Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Abstrak: Ketersediaan lahan sempit dan harga tanah meningkat karena nilai pembangunan lahan di pusat
kota dapat dilihat dalam wilayah penelitian seperti di Kelurahan Mugasari. Kegiatan ini mendukung
aktivitas perumahan dan perubahan pola dan struktur yang berfungsi utamanya untuk hunian, yang
merupakan fungsi dari bangunan sebagai tempat tinggal untuk tumbuh sebagai fungsi perdagangan jasa
dalam rangka meningkatkan perekonomian keluarga. Perubahan kegiatan yang mendorong masyarakat
untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di lingkungan perumahan dan perubahan fungsi tata guna lahan di
pusat kota menjadi faktor utama meningkatnya nilai tanah di wilayah tersebut. Karena faktor-faktor ini
membuat perubahan KDB, KDH dan wabah yang cukup signifikan, perubahan yang terlihat dengan
banyak rumah/ bangunan yang dimaksimalkan karena tanah mahal untuk memulai kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga ekonomi seperti penjualan, jasa, dll.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek dari pembangunan pada nilai lahan terbangun dan ruang
terbuka di perumahan Kelurahan Mugasari. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
dan analisis kuantitatif metode kuantitatif dikombinasikan dengan kualitatif. Hasil dari kedua analisis
tersebut diharapkan dapat menghasilkan hubungan antara nilai pengembangan tanah dengan
perkembangan penggunaan lahan dan ruang terbuka perumahan terbangun di Kelurahan Mugasari.
Kata Kunci: penggunaan lahan, nilai lahan, KDB, KDH dan KLB
Abstract: Narrow land availability and land prices are rising because of the development value of land
in the city center can be seen in the areas of research such as in Sub Mugasari. These activities support
the additional housing activity and changing patterns and structures that function utamana for
occupancy. Which is a function of the building as a dwelling place to grow as a function of trade in
services in order to improve the economy of the family. Changes in activities that encourage people to
increase economic activity in the residential environment and changes in the function of land use in the
city center became a major factor increasing the value of land in the region. Because of these factors
make changes in KDB, KDH and outbreaks are quite significant, the changes seen with many homes /
buildings that maximized because land is expensive to begin activities aimed at improving the economic
income families such as selling, services, etc.
This study aimed to assess the effect of the development on the land value woke space utilization and
open space in the Village Mugasari housing. This research was conducted using a quantitative approach
and quantitative analysis methods combined with qualitative. The results of the two analyzes are expected
to generate a relationship between the development value of the land with the development of the use of
space and open space housing woke up in the Village Mugasari.
Keywords: land use, land value, KDB, KDH and KLB
PENDAHULUAN
Perkembangan lingkungan permukiman di
kawasan perkotaan tidak terlepas dari pesatnya
laju pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena
faktor alami maupun karena faktor urbanisasi.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka
kebutuhan masyarakat secara otomatis akan ikut
meningkat, mulai dari kebutuhan di bidang
ekonomi, sosial, perumahan dan juga transportasi.
Kompetisi untuk memperoleh lokasi dengan
e)
c.
Aksesibilitas
Burgess (1925) dalam Nasucha (1995) menjelaskan
bahwa hubungan antara sewa tanah dengan pencapaian
(aksesibilitas) yang diukur dengan jarak dari pusat kota.
Aksesibilitas akan menurun secara bertahap ke semua
arah dari pusat kota, sehingga sewa lahan akan
berkurang -erring dengan makin jauhnya tempat
tersebut dari pusat kota.
Menurut Nasution (2003), aksesibilitas menyatakan
tentang kemudahan orang dalam menggunakan suatu
sarana transportasi tertentu dan bisa berupa fungsi dan
jarak maupun waktu. Suatu sistem transportasi
sebaiknya bisa diakses dengan mudah dari berbagai
tempat dan pada setiap saat untuk mendorong orang
untuk menggunakannya dengan mudah.
d.
Sektor Transportasi
Sektor transportasi yang dimaksud di sini
menyangkut mengenai keberadaan ring road, jumlah
perangkutan, lebar jalan dan kelas jalan. Ring road atau
biasa kita sebut jalan lingkar, pembangunannya
dilatarbelakangi oleh sistem jaringan jalan yang ada
saat ini kurang mampu menampung arus lalu lintas
regional maupun lokal yang dapat menimbulkan
bermacam persoalan perkotaan seperti kemacetan dan
rawan kecelakaan. Pembangunan ring road untuk
mengantisipasi permasalahan kemacetan lalu lintas dan
rawan kecelakaan. Sementara jumlah perangkutan bisa
menunjukkan tingkat pergerakan penduduk dari
maupun ke luar kota. Semakin tinggi jumlah
perangkutan, maka semakin tinggi pula tingkat
pergerakan penduduk. Lebar jalan menunjukkan
tingkat kelancaran atau kemudahan lalu lintas. Bila
suatu lokasi berada di pinggir jalan dengan lebar jalan
yang relatif besar, maka bisa disimpulkan bahwa lalu
lintas di daerah tersebut lancar dan aksesnya mudah.
Penggunaan Lahan
Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi
kehidupan manusia. Segala macam bentuk intervensi
manusia secara siklus dan permanen untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat materiil
maupun spirituil yang berasal dari lahan tercakup
dalam pengertian penggunaan lahan, atau land use
(Sys, 1985).
Adapun klasifikasi penggunaan lahan yang
ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN)
adalah sebagai berikut:
a. Lahan permukiman
: perumahan, lapangan/
taman, kuburan.
b. Lahan perusahaan
: pasar, pertokoan, gudang,
stok/pangkalan kendaraan umum, bioskop, hotel, dll.
c. Lahan industri : pabrik dan percetakan
d. Lahan jasa
: kantor pemerintah, sekolah, tempat
ibadah, rumah sakit, apotik.
e.
f.
e.
g.
Sebuah
rencana
penggunaan
lahan,
menunjukkan lokasi dan jumlah lahan yang
akan digunakan untuk perumahan, komersial,
industri, transportasi, dan masyarakat tujuan
Sebuah rencana untuk fasilitas sirkulasi
Sebuah rencana untuk utilitas publik
Sebuah rencana untuk fasilitas masyarakat
Kualitas Lingkungan
Manusia selatu mencari lokasi yang aman untuk
melakukan setiap aktivitasnya, baik itu ontuk tempat
tinggal, bekerja, dll. Faktor keamanan ini bisa diartikan
aman dari segala bahaya baik vang bersifat alami
seperti musibah atau non alami seperti kejahatan.
Faktor alami yang berupa musibah ini contohnya
adalah banjir. Lokasi lahan yang sering terkena
musibah banjir otomatis akan memiliki nilai lahan yang
rendah. Hal ini bisa dicontohkan banyaknya agen
properti yang mempromosikan wilayahnya yang bebas
banjir, sehingga bisa menarik perhatian masyarakat
untuk memilikinya. Demikian juga dengan lahan untuk
Kepadatan Penduduk
Dalam istilah demografi, kepadatan penduduk
terdiri dari kepadatan kotor dan kepadatan Dersih.
Kepadatan penduduk kotor adalah perbandingan antara
jumlah penduduk dan luas wilayahnya (jiwa/km2);
sedangkan kepadatan penduduk bersih adalah
perbandingan antara jumlah oenduduk dengan luas
pekarangan (jiwa/km2).
Kepadatan penduduk suatu kota mencerminkan
tingkat kebutuhan dan penggunaan ahan. Semakin
padat penduduk suatu kota maka tingkat permintaan
lahan akan semakin tinggi, sehingga kepadatan
penduduk juga mencerminkan kelangkaan lahan. Di
kota-kota besar dengan kepadatan penduduk yang
tinggi, permasalahan mengenai ketersediaan lahan
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Status Hukum Lahan
Status hukum lahan atau tanah adalah hak untuk
mempergunakan tanah tidak termasuk benda-benda
lain di dalam tanah seperti bahan-bahan mineral dan
minyak, dalam bentuk jenis sertifikat tanah yang
dikeluarkan oleh pemerintah atau turun temurun
berdasarkan adat yang diakui pemerintah. Status
hukum tanah yang dimaksud adalah status hukum dari
tanah yang di atasnya berdiri bangunan tempat tinggal,
tanpa memperhatikan status kepemilikan dari tempat
tinggal tersebut (Badan Pusat Statistik, 2004). Ada tiga
macam jenis status hukum lahan atau tanah menurut
BPS Jawa Tengah (2004), yaitu :
1. Hak Milik, adalah hak atas tanah yang
dikuasai tanpa batas waktu dan dapat
dialihkan kepada pihak lain serta dapat
digunakan untuk berbagai keperluan.
2. Hak Guna Bangunan, adalah hak atas
tanah penguasaannya maksimum 30 tahun
dan dapai dialihkan kepada pihak lain
tetapi penggunaannya hanya untuk
bangunan
Hak Pakai, adalah hak atas tanah dengan
jangka waktu penggunaannya terbatas, kurang lebih
10 tahun atau selama tanahnya dipergunakan untuk
keperluan tertentu.
Penetapan kawasan terbangun melalui
KDB, KDH dan KLB akan mempengaruhi nilai
lahan dalam suatu wilayah. Kuliansyah dalam
Surasetja (2005) mengemukakan bahwa suatu
lahan mempunyai nilai yang dimanfaatkan secara
efektif dan beberapa koefisen lantai bangunan
yang dapat dibangun dalam suatu lahan setara
dengan tingkat efektif. Kuliansyah juga
menjelaskan bahwa lahan dinilai efektif secara
ekonomis bila dapat dibangun di luas lantai
bangunan sama dengan luas lahan, tetapi hal
tersebut dibatasi dengan peraturan mengenai KDB
sehingga untuk mendapatkan tingkat efektifitas
luas lantai terbangun dikonversikan terhadap area
terbangun diperoleh koefisien lantai bangunan
i.
Sasaran
Identifikasi
pemanfaata
n
ruang
terbangun
dan ruang
terbuka di
Kelurahan
Mugasari
Identifikasi
kondisi
sosial
masyarakat
pada
perumahan
di
Kelurahan
Mugasari
Analisis
keterkaitan
harga lahan
terhadap
fungsi
bangunan di
Kelurahan
Mugasari
Analisis
pengaruh
peningkatan
harga lahan
terhadap
pemanfaata
n
ruang
terbangun
dan ruang
terbuka
Variabel
Terpilih
Shirvani,
Koefisien
Dasar
(1985)
Bangunan
Budiharjo,
(KDB)
(1999)
Koefisien
Dasar Hijau
(KDH)
Koefisien
Lantai
Bangunan
(KLB)
Suparlan P. Lingkungan
Fisik
(1995)
Lingkungan
Talcott
Sosial
Parsons,
(1974)
Literatur
Domouchel
dalam
Yunus,
(2008)
Djojodipuro
, M. (1992)
Teori Lokasi
Fungsi Lahan
Nilai Lahan
Jarak Dari
Pusat Kota
Biaya
Transportasi
nasucha
(1995)
Y1 = KDB
(Koefisien
Dasar
Bangunan
Y2 = KDH
(Koefisien
Dasar
Hijau)
Y3 = KLB
(Koefisien
Lantai
Bangunan
X1 = Fungsi
Lahan
X2 = Nilai
Lahan
X3 = Jarak
Dari Pusat
Kota
X4 = Biaya
Treansportasi
METODE PENELITIAN
Penelitian Pengaruh Peningkatan Nilai Lahan
Terhadap Pemanfaatan Ruang Terbangun dan Ruang
Terbuka Perumahan di Kelurahan Mugasari
dilakukan dengan menggunakan pendekatan
penelitian kuantitatif. Untuk menjelaskan hasil dari
metode kuantitaif akan digunakan metode analisis
deskriptif kuantitatif sehingga hasil yang bias dapat
dijabarkan dan dijelaskan agar mudah dimengerti
orang yang membacanya. Metode kuantitatif
digunakan dalam penelitian ini dikarenakan ditinjau
dari masalah yang ingin dipecahkan, yaitu bagaimana
perubahan nilai lahan pada pemanfaatan ruang
terbangun dan ruang terbuka perumahan di Kelurahan
Mugasari . Tujuan ini mengharuskan peneliti untuk
dilakukannya studi empirik yaitu dengan
menggunakan data-data yang didapatkan dalam
lapangan. Logika empirik merupakan salah satu dasar
dalam penelitian kuantitatif.
Sampel dalam penelitian ini sangat diperlukan
hal ini dikarenakan jumlah responden sebagai suatu
populasi sangat banyak sehingga sulit diteliti satu
persatu, dan adanya keterbatasan waktu, tenaga , dan
biaya. Sampel yang digunakan dalam pembagian
kuesioner adalah cluster sampling pada awalnya.
Tetapi dalam pengambilan sampelnya menggunakan
simple Random Sampling, yakni pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu.
TABEL 2.
JUMLAH SAMPEL RW II KEL. MUGASARI
Populasi
RT
RT
RT
RT
RT
RT
RT
I
II
III
V
VI
VII
VIII
Jumlah Total
Jumlah Populasi
(rumah)
30
27
24
33
26
28
27
195
n
Sampel
195
66,10169
195(0,1) 2 1
1.
Kelurahan
Mugasari.
Dengan
menganalisis seberapa besar pengaruh
meningkatnya nilai lahan terhadap
pemanfaatan ruang terbangun dan terbuka
perumahan di Kelurahan Mugasari
melalui analisis regresi. Regresi yang
digunakan dalam penelitian adalah regresi
liniear berganda. Analisis Regresi Linear
Berganda digunakan untuk mengukur
pengaruh antara lebih dari satu variabel
prediktor (variabel bebas) terhadap
variabel
terikat.
variabel
bebas
merupakan yaitu variabel yang tidak
dipengaruhi oleh variabel lainnya dan
dinotasikan dengan huruf X. variabel
respon (variabel terikat) yaitu variabel
yang keberadaannya dipengaruhi oleh
variabel lainnya dan dinotasikan huruf Y.
HASIL PEMBAHASAN
Identifikasi Pemanfaatan Ruang Terbangun
dan Ruang Terbuka di Kelurahan Mugasari
Pola penggunaan lahan di Kota Semarang
terutama Kawasan Mugasari lebih didominasi oleh
ruang terbangun (built up area) daripada
penggunaan lahan lainnya seperti pertanian/ kebun
campuran, ruang terbuka hijau (RTH), maupun
ruang
terbuka
lainnya.
Pada
umumnya
pemanfaatan ruang terbangun ini berkembang
secara linier mengikuti pola jaringan jalan utama
yang ada sehingga pada akhirnya pola jaringan
jalan utama yang merupakan simpul prasarana
transportasi dapat mempengaruhi perkembangan
tata guna lahan dan berpotensi dalam menambah
laju tingkat perkembangan kawasan di Mugasari.
Apabila dilihat dari luasan bangunan tiap kapling
rata-rata di wilayah ini lebih dari 100 m2,
sedangkan luasan lahan non terbangun rata-rata
sangat minim di bawah 40 m2.
Gambar 2.
Kondisi Pemanfaatan Ruang di Mugasari
Gambar 3.
Kondisi KDB di RW II, Mugasari
Gambar 4.
Pola Hubungan Harga Lahan dengan Fungsi
Bangunan di Kelurahan Mugasari
Std.
Error
R
Adjusted
of the
Square R Square
Estima
te
R
Squar
e
F
Chan Chang
ge
e
1
.244a
.060
-.045 .94517
DurbinWatson
Change Statistics
.060
Sig. F
df2 Change
df1
.569
36
.686
1.198
Model
1
Regression
Mean
Square
df
.349
Residual
5.261
36
Total
5.610
40
.087 .596
Sig.
.668a
.146
TABEL 5.
REKAPITULASI SURVEI HUBUNGAN KLB
DENGAN HARGA LAHAN DI RW II
KELURAHAN MUGASARI
TABEL 4.
REKAPITULASI SURVEI HUBUNGAN KDH
DENGAN HARGA LAHAN DI RW II
KELURAHAN MUGASARI
Mo
del
1
R
.249a
R
Square
.062
-.042
R Square
Change
.38229
.062
F
Chang
e
df1
.596
df2
Sig. F
Chan
ge
36
.668
Std.
Change Statistics
Error
R
Adjust of the
R
F
Squa ed R Estima Square Chang
Sig. F
re Square
te
Change
e
df1 df2 Change
DurbinWatson
Change Statistics
Adjuste Std. Error
dR
of the
Square Estimate
Model
.379a
2.043
.144
.049 .65785
.144
1.511
36
.220
Regression
Sum of
Squares
df
.349
Residual
5.261
36
Total
5.610
40
Mean
Square
Model
F
Sig.
Regression
Sum of
Squares
df
Mean
Square
2.616
.654
Residual
15.579
36
.433
Total
18.195
40
F
1.511
Sig.
.220a
DurbinWatson
1.308
pemenuhan
kebutuhan
ruang
menjadi
terhambat. Untuk pemenuhan ruang pada
kapling yang kecil bisa dilakukan penambahan
ruang kearah vertikal, akan tetapi ekonomi
keluaraga yang masih lemah menyebabkan
biaya untuk membangun rumah kea rah vertical
menjadi terhambat. Standart Error of Estimate
(SEE) pada model regresi ini sebesar 0,65785.
Standart Error of Estimate (SEE) dapat
menggambarkan tingkat ketepatan prediksi.
Semakin kecil nilai SEE maka akan semakin
baik prediksinya.
Pada uji ANOVA menggambarkan tingkat
signifikansi. Uji ANOVA atau F-test diperoleh
F-hitung sebesar 1,511 dengan besarnya
signifikansi sebesar 0,220. Hal ini berarti nilai
probabilitas (sig) lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan H1 ditolak. Dengan kata lain tidak
ada hubungan antara variabel independen
(bebas) dengan KLB. Tidak adanya hubungan
linier antara kedua variabel tersebut, maka
model regresi ini tidak dapat digunakan untuk
mempresiksi tingkat perkembangan KLB di
wilayah studi.
Berdasarkan hasil analisis regresi di atas
dapat diketahui bahwa peningkatan nilai lahan
yang dilihat dari fungsi lahan, harga lahan, jarak
dari kota dan biaya transportasi memiliki pengaruh
yang kecil terhadap pemanfaatan ruang terbangun
dan ruang terbuka perumahan yaitu KDB, KDH
dan KLB. Pengaruh peningkatan nilai lahan
terhadap pemanfaatan ruang terbangun dan ruang
terbuka perumahan dapat dilihat pada gambar
berikut:
16%
14%
12%
10%
8%
6%
4%
2%
0%
Pemanfaatan Ruang
Terbangun dan
Ruang terbuka
KDB
KDH
KLB
Gambar 5.
Grafik Pengaruh Peningkatan Nilai Lahan terhadap
Pemanfaatan Ruang terbangun dan Ruang Terbuka
Perumahan
DAFTAR PUSTAKA
Angel, J.F., Blackwell, R.D., dan Miniard., P.W.
(1992). Consumer Behavior.Chicago: The
Dryden Press.
Badan Pusat Statistik. (2010). Data Monografi
Kelurahan Mugasari. Semarang.