pada sistem bantuan perawatan di New York City guna
mengakomodasi perkembangan dan kesulitan penduduk dari anak-anak terlantar dan yang
memerlukan bantuan. Pemikiran mengenai perlunya sebuah pusat diagnostik diharapkan
dapat memberikan perawatan menyeluruh baik psiklogis, fisik, dan analisis sosial dari

permasalahan anak sebelum mereka ditempatkan di rumah perawatan. Ide seperti ini mungkin
meminjam dari lapangan kedokteran, dimana konsep fasilitas diagnostik intensif secara
terpusat terwujud dalam bentuk lembaga seperti Mayo Clinic. Konsep pusat diagnostik
pertama kali diperkenalkan ke dalam Rumah Perawatan kota New York di tahun 1969 oleh
Suster Mary Paul Janchill di Euphrasian Residence of the Sister of the Good Sheperd
Residence, Inc. (Young, 1980). Walau begitu Janchill mungkin merupakan inventor dari
konsep pusat diagnostik, dia tidak menjadi seorang wirausaha dari invensinya (penemuannya)
ini sampai dia berhasil memasukan idenya (sebagai suatu inovasi) tersebut ke dalam
pelaksanaan dari Euphrasian Residence. Hingga suatu saat keberhasilannya tersebut,
lembaga-lembaga lain membangun pusat-pusat diagnostik yang sama; sebagai contoh,
Lembaga Perawatan Anak di New York menciptakannya di Pleasantville (NY) Diagnostik
Center. Proyek ini bukan berarti penjiplakan. Tetapi hal tersebut mewakili suatu inovasi nyata
dalam konteks lembaga itu sendiri, dan merupakan perintis (pelopor) melalui kewirausahaan
yang berjasa sebagai mana yang digambarkan oleh Janchill (Young, 1985).
Daya Dorong bagi Kewirausahaan
Wirausaha (wirasosial) adalah inovator, walaupun mereka kadang-kadang hanya mengambil
inisiatif yang sederhana untuk kepentingan inovasi. Wirausaha seringkali berpacu atau
terlibat dalam kegiatan penanganan masalah, dan banyak dari aktivitas mereka mungkin
dapat diilustrasikan sebagai suatu proses dari pemecahan masalah. Mereka mempunyai
keyakinan bahwa dalam hal yang berkaitan dengan inovasi setiap permasalahan tentu
ada penyelesaiannya. Sehingga mereka selalu siap dan tertantang untuk menangani setiap
masalah sosial sebagai daya dorong untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan
sosial.
Para wirausaha biasanya mengemukakan dan menampilkan inovasi yang pada akhirnya
mungkin diadopsi sebagai suatu program tanggapan terhadap permasalahan yang ada di
masyarakat. Secara alternatifnya, lembaga-lembaga swadaya masyarakat menerjemahkan
permasalahannya dan menciptakan peluang-peluang berharga dimana para wirausaha sosial
mungkin menanggapi dengan ajuan-ajuan (proposal) inovatif. Seringkali proses tersebut
terjadi saling kait-mengkait. Sebagai contoh, para wirausaha mungkin melakukan lobying
agar lembaga pemerintah atau lembaga-lembaga penyandang dana dapat memberikan
peluang-peluang sebagai tanggapan akan program yang inovatif.
Siapa Wirausaha Sosial itu ?
Jika wirausaha pelayanan sosial merupakan esensi penyelesaian dari perubahan konstruktif,
adalah mungkin untuk mengidentifikasi sifat-sifat mereka secara jelas dan kemudian
mendorong lainnya dengan sifat-sifat tersebut mengikutsertakan dalam pekerjaan sosial ?
Apakah para wirausaha ini mempunyai kesamaan yang membedakan mereka dengan yang
bukan wirausaha ?
Latar Belakang Kepribadian
Berdasar suatu laporan dari 21 penelitian kasus (Young, 1985), nampak tidak ada keunikan
atau kesamaan mengenai wirausaha sosial dengan istilah dari karakteristik demografik biasa.
Dalam pelayanan sosial, paling tidak, terdapat suatu kombinasi dari para wirausaha wanita
dan pria (Young, 1985). Kelihatannya kelompok terbanyak berasal dari latar belakang midleclass (kelas menengah) atau blue-collar (kerah-biru). Secara profesional, juga terdapat suatu

campuran ketertarikan. Sebagaimana yang diharapkan, sebagian besar adalah pekerja sosial
profesional. Walau begitu, profesi lainnya juga memiliki kesamaan dalam kelompok ini.
Gaya Kepemimpinan
Para wurausaha sosial juga mempunyai berbagai macam dasar pertimbangan dalam gaya
kepemimpinan. Sister Lorraine Reilly dari the Group-Live-in-Experience di Selatan Bronx
atau Bert Beck, yang diantara pengusaha lainnya membangun usaha seng Lower East Side
Union di awal tahu 1970-an, adalah sebagai contoh dari pemimpin out-front masyarakat
yang amat kharismatik yang telah berhasil melalui kekuatan pesona dan dinamisasi
kepribadiannya. Lainnya, seperti Joseph Gavrin, yang membangun pemeliharaan Pelayanan
Informasi Kesejahteraan Anak di New York di awal tahun 1970-an, mempunyai gaya
kepemimpinan indirect, telah berhasil melalui caranya yang tenang berada di belakang
layar (Young, 1985). Pada prinsipnya setiap wirausaha sosial akan menampilkan gaya
kepemimpinan yang khas dan unik.
Motif
Wirausaha sosial mempunyai beragam motivasi yang begitu luas. Motivasinya bukan seperti
yang menjadi pandangan stereotip dari para wirausaha bisnis, yang bergerak semata-mata
berdasarkan uang. Dalam pelayanan sosial, motif-motif lain seperti halnya keyakinan kuat
akan penyebab khusus atau pemikiran-pemikiran, wibawa profesional, kekuatan, dan
otonomi/kewenangan profesional yang semuanya itu sering kali lebih penting dari pada
penghargaan uang.
Berani Mengambil Resiko
Walau demikian, sebagian besar para wirausaha terbagi dalam beberapa sifat kepribadian dan
kemampuan. Salah satu sifat tersebut adalah kesadaran untuk mananggung/
mengemban/menghadapi resiko. Wirausahawan sosial tidak akan puas dengan status quo
yang ada, setelah memperjuangkan pembelaan mengenai inovasi yang menurutnya benar bisa
membawa hasil yang tidak menentu dan menimbulkan keraguan dikalangan kolega dan
anggota dewan. Jika upaya yang telah dilakukan tidak berhasil, maka resiko cemoohan dan
rusaknya harga diri telah siap diterima sebagai resiko profesinya. Kemudian, mereka
seringkali membahayakan keselamatan diri sendiri dengan permasalahan sosial yang mereka
perjuangkan penangananya, atau mencurahkan diri mereka sendiri dalam upaya-upaya yang
beresiko, dari pada memperoleh jabatan yang lebih terjamin. Sebagai contoh, para perintis
Melville House di Long Island, New York, mengabaikan keselamatan
jabatannya/pekerjaannya untuk mempertahankan kediaman lembaga mereka bagi anak-anak
remaja (Young, 1985). Sebenarnya semua upaya pelayanan sosial beresiko, meskipun resiko
secara langsung bukan masalah finansial. Kerapkali, berani mengemban resiko merupakan
hal yang menarik karena alternatif dari doing nothing mungkin akan lebih beresiko di masa
yang akan datang. Kemudian lagi, kewirausahaan selalu berpikir akan jawaban untuk
memecahkan masalah, dan jawabannya mungkin membutuhkan suatu jawaban yang berani
atau tegas.
Keterampilan politik
Suatu studi kasus membuktikan bahwa kewirausahaan sosial juga mempunyai keterampilanketerampilan dasar dalam berhubungan dengan orang (Young, 1985). Banyak aktifitas dari

kewirausahan terdiri dari pembuatan kesepakatan (making deals). Dalam arena perpolitikan,
aktifitas ini mungkin berkaitan dengan upaya memperoleh dana bantuan atau kontrak,
mendapatkan dukungan dana dari para donatur utama, mengupayakan kemungkinan
diterimanya perundang-undangan, atau berkaitan dengan kepuasan akan pangaturan hak-hak.
Dalam kaitan organisasi, wirausahawan mungkin memerlukan pegawai-pegawai untuk
memberikan kuasa akan proyek-proyek dan mengakolasikan staf serta sumber-sumber,
mencapai kesepakatan dengan para manajer program lainnya, dan seterusnya. Dalam dunia
bisnis, wirausaha mungkin membicarakan buruh dan penyediaan kontrak, perjanjian
pelayanan-pelayanan, atau fasilitas pembelian dan sewa menyewa. Pada satu saat wirausaha
membutuhkan keterampilan hubungan antar individu (interpersonal skills), para wirausaha
sosial mungkin lebih bergantung pada keterampilan-keterampilan seperti itu dari pada
rekanannya dalam bisnis. Walau begitu baik wirausaha bisnis dan sosial harus ahli (lobyist)
dalam berhubungan dengan orang, secara khusus wirausaha sosial harus benar-benar
mengetahui politik keorganisasian dan pemerintahan serta prosesnya.
Dedikasi
Dua karakteristik yang nampak pada seluruh wirausaha adalah besarnya tingkatan energi
mereka yang luar biasa dan suatu dedikasi pemikiran tunggal terhadap satu tujuan. Mereka
memiliki energi yang besar dan mereka memfokuskannya secara sungguh-sungguh kepada
proyek yang sedang mereka tangani (Young, 1985). Ditambahkan pula, wirausaha sosial
sering dikaitkan dengan cerita yang menakutkan tentang bagaimana memperoleh /
meluluskan program atau lembaga baru tanpa alasan yang mendasar. Hambatan-hambatan
keuangan, peraturan, politik, dan birokrasi seringkali tanpa akhir, membuat frustasi, dan
kadang-kadang tak dapat diatasi, khususnya dalam usaha palayanan sosial di dalam atau
tergantung pada sektor masyarakat. Hanya wirausaha sosial yang berdedikasi saja yang dapat
terus bertahan.
Mendorong Kewirausahaan sosial
Peran krusial telah diberikan bahwa permainan kewirausahaan dalam menciptakan inovasi
pekerjaan sosial, logis untuk mempertanyakan jika proses dari kewirausahaan adalah pada
hakekatnya merupakan kesembronoan dalam kemunculannya dan keberhasilan atau apakah
segala sesuatu dapat dilakukan untuk membuatu proses ini menjadi lebih terukur dalam
membawakan perubahan yang konstruktif. Meski begitu McClelland dari Harvard University
telah melakukan penelitian yang dapat diperhitungkan dengan mengidentifikasi karakteristik
dari wirausaha potensial dan melatih mereka dengan bekerja di sektor khusus di negara yang
kurang berkembang (McClelland & Steele, 1973), seleksi awal dan pelatihan kewirausahaan
sosial merupakan kemungkinan saat ini yang bisa dimengerti oleh suatu negara.
Para individu ini akan memilih kesempatan mereka dengan aktivitas usaha pada waktu yang
strategis dalam karir hidup mereka, dalam sejarah organisasi, atau dalam pengembangan
bidangnya masing-masing. Mereka menjadi teridentifikasi sebagai wirausaha hanya
berdasarkan fakta yang dialaminya. Ini bukan berarti, bagaimana pun juga, bahwa tidak ada
yang dapat dilakukan untuk memelihara kewirausahaan sosial. Terdapat dua bidang yang
mungkin dapat dikedepankan adalah (1) pendidikan profesional pelayanan sosial, dan (2)
strukturisasi dari lingkungan organisasi pelayanan sosial.
Pendidikan

Adalah betul-betul meragukan jika kewirausahaan itu sendiri dapat dipelajari - begitu saja,
jika pelatihan universitas sendiri dapat membuat seseorang menjadi seorang wirausaha,
sekalipun bahwa seseorang mempunyai sifat-sifat kepribadian yang diperlukan untuk menjadi
seorang wirausaha. Bagaimana pun, jika kewirausahaan secara esensial adalah suatu proses
dari aktifitas pemecahan masalah, maka beberapa keterampilan tertentu dan pengetahuan
yang luas berguna dalam proses tersebut dapat diterapkan kedalam kurikula perguruan tinggi.
Seperti maka kuliah lainnya termasuk pemikiran analitis dan strategis, pemahaman akan
proses politik dan organisasi, dan prinsip-prinsip negosiasi, pemasaran, dan keahlian mencari
dukungan dana (grantsmanship). Suatu pendidikan liberal dalam ilmu-ilmu sosial dan
kemanusiaan juga akan membantu memberikan suatu pandangan yang luas bagi mereka yang
akan menjadi wirausaha pelayanan sosial dengan memahami permasalahan-permasalahan
sosial dan kebijakkannya yang membutuhkan inovasi. Untuk memperluas pengetahuan yang
dibutuhkan bagi kewirausahaan tidak dapat hanya dibukukan saja tetapi mungkin dipelajari
dengan contoh-contah, diskusi, dan analisa studi kasus dari keberhasilan dan kegagalan usaha
pelayanan sosial, dan mengembangkan rencana bimbingan dengan mengikutsertakan para
wirausaha yang berhasil membawa mahasiswa turut serta dalam lapangan kerja praktikum,
mungkin juga akan berguna.
Perubahan Lingkungan Organisasi
Terdapat dua tingkatan pada lingkungan dari suatu organisasi pelayanan sosial yang dapat
mendorong dan mengurangi aktifitas kewirausahaan: (1) atmosfir manajerial dalam lembaga
dan (2) kondisi ekonomi dan peraturan dari lembaga. Dalam suatu organisasi, top
manajemenlah yang mengatur irama apakah mungkin mendorong kewirausahaan atau
membuatnya mandeg. Para wirausaha akan berani mengambil resiko, tetapi tingkat resiko
yang dihadapi tergantung pada bagaimana tingkat toleransi dari manajemen. Pimpinan
mendorong terciptanya lingkungan kewirausahaan lembaganya dengan berbagai cara :
dengan meningkatkan pencarian dana dan menanggapi secara kreatif peluang-peluang
bantuan yang ada, memberikan dukungan sepenuhnya kepada program baru yang
menjanjikan, dan dengan mendelegasikan tanggung jawab dengan demikian wirausawan
potensial akan dapat terbangun dengan pendekatan mereka sendirinya untuk memecahkan
permasalahan dan akan dapat memantapkan suatu rasa memiliki bagi inisiatif mereka.
Pada akhirnya, suatu rezim manjerial yang mengupayakan aktifitas kewirausahaan
seharusnya mengevaluasi kepribadian dan programnya berdasarkan pada hasil-hasil
apakah pendekatan penanganan masalahnya, atau apakah lebih menyesuaikan diri dengan
menerima model praktik. Kesamaan sikap-sikap manajerial yang ditentukan oleh hasil juga
cenderung untuk melihat hasil terbaik, paling kreatif, dan orang-orang berdedikasi dari
sejumlah latar belakang dari pada bentuk staf dengan suatu lapangan praktik tunggal.
Tentunya juga faktor-faktor dari luar mungkin mempengaruhi inisiatif kewirausahaan. Jika
pembentukkan karakter dari kewirausahaan sebagai suatu aktifitas pemecahan masalah
adalah dapat diterima, kemudian diikuti dengan kewirausahaan yang mungkin ditopang oleh
cara pendanaan dan pengaturan pelayanan sosial yang mendorong pemecahan masalah
tersebut. Misalnya, lebih baik kategori pendanaan bentuk-bentuk pelayanan khusus, seperti
halnya perawatan rawat inap, Meal-on-Wheels, dan seterusnya, lembaga-lembaga mungkin
dapat didanai dengan menggunakan bantuan tertentu untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi dengan keterangan-keterangan (fakta-fakta) kelompok klien, seperti remaja wanita
yang hamil di luar pernikahan atau pemakai obat-obat terlarang, atau dengan bantuan
perorangan bagi klien individual, seperti kebutuhan untuk mencukupi kebutuhan sendiri

untuk kaum manula. Dengan cara ini, pendanaan dapat mendukung setiap solusi atau paketpaket pelayanan yang membantu lembaga dapat bekerja lebih efektif dalam menangani setiap
permasalahan, sungguhpun/sekalipun solusi-solusi tersebut melibatkan pendekatan konseling,
pelayanan kesehatan, pendidikan, latihan kerja, bantuan pendapatan, atau berbagai bentuk
bantuan lainnya di luar batas-batas resep konvensional.
Jika pendekatan ini telah diterima, evaluasi dan pengaturan dari pelayanan seharusnya
memusatkan pada hasil, daripada menyesuaikan diri dengan kode-kode praktik. Dengan
demikian, suatu pembayaran premi (jasa) dapat diletakkan berdasarkan gambaran
permasalahan klien dan perkembangan indikator keberhasilan yang dapat terukur. Karena
pengukuran permasalahan dan potensi penyalahgunaan, seperti metode-metode pendanaan
dan peraturan mesti dibatasi dalam aplikasi potensi mereka. Bahkan, jika mungkin
kewirausahaan dapat ditingkatkan, hal ini nampaknya dapat diarahkan melalui eksperimen.
Resiko Dalam Mendongkrak Kewirausahaan
Hanya saja kewirausahaan itu sendiri menuntut adanya keberanian menghadapi resiko, juga
merupakan sumbangan rekomendasi bagi peningkatan kewirausahaan sosial. Terdapat suatu
paradoks teretntu dalam menyarankan perubahan yang akan mengurangi hambatan-hambatan
yang para wirausaha hadapi sekarang. Walaupun lingkungan keorganisasian yang lebih
toleran akan mempermudah kerja para wirausaha, seperti perbaikan-perbaikan yang mungkin
juga membuka sejumlah tantangan. Adalah mungkin bahwa kehidupan yang lebih mudah
dapat hilang, apa lagi menggairahkan, perilaku kewirausahaan. Kewirausahaan mungkin
lebih didorong oleh kemalangan dari pada oleh penerimaan. Jika demikian, maka kebijakan
aturan kita seharusnya dilakukan revisi.
Mungkin suatu resiko yang lebih serius adalah bahwa sisi buruk perilaku kewirausahaan yang
akhirnya tidak tercek membuatnya jadi tidak produktif. Para wirausaha cenderung untuk
menyelesaikan masalahnya secara sendiri tulus iklas dan penuh semangat mengejar kejelasan
dan kedalaman secara objektif. Mereka dapat menjadi begitu keranjingan akan proyeknya
bahwa mereka kadang-kadang mengabaikan kenyataan di hadapan mereka. Kadang-kadang
mereka menghadapi arah yang penuh dengan pemborosan atau konflik dengan pekerjaan
lainnya yang produktif. Kadang-kadang mereka mendukung upaya mereka yang telah lama
mereka lewati kegunaannya. Para wirausaha lainnya, lebih keranjingan dengan prosesnya dari
pada prospek jangka panjang selama memanej usaha mereka, meninggalkan proyek mereka
terlalau awal, sebelum mereka dapat memantapkannya di bawah manajemen lainnya.
Pada akhirnya, terdapat resiko potensial dalam penciptaan lingkungan yang mendorong
kewirausahaan. Misalnya, suatu aturan dan lingkungan manajerial yang toleran akan
kreatifitas, perbedaan latar belakang kepribadian, yang mungkin tidak cukup untuk
memberikan perlindungan melawan shysters and quacks. Penerimaan suatu program
pendidikan dengan sejumlah pendekatannya bagi pekerjaan sosial mungkin akan makin
menipiskan keefektifan dari praktik klinik atau meruntuhkan moral profesional.
Jelas, kewirausahaan merupakan suatu bagian integral dalam pencapaian perubahan
konstruktif dalam pekerjaan sosial. Wirausaha sosial adalah katalis untuk menjembatani suatu
pemikiran masa depan, suatu solusi potensial bagi permasalahan-permasalahan penting, ke
dalam sebuah inovasi yang akhirnya dapat menjangkau lapangan praktik secara luas.
Kecenderungan akan banyaknya dan meningkatkan permasalahan sosial saat ini, sementara
relatif lambatnya solusi yang efekti terhadap permasalahan ini telah terbangun, dan

perkembangan saat ini dengan sejumlah pengakuan, kewirausahaan (entrepreneurship)


kelihatannya menjadi barang yang amat langka yang seharusnya dikembangkan dan
dipelihara.

Anda mungkin juga menyukai