Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

PENELITIAN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD


PERANAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN
KEBERDAYAAN PETERNAK SAPI POTONG
DI WILAYAH SELATAN KABUPATEN TASIKMALAYA

Oleh :
Mochamad Ali Mauludin
Sugeng Winaryanto
Syahirul Alim

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran


Tahun Anggaran 2010
Berdasarkan SPK No. 691/H6.26/LPPM/PL/2010
Tanggal 29 Maret 2010

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN


KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
NOVEMBER, 2010

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN


LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD
SUMBER DANA DIPA UNPAD
TAHUN ANGGARAN 2010
1. a. Judul Penelitian

: Peranan Kelompok dalam Mengembangkan


Keberdayaan Peternak Sapi Potong di Wilayah
Selatan Kabupaten Tasikmalaya
: Sosial Ekonomi Peternakan
: II

b. Bidang Ilmu
c. Kategori Penelitian
2. Pelaksana Penelitian
a. Nama lengkap dengan
gelar
b. Jenis kelamin
c. Pangkat/Golongan/NIP
d. Jabatan fungsional
e. Fakultas/Jurusan

: Mochamad Ali Mauludin, S.Pt.


: Laki-laki
: Penata Muda/IIIa/19810129 200501 1001
: Asisten Ahli
: Peternakan/Sosial Ekonomi

3. Jumlah Tim Peneliti

: 2 orang

4. Lokasi Penelitian

: Kabupaten Tasikmalaya

5. Jangka Waktu Penelitian

: 8 (delapan) bulan

6. Biaya Penelitian

: Rp. 7. 000 000,- (tujuh juta rupiah)

Mengetahui:
2010
Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran

Jatinangor, 18 November
Ketua Peneliti,

Dr. Iwan Setiawan, Ir., DEA.

Mochamad Ali Mauludin, S.Pt.

NIP. 19600501 198603 1005

NIP. 19810129 200501 1001

Menyetujui:
Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Padjadjaran

Prof. Oekan S. Abdoellah, MA., Ph.D.

NIP. 19540506 198103 1002


PERANAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KEBERDAYAAN
PETERNAK SAPI POTONG DI WILAYAH SELATAN
KABUPATEN TASIKMALAYA
ABSTRAK
Penelitian bertujuan mempelajari: (1) Peran yang dilakukan kelompok
peternak dalam fungsinya sebagai kelas belajar, unit produksi, dan wahana
kerjasama dan usaha anggota, (2) Keragaan keberdayaan peternak sapi potong, (3)
Derajat hubungan antara peran kelompok dengan keberdayaan peternak sapi
potong di Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian dirancang sebagai penelitian survei,
dengan responden sebanyak 30 peternak dari 5 kelompok peternak. Hasil
penelitian menunjukkan: (1) Peranan kelompok peternak sebagian besar, yaitu
sebanyak 83,33 persen tergolong tinggi. Sisanya sebanyak 16,67 persen tergolong
cukup. Peran atau fungsi kelompok yang paling menunjang adalah peran
kelompok sebagai kelas belajar dan kelompok sebagai unit produksi, (2)
Keberdayaan peternak sebagian besar, yaitu sebanyak 53,33 persen tergolong
cukup. Sisanya sebanyak 46,67 persen tergolong tinggi. Kecenderungan yang
ada menunjukkan bahwa peran peternak, baik sebagai pemelihara maupun sebagai
manajer masih belum berjalan optimal, dan (3) Terdapat hubungan yang cukup
kuat antara peranan kelompok peternak dengan keberdayaan peternak sapi potong
dengan nilai korelasi rank spearman sebesar 0,53.
Kata kunci: Peranan kelompok peternak, keberdayaan peternak sapi potong

ROLE OF THE GROUP IN DEVELOPING EMPOWERMENT


FARMERS CATTLE IN SOUTH REGION
TASIKMALAYA DISTRICT
ABSTRACT
The research aims to study: (1) The role of farmer groups conducted in its
function as a classroom learning, production units, and a vehicle for cooperation
and business members, (2) Beef cattle farmer empowerment, (3) The degree of
relationship between the role of the group with beef cattle farmer empowerment in
Tasikmalaya district. The study was designed as a research survey, with
respondents as many as 30 farmers from 5 groups of farmers. The results showed:
(1) The role of farmer groups in large part, that is as much as 83.33 percent is
high. The remaining 16.67 percent is quite. The role or function of most support
groups is the role of the group as a classroom learning and group as units of
production, (2) Empowerment of farmers in large part, that is quite as much as
53.33 percent. The remaining 46.67 percent is high. The trend suggests that the
role of farmers, both as a cultivator and as a manager still has not run optimally,
and (3) There is a fairly strong relationship between the role of farmer groups with
the empowerment of farmers of beef cattle with a value of Spearman rank
correlation is 0.53.
Keywords: Role of farmer groups, empowerment of farmers' cattle

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadlirat Allah SWT, karena atas perkenan dan
ridho-Nya kegiatan penelitian dan pelaporannya dapat diselesaikan.
Penelitian ini adalah penelitian yang dibiayai oleh Universitas Padjadjaran
melalui Dana DIPA Universitas Padjadjaran tahun anggaran 2010.

Oleh

karenanya, dalam kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada Pihak


Universitas Padjadjaran atas penyediaan dana tersebut.

Ucapan terima kasih

disampaikan pula kepada para mahasiswa program strata satu Program Studi
Sosial Ekonomi Peternakan pada Fakultas Peternakan Unpad yang telah turut
membantu penulis selama di lapangan. Kepada pihak LPPM Unpad disampaikan
pula ucapan terima kasih atas fasilitasinya selama ini.
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan tambahan wawasan di
dalam pengajaran Penyuluhan Peternakan khususnya di lingkungan

Fakultas

Peternakan Universitas Padjadjaran.


Jatinangor, November 2010
Penulis,

DAFTAR ISI
BAB

Halaman

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN .......

ABSTRAK DAN ABSTRACT . ii


KATA PENGANTAR

iv

DAFTAR ISI .. v
DAFTAR TABEL ......

vii

I.

PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 3

II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kelompok dan Kelompoktani ..
2.2. Peranan Kelompoktani
2.3. Keberdayaan Peternak .

III.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 8


3.1. Tujuan Penelitian .. 8
3.2. Manfaat Penelitian 8

4
4
5
6

IV.

METODE PENELITIAN 9
4.1. Rancangan Penelitian .. 9
4.2.
Unit Analisis dan Contoh Responden . 9
4.3 Operasionalisasi Variabel 9
4.4 Cara Pengukuran dan Teknis Analisis Keeratan Hubungan 11

HASIL DAN PEMBAHASAN . 12


5.1.
Keadaan Umum Wilayah Penelitian .. 12
5.2.
Karakteristik Responden 13
5.3.
Peranan Kelompok Peternak Sapi Potong . 15
5.4.
Keberdayaan Peternak Sapi Potong ...
20
5.5.
Hubungan Peranan Kelompok dengan Keberdayaan Peternak
Sapi Potong ... 21

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN 23


6.1. Kesimpulan .. 23

6.2. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN .. 26
DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Karakteristik Responden Peternak Sapi Potong . . . . . . . . . . . .

13

2.

Keragaan Peranan Kelompok Peternak Sapi Potong . . . . . . .

15

3.

Keberdayaan Peternak Sapi Potong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

20

Nilai Koefisien Korelasi Hubungan Peranan Kelompok dengan


Keberdayaan Peternak Sapi Potong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

22

4.

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.

Halaman
Hubungan antara Peran Kelompok dan Keberdayaan Peternak

I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengalaman pembangunan menunjukkan bahwa pengembangan sumberdaya
manusia menjadi bagian penting untuk berhasilnya pembangunan itu sendiri.
Dalam bidang peternakan urgensi pentingnya sumberdaya peternak yang
berkualitas sangat dirasakan sekali. Saat ini berbagai kebutuhan akan protein asal
hasil ternak sebagian besar masih tergantung pada impor. Padahal dilihat dari
potensi wilayah dan tingkat kebutuhan konsumsi akan protein hewani yang terus
meningkat, maka menjadi keharusan untuk memiliki kemandirian.
Kemandirian pangan ini amat dipentingkan untuk terwujudnya

kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang unggul. Di sisi lain tingkat konsumsi per
kapita per tahun rangkat Indonesia untuk berbagai produk pangan, masih sangat
rendah. Tingkat konsumsi rakyat Indonesia untuk daging misalnya baru mencapai
7,1 kilogram per tahun. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi
daging rakyat Malaysia dan Filipina, yaitu masing-masing 46,87 kilogram per
tahun dan 24,96 kilogram per tahun. Tingkat konsumsi protein hewani per kapita
per tahun rakyat Indonesia perlu ditingkatkan, karena sangat menentukan kualitas
pertumbuhan fisik dan kecerdasan bangsa (Siswono, 2006).
Kondisi peternakanpun saat ini masih sebagian besar merupakan peternakan
rakyat. Ada beberapa ciri yang menonjol dari peternakan rakyat ini, yaitu antara
lain: tingkat skala kepemilikan ternaknya yang relatif kecil atau sedikit,
penggunaan input teknologi dan inovasi yang relatif terbatas, dan mengandalkan
kebutuhan pakan, khususnya untuk ternak ruminasia pada penyediaan hijauan
yang sifatnya hanya cukup untuk sehari (cut and carry).
Salah satu strategi yang dapat didayagunakan di dalam meningkatkan kualitas
peternak sehingga memiliki keberdayaan adalah peningkatan peran kelompok
peternak. Sampai saat ini kelompoktani masih digunakan sebagai pendekatan
utama dalam kegiatan penyuluhan (Deptan, 2000).

Pendekatan kelompok

dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar

dan berinteraksi dari para petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku
petani ke arah yang lebih baik atau berkualitas (Margono, 2001).
Dengan demikian kelompoktani memiliki kedudukan strategis di dalam
mewujudkan

petani yang berkualitas.

Petani yang berkualitas antara lain

dicirikan oleh adanya kemandirian dan ketangguhan dalam berusahatani, sehingga


memiliki keberdayaan. Keberdayaan peternak ini dipersonifikasikan sebagai
pelaku usaha tani ternak yang berkualitas (farmers), sekurang-kurangnya harus
dicirikan oleh: (1) dimilikinya kemampuan yang memadai di dalam menguasai
dan melaksanakan aspek teknis dalam beternak, dan (2) dimilikinya kemampuan
yang memadai di dalam pengambilan keputusan dalam rangka pencapaian
keberhasilan usahanya. Peran kelompok di dalam memberdayakan anggotanya,
dapat dilihat antara lain dari: (1) peran sebagai kelas belajar, (2) peran sebagai
unit produksi, (3) peran sebagai wahana kerjasama dan usaha.
Untuk kabupaten Tasikmalaya keberadaan kelompok peternak memiliki peran
strategis di dalam mewujudkan wilayah tersebut menjadi salah satu sentra
agribisnis ternak sapi potong di Jawa Barat. Jumlah kelompoknya sebanyak 100
kelompok, yang tersebar pada Kecamatan Cikatomas, Salopa, Cibalong,
Karangnunggal, Pancatengah, Bantarkalong, dan Cikalong. Data pemotongan di
Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan per tahunnya angka pemotongan ternak
mencapai 12 ribu ekor, sedangkan populasi hanya mencapai sekitar 30 ribu ekor.
Padahal dilihat dari potensi wilayahnya sebenarnya dapat menampung hingga
mencapai sekitar 200 ribu unit ternak. Oleh karenanya, di dalam membantu
mendorong tercapainya wilayah tersebut menjadi sentra agribisnis sapi potong,
maka menjadi amat relevan bila dilakukan kajian yang menfokuskan pada peran
kelompok di dalam memberdayakan peternak sapi potong yang menjadi
anggotanya. Hasil kajian inipun akan membantu memetakan hal-hal apa saja
yang perlu lebih diperhatikan sehingga kelompok dapat berperan optimal di dalam
memberdayakan peternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
(1) Seberapa jauh peran yang dilakukan kelompok peternak dalam fungsinya
sebagai kelas belajar, unit produksi, dan wahana kerjasama dan usaha
anggota di Kabupaten Tasikmalaya.
(2) Seberapa jauh keragaan keberdayaan peternak sapi potong di Kabupaten
Tasikmalaya.
(3) Seberapa jauh derajat hubungan antara peran kelompok dengan keberdayaan
peternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya.

II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kelompok dan Kelompoktani
Johnson & Johnson (Sarwono, 2001) memberikan definisi kelompok sebagai
dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to face interaction),
yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masingmasing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, dan
masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai
tujuan bersama.
Kelompok oleh ahli psikologi sosial, Krech dan Crutchfield (Haiman, 1951)
didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang memiliki secara nyata hubungan
yang bersifat psikologis satu dengan yang lainnya. Menurut Sarwono (2001)
dalam pendekatan psikologis ada teori yang menjelaskan terjadinya kelompok,
satu di antaranya adalah teori Firo-B (Fundamental Interpersonal Relation
Orientation Behavior) yang dikemukakan

Schutz (1958).

Menurut teori ini

kelompok terbentuk karena adanya kebutuhan dasar dalam hubungan individu dan
individu lainnya, yaitu inklusi, kontrol, dan afeksi. Kebutuhan inklusi adalah
kebutuhan untuk terlibat dan termasuk dalam kelompok. Kebutuhan kontrol
adalah kebutuhan arahan, petunjuk dan pedoman dalam berperilaku dalam
kelompok. Kebutuhan afeksi adalah kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian
dalam kelompok.
Dari sudut pandang ahli sosiologis, Robert Merton (Chu, 1976) kelompok
didefinisikan sebagai sejumlah individu yang diikat oleh interaksi sosial menurut
pola yang tetap.

Interaksi

antar orang terjadi karena kepemilikan identitas

mereka sebagai anggota dan rasa dihargainya oleh yang lain sebagai bagian dari
kelompok.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 4 tahun 1992 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan (Dinas Tanaman Pangan DT. I
Jabar (1985) kelompoktani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar
kesamaan

kepentingan,

kesamaan

kondisi lingkungan (sosial,

ekonomi,

sumberdaya), keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua.

Dengan jumlah anggota minimum 20 orang dan maksimum disesuaikan dengan


jenis usahatani dan kondisi setempat.
2.1. Peranan Kelompoktani
Menurut

Departemen

Pertanian

(2000),

dengan

paradigma

baru

pembangunan pertanian yang arahnya lebih melihat petani sebagai subyek atau
pelaku pembangunan, maka kelompok tani dapat berperan sebagai: (1) lembaga
pengubah (change institution), yaitu lembaga petani yang dapat mengubah
perilaku anggotanya untuk meningkatkan keberhasilan usahataninya; (2) lembaga
pembaharu (reform institution), yaitu lembaga petani yang dapat menciptakan
pembaharuan bagi anggotanya melalui inovasi baru dibidang peraturan; dan (3)
lembaga pemodernisasi (modernizing institution), yaitu lembaga petani yang
dapat membawa anggotanya menjadi petani yang modern.
Untuk dapat menjalankan peranannya tersebut kelompok tani harus dapat
melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai: (1) kelas belajar, yaitu kelompok dapat
berfungsi menjadi media untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap anggota; (2) unit produksi, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai satu unit
produksi untuk dapat mencapai skala ekonomi yang efisien dalam memproduksi
hasil usahataninya; (3) wahana kerjasama, yaitu kelompok dapat berfungsi
sebagai wahana kerjasama diantara sesama anggota, kerjasama dengan kelompok
dan atau pihak lain sehingga produktivitas kelompok dan masing-masing anggota
meningkat; dan (4) kelompok usaha, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai satu
kesatuan usaha yang dijalankan sehingga mampu mencari dan memanfaatkan
berbagai peluang dan kesempatan berusaha (Departemen Pertanian, 2000).
Menurut Kurnia (2000), apabila melihat peran dan fungsi ideal kelompok tani
yang sudah dirumuskan selama ini, yaitu sebagai kelas belajar, sebagai unit
produksi, sebagai wahana kerjasama dan sebagai kelompok usaha, maka ciri-ciri
kelompok tani yang dapat mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi
sebenarnya sudah tercakup. Hanya saja dalam pelaksanaannya, masih ada kesan
bahwa kegiatan kelompok tani tersebut baru terbatas sebagai kelas belajar
mengajar dan unit produksi saja. Sebagai wahana kerjasama apalagi sebagai
kelompok usaha dirasakan fungsi ini belum optimal.

2.3. Keberdayaan Peternak


Keberdayaan peternak dipersonifikasikan bahwa

peternak dapat menjadi

sejatinya peternak (farmers), yang ditunjukkan oleh berkembangnya potensi


peternak dalam perannya sebagai manajer usahatani, pemelihara ternak, dan
individu yang otonom, sehingga menjadi pelaku usahatani yang berkualitas
(Yunasaf, 2008).
Mosher (1978) mengemukakan bahwa dalam menjalankan usahatani, petani
memiliki dua peranan, yaitu sebagai seorang jurutani atau pemelihara (cultivator),
dan sebagai pengelola (manager) usahatani. Petani sebagai pemelihara adalah
peranan petani memelihara tanaman dan ternak guna mendapatkan hasil-hasilnya
yang berfaedah, yaitu dengan menguasai dan melaksanakan aspek teknis bertani.
Petani sebagai pengelola adalah peranan petani dalam pengambilan keputusan
atau penetapan pilihan dari akternatif-alternatif yang ada.
Prawirokusumo (1990) menyebutkan beberapa ciri manajer yang berhasil
atau sukses, diantaranya adalah: yang dapat merinci maksud dan tujuan dari
usahanya, yang selalu belajar, dan yang dapat mengenal dan menyusun sistem
prioritas.
Secara ilustratif bagaimana hubungan hipotetis antara Peran Kelompok dan
Keberdayaan Peternak dapat dilihat pada Gambar 1.

PERAN KELOMPOK
1. Sebagai Kelas Belajar
2. Sebagai Unit
Produksi
3. Sebagai Wahana
Kerjasama
4. Sebagai Wahana
Usaha

KEBERDAYAAN
PETERNAK
1. Sebagai Pemelihara
Ternak
2. Sebagai Manajer

Gambar 1. Hubungan antara Peran Kelompok dan Keberdayaan Peternak

III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari:
(1) Peran yang dilakukan kelompok peternak dalam fungsinya sebagai kelas
belajar, unit produksi, dan wahana kerjasama dan usaha anggota di
Kabupaten Tasikmalaya.
(2) Keragaan keberdayaan peternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya.
(3) Derajat hubungan antara peran kelompok dengan keberdayaan peternak sapi
potong di Kabupaten Tasikmalaya.

3.2.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat:

(1) Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan


dengan pengembangan kelompoktani komoditas peternakan.
(2)

Memperluas pemahaman tentang pentingnya peran kelompok dalam


mengembangkan keberdayaan peternak yang menjadi anggotanya.

(3)

Pengayaan

bahan

kuliah

penyuluhan

dan

oganisasi

kepemimpinan di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

sosial

dan

IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif.
4.2. Unit Analisis dan Contoh Responden
Unit analisis dari penelitian ini adalah kelompok peternak yang ada di
Kecamatan Cikatomas. Dipilih kecamatan tersebut, karena merupakan salah satu
wilayah konsentrasi kelompok dan peternak serta ternak sapi potong di Kabupaten
Tasikmalaya.
Contoh (sample) responden adalah para anggota kelompok dari seluruh
kelompoktani ternak sapi potong yang ada di Kecamatan Cikatomas, yang diambil
secara proposional.

Jumlah kelompok peternak yang aktif sebanyak lima

kelompok dan jumlah responden yang akan diambil seluruhnya adalah 30


peternak.
4.3. Operasionalisasi Variabel
Variabel yang ditelaah meliputi Peran Kelompok sebagai variabel bebas, dan
Keberdayaan Peternak sebagai variabel terikat.
Variabel Peran Kelompok meliputi:
1.

Peran sebagai kelas belajar, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh
kelompok

dalam

memfasilitasi

anggotanya

untuk

meningkatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Indikatornya terdiri (1) pertemuan


berkala dan berkelanjutan, (2) pengembangan kader kepemimpinan, (3)
fasilitasi komunikasi dengan sumber informasi dan teknologi, (4)
penyelenggaaan pelatihan.
2.

Peran sebagai unit produksi, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh
kelompok dalam mendorong tercapainya skala usaha yang efisien.
Indikatornya terdiri: (1) fasilitasi kelompok dalam merencanakan pola usaha,
(2) fasilitasi dalam penyusunan rencana penyediaan input produksi, dan (3)
fasilitasi dalam penerapan teknologi dan aspek zooteknik

3.

Peran sebagai unit usaha, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok
dalam mencari dan memanfaatkan peluang untuk berhasilnya usaha ternak
anggota. Indikatonya: (1) fasilitasi penyediaan input produksi, (2) fasilitasi
permodalan, dan (5) fasilitasi pemasaran.

4.

Peran sebagai wahana kerjasama, yaitu tingkat peran yang dilakukan


kelompok dalam mendorong kerjasama antar anggota dan di luar kelompok.
Indikatornya:

(1)

kerjasama

pengelolaan

kelompok,

(3)

kerjasama

permodalan, (3) kerjasama dengan pihak luar.


Variabel Keberdayaan Peternak meliputi:
1. Keberdayaan

peternak

berkembangnya

sebagai

pemelihara

ternak,

yaitu

tingkat

kemampuan peternak di dalam menguasai dan

melaksanakan aspek teknis dalam beternak. Indikatornya terdiri: (1)


tatalaksana reproduksi, (2) tatalaksana makanan ternak, (3) tatalaksana
pemeliharaan, (4) tatalaksana peralatan dan kandang, dan (4) tatalaksana
pemasaran.
2. Keberdayaan peternak sebagai manajer adalah tingkat berkembangnya
kemampuan peternak di dalam pengambilan keputusan dalam rangka
pencapaian keberhasilan dari usahanya. Indikatornya terdiri: (1) perincian
tujuan usaha, (2) penyusunan prioritas pengembangan usaha, dan (3)
pengembangan belajar.
4.4. Cara Pengukuran dan Teknik Analisis Keeratan Hubungan
Cara pengukuran untuk masing-masing indikator variabel dilakukan dengan
skala ordinal. Kategori kelas untuk peranan kelompok adalah :
12,00 20,00

: peranan kelompok tinggi

20, 01 28,00

: peranan kelompok cukup

28, 01 36,00

: peranan kelompok rendah

Kategori kelas untuk keberdayaan peternak adalah:


6,00 10,00

: keberdayaan peternak tinggi

10,01 14, 00

: Kebedayaan peternak cukup

14,01 18,00

: Keberdayaan peternak rendah

Teknik analisis yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan variabel


adalah dengan uji korelasi peringkat Spearman, dengan rumus:
N
6 di
rs =
N3 N
Keterangan:
rs = Koefisien korelasi peringkat spearman
di = perbandingan peringkat
N = banyaknya subjek

VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
(1) Peranan kelompok peternak sebagian besar, yaitu sebanyak 83,33 persen
tergolong tinggi. Sisanya sebanyak 16,67 persen tergolong cukup. Peran atau
fungsi kelompok yang paling menunjang adalah peran kelompok sebagai kelas
belajar dan kelompok sebagai unit produksi.
(2) Keberdayaan peternak sebagian besar, yaitu sebanyak 53,33 persen tergolong
cukup. Sisanya sebanyak 46,67 persen tergolong tinggi. Kecenderungan yang
ada menunjukkan bahwa peran peternak baik sebagai pemelihara maupun
sebagai manajer masih belum berjalan optimal.
(3) Terdapat hubungan yang cukup kuat antara peranan kelompok peternak
dengan keberdayaan peternak sapi potong dengan nilai korelasi rank spearman
sebesar 0,53.
6.2. Saran
Ada beberapa saran yang dapat dikemukakan sesuai dengan temuan
penelitian, yaitu:
(1) Fungsi atau peran kelompok sebagai unit usaha dan wadah kerjasama agar
lebih ditingkatkan lagi, yaitu dengan melakukan pemberian akses yang luas
kepada kelompok dan para anggota di dalam memanfaatkan modal pinjaman
yang berbunga rendah atau pinjaman tanpa bunga, sehingga perkembangan
kepemilikan sapi anggota menjadi semakin bertambah.
(2) Perlu upaya-upaya pembinaan dari dinas intansi yang lebih baik lagi di dalam
membangun kemandirian kelompok peternak, khususnya di dalam kegiatan
pencapaian keswadayaan baik di dalam kegiatan pengadaan hijauan, kegiatan
biaya inseminasi mandiri dan penanganan usaha limbah untuk dapat dijual ke
luar, sehingga kemadirian peternak menjadi lebih meningkat pula.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1992. Surat Keputusan Mentri Pertanian No. 41 Tahun 1992.
tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan. Dinas Tanaman
Pangan Pemda DT. I. Jawa Barat.
Anonymous. 2000. Kebijakan Pemberdayaan Kelembagaan Tani.
Perencanaan dan KLN Departemen Pertanian. Jakarta.

Biro

Chu, G.D. 1976. Groups and Development. Dalam: Communication for Group
Transformation in Developmen. Editor Chu, G.D., S. Rahim, dan D.L.
Kincain. Hawai: East West Center East West Communication Institut.
Haiman, S.F. 1951. Group Leadership and Democratic Action. Scholl of Speech.
Northwestern University. Houghton Miffih Company.
Kurnia, G.
2000.
Pemberdayaan Kelompoktani dalam Mewujudkan
Kemandirian.
Menyongsong Abad 21. Biro Perencanaan Departemen Pertanian. Jakarta.
Margono, S. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi
Daerah. Disajikan pada Seminar Perhiptani 2001. Tasikmalaya.
Mosher, A.T. 1978. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-syarat
Pokok Pembangunan dan Modernisasi. Disadur S. Krisnandi dan B. Samad.
Jakarta: CV Yasaguna.
Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. Yogyakarta: BPFE.
Siswono, Y.H. 2006. Pangan, Kualitas SDM, dan Kemajuan Suatu Negara
Bangsa Dalam: Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Penerbit Buku
Kompas, Jakarta.
Sarwono, S.W. 2001. Psikologi Sosial:Psikologi Kelompok dan Psikologi
Terapan. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Yunasaf, U. 2008. Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah dan Keberdayaan
Anggotanya di Kabupaten Bandung. Disertasi, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai