Anda di halaman 1dari 22

SETELAH MEMPELAJARI BAB INI, ANDA DIHARAPKAN DAPAT:

Memberi pengertian keefektifan organisasi


Mendeskripsikan pentingnya keefektifan organisasi
Menginterpretasikan kriteria pengukuran keefektifan organiasi
Mengenali pendekatan dalam pengukuran keefektifan organisasi
Mendeskripsikan model-model keefektifan organisasi
Mengidentifikasikan faktor yang mempengaruhi keefektifan organisasi
A. PENGERTIAN

Sudah dijelaskan pengertian organisasi adalah suatu sistem kerja sama


sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai suatu sistem di
dalamnya terdapat tiga komponen yang saling berkaitan membentuk suatu
kebulatan menimbulkan organisasi, yaitu: orang-orang (sekelompok orang),
kerja sama, dan tujuan. Untuk mencapai tujuan itu, dibentuk kerja sama dari
orang-orang yang akan melakukan kegiatan. Makin kompleks tujuan yang
ingin dicapai semakin banyak tugas-tugas yang harus dikerjakan dan
semakin banyak pula orang-orang yang harus terlibat dalam kerja sama
tersebut. Kesemuanya itu dituntut agar berlangsung dan berhasil mencapai
tujuannya (efektif). Tetapi anehnya tidak sedikit organisasi sudah ditentukan,
diisi dengan tenaga-tenaga yang akan melakukan kegiatan dalam organisasi
itu, kemudian tidak berhasil mencapai tujuannya (tidak efektif), misalnya
bahan baku yang kurang memadai, kinerja individu dan kelompoka yang
tidak memuaskan, kualitas produk yang rendah, perolehan laba yang tidak
maksimal, iklim yang tidak stabil, dan sebagainya.
Amitai Etzioni (1985) memberi ukuran keefektifan organisasi sebagai
tingkat sejauh mana ia berhasil mencapai tujuannya. Robbins (1995:p.53)
dalam ringkasannya mendefinisikan sebagai kemampuan untuk memperoleh
masukan, memproses masukan tersebut, menyalurkan keluaran, dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan di dalam sistem.
Pernyataan di atas,menurut dari pendapat para ahli di atas maka agaknya
dapat dipahami sebagai pengertian keefektifan organisasi yaitu berkenaan
dengan atribut yang diinginkan dalam usaha untuk mempertahankan
kelangsungan hidup organisasi. Keefektifan organisasi meliputi kemampuan
untuk memperoleh masukan, memproses masukan tersebut, menyalurkan
keluaran, dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan didalam sistem.
Keefektifan ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang luas, mencakup
berbagai faktor di luar maupun di dalam organisasi.

James L. Gibson (1993), memandang konsep keefektifan organisasi dari tiga


perpektif, yaitu; 1) keefektifan individu, 2) keefektifan kelompok, dan 3)
keefektifan organisasi.
Keefektifan Individu

Pandangan keefektifan individu menempati tingkat yang paling dasar dalam


konteks keefektifan organisasi, karena diasumsikan bila tiap anggota
organisasi melakukan tugas pekerjaannya dengan efektif, maka keefektifan
organisasi secara keseluruhan akan timbul. Pandangan dari segi individu
menekankan kinerja karyawan atau anggota tertentu dari organisasi. Tugas
yang harus dilaksanakan biasanya ditetapkan sebagai bagian dari pekerjaan
atau posisi dalam organisasi. Kinerja individu dinilai secara rutin lewat
proses evaluasi hasil karya yang merupakan dasar bagi kenaikan gaji,
promosi, dan imbalan lain yang tersedia dalam organisasi. Penyebabnya
ditentukan berbagai faktor, antara lain: keterampilan, pengetahuan,
kecakapan, sikap, motivasi, dan stres.
Keefektifan Kelompok

Orang di dalam organisasi jarang bekerja sendirian melainkan bekerja sama


dengan orang lain (kelompok). Jadi, selain pandangan keefektifan individu,
terdapat pula pandangan keefektifan dari segi kelompok.Dalam beberapa
hal, keefektifan kelompok adalah jumlah kontribusi dari semua anggotanya.
Misalnya, bagi kelompok ilmuawan mengerjakan proyek-proyek individual,
yang tidak saling berhubungan, maka besarnya keefektivan sama dengan
jumlah keefektifan dari tiap-tiap individu. Dalam beberapa hal lain,
keefektifan kelompok adalah lebih besar dari jumlah kontribusi tiap-tiap
individu. Contoh semacam itu adalah lini perakitan yang menghasilkan
produk jadi sebagai hasil sumbangan khusus, tetapi kumulatif dari kontribusi
tiap-tiap individu. Penyebabnya antara lain: kekompakan, kepemimpinan,
struktur, status, peran dan norma.

Keefektifan Organisasi

Organisasi terdiri dari individu-individu dan kelompok-kelompok. Karena


itu keefektifan organisasi terdiri dari keefektifan individu dan kelompok.

Namun demikian, keefektifan organisasi adalah lebih banyak dari jumlah


keefektifan individu dan kelompok; lewat pengaruh sinergi (kerja sama),
organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatnya
daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya. Sebenarnya, alasan bagi
organisasi sebagai alat untuk melaksanakan pekerjaan masyarakat adalah
bahwa organisasi itu dapat melakukan pekerjaan yang lebih banyak daripada
yang mungkin dilakukan oleh individu. Faktor penyebabnya: lingkungan,
teknologi, strategi, struktur, proses dan budaya.
Ketiga pandangan keefektifan organisasi tersebut di atas divisualisa-kan
pada gambar X.1
Dari uraian di atas tampak bahwa keefektifan merupakan konsep yang
sangat komplek. Banyak dimensi yang terkait di dalamnya.
Dalam organisasi modern keefektifan lebih banyak dilihat dari sudut sistem.
Sebagaimanan telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu, organisasi dapat
dipandang sebagai suatu sistem yang mekanisme kerjanya mencakup
transformasi input menjadi out put. Organisasi itu sendiri hidup ditengahtengah sistem lain sehingga dipengaruhi dan juga mempengaruhi sistemsistem yang lain. Dengan kata lain dipengaruhi dan mempengaruhi
lingkungan. Konsekuensinya, keberhasilan organisasi selain ditentukan oleh
faktor intern ditentukan pula oleh faktor lingkungan tersebut. Keefektifan
organisasi dengan

Keefektifan
Organisasi
Keefektifan
Organisasi
Keefeektifan

Penyebab:

Organisasi
Lingkungan
Penyebab:

Teknologi
Strategi

Kekompakan

Struktur

Penyebab:
Proses

Kepemimpinan
Struktur

Ketrampilan

Status

Pengetahuan

Peran

Kecakapan

Norma

Budaya

Sikap
Motivasi
Stres
Gambar X.1 Perspektif Keefektifan Organisasi
(Muhyadi, 1989:p.279)
demikian ditentukan oleh kemampuannya mencari sumber (input),
memprosesnya menjadi produk (output), dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dengan berfikir secara sistem maka berbagai dimensi
efektivitas (produktivitas, kepuasan, stabilitas, dan lain-lain) diupayakan
pencapainnya secara optimal sehingga organisasi memiliki kemampuan
untuk mempertahankan diri dan berkembang, baik secara intern maupun
ekstern.
B.

PENTINGNYA KEEFEKTIFAN ORGANISASI

Organisasi dibentuk karena punya tujuan. Dengan tujuan maka organisasi


menjadi dinamis. Dalam kedinamisannya para manajer dan para analis
organisasi berupaya untuk membuat organisasinya lebih efektif.
Harjito (1995:p.16) mengemukakan bahwa organisasi selalu berusaha untuk
mempu mempertahankan keberadaannya (existence) dan berusaha untuk
mengembangkan diri (develop). Untuk dapat mempertahankan hal tersebut,
sebagai kunci keberhasilan organisasi adalah keefektifan.
Apabila suatu organisasi dirasakan tidak efektif, maka secepatnya organisasi
tersebut harus segera dibenahi. Jadi kata kunci pengertian ini ialah kata
efektif karena pada akhirnya keberhasilan manajer dan organisasi diukur
dengan konsep keefektifan itu. Dan banyak sekali kejadian suatu organisasi

sudah dibentuk, tetapi tujuan-tujuan yang sudah ditentukan itu tidak tercapai
(tidak efektif) yang akhirnya gulung tikar sehingga perlu dilakukan
perubahan dan pengembangan organisasi yang lebih efektif.
Sudah dikemukakan bahwa keefektifan organisasi yaitu berkenaan dengan
atribut yang diinginkan dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan
hidup organisasi. Karena itu, studi tentang organisasi pada hakikatnya
memberikan jawaban atas pertanyaan apa yang membuat organisasi menjadi
efektif? Jawabnya adalah struktur organisasi yang tepat, penerapan prinsipprinsip organisasi yang benar, penggunaan teknologi dan budaya organisasi
yang mendukung sehingga terselenggara suatu bentuk kerjasama dengan
sebaik-baiknya dan tujuan dapat tercapai secara efisien dan efektif. Dan
apabila suatu orgnisasi tidak efektif lagi, maka perlu dilakukan perubahan
dan pembinaan yang lebih baik.
Kemudian dalam segi implementasi organisasi, keefektifan memberi
informasi mengenai tingkat keberhasilan yang dapat digunakan untuk
membuat kebijakan membangun sebuah model dinamisasi organisasi yang
meningkat daya tahannya dan sekaligus meningkat kemampuannya untuk
berkembang.
Jadi dengan konsep keefektifan, mengakibatkan organisasi terbuka
menerima sumbangan dari berbagai disiplin ilmu-ilmu lain untuk menambah
hasanah teori organisasi yang mungkin sangat berharga dan sangat
diperlukan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup orgnisasi.
Dari segi penerapan konsep keefektifan memberi penilaian tingkat
keberhasilan dan sejumlah hambatan yang dapat dijadikan patokan analisis
untuk mencarikan langkah-langkah pasti bagi keberhasilan organisasi. Para
manajer dapat membuat kebijakan, dan mencari strategi politis dalam
mentranspormasikan input menjadi out-put yang maksimal. Setiap kegiatan
diarahkan pada tercapainya tujuan yang dikehendaki dan penyelesaian
pekerjaan yang tepat waktu sehingga metode kerja dapat disusun secara
sistimatis, penggunaan sarana yang lengkap, tenaga kerja yang cukup dan
pada akhirnya organisasi memiliki kelangsungan hidup untuk tumbuh
berkembang terus baik secara jangka pendek mapun jangka panjang.
C. PENGUKURAN KEEFEKTIFAN ORGANISASI

1.

Kriteria Keefektifan

Salah satu masalah yang menjadi pembahasan mengenai keefektifan


organisasi yaitu menentuka kriteria yang dapat digunakan untuk mengukurnya. Hingga kini baik praktisi maupun para ahli belum mencapai
kesepakatan tentang variable yang dapat dijadikan kriteria pokok dalam

melihat keefektifan organisasi. Pada uraian berikut ini akan dikemukakan


beberapa pendapat ahli tentang kriteria yang dapat digunakan untuk melihat
keefektifan sebuah organisasi
Charles R. Milton (Muhyadi, 1989:p.281), mengemukakan bahwa kriteria
keefektifan organisasi dapat dilihat dari berbagai segi sehinga diperoleh
berbagai versi keefektifan.
Dari segi lingkup pengukurannya dikenal adanya keefektifan makro dan
mikro;
Dari segi jumlah variabel yang digunakan dalam pengukuran dikenal adanya
efektivitas model variabel tunggal dan jamak;
Dari segi waktu pengukurannya dikenal adanya keefektifan statis dan
dinamis
Dari segi tingkat generalisasinya dikenal adanya keefektifan terbatas dan
umum.
Kriteria makro (macro) ialah pengukuran keefektifan dari sudut yang luas,
misalnya keuntungan organisasi atau pencapaian tujuan akhir organi-sasi;
sedangkan kriteria mikro (micro) ialah pengukuran keefektifan dengan
menitikberatkan pada salah satu aspek yang sempit, misalnya penampilan
anggota atau tingkat ketidakhadiran karyawan.
Pengukuran keefektifan organisasi dengan kriteria tunggal ialah cara melihat
kefektifan organisasi dengan hanya menggunakan satu variabel saja. Cara ini
lazim disebut dengan pengukuran univariasi (univariate). Banyak pilihan
jenis variabel yang digunakan dalam teknik yang pertama ini misalnya
produktivitas diukur dengan data tentang output (produk akhir yang
dihasilkan), kepuasan kerja diukur dengan daftar pertanyaan yang diisi oleh
para karyawan, keuntungan organisasi dilihat dari data berupa angka-angka
yang diperoleh dari bagian pembukuan. Variabel-variabel tersebut digunakan
secara terpisah, artinya tidak dilihat hubungannya satu sama lain. Teknik ini
relatif mudah dilaksanakan. Oleh karena itulah para peneliti umumnya
menggunakan teknik ini untuk melihat keefektifan suatu organisasi.
Pengukuran dengan kriteria jamak (multivariate) ialah cara melihat
keefektifan organisasi dengan menggunakan sebuah model yang mencakup
beberapa variabel, di mana hubungan antara berbagai variabel tersebut ikut
diperhitungkan. Teknik ini lebih sulit tetapi lebih cermat dibandingkan
pengukuran dengan variabel tungal. (Model pengukuran dengan variabel
tunggal dan jamak dijelaskan lebih lanjut pada bagian lain dari bab ini).
Selanjutnya dikemukakan versi pengukuran keefektifan dilihat dari segi
statis dan dinamis, juga teknik umum dan teknik khusus. Pengukuran secara
statis ialah melihat keefektifan organisasi dengan mendasarkan diri pada
aktivitas yang sudah dilakukan. Jadi melihat kembali berbagai kegiatan yang
telah dilakukan organisasi dan dari situ dinilai apakah organisasi yang
bersangkutan termasuk dalam kategori efektif atau tidak. Pengukuran

dengan teknik ini relatif mudah dilaksanakan, tetapi tidak banyak manfaat
yang dapat diperoleh darinya. Oleh karena itu orang berusaha menggunakan
teknik lain, yaitu melihat ke depan. Caranya ialah dengan melihat organisasi
dalam pengertian yang dinamis. Dari karakteristik dinamika organisasi orang
berusaha mengukur keefeektifan organisasi di waktu yang akan datang. Jadi
fokusnya terletak pada kegiatan yang dilakukan organisasi di masa
mendatang.
Pengukuran keefektifan organisasi dengan teknik umum dan teknik khusus.
Teknik umum, di mana keefektifan organisasi diukur dengan kriteria yang
dapat diterapkan pada semua jenis organisasi. Model yang digunakan dalam
teknik ini sangat umum, sementara itu dalam kenyataannya setiap jenis
organisasi memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri khusus. Oleh karena itulah maka
pengukuran keefektifan organisasi dengan teknik umum tidak banyak
bermanfaat bagi organisasi karena pengukuran dan analisisnya terlampau
dangkal, sehingga digunakan teknik pengukuran secara khusus. Teknik
pengukuran keefektifan organisasi dengan kriteria lebih khusus sesuai
dengan karakteristik organisasi yang bersangkutan. Hasil diperoleh dengan
cara ini tidak dapat diterapkan pada organisasi lain (kecuali pada organisasi
yang memiliki sifat karakteristik yang sama dengan organisasi yang dinilai),
Tetapi bagi organisasi yang bersangkutan hasil tersebut mempunyai arti yang
sangat besar.
Masih dalam uraian pengukuran keefektifan organisasi, Gibson dkk.
(1993:p.32), dan Manahan P. Tampubolon (2004:p.77), mengemukakan ada
lima aspek kriteria keefektifan organisasi, yaitu:1) produksi, 2) efisiensi, 3)
kepuasan, 4) kemampuan adaptasi, dan 5) pengembangan organisasi
Produksi (production)

Yang dimaksud dengan produksi yaitu kemampuan organisasi menghasilkan


jumlah dan mutu produk (output) yang sesuai dengan permintaan
lingkungan. Dalam bentuknya yang nyata, produk tersebut dapat berupa
barang yang dihasilkan (oleh sebuah pabrik), laba/keuntungan (oleh
pedagang), pelayanan yang diberikan kepada nasabah (oleh sebuah bank),
pasien yang sembuh (oleh sebuah rumah sakit), mahasiswa yang lulus (oleh
sebuah perguruan tinggi), dan sebagainya. Ukuran ini berhubungan langsung
dengan keluaran yang dikonsumsi oleh pelanggang organisasi
Efisiensi (efficiency)

Konsep efisiensi didefinisikan sebagai angka perbandingan (ratio) antara


keluaran dan masukan. Dalam sebuah organisasi masukan diubah menjadi

keluaran melalui proses transformasi (siklus: masukan-proses-keluaran).


Dalam bentuknya yang nyata, efisiensi dapat dilihat misalnya dari besarnya
biaya dan waktu yang diperlukan untuk proses produksi per unit, besarnya
biaya dan waktu yang diperlukan untuk proses produksi per unit produk,
besarnya biaya dan waktu yang diperlukan setiap siswa sampai dengan lulus,
dan sebagainya.

Kepuasan (Satisfaction)

Kepuasan sebagai kriteria efectivitas menunjuk kepada keberhasilan


organisasi memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh para anggota dan juga
kepuasan bagi para pemakai barang atau jasa yang dihasilkan. Organisasi
adalah sistem sosial yang beranggotakan orang-orang. Setiap anggota
berkeinginan dapat memenuhi sebagian kebutuhan hidup yang dirasakannya,
misalnya kebutuhan akan materi (uang), prestise, dan hubungan sosial,
melalui keterlibatannya dalam organisasi. Tingkat terpenuhi-tidaknya
kebutuhan anggota dapat dilihat dari moral kerja dan sikap yang ditunjukkan
terhadap organisasi. Oleh karena itu tingkat kepuasan dapat diukur antara
lain dari besar kecilnya tingkat kemangkiran, tingkat ketidakhadiran, tingkat
keluar masuk organisasi, dan semangat kerja yang ditunjukkan anggota.
Adaptasi (adaptiveness)

Kemampuan adaptasi alah kesanggupan organisasi melakukan perubahan


sesuai dengan tuntutan keadaan. Penyebab dilakukannya perubahan dapat
berasal dari luar (lingkungan) dan dapat pula dari dalam organisasi yang
bersangkutan. Dibandingkan dengan kriteria terdahulu (produksi, efisiensi,
dan kepuasan), konsep adaptasi lebih bersifat abstrak. Di samping itu
adaptasi lebih merupakan kegiatan antara. Kondisi organisasi yang tidak
produktif atau tidak efisien, atau tingkat kepuasan yang rendah, bisa jadi
merupakan pertanda bahwa tindakan adaptasi perlu dilakukan. Karena
adaptasi pada dasarnya merupakan respon terhadap situasi yang dihadapi,
maka kegiatan tersebut baru nampak setelah situasinya menuntut untuk itu.
Oleh karena itu kadang-kadang agak sulit mengukur tingkat kemampuan
adaptasi sebuah organisasi. Kriteria ini baru dapat digunakan apabila

organisasi telah benar-benar menghadapi situasi yang menuntut penyesuaian.


Semakin tingi frekuensi tingkat ketidakpastian situasi yang menuntut
tindakan penyesuaian, semakin mudah melihat kemampuan organisasi dalam
melakukan adaptasi. Dan jika dalam menghadapi situasi yang menuntut
berbagai macam penyesuaian tersebut ternyata organisasi tanggap dan
mampu melakukannya dengan baik sehingga organissi yang bersangkutan
survive atau mungkin bahkan berkembang, maka disimpulkan bahwa
kemampuan adaptasinya tinggi. Dengan kata lain, organisasi yang
bersangkutan cukup efektif ditinjau dari kriteria kemampuan adaptasinya

Perkembangan (developmen).

Pengembangan organisasi adalah kriteria yang menunjukkan kepada


kemampuan organisasi untuk memandang jauh ke depan dan melakukan
investasi dalam rangka mempertahankan hidup dan mengembangkan usaha
organisasi. Kriteria pengembangan lebih menekankan pada upaya organisasi
dalam jangka panjang.
Untuk mencapai tingkat keefektifan yang tinggi dalam arti pengembangan
organisasi, bisa jadi sejumlah kriteria yang lain berkurang keefektifannya.
Sebagai contoh kita ambil sebuah kasus pada perusahaan televisi hitam
putih, pada awal keberadaannya sangat efektif tetapi dalam
perkembangannya dengan adanya ciptaan televisi berwarna yang
mengakibatkan animo masyarakat lebih banyak menyukainya ketimbang
televisi hitam putih, sehingga televisi hitam putih dianggap tidak efektif lagi
2.

Berbagai Pendekatan dalam Pengukuran keefektifan Organisasi

Dalam melihat keefektifan organisasi, Gibson (op-cit:27) menyajikan dua


pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: 1) pendekatan tujuan, dan 2)
pendekatan teori sistem. Lubis dan Huseini (1987:p.56) mengemukakannya
tiga pendekatan, yaitu: 1) pendekatan sasaran, 2) pendekatan proses, dan 3)
pendekatan sumber. Masing-masing pendekatan tersebut dijelaskan berikut
ini.
Pendekatan Tujuan (Goal Attainment)

Pendekatan tujuan merupakan pendekatan yang paling lazim digunakan


untuk menilai dan melihat keefektifan organisasi. Keefektifan organisasi
ditetapkan sebagai pencapaian tujuan akhir organisasi. Dan hampir semua

definisi organisasi dalam kepustakaan dirumuskan bahwa pembentukan


organisasi adalah dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu,
ukuran keberhasilan organisasi diukur dari kemampuan mencapai tujuan
yang telah ditargetkan. Yang termasuk kriteria pencapaian tujuan yang
populer adalah memaksimalkan keuntungan, memaksa musuh untuk
menyerah, memenangkan pertandingan olahraga, membuat pasien menjadi
sembuh, dan sebagainya.
Meskipun pendekatan tujuan itu kelihatannya sederhana, mudah dan masuk
akal, tetapi dalam kenyataannya sering juga dihadapkan sejumlah problem.
E. Frank Harrison dalam Gibson (1993:p.28) disebutkan beberapa kesulitan
yang dikenal secara luas yaitu:
1)
Pencapaian tujuan tidak dapat segera diukur pada organisasi yang tidak
memproduksi barang-barang-barang yang berwujud (tangible outputs)
2)
Organisasi berusaha mencapai lebih dari satu tujuan dan tercapainya
satu tujuan sering kali menghalangi atau mengurangi kemampuannya untuk
mencapai tujuan yang lain.
3) Adanya beberapa tujuan resmi yang harus dicapai dan disepakati
oleh semua anggota, adalah diragukan. Banyak ahli riset menyatakan
kesulitan untuk mendapatkan persetujuan di antara para manajer mengenai
tujuan khusus dari organisasi mereka.
Pendekatan teori sistem

Pendekatan sistem dalam pengukuran keefektifan organisasi berfokus bukan


pada tujuan akhir tertentu, tetapi pada cara-cara yang dibutuhkan untuk
pencapaian tujuan akhir itu. Pendekatan sistem memandang keefektifan
organisasi sebagai kemampuan untuk memperoleh masukan, memproses
tersebut, menyalurkan keluaran, dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan di dalam sistem.
Dalam hubungannya dengan pendekatan sistem, Muhyadi (1989:289)
memandang organisasi dengan dua penekanan, yaitu:
1)
Bahwa organisasi mutlak perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan
lingkungan.
2)
Bahwa secara intern organisasi harus memberikan perhatian cukup
pada siklus input proses output

Berkenaan dengan itu maka keefektifan organisasi harus mencer-minkan dua


hal di atas. Dengan jalan pikiran seperti itu maka sebuah organisasi dapat
dikatakan efektif apabila memenuhi dua kriteria berikut:
1)

mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungan

2)

mampu mengelola siklus input-proses-output dengan efisien

Pendekatan Sasaran (goal approach)

Pendekatan sasaran dalam pengukuran keefektifan organisasi dimulai


dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkat keberhasilan
organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Dengan demikian pendekatan
ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi berhasil merealisasikan
sasaran yang hendak dicapinya.
Sasaran yang paling diperhatikan dalam pengukuran keefektifan dengan
pendekatan ini adalah sasaran yang sebenarnya (operative goal). Pengukuran
keefektifan dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya akan
memberikan hasil yang lebih realistis dari pengukuran keefektifan berdasarkan sasaran resmi (official goal), dengan memperhatikan permasalahan yang
ditimbulkan oleh beberapa hal berikut:
1)

Adanya macam-macam luaran (multiple outcomes)

2)

Adanya subyektivitas dalam penilaian

3)

Pengaruh perbedaan kontekstual

Pendekatan Sumber (system resources approach)

Pendekatan sumber mengukur keefektifan organisasi melalui keberhasilan


dalam mendapatkan berbagai jenis sumber yang dibutuhkan untuk
memelihara keandalan sistem organisasi agar bisa menjadi efektif. Sumbersumber yang ada dalam lingkungan sering kali bersifat langka dan bernilai
tinggi (mahal) sehingga keefektifan organisasi dapat dinyatakan sebagai
keberhasilan dalam memanfaatkan lingkungannya untuk memperoleh
berbagai jenis sumber yang bersifat langka, maupun yang nilainya tinggi itu.
Secara sederhana, keefektifan organisasi seringkali diukur dengan jumlah
ataupun kuantitas berbagai jenis sumber yang berhasil diperoleh dari
lingkungannya sehingga ia tetap hidup. Secara lebih luas J. Barton

Cunningham dalam Lubis Huseini (1987:p.61) mempergunakan beberapa


dimensi untuk mengukur keefektifan organsasi dengan pendekatan sumber
yaitu:
Kemampuan organisasi untuk memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh berbagai jenis sumber yang bersifat langkah dan nilainya tinggi.
Kemampuan para pengambil putusan dalam organisasi untuk menginterpretasikan sifat-sifat lingkungan secara tepat.
Kemampuan organisasi untuk menghasilkan output tertentu dengan menggunakan sumber-sumber yang berhasil diperoleh
Kemampuan organissi dalam memelihara kegiatan operasionalnya seharihari
Kemampuan organisasi untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan.
Pendekatan proses (internal proces approach)

Pendekatan proses menganggap keefektifan organisasi sebagai efisiensi dan


kondisi (kesehatan) dari organisasi internal. Pada organisasi yang efektif
proses internal berjalan dengan lancar, karyawan bekerja dengan
kegembiraan serta kepuasan yang tinggi, kegiatan masing-masing bagian
terkoordinasi secara baik dengan produktivitas yang tinggi. Pendekatan ini
tidak memperhatikan lingkungan organisasi, dan memuastkan perhatian
terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki
oleh organisasi, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan
organisasi.
Pendeekatan proses umumnya digunakan oleh penganut teori organisasi neo
klasik (human relation) yang terutama meneliti hubungan antara efektivitas
dengan sumber daya manusia yang dimiliki organisasi.
J. Borton Cunningham (ibid) mengemukakan berbagai komponen yang
dapat menunjukkan efektivitas organisasi adalah sebagai berikut:
Perhatian atasan terhadap karyawan
Semangat kerjasama dan loyalitas kelompok kerja
Saling percaya dan komunikasi antara karyawan dengan manajer
Desentralisasi dalam pengambilan putusan
Adanya komunikasi vertikal dan horizontal yang lancar dalam organisasi
Adanya usaha dari setiap individu mupun keseluruhan organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan
Adanya sistem imbalan yang merangsang manajer untuk mengusahakan
terciptanya kelompok-kelompok kerja yang efektif serta performansi dan
pengembangan karyawan

Organisasi dan bagian-bagian bekerja sama secara baik, dan konflik yang
terjadi selalu diselesaikan dengan acuan kepentingn organisasi.
3.

Model-model Keefektifan Organisasi

Membahas masalah keefektifan organisasi senantiasa terpusatkan perhatian


pada gejala-gejala dalam lingkup organisasi. Keefektifan selalu diukur
berdasarkan prestasi, produktivitas, keuntungan dan seterusnya. Dengan
demikian, hanya sedikit saja perhatian diberikan pada peranan berbagai
bagian atau sub-unit dari sebuah organisasi dalam menentukan keberhasilan.
Ancangan yang bersifat makro terhadap studi keefektifan dalam organisasi
ini cenderung menggunakan salah satu dari antara dua model, yaitu:
pengukuran keefektifan organisasi yang memusatkan perhatian hanya pada
satu kriteria penilaian (variable tunggal contoh, produktivitas, keuntungan)
Lainnya yaitu dengan pengukuran keefektifan yang bervariasi ganda
memakai beberapa kriteria yang berbeda secara serempak, (variable jamak
contoh produktivitas, kepuasan, pertumbuhan sekaligus digunakan). Kedua
model tersebut, masing-masing dibahas dengan mengutip uraian Muhyadi
(1989:p290-297) sebagai berikut:
a.

Keefektifan Organisasi dengan ukuran variable tunggal

Cara mengukur keefektifan organisasi yang paling banyak digunakan adalah


model ukuran variable tunggal. Keefektifan organisasi diukur dengan satu
kriteria yang dianggap paling relevan dengan tujuan pengukuran. Beberapa
diantara kriteria yang paling menonjol dalam model ini termuat pada tambel
10.1. Cara ini mudah dilakukan, tetapi hasilnya tidak memberikan gambaran
yang lengkap tentang kondisi organisasi yang sesungguhnya.
Ada tiga kelemahan yang dijumpai dalam pengukuran keefektifan organisasi
yang menggunakan variabel tunggal.
Pertama, sebuah variabel (misalnya produktivitas, pertumbuhan, atau
kepuasan) tidak akan sanggup menggambarkan keseluruhan aspek
yang dihasilkan oleh sebuah organisasi pada satu satuan waktu tertentu.
Bisa jadi suatu saat sebuah organisasi memiliki tingkat produktivitas
menunjukkan tingkat keefektifan sebuah organisasi. Sebagai contoh,
variabel produktivitas hanya mampu menunjukkan seberapa besar volume
produk tinggi akan tetapi pada saat yang sama kelangsungan hidupnya
terancam. Produktivitas yang tinggi tersebut misalnya, dicapai dengan jalan
menyediakan insentif yang tinggi bagi karyawan yang menghasilkan di atas
target yang ditentukan. Para karyawan berusaha sekuat tenaga untuk
menghasilkan lebih karena tergiur oleh upaya ekstra yang sangat tinggi.
Akibatnya sebagian besar dana yang tersedia terserap untuk pembayaran

upah, sehinga kondisi keuangan organisasi menjadi kritis, sementara


itu

Tabel 10.1 Berbagai Kriteria yang Lazim Digunakan dalam Pengu-kuran


Keefektifan Organisasi
Jenis Kriteria
Keefektifan
tugas pokoknya

Keterangan
Sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh

keseluruhan
atau mencapai semua sasarannya. Penilaian umum
dengan sebanyak mungkin kriteria tunggal dan menghasilkan penilaian yang
umum mengenai keefektifan organisasi
Kualitas
Kualitas dari jasa atau produk primer yang
dihasilkan oleh organisasi. Ini mungkin mempunyai banyak bentuk
operasional, terutama ditentukan oleh jenis produk atau jasa yang dihasilkan
oleh organisasi.
Produktivitas
Kualitas atau volume dari produk atau jasa pokok
yang dihasilkan organisasi. Dapat diukur menurut tiga tingkatan: tingkat
individu, kelompok dan keseluruhan organisasi. Ini bukan ukuran dari
efisien, tidak ada perhitungan nisbah biaya baik jika diminta.
Kesiagaan
Penilaian menyeluruh sehubungn dengan
kemungkinan, bahwa organisasi mampu menyelesaikan sesuatu tugas
khusus dengan baik jika diminta.
Efisiensi
Nisbah yang mencerminkan perbandingan
beberapa aspek prestasi unit terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi
tersebut. Contoh: beberapa rupiah yang dikeluarkan untuk tiap unit produksi,
jumlah waktu turun mesin, tingkat penyelesaian rencana, standar karya, atau
lain-lain patokan dipenuhi. Kadang-kadang, cukup hanya menggunakan total
jumlah biaya (uang, bahan-bahan dan sebagainya) yang telah dikeluarkan
oleh satu unit selama beberapa periode.
Laba atau
untuk men-

Penghasilan atau penanaman modal yang dipakai

Penghasilan
jalankan organisasi dilihat dari sudut pandangan si
pemilik. Jumlah dari sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya
dan kewajiban dipenuhi, kadang-kadang dinyatakan dalam prosentase.

Pertumbuhan
Penambahan dalam hal-hal seperti tenaga kerja,
fasilitas pabrik, harga, penjualan, laba, bagian pasar, dan penemuanpenemuan baru. Suatu perbandingan antara keadaan organisasi sekarang
dengan keadaan masa lalunya.
Pemanfaatan
lingkungan-nya,

Batas keberhasilan organisasi berinteraksi dengan

Lingkungan
memperoleh sumber daya yang langka dan
berharga yang diperlukannya untuk operasi yang efektif. Hal ini dipandang
dari rencana jangka panjang yang optimum dan bukan dalam rencana jangka
pendek yang maksimal. Sebagai contoh, tingkat keberhasilannya
memperoleh suplai sumber daya manusia dan keuangan secara mantap.

Stabilitas
Pemeliharaan struktur, fungsi, dan sumber daya
sepanjang waktu, khususnya dalam priode-priode sulit.
Perputaran atau
permintaannya
keluar masuk-

Frekuensi atau jumlah pekerja dan keluar atas


sendiri

nya pekerja

Kemangkiran
pekerjaan.

Frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari

Kecelakaan
Frekuensi-frekuensi dalam pekerjaan yang
berakibat kerugian waktu untuk turun-mesin atau waktu
penyembuhan/perbaikan.
Semangat kerja
Kecenderungan anggota organisasi berusaha lebih
keras mencapai tujuan dan sasaran organisasi termasuk perasaan terikat.
Semangat kerja adalah gejala kelompok yang melibatkan usaha tambahan,
kebersamaan tujuan, dan perasaan memiliki. Kelompok bersemangat, sedang
perorangan bermotivasi (dan puas). Implikasinya semangat adalah bagian
dari gejala kelompok.
Motivasi
Kekuatan kecenderungan seorang individu
melibatkan diri dalam kegiatan yang berarahkan sasaran dalam pekerjaan.
Ini bukanlah perasaan senang yang relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan

sebagaimana halnya kepuasan, tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau


rela bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan
Kepuasan
Tingkat kesenangan yang dirasakan sesorang atas
peranan atau pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu
bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal, dari bermacam-macam
aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada.

Penerimaan Tujupribadi dan

Diterimanya tujuan-tujuan organisasi oleh setiap

an organisasi
oleh unit-unit dalam organisasi. Kepercayaan mereka
bahwa tujuan organissi tersebut adalah benar dan layak

Kepaduan Konflik
kepaduan

Dimensi berkutub dua. Yang dimaksud kutub

Konflik-Kompak adalah fakta bahwa para anggota organisasi saling


menyukai satu sama lain, bekerja sama dengan baik, berkomunikasi
sepenuhnya dan secara terbuka, dan mengkoordinasikan usaha kerja mereka.
Pada kutub yang lain terdapat organisasi penuh pertengkaran baik dalam
bentuk kata-kata maupun secara fisik, koordinasi yang buruk, dan
komunikasi yang tidak efektif.
Keluwesan
prosedur

Kemampuan sebuah organisasi untuk mengubah

Adaptasi
standar operasinya jika lingkungannya berubah,
untuk mencegah kebekuan terhadap rangsangan lingkungan.
Penilaian oleh
organisasi oleh

Penilaian mengenai organisasi atau unit

Pihak luar
mereka (individu atau organisasi) dalam
lingkungannya, yaitu pihak-pihak dengan siapa organisasi ini berhubungan.
Kesetiaan, kepercayaan, dan dukungan yang diberikan kepada organisasi
oleh kelompok-kelompok seperti pensuplai pelanggan, pemegang saham,
para petugas dan masyarakat umum.

Sumber: J.P. Campbell, Research into the Nature of Organization


Effektiveness, dalam Richard M. Steers, Efektivitas Organisasi. Terjemahan
Magdalena Jamin, Jakarta, Erlangga, 1984. P 46-48
selanjutnya di satu pihak terjadi penumpukan stok produk yang berarti
perputaran uang terhenti, sementara di pihak lain kebutuhan uang semakin
besar karena tingginya upah yang harus dikeluarkan untuk para karyawan.
Kondisi semacam itu bukan saja merugikan organisasi produk yang
dihasilkan melebihi kemampuan daya serap pasar. Akibat tetapi dapat
mengancam kelangsungan hidupnya.
Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa keefektifan sebuah organisasi
tidak selamanya identik dengan produktivitas, sebab organisasi yang efektif
tentu bukan organisasi yang kelangsungan hidupnya terancam. Pada kasuskasus tertentu produktivitas memang dapat dijadikan salah satu kriteria
pokok untuk melihat keefektifan sebuah organisasi. Tetapi menggunakan
produktivitas sebagai satu-satunya variabel untuk menentukan keefektifan
adalah perbuatan yang terlalu gegabah.
Kedua, beberapa variabel yang dijadikan kriteria untuk melihat keefektifan
sebuah organisasi sering lebih menggambarkan pertimbangan nilai yang
bersifat normatif dari kemapuan organisasi untuk mencapai tujuan secara
obyektif. Sebagai contoh kepuasan kerja. Ukuran kepuasan dan
ketidakpuasan lebih didasarkan pada apa yang seharusnya diterima oleh
karyawan bukan oleh kemampuan yang dimiliki organisasi sehingga
penggunaan kepuasaan sebagai satu-satunya kriteria untuk menentukan
keefektifan organisasi akan banyak menimbulkan bias.
Ketiga, penggunaan satu variabel saja sebagai kriteria untuk menentukan
keefektifan tidak memberikan informasi tentang porsi yang sesungguhnya
diberikan dalam menyumbang keefektifan organisasi. Ada kemungkinan
variabel yang digunkan tersebut justru memberikan sumbangan yang paling
kecil terhadap pencapaian pencapaian tujuan organisasi tetapi besarnya
sumbangan tersebut tidak nampak (tidak diketahui) karena variabel yang
lain tidak diikutsertakan dalam penilaian. Jika itu yang terjadi, maka tingkat
kesalahan dalam menilai keefektifan sebuah organisasi akan sangat besar.
Kecuali itu kriteria yang dipilih sering tidak relevan dengan tujuan
organisasi. Sebagai contoh, PJKA adalah sebuah organisasi milik negara
(BUMN). Sebagai perusahaan angkutan, organisasi ini bergerak dalam
bidang penyediaan jasa angkutan bagi masyarakat. Sesuai dengan sifatnya
sebagai badan usaha milik negara, PJKA bukan meletakkan penekanan
usahanya pada upaya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi
perusahaan, tetapi lebih pada upaya menyediakan pelayanan angkutan yang
sebaik-baiknya bagi anggota masyarakat. Untuk itu PJKA berusaha menekan
biaya angkutan serendah mungkin sehingga terjangkau oleh seluruh anggota
masyarakat yang memerlukan. Konsekuensinya laba yang diperoleh

perusahaan mungkin sangat kecil. Bahkan tidak tertutup kemungkinan


perusahaan hanya sanggup menutup biaya operasi saja, yang berarti tanpa
keuntungan yang berhasil dikantonginya. Meskipun demikian perusahaan
tetap dapat berjalan dan harus tetap berjalan. Dalam keadaan-keadaan kritis
kalau dianggap perlu pemerintah dapat memberikan subsidi untuk
menjamin kelangsungan hidupnya. Terhadap jenis organisasi semacam itu,
orang tidak dapat menggunakan kemampuan membuat laba sebagai kriteria
untuk menentukan keefektifannya. Kemampuan membuat laba bukanlah
variabel yang relevan dengan tujuan perusahaan. Bukan berarti bahwa laba
tidak penting bagi PJKA, tetapi porsi sumbangan kemampuan membuat laba
terhadap keefektifan organisasi secara keseluruhan memang tidak harus
besar.
Dari berbagai variabel tunggal sebagaimana termuat pada tabel 10.1, sulit
untuk menentukan variabel mana yang paling mewakili pengertian
keefeketifan. Dan tampaknya memang tidak mungkin mengidentifikasi
sebuah variabel yang dianggap paling baik di antara variabel variabel yang
lain (yaitu yang sanggup mengukur keefektifan semua jenis organisasi)
sebab pengukuran keefektifan sebuah organisasi harus memperhatikan jenis
dan karakteristik organisasi yang bersangkutan.
b.

Keefektifan organisasi dengan ukuran variable jamak

Karena penggunaan variabel tunggal sebagai kriteria untuk melihat


keefektifan sebuah organisasi banyak menimbulkan bias, maka orang
berusaha menggunakan sejumlah variabel sekaligus untuk mengukur
keefektifan sebuah organisasi. Jalan pikiran yang melandasi penggunaan
sejumlah variabel sekaligus dalam melihat keefektifan organisasi adalah
bahwa keberhasilan organisasi pada dasarnya merupakan fungsi dari
variabel-variabel tersebut.
Variabel-variabel itu (berkedudukan sebagai variabel bebas) dilihat
kaitannya dengan keefektifan (sebagai variabel terikat) dalam sebuah model
analisis. Dengan cara itu orang memperoleh informasi seberapa besar
sumbangan setiap variabel terhadap keefektifan organisasi yang
bersangkutan. Cara seperti itu lebih dikenal dengan pengukuran keefektifan
dengan variabel jamak Sebagai contoh, variabel-variabel: produktivitas,
kepuasan kerja, dan pertumbuhan, sekaligus digunakan untuk melihat
keberhasilan sebuah organisasi. Kaitan antara ketiga variabel itu dengan
keefektivan dapat digambarkan dalam bentuk model analisis sebagaimana
tampak pada gambar X.2
Sudah barang tentu model analisis tersebut tidak harus melibatkan seluruh
variabel yang ada. Di samping tidak mungkin mengenali seluruh variabel
yang berpengaruh terhadap keefektifan sebuah organisasi, penggunaan
terlalu banyak variabel juga menyulitkan analisis. Kecuali itu tidak semua

variabel relevan dengan keefektifan yang hendak diukur berhubung setiap


organisasi memiliki jenis dan karakteristik khusus. Dari tabel 10.1 saja
dikenal
Variabel Bebas

Variabel Terikat

Produktivitas
Kepuasan kerja

Keefektifan

Organsiasi
Pertumbuhan
Gambar X.2 Contoh Model Analisis Keefektifan dengan Variabel
Jamak (Muhyadi, 1989 p. 296)
adanya 19 macam variabel yang dapat digunakan untuk melihat keefektifan
organisasi.
Untuk kepentingan pengukuran keefektifan, umumnya para peneliti
menggunakan antara 2 4 macam di antaranya. Anehnya variabel-variabel
yang mereka pilih tersebut umumnya berbeda satu sama lain. Dari 17 model
dari keefektifan organisasi yang sempat diidentifikasi oleh Steers (1975)
hanya satu variabel saja yang digunakan pada lebih dari separoh model
tersebut, yaitu keluwesan dan adapatasi (10 model). Variabel lain berikutnya
yang banyak digunakan ialah produktivitas (6 model), kepuasan (5 model),
daya laba dan kemampuan mendapatkan sumber daya serta pengendalian
atas lingkungan, masing-masing 3 model. Variabel-variabel yang lain
digunakan pada kurang dari 3 model.
C.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEEFEKTIFAN

Dari uraian terdahulu telah memperlihatkan betapa rumitnya persoalan


keefektifan organisasi, mulai dari kesulitan merumuskan definisi yang pasti
sampai dengan kesulitan dalam menentukan kriteria yang tepat untuk
mengukurnya. Di samping itu, dalam kenyataannya organisasi merupakan
suatu sistem yang kompleks sehingga tidak sedikit faktor yang
mempengaruhi keefektifannya baik yang bersifat intern maupun ekstern.
Berikut ini, dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan
organisasi dari Muhyadi (1989.p297-301) yaitu: 1) karakteristik organisasi,
2) karakteristik lingkungan, 3) faktor kerja, dan 4) faktor kebijakan dan
praktek manajemen.
1

Karakteristik Organisasi

Yang dimaksud dengan karakteristik organisasi terutama berkenaan dengan


struktur dan teknologi yang digunakan didalamnya. Keefektifan sebuah
organisasi dipengaruhi oleh tingkat kompleksitas dan formalitas struktur
serta system kewenangan dalam pengambilan putusan (sentralisasi versus
desentralisasi). Struktur jenis mana yang mendukung tercapainya tingkat
keefektifan yang tinggi bergantung pada jenis organisasi yang bersangkutan
dan juga jenis tujuan yang hendak dicapai. Namun demikian secara umum
dapat dikemukakan bahwa kondisi yang memberikan peluang lebih besar
bagi tercapainya tingkat keefektifan yang tinggi ialah apabila sebuah
organisasi menggunakan struktur yang memiliki tingkat kompleksitas
rendah, formalitas rendah, dan sistem desentralisasi. Sekali lagi kondisi
tersebut tidak berlaku mutlak, artinya pada beberapa organisasi tertentu
dapat saja berlaku sebaliknya. Keefektifan yang tinggi mungkin justru
dicapai apabila organisasi menerapkan struktur yang memiliki tingkat
kompleksitas, atau formalitas tinggi, atau sistem sentralisasi

2.

Karakteristik Lingkungan

Organisasi tidak hidup sendirian. Ia hidup di antara beberapa organisasi lain


dan ditengah-tengah lingkungan yang lebih luas. Dengan demikian interaksi
antara organisasi dengan lingkungan merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari. Keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya
dipengaruhi oleh kemampuannya berinteraksi dengan lingkungan. Steers
(1985: 115) mengemukakan tiga dimensi lingkungan yang mempengaruhi
keefektifan sebuah organisasi, yaitu:
Tingkat keterdugaan keadaan lingkungan
Ketepatan persepsi atas terhdap keadaan lingkungan
Pengertian rasionalitas dalam tindakan organisasi
Keterkaitan dimensi-dimensi tersebut dan juga sejumlah faktor lingkungan
yang lain dengan keefektifan organisasi ditunjukkan pada gambar: X.3.
Berangkat dari situasi lingkungan secara umum, baik yang mantap maupun
yang rumit diperoleh gambaran tentang tingkat keterdugaan lingkungan.
Pada saat yang sama organisasi mencoba mempersepsi keadaan tersebut
menggunakan tingkat rasionalitas tertentu. Atas dasar ketepatan tangapan
terhadap rangsangan lingkungan tersebut diperoleh tingkat keefektifan
tertentu bagi organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain keefektifan
sebuah organisasi dipengaruhi oleh tingkat ketepatannya dalam menangapai
lingkungan. Lingkungan itu sendiri selalu mengalami perubahan. Oleh

karena itu organisasi (dalam hal ini manajer) dituntut untuk melakukan
pemantauan terhadap perubahan lingkungan secara terus menerus dan
berusaha menanggapinya secara tepat dengan melakukan berbagai
penyesuaian, baik menyangkut struktur, teknologi, proses, maupun
tingkahlaku anggota.
Berhubung setiap organisasi memiliki karakteristik khusus maka lingkungan
sebuah organisasi tidak selalu sama dengan lingkungan organisasi lain.
Organisasi tertentu memiliki lingkungan yang karakteristiknya sangat
dinamis, dalam arti cepat sekali mengalami perubahan, sementara itu
organisasi lain memiliki lingkungan yang relatif statis, dalam arti frekuensi
perubahannya relatif kecil.
3.

Karakteristik Pekerja

Faktor manusia (anggota organisasi) merupakan faktor yang pengaruhnya


terhadap efektivitas cukup besar, bahkan mungkin paling besar. Tingkahlaku
anggota dapat merupakan dukungan yang sangat berarti bagi pencapaian
keefektifan organisasi, tetapi dapat pula merupakan hambatan yang sanggup
mengurangi bahkan menggagalkan keefektifan. Satu hal yang lazim terjdi
pada setiap organisasi ialah bahwa masing-masing anggota memiliki
karakteristik tertentu yang tidak selalu sama dengan karakteristik anggota
lain. Perbedaan karakteristik membawa perbedan tingkahlaku. Tingkahlaku
yang mereka tunjukkan tersebut tidak slemanya relevan dengan upaya
pencapaian tujuan organisasi. Kecuali itu setiap anggota memiliki tujuan
pribadi yang juga tidak selamanya sinkron dengan tujuan organisasi. Bahkan
tidak tertutup kemungkinan tujuan pribadi bertentangan dengan tujuan
organisasi. Secara langsung maupun tidak, setiap anggota tentu berupaya
mencapai tujuan pribadinya. Konsekuensinya, tingkahlaku yang mereka
tunjukkan pun dapat berbeda-beda satu sama lain. Semuanya itu
berpengaruh terhadap keefektifan organisasi.
Apabila manajer hendak meningkatkan keefektifan organisasi, ia harus
mengenal (sekurang-kurangnya menyadari) adanya perbedaan karakteristik
individu dan perbedaan tujuan pribadi masing-masing anggota tersebut.
Dengan demikian kebijakan organisasih yang ditempuhnya dapat
disessuaikan atau sebaliknya mengupayakan agar tingkahlaku anggota sesuai
dengan kebijakan yng ditempuh. Lebih dari itu manajer dapat memanfaatkan
informasi tentang berbagai perbedaan tersebut untuk meningkatkan
kerjasama di antara para anggota.

4.

Kebijakan dan praktik Manajemen

Kebijakan yang ditempuh manajer dalam mengelola organisasi berpengaruh


langsung terhadap keefektifan organisasi. Proses dan mekanisme kerja yang
berlangsung dalam sebuah organisasi diwarnai dan ditentukan oleh berbagai
kebijakan yang ditempuh manajer. Secara garis besar segi-segi yang
berkaitan dengan kebijakan manajer mencakup penentuan tujuan yang
strategi, pencarian dan pemanfaatan sumber daya secara efisien, penciptaan
lingkungan yang merangsang anggota untuk berprestasi, proses komunikasi,
kepemimpinan dan pengambilan putusan, dan kebijakan yang menyangkut
kemampuan organisasi dalam merespon lingkungan.
D.

RINGKASAN

Pengertian keefektifan organisasi yaitu berkenaan dengan atribut yang


diinginkan dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup
organisasi.
Konsep keefektifan itu sendiri dapat dipandang dari tiga perspektif: yaitu: 1)
keefektifan individu, 2) keefektifan kelompok, 3) keefektifan organisasi.
Pentingnya keefektifan yaitu: 1) Dari segi teori organisasi lebih terbuka
menerima sumbangan dari berbagai disiplin ilmu lain sehingga perspektif
studi akan lebih berkembang 2) Dari segi implementasi organisasi akan
berkembang lebih dinamis, para manajer memiliki kepastian dalam
mengambil kebijakan dan langah-langkah strategis untuk mengendalikan
organisasinya, penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu, metode kerja akan
tersusun secara sistematis, penggunaan sarana secara maksimal dengan
tenaga kerja yang cukup. Akhirnya organisasi akan berkembang terus baik
secara jangka pendek mapun jangka panjang.
Aspek yang dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur keefektifan
organisasi adalah: 1) Produktivitas, 2) Efisiensi, 3) Kepuasan, 5)
Kemampuan adaptasi, dan 5) Pengembangan organisasi.
Dalam melihat keefektifan organisasi, ada lima pendekatan yang dapat
digunakan, yaitu: 1) pendekatan tujuan, 2) pendekatan teori sistem. 3)
pendekatan sasaran, 4) pendekatan proses, dan 5) pendekatan sumber
Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan organisasi yaitu: 1)
karakteristik organisasi, 2) karakteristik lingkungan, 3) faktor kerja, dan 4)
faktor kebijakan dan

Anda mungkin juga menyukai