Peranan Kelompok Dalam Mengembangkan Keberdayaan Peternak
Peranan Kelompok Dalam Mengembangkan Keberdayaan Peternak
Oleh :
Mochamad Ali Mauludin
Sugeng Winaryanto
Syahirul Alim
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
NOVEMBER, 2010
b. Bidang Ilmu
c. Kategori Penelitian
2. Pelaksana Penelitian
a. Nama lengkap dengan
gelar
b. Jenis kelamin
c. Pangkat/Golongan/NIP
d. Jabatan fungsional
e. Fakultas/Jurusan
: 2 orang
4. Lokasi Penelitian
: Kabupaten Tasikmalaya
: 8 (delapan) bulan
6. Biaya Penelitian
Mengetahui:
2010
Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran
Jatinangor, 18 November
Ketua Peneliti,
Menyetujui:
Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Padjadjaran
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadlirat Allah SWT, karena atas perkenan dan
ridho-Nya kegiatan penelitian dan pelaporannya dapat diselesaikan.
Penelitian ini adalah penelitian yang dibiayai oleh Universitas Padjadjaran
melalui Dana DIPA Universitas Padjadjaran tahun anggaran 2010.
Oleh
disampaikan pula kepada para mahasiswa program strata satu Program Studi
Sosial Ekonomi Peternakan pada Fakultas Peternakan Unpad yang telah turut
membantu penulis selama di lapangan. Kepada pihak LPPM Unpad disampaikan
pula ucapan terima kasih atas fasilitasinya selama ini.
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan tambahan wawasan di
dalam pengajaran Penyuluhan Peternakan khususnya di lingkungan
Fakultas
DAFTAR ISI
BAB
Halaman
iv
DAFTAR ISI .. v
DAFTAR TABEL ......
vii
I.
PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 3
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kelompok dan Kelompoktani ..
2.2. Peranan Kelompoktani
2.3. Keberdayaan Peternak .
III.
4
4
5
6
IV.
METODE PENELITIAN 9
4.1. Rancangan Penelitian .. 9
4.2.
Unit Analisis dan Contoh Responden . 9
4.3 Operasionalisasi Variabel 9
4.4 Cara Pengukuran dan Teknis Analisis Keeratan Hubungan 11
VI.
6.2. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN .. 26
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
13
2.
15
3.
20
22
4.
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
Halaman
Hubungan antara Peran Kelompok dan Keberdayaan Peternak
I
PENDAHULUAN
kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang unggul. Di sisi lain tingkat konsumsi per
kapita per tahun rangkat Indonesia untuk berbagai produk pangan, masih sangat
rendah. Tingkat konsumsi rakyat Indonesia untuk daging misalnya baru mencapai
7,1 kilogram per tahun. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi
daging rakyat Malaysia dan Filipina, yaitu masing-masing 46,87 kilogram per
tahun dan 24,96 kilogram per tahun. Tingkat konsumsi protein hewani per kapita
per tahun rakyat Indonesia perlu ditingkatkan, karena sangat menentukan kualitas
pertumbuhan fisik dan kecerdasan bangsa (Siswono, 2006).
Kondisi peternakanpun saat ini masih sebagian besar merupakan peternakan
rakyat. Ada beberapa ciri yang menonjol dari peternakan rakyat ini, yaitu antara
lain: tingkat skala kepemilikan ternaknya yang relatif kecil atau sedikit,
penggunaan input teknologi dan inovasi yang relatif terbatas, dan mengandalkan
kebutuhan pakan, khususnya untuk ternak ruminasia pada penyediaan hijauan
yang sifatnya hanya cukup untuk sehari (cut and carry).
Salah satu strategi yang dapat didayagunakan di dalam meningkatkan kualitas
peternak sehingga memiliki keberdayaan adalah peningkatan peran kelompok
peternak. Sampai saat ini kelompoktani masih digunakan sebagai pendekatan
utama dalam kegiatan penyuluhan (Deptan, 2000).
Pendekatan kelompok
dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar
dan berinteraksi dari para petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku
petani ke arah yang lebih baik atau berkualitas (Margono, 2001).
Dengan demikian kelompoktani memiliki kedudukan strategis di dalam
mewujudkan
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kelompok dan Kelompoktani
Johnson & Johnson (Sarwono, 2001) memberikan definisi kelompok sebagai
dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to face interaction),
yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masingmasing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, dan
masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai
tujuan bersama.
Kelompok oleh ahli psikologi sosial, Krech dan Crutchfield (Haiman, 1951)
didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang memiliki secara nyata hubungan
yang bersifat psikologis satu dengan yang lainnya. Menurut Sarwono (2001)
dalam pendekatan psikologis ada teori yang menjelaskan terjadinya kelompok,
satu di antaranya adalah teori Firo-B (Fundamental Interpersonal Relation
Orientation Behavior) yang dikemukakan
Schutz (1958).
kelompok terbentuk karena adanya kebutuhan dasar dalam hubungan individu dan
individu lainnya, yaitu inklusi, kontrol, dan afeksi. Kebutuhan inklusi adalah
kebutuhan untuk terlibat dan termasuk dalam kelompok. Kebutuhan kontrol
adalah kebutuhan arahan, petunjuk dan pedoman dalam berperilaku dalam
kelompok. Kebutuhan afeksi adalah kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian
dalam kelompok.
Dari sudut pandang ahli sosiologis, Robert Merton (Chu, 1976) kelompok
didefinisikan sebagai sejumlah individu yang diikat oleh interaksi sosial menurut
pola yang tetap.
Interaksi
mereka sebagai anggota dan rasa dihargainya oleh yang lain sebagai bagian dari
kelompok.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 4 tahun 1992 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan (Dinas Tanaman Pangan DT. I
Jabar (1985) kelompoktani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar
kesamaan
kepentingan,
kesamaan
ekonomi,
Departemen
Pertanian
(2000),
dengan
paradigma
baru
pembangunan pertanian yang arahnya lebih melihat petani sebagai subyek atau
pelaku pembangunan, maka kelompok tani dapat berperan sebagai: (1) lembaga
pengubah (change institution), yaitu lembaga petani yang dapat mengubah
perilaku anggotanya untuk meningkatkan keberhasilan usahataninya; (2) lembaga
pembaharu (reform institution), yaitu lembaga petani yang dapat menciptakan
pembaharuan bagi anggotanya melalui inovasi baru dibidang peraturan; dan (3)
lembaga pemodernisasi (modernizing institution), yaitu lembaga petani yang
dapat membawa anggotanya menjadi petani yang modern.
Untuk dapat menjalankan peranannya tersebut kelompok tani harus dapat
melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai: (1) kelas belajar, yaitu kelompok dapat
berfungsi menjadi media untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap anggota; (2) unit produksi, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai satu unit
produksi untuk dapat mencapai skala ekonomi yang efisien dalam memproduksi
hasil usahataninya; (3) wahana kerjasama, yaitu kelompok dapat berfungsi
sebagai wahana kerjasama diantara sesama anggota, kerjasama dengan kelompok
dan atau pihak lain sehingga produktivitas kelompok dan masing-masing anggota
meningkat; dan (4) kelompok usaha, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai satu
kesatuan usaha yang dijalankan sehingga mampu mencari dan memanfaatkan
berbagai peluang dan kesempatan berusaha (Departemen Pertanian, 2000).
Menurut Kurnia (2000), apabila melihat peran dan fungsi ideal kelompok tani
yang sudah dirumuskan selama ini, yaitu sebagai kelas belajar, sebagai unit
produksi, sebagai wahana kerjasama dan sebagai kelompok usaha, maka ciri-ciri
kelompok tani yang dapat mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi
sebenarnya sudah tercakup. Hanya saja dalam pelaksanaannya, masih ada kesan
bahwa kegiatan kelompok tani tersebut baru terbatas sebagai kelas belajar
mengajar dan unit produksi saja. Sebagai wahana kerjasama apalagi sebagai
kelompok usaha dirasakan fungsi ini belum optimal.
PERAN KELOMPOK
1. Sebagai Kelas Belajar
2. Sebagai Unit
Produksi
3. Sebagai Wahana
Kerjasama
4. Sebagai Wahana
Usaha
KEBERDAYAAN
PETERNAK
1. Sebagai Pemelihara
Ternak
2. Sebagai Manajer
III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari:
(1) Peran yang dilakukan kelompok peternak dalam fungsinya sebagai kelas
belajar, unit produksi, dan wahana kerjasama dan usaha anggota di
Kabupaten Tasikmalaya.
(2) Keragaan keberdayaan peternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya.
(3) Derajat hubungan antara peran kelompok dengan keberdayaan peternak sapi
potong di Kabupaten Tasikmalaya.
3.2.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat:
(3)
Pengayaan
bahan
kuliah
penyuluhan
dan
oganisasi
sosial
dan
IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif.
4.2. Unit Analisis dan Contoh Responden
Unit analisis dari penelitian ini adalah kelompok peternak yang ada di
Kecamatan Cikatomas. Dipilih kecamatan tersebut, karena merupakan salah satu
wilayah konsentrasi kelompok dan peternak serta ternak sapi potong di Kabupaten
Tasikmalaya.
Contoh (sample) responden adalah para anggota kelompok dari seluruh
kelompoktani ternak sapi potong yang ada di Kecamatan Cikatomas, yang diambil
secara proposional.
Peran sebagai kelas belajar, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh
kelompok
dalam
memfasilitasi
anggotanya
untuk
meningkatkan
Peran sebagai unit produksi, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh
kelompok dalam mendorong tercapainya skala usaha yang efisien.
Indikatornya terdiri: (1) fasilitasi kelompok dalam merencanakan pola usaha,
(2) fasilitasi dalam penyusunan rencana penyediaan input produksi, dan (3)
fasilitasi dalam penerapan teknologi dan aspek zooteknik
3.
Peran sebagai unit usaha, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok
dalam mencari dan memanfaatkan peluang untuk berhasilnya usaha ternak
anggota. Indikatonya: (1) fasilitasi penyediaan input produksi, (2) fasilitasi
permodalan, dan (5) fasilitasi pemasaran.
4.
(1)
kerjasama
pengelolaan
kelompok,
(3)
kerjasama
peternak
berkembangnya
sebagai
pemelihara
ternak,
yaitu
tingkat
20, 01 28,00
28, 01 36,00
10,01 14, 00
14,01 18,00
VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
(1) Peranan kelompok peternak sebagian besar, yaitu sebanyak 83,33 persen
tergolong tinggi. Sisanya sebanyak 16,67 persen tergolong cukup. Peran atau
fungsi kelompok yang paling menunjang adalah peran kelompok sebagai kelas
belajar dan kelompok sebagai unit produksi.
(2) Keberdayaan peternak sebagian besar, yaitu sebanyak 53,33 persen tergolong
cukup. Sisanya sebanyak 46,67 persen tergolong tinggi. Kecenderungan yang
ada menunjukkan bahwa peran peternak baik sebagai pemelihara maupun
sebagai manajer masih belum berjalan optimal.
(3) Terdapat hubungan yang cukup kuat antara peranan kelompok peternak
dengan keberdayaan peternak sapi potong dengan nilai korelasi rank spearman
sebesar 0,53.
6.2. Saran
Ada beberapa saran yang dapat dikemukakan sesuai dengan temuan
penelitian, yaitu:
(1) Fungsi atau peran kelompok sebagai unit usaha dan wadah kerjasama agar
lebih ditingkatkan lagi, yaitu dengan melakukan pemberian akses yang luas
kepada kelompok dan para anggota di dalam memanfaatkan modal pinjaman
yang berbunga rendah atau pinjaman tanpa bunga, sehingga perkembangan
kepemilikan sapi anggota menjadi semakin bertambah.
(2) Perlu upaya-upaya pembinaan dari dinas intansi yang lebih baik lagi di dalam
membangun kemandirian kelompok peternak, khususnya di dalam kegiatan
pencapaian keswadayaan baik di dalam kegiatan pengadaan hijauan, kegiatan
biaya inseminasi mandiri dan penanganan usaha limbah untuk dapat dijual ke
luar, sehingga kemadirian peternak menjadi lebih meningkat pula.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1992. Surat Keputusan Mentri Pertanian No. 41 Tahun 1992.
tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan. Dinas Tanaman
Pangan Pemda DT. I. Jawa Barat.
Anonymous. 2000. Kebijakan Pemberdayaan Kelembagaan Tani.
Perencanaan dan KLN Departemen Pertanian. Jakarta.
Biro
Chu, G.D. 1976. Groups and Development. Dalam: Communication for Group
Transformation in Developmen. Editor Chu, G.D., S. Rahim, dan D.L.
Kincain. Hawai: East West Center East West Communication Institut.
Haiman, S.F. 1951. Group Leadership and Democratic Action. Scholl of Speech.
Northwestern University. Houghton Miffih Company.
Kurnia, G.
2000.
Pemberdayaan Kelompoktani dalam Mewujudkan
Kemandirian.
Menyongsong Abad 21. Biro Perencanaan Departemen Pertanian. Jakarta.
Margono, S. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi
Daerah. Disajikan pada Seminar Perhiptani 2001. Tasikmalaya.
Mosher, A.T. 1978. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-syarat
Pokok Pembangunan dan Modernisasi. Disadur S. Krisnandi dan B. Samad.
Jakarta: CV Yasaguna.
Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. Yogyakarta: BPFE.
Siswono, Y.H. 2006. Pangan, Kualitas SDM, dan Kemajuan Suatu Negara
Bangsa Dalam: Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Penerbit Buku
Kompas, Jakarta.
Sarwono, S.W. 2001. Psikologi Sosial:Psikologi Kelompok dan Psikologi
Terapan. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Yunasaf, U. 2008. Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah dan Keberdayaan
Anggotanya di Kabupaten Bandung. Disertasi, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.