Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN SUKU BUNGA BI

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI , TBK


BERDASARKAN RASIO KEUANGAN
Neni Supriyanti
ABSTRAKSI

Kata Kunci

Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin


(NIM), Inflasi dan Suku Bunga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi dan suku bunga
terhadap kinerja PT. Bank Mandiri, Tbk. Penelitian dilakukan berdasarkan rasio
keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk. Selama Periode 5 tahun yaitu periode tahun 2003
sampai dengan tahun 2007. dimana kinerja bank yang dijadikan tolak ukur adalah ROA,
ROE, NIM.
Dalam penelitian ini digunakan metode regresi linier berganda dengan
menetapkan variabel terikat yaitu Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net
Interest Margin (NIM) dan Variabel Bebas yaitu tingkat Inflasi dan Suku Bunga.
Sebelum melakukan analisa terhadap hasil regresi, terlebih dahulu hasil tersebut diuji
asumsi klasik dan signifikansinya, sehingga dapat dipastikan hasil tersebut memenuhi
standar BLUE (Best Linier Unbiased Estimator)
Hasil penelitian didapati bahwa Tingkat Inflasi berpengaruh secara signifikan
terhadap ROE, dan Tingkat Suku Bunga BI berpengaruh terhadap ROA. Walaupun
demikian hasil ini masih harus lebih dikaji dengan metode dan observasi yang lebih baik
lagi kelak dikemudian hari.

PENDAHULUAN

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia menimbulkan permasalahan yang cukup


rumit

yang telah membuat perekonomian Indonesia yang semula mengalami

pertumbuhan ekonomi yang pesat, sehingga menimbulkan terjadinya Inflasi. Krisis


ekonomi ini juga membuat system Perbankan menjadi rapuh karena nilai tukar rupiah
yang merosot tajam, kondisi ini yang menyebabkan lembaga perbankan terus menerus
merugi dan modalnya semakin terkuras yang pada akhirnya berakibat pada likuidasi
sejumlah bank.Kebijakan pemerintah untuk terus menjaga kesinambungan fiscal serta
komitmen Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan nilai rupiah dan memperkuat system
perbankan memberikan dampak positif bagi arah perkembangan perekonomian.
Bukti Empiris berdasarkan penelitian Aryaningsih (2008). menjelaskan bahwa
suku bunga, inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit,
sedangkan jumlah penghasilan berpengaruh signifikan. Kontribusi suku bunga, inflasi
dan jumlah penghasilan terhadap perubahan permintaan kredit sebesar 37,8%, sedangkan
variable lainnya berkontribusi 62,2%. Variable lain tersebut seperti: unsur informasi,
issuer dan news dalam meneliti permintaan. Tekanan inflasi telah menyebabkan
rendahnya debt repayment dari para debitor. Pihak perbankan harus berhati-hati pada
periode bisnis semester kedua ini.
Menurut Hatta (2008), Secara empirik, pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan
ekonomi dapat dilihat dari krisis tahun 1997 - 1998 yang mengakibatkan terganggunya
sektor riil. Krisis ini diawali dari krisis di sektor moneter (depresiasi nilai tukar rupiah
dengan dolar) yang kemudian merambat kepada semua sektor tanpa terkecuali.20 Tingkat

Inflasi ketika itu sebesar 77,60 % yang diikuti pertumbuhan ekonomi minus 13,20 %.
Adapun terganggunya sektor riil tampak pada kontraksi produksi pada hampir seluruh
sektor perekonomian.
Menurut Forum Kajian Ekonomi (2008), kondisi ekonomi Indonesia pada tahun
2007 secara umum berada dalam tekanan krisis pada sector property yang terjadi di
Amerika Serikat serta melambungnya harga minyak dunia yang mencapai US $100 per
barrel dan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Begitupun keadaan
perekonomian pada tahun 2008 juga masih dalam kondisi yang tidak berbeda jauh
dengan tahun 2007. bahkan pada tahun 2008 ada kecenderungan semakin terpuruknya
keadaan perekonomian Indonesia, keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM
sekitar 28.5% yang sudah dapat dipastikan akan berdampak pada naiknya harga- harga
barang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erawati dan Liewelyn (2008).
Dengan diketemukannya spread suku bunga dalam jangka pendek yang mempunyai
pergerakan yang searah dan signifikan dibandingkan dengan jangka panjang sehingga
dapat di jadikan tolok ukur bagi ekspektasi inflasi, melalui karya tulis ini di sarankan
agar hendaknya pemerintah lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan yang berkaitan
dengan suku bunga (SBI) karena erat hubungannya dengan naiknya tingkat inflasi,
terutama dalam jangka pendek.
Semakin tinggi suku bunga inflasi juga semakin tinggi, misalnya hal ini dilihat
dari kebijakan uang ketat dengan menaikkan suku bunga melalui operasi pasar terbuka,
memang akan berdampak positif bila dilihat dari penekanan terhadap jumlah uang yang
beredar, tetapi dilain sisi, hal ini akan menimbulkan masalah dalam sektor riil akibat dana

masyarakat terserap semuanya ke perbankan sehingga produksi nasional terhambat,


sehingga harga-harga akan meningkat tajam dengan langkanya produk di pasaran.
Dari Hasil penelitian sebelumnya tersebut menjadi motivasi untuk penelitian ini.
Berdasarkan hasil tersebut penelitian bermaksud untuk meneliti pengaruh tingkat Inflasi
dan suku bunga perbankan terhadap kinerja perbankan. Adapun Indikator utama kinerja
perbankan tersebut adalah ROA, ROE, NIM, dengan pertimbangan bahwa ROA, ROE,
dan NIM mewakili unsur pendapatan bank berupa Laba.
Penelitian mengenai Analisis pengaruh tingkat inflansi dan suku bunga terhadap
kinerja keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk. Bertujuan untuk :
a. Mengetahui pengaruh tingkat Inflasi terhadap Rasio keuangan PT. Bank Mandiri,
Tbk.
b. Mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap Rasio keuangan PT. Bank
Mandiri, Tbk.
c. Mengetahui pengaruh tingkat inflasi dan suku bunga terhadap rasio keuangan PT.
Bank Mandiri, Tbk.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Bank
Menurut Undang undang no.7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah

diubah menjadi undang undang no. 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2, pengertian bank
adalah sebagai berikut :

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Sebagai lembaga intermediasi, bank konvensional menerima simpanan dari
nasabah dan meminjamkannya kepada nasabah lain yang membutuhkan dana, dan untuk
simpanan para nasabahnya bank memberikan bunga sebagai imbalan. Demikian pula
dengan pemberian pinjaman. Bank akan memberikan bunga kepada para debitur sebagai
biaya peminjaman.

2.2

Pengertian Inflasi dan Suku Bunga


Menurut Maksum dan earlyanti (2004) Inflasi adalah suatu proses meningkatnya

harga-harga secara umum dan terus menerus. dengan kata lain, inflasi juga merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara terus menerus. Inflasi adalah proses dari suatu
peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan
harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflsi juga di
gunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat
sebagai penyebab meningkatnya harga.
Secara umum menurut Bank Indonesia penyebabnya inflasi terbagi ke dalam 3
macam, yakni: Pertama, tarikan permintaan (demand-pull inflation). Inflasi ini timbul
apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif
perekonomian. Kedua, dorongan biaya (cosh-push inflation). Inflasi ini timbul karena
adanya depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner

dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price),


dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.
Ketiga, ekspektasi inflasi. Inflasi ini dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku
ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin
dari perilaku pembentukan harga di tingkat
produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan dan
penentuan upah minimum regional.
Dalam pembentukan suku bunga perbankan, unsur ekspektasi inflasi masih
diperhitungkan kecil. Sedangkan faktor lainnya masih lebih besar, seperti: kondisi
likuiditas perbankan, pengelolahan perbankan yang kurang efisien, tersegmentasinya
perbankan. Penggunaan suku bunga sebagai indikator ekspektasi inflasi sejalan dengan
kebutuhan akan suatu instrumen yang secara efektif dapat menjelaskan fenomena
pergerakan inflasi sebagai sasaran akhir bagi kebijakan moneter. Hasil penelitianpenelitian terdahulu menyatakan bahwa suku bunga merupakan channel yang cukup
penting bagi kasus Indonesia. Namun penelitian tersebut lebih menekankan pada nominal
suku bunga jangka pendek tertentu terhadap tingkat inflasi, dan belum mengukur
kandungan ekspektasi inflasi di dalam suku bunga tersebut.

2.3

Analisis Kinerja Bank


1. Return On Assets (ROA)
Menurut Lukman (2005), rasio ini digunakan untuk mengukur manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar
ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank

tersebut dan semakin baik pula posisi bnak tersebut dari segi penggunaan asset.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
ROA =

laba Sebelum pajak


100 0 0
Total Aset (rata rata )

2. Return on Equity (ROE)


Menurut Lukman (2005), ROE adalah perbandingan antara laba bersih
bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
ROE =

Laba setelah pajak


100 0 0
Modal Inti

3. Net Interest Margin (NIM)


Menurut Selamet (2006), NIM adalah perbandingan antara Interest
Income (pendapatan bunga bank yang diperoleh) dikurangi Interest expenses (biaya
bunga bank yang menjadi beban) dibagi dengan Average Interest Earning Assets
(rata-rata aktiva produktif yang digunakan). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.
Pendapatan Bunga Bersih
NIM =

X 100 %
Aktiva Produktif

Dimana Pendapatan bersih = pendapatan bunga beban bunga, aktiva produktif


merupakan penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valas dalam bentuk
kredit, surat berharga, penempatan antar bank, penyertaan termasuk komitmen dan
kontingensi pada transaksi rekening administratif yang diperhitungkan untuk aktiva
produktif yang menghasilkan bunga (interest bearing assets).

2.4

Pengembangan Hipotesis
Bagan kerangka koseptual

Inflasi

ROA

H1
Suku Bunga

H2

Kinerja Keuangan
PT. Bank Mandiri,Tbk

ROE

H3
NIM

Inflasi & Suku


Bunga

Untuk mengetahui Pengaruh Inflasi dan Suku bunga terhadap kinerja Perbankan, maka
dirumuskanlah hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1

: Variabel Inflasi terhadap kinerja bank (ROA, ROE, NIM)

H2

: Variabel Suku bunga terhadap kinerja bank ((ROA, ROE, NIM)

H3

: Variabel Inflasi & Suku bunga Terhadap kinerja bank ((ROA, ROE, NIM

METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Metode dan Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisa regresi linier

berganda, metode tersebut digunakan untuk meramalkan pengaruh dari suatu variabel
terikat (rasio keuangan bank) berdasarkan variabel bebas (inflasi dan suku bunga).
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan diantara variabel terikat dan bebas terhadap
kinerja perbankan.

3.2

Jenis Data dan variabel


Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan bank

yang diperoleh dari Directory Bank Indonesia atau data dari Laporan Keuangan yang
telah di publikasikan, Peraturan Pemerintah tentang perbankan, Buku-buku teks yang
berkaitan dengan manajemen perbankan yang datanya masih relevan untuk digunakan,
tulisan-tulisan ilmiah yang berkaitan dengan perbankan.

3.3

Metode Analisis
Berpedoman pada ketentuan penilaian tingkat kesehatan yang ada berdasarkan

Bank Indonesia maupun kriterian Bank Kinerja Baik (BKB) serta bank yang berpotensi
menjadi bank jangkar, penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh tingkat
inflasi dan suku bunga terhadap kinerja bank yang dapat dijadikan alat pertimbangan
dalam rangka pengambilan keputusan dengan cara mengubah data yang ada menjadi
informasi. Model analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah model linier regresi
berganda. Model ini dipilih atas dasar karena penelitian ini dirancang untuk mengetahui
pengaruh, arah dan kekuatan hubungan dari variable bebas terhadap variable tak bebas.

3.4

Uji Asumsi Klasik Data


Untuk mengetahui bahwa estimasi regresi yang diperoleh merupakan hasil

estimasi terbaik maka perlu diadakan pengujian terhadap asumsi model klasik. Yang
dimaksud dengan tidak adanya penyimpangan (unbias) dari suatu penaksir (estimator)
adalah nilai hasil estimasi sama dengan nilai parameter yang sebenarnya (true value).

3.4.1

Pengujian Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal Ghozali (2005).


3.4.2

Pengujian keberadaan Multikolinier


Menurut Ghozali (2005) Pengujian multikolinier bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independent variable).
Model regresi yang baik seharusnya bebas multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen.
3.4.3

Pengujian terhadap Heterokedastisitas


Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Ghozali
(2005). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas

3.5

Uji Hipotesis
Variable penelitian yang menjadi objek yang diteliti oleh penulis adalah Data

ROA, ROE, NIM. dimana merupakan variabel terikat (dependent variable), sedangkan
inflasi, suku bunga BI merupakan variabel bebas (independent variable).

3.6

Model Penelitian
Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel independen (Inflasi dan Suku

Bunga BI) terhadap Rasio Keuangan, penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi

linear berganda (multiple regression analysis model) dengan persamaan kuadrat terkecil
(Ordinary Least Square) dengan model dasar sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2
Dimana :
Y = Variabel dependent (ROA, ROE, NIM)
X1, X2 = Variabel Independent (Inflasi, Suku bunga)
a = Konstanta, perpotongan garis pada sumbu X1
b1, b2 = Koefesien regresi
Hipotesis :
Ho =

Model linear antara variabel dependent dengan variabel independent tidak


signifikan.

H1 = Model linear antara variabel dependent dengan variabel independent signifikan.

ANALISA DAN PEMBAHASAN


4.1 Inflasi dan Suku Bunga BI Tahun 2003 2007
Inflasi dan Suku Bunga BI
tahun 2003-2004
13.33
11.83

14

Persentase

12

10.4
9.09

10.17

10
8

6.79

8.25
7.2

7.39
6.04

Inflasi

Suku Bunga
BI

2
0
2003

2004

2005
Tahun

2006

2007

Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

INFLASI

6.040

13.330

8.75200

3.053157

BI_RATE

7.390

11.830

9.34600

1.727854

Valid N

Sumber : Lampiran

Rasio Keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk (ROA, ROE,NIM)

Rasio Keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk


Tahun 2003-2007
30

Persentase

25
20

ROA

15

ROE

10

NIM

5
0
2003

2004

2005

2006

2007

Tahun

Uji Hipotesis
Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap ROA
b

ANOVA
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

3.490

1.745

Residual

1.627

.814

Total

5.117

Sig.
2.145

.318

a. Predictors: (Constant), BI_RATE, INFLASI


b. Dependent Variable: ROA

diketahui nilai signifikansi sebesar .318, yang berarti nilai tersebut lebih besar
dari 0.05. bahwa Inflasi dan Suku Bunga BI tidak memiliki pengaruh terhadap ROA.

Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap ROE


b

ANOVA
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

271.890

135.945

Residual

164.239

82.120

Total

436.129

Sig.
1.655

.377

a. Predictors: (Constant), BI_RATE, INFLASI


b. Dependent Variable: ROE

diketahui nilai signifikansi sebesar .377, yang berarti nilai tersebut lebih besar
dari 0.05. bahwa Inflasi dan Suku Bunga BI tidak memiliki pengaruh terhadap ROE
Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap NIM
b

ANOVA
Model
1

Sum of Squares
Regression
Residual
Total

df

Mean Square

1.169

.585

.658

.329

1.827

Sig.
1.776

.360

a. Predictors: (Constant), BI_RATE, INFLASI


b. Dependent Variable: NIM

diketahui nilai signifikansi sebesar .360, yang berarti nilai tersebut lebih besar
dari 0.05. bahwa Inflasi dan Suku Bunga BI tidak memiliki pengaruh terhadap NIM.

4.2

Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap ROA, ROE dan NIM
Analisis regresi linier digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh Inflasi dan

Tingkat Suku Bunga BI terhadap Rasio Keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk (ROA, ROE,
NIM). Berdasarkan pembatasan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan
sebelumnya maka diperoleh hasil pengolahan data dengan paket program komputer
statistik SPSS 16.0

4.2.1

Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap ROA


Coefficients
Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Collinearity
Correlations

Statistics

ZeroModel

Std. Error

Beta

Sig. order Partial

Part Tolerance VIF

1 (Constant)

6.767

2.646

2.558

.125

INFLASI

-.127

.233

-.343 -.545

.640 -.754

-.360 -.217

.400 2.497

BI_RATE

-.347

.412

-.531 -.843

.488 -.797

-.512 -.336

.400 2.497

a. Dependent Variable:
ROA

Berdasarkan tabel diatas diperoleh model persamaan regresi linier berganda


sebagai berikut :
Y = 6.767 - 0.127 X1 0.347 X2

Dari model regresi tersebut diperoleh kontanta sebesar 6.767. hal ini berarti
bahwa tanpa adanya Inflasi dan Suku Bunga akan terjadi perubahan ROA sebesar 6.767.
selanjutnya Koefisien Inflasi sebesar 0.127 dan bertanda negatif, hal ini berarti bahwa
setiap perubahan Inflasi satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka
perubahan ROA akan mengalami perubahan sebesar 0.127% dengan arah yang
berlawanan. Sedangkan Tingkat Suku Bunga BI mempunyai koefisien regresi sebesar
0.347 dan bertanda negatif, berarti setiap perubahan Tingkat Suku Bunga BI satu persen
dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan ROA akan mengalami perubahan
sebesar 0.347% dengan arah yang berlawanan.

4.2.2 Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap ROE


Coefficients
Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Collinearity
Correlations

Statistics

ZeroModel

Std. Error

Beta

Sig.

order

Toleran
Partial

Part

ce

VIF

1 (Constant)

51.043

26.582

1.920

.195

INFLASI

-2.074

2.345

-.606 -.884

.470

-.777

-.530 -.384

.400 2.497

BI_RATE

-1.333

4.144

-.221 -.322

.778

-.690

-.222 -.140

.400 2.497

a.Dependent
Variable:ROE

Berdasarkan tabel di atas diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai
berikut :
Y = 51.043 - 2.074 X1 1.333 X2

Dari model regresi tersebut diperoleh konstanta sebesar 51.043. hal ini berarti
bahwa tanpa adanya Inflasi dan Suku Bunga BI akan terjadi perubahan ROE sebesar
51.043. selanjutnya Koefisien Inflasi sebesar 2.074 dan bertanda negatif, hal ini berarti
bahwa setiap perubahan Inflasi satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka
perubahan ROE akan mengalami perubahan sebesar 2.074% dengan arah yang
berlawanan. Sedangkan Tingkat Suku Bunga BI mempunyai koefisien regresi sebesar
1.333 dan bertanda negatif, berarti setiap perubahan Tingkat Suku Bunga BI satu persen
dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan ROE akan mengalami perubahan
sebesar 1.333% dengan arah yang berlawanan.

4.2.3 Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap NIM


Coefficients
Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Collinearity
Correlations

Statistics

ZeroModel
1

(Constant)

Std. Error

7.305

1.683

INFLASI

.155

.148

BI_RATE

-.472

.262

Beta

Toler

Sig. order Partial

4.341

.049

.699

1.042

.407 -.236

-1.208

-1.801

.214 -.666

.593

Part ance

VIF

.442

.400

2.497

-.786 -.764

.400

2.497

a. Dependent Variable:
NIM

Berdasarkan tabel di atas diperoleh model persamaan regresi linier berganda


sebagai berikut :
Y = 7.305 + 0.155 X1 0.472 X2

Dari model regresi tersebut diperoleh konstanta sebesar 7.305. hal ini berarti
bahwa tanpa adanya Inflasi dan Suku Bunga BI akan terjadi perubahan NIM sebesar
7.305. selanjutnya Koefisien Inflasi sebesar 0.155 dan bertanda positif, hal ini berarti
bahwa setiap perubahan Inflasi satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka
perubahan NIM akan mengalami perubahan sebesar 0.155% dengan arah yang sama.
Sedangkan Tingkat Suku Bunga BI mempunyai koefisien regresi sebesar 0.472 dan
bertanda negatif, berarti setiap perubahan Tingkat Suku Bunga BI satu persen dengan
asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan NIM akan mengalami perubahan sebesar
0.472 % dengan arah yang berlawanan.

Analisis :
Berdasarkan analisis yang dilakukan, menunjukkan bahwa Inflasi dan Suku
Bunga tidak memiliki pengaruh terhadap ROA hal ini terlihat dari besarnya nilai
signifikan yaitu 0.318 yang berarti lebih besar dari 0.005. Pada koefisien determinasi
diperoleh sebesar 68.2% yang menunjukkan bahwa kontribusi Inflasi dan Suku Bunga BI
menjelaskan variabel ROA sebesar 68.2% dan sisanya 31.8% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diteliti. Jika dilihat dari koefisien berdasarkan uji t maka antara inflasi
sebesar -0.545 dan Suku bunga sebesar -0.843, dari nilai tersebut terlihat yang paling
dominant dalam pembentukan ROA adalah Inflasi, Inflasi mempengaruhi ROA karena
dengan adanya kenaikan Inflasi maka diikuti oleh kenaikkan suku bunga, dengan
tingginya suku bunga maka diharapkan para calon nasabah bersedia menempatkan
dananya di bank karena bunga yang mereka peroleh lebih tinggi, namun hal tersebut akan
membuat bank mempunyai biaya operasional yang lebih besar karena bank mempunyai
asset yang berasal dari dana mahal.
Pengaruh Inflasi dan Suku bunga memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap ROE, hal ini terlihat dari besarnya nilai signifikan yaitu sebesar 0.377 yang
berarti lebih besar dari 0.005. pada koefisien determinasi diperoleh nilai 62.3% yang
menunjukkan bahwa kontribusi inflasi dan suku bunga BI menjelaskan variabel ROE
sebesar 62.3% dan sisanya 37.7% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Antara inflasi dan
Suku Bunga BI variabel yang paling dominant mempengaruhi ROE adalah Suku Bunga
dengan nilai sebesar -0.322. ROE adalah perbandingan laba bersih dengan modal sendiri,
rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor pasar modal
yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Rasio ini merupakan indikator yang

sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur
kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran
dividen. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang
bersangkutan dan kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank.
Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap NIM, hal ini terlihat dari besarnya nilai signifikan yaitu sebesar 0.360 yang
berarti lebih besar dari 0.005. pada koefisien determinasi diperoleh nilai 64% yang
menunjukkan bahwa kontribusi inflasi dan suku bunga BI terhadap pembentukkan NIM
sebesar 64% dan sisanya sebesar 36% dipengaruhi variabel lain. Antara variabel Inflasi
dan Suku Bunga BI yang paling dominant dalam pembentukkan NIM adalah Inflasi.
kebijakan suku bunga tinggi dapat menahan laju inflasi dan menarik dana masyarakat
yang beredar kembali kesektor perbankan. Akan tetapi, suku bunga tinggi dapat membuat
perbankan mengalami Net Interest Margin (NIM) yang semakin negatif. Hal ini
disebabkan biaya bunga (cost of funds) yang harus dikeluarkan terus meningkat,
sedangkan pendapatan bunga kredit tidak meningkat dan penyaluran dana kesektor usaha
dan nasabah lain juga semakin sulit. Inilah yang dimaksud dengan kondisi negatif spread
yang terus dialami perbankan saat ini.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa setiap variabel
independent ( Inflasi dan Suku Bunga ), mampu memberikan pengaruhnya
untuk menjelaskan variabel dependent ( ROA, ROE, NIM ) dengan baik.

2. Pada dasarnya Inflasi dan Tingkat Suku Bunga BI tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk.

Saran:

Para calon nasabah sebaiknya memperhatikan informasi-informasi mengenai


Inflasi dan Suku Bunga BI yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia karena dengan
adanya informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprediksi kinerja
perbankan yang kemudian untuk mengambil keputusan yang tepat sehubungan
dengan kebutuhan para nasabah.

Perbankan harus dapat menjaga tingkat kesehatan bank, baik dari faktor
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, likuiditas. Jika
kelima faktor tersebut terjaga dengan baik maka krisis perbankan tidak akan
terjadi dan kepercayaan nasabah tetap terjaga dengan baik sehingga fungsi
perbankan dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian perbankan membantu
terciptanya perekonomian suatu Negara.

Untuk menilai kinerja perbankan yang sehat hendaknya calon nasabah selain
melihat dari sisi pengaruh suku bunga dan inflasi hendaknya memperhatikan
faktor eksternal di luar pengaruh suku bunga dan inflasi, seperti : unsure
informasi, issuer, atau news, kondisi persaingan, kebijakan pemerintah dalam
jangka pendek dan jangka panjang serta variabel lainnya yang dapat memberikan
dasar pertimbangan dalam penjelasan mengenai kondisi kinerja keuangan
perbankan.

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan Siamat. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Didy, R. Laksmono. 2001. Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Inflansi.
Dominick Salvatore. 2005. Managerial Economics Ekonomi Manajerial dalam
Perekonomian Indonesia Global. Edisi Kelima. Salemba Empat, Jakarta.
Edward, S. dan M. S. Khan. 1985. Interest Rate Determination in Developing Countries.
Imam Gozali. 2005. Aplikasi Analasis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas diponegoro Semarang, Semarang.
Lukman Dendawijaya. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Ghalia Indonesia,
Bogor
Maksum dan N.I Earlyanti. 2005. Ekonomi SMA / MA Kelas XI. Jilid 2. piranti Darma
Kolakatama, Jakarta.
Martono. 2002. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi
UII Yogyakarta, Yogyakarta.
Neny Erawati dan Richard Llewelyn. 2002. Jurnal : Analisis Pergerakan Suku Bunga
dan Laju Ekspektasi Inflasi Untuk Menentukan Kebijakan Moneter di Indonesia.
Alumni Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra,
Surabaya.
Ni Nyoman Aryaningsih. 2008. Jurnal : Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah
Penghasilan Terhadap Permintaan Kredit di PT BPD Cabang Pembantu Kediri.
Lembaga Peneliti Undiksha.
Ridwan dan I Berlian. 2003. Manajemen Keuangan 2. Edisi Keempat. Literata Lintas
Media, Jakarta.
Selamet Riyadi. 2006. Banking Assets And Liability Management. Edisi Ketiga. Lembaga
Penerbit fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No. 10 tahun 1998.
www.bankmandiri.co.id; www.bi.go.id ; www.google.com

Anda mungkin juga menyukai