Anda di halaman 1dari 10

1

PENERAPAM PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP AKTIVITAS


BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN-BANGUN DATAR
(Suatu Penelitian pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Limboto pada Pokok Bahasan Keliling
dan Luas Persegipanjang dab Persegi)
Fatmawati Pakaya, Abas Kaluku, Lailany Yahya
Jurusan Pendidikan Matematika, Program Studi S1. Pend. Matematika
F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo
Email:anggipakaya@yahoo.co.id

ABSTRAK
Fatmawati Pakaya, NIM. 411409053. PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA
REALISTIK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUNBANGUN DATAR. (SUATU PENELITIAN PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 4
LIMBOTO). Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo, 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah aktivitas belajar siswa yang diajar
dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi dari pada aktivitas belajar siswa yang diajar
dengan tanpa menggunakan pendekatan matematika realistik (pembelajaran konvensional), pada
pokok bahasan keliling dan luas persegi panjang dan persegi. Penelitian eksperimen ini
dilakukan di SMP Negeri 4 Limboto pada semester kedua untuk tahun pelajaran 2012/2013
dengan rancangan post test only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Limboto. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan Sampling jenuh. Kelas VII1 menjadi kelas eksperimen, yaitu kelas yang diberikan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik dan kelas VII2 sebagai
kelas kontrol, yaitu kelas yang diberikan pembelajaran dengan tanpa menggunakan pendekatan
matematika realistic (pembelajaran konvensional)
Hipotesis penelitian adalah aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan matematika realistik lebih tinggi dari aktivitas belajar siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan tanpa pendekatan matematika realistik
(pembelajaran konvensional) pada pokok bahasan keliling dan luas persegi panjang dan persegi.
Pengukuran aktivitas belajar siswa dilakukan dengan menggunakan instrumen tes aktivitas
belajar berbentuk tes essay. Instrumen ini telah memenuhi syarat validitas butir dan reliabilitas
instrumen.
Analisis data untuk menguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji t. Pengujian
menunjukkan aktivitas belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan matematika realistik
lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas belajar siswa yang diajarkan dengan tanpa
pendekatan matematika realistik pada pokok bahasan keliling dan luas persegi panjang dan
persegi.
Kata Kunci : Pendekatan Matematika Realistik, Keliling dan Luas Persegi Panjang dan Persegi,
Aktivitas Belajar Siswa.

2
I.

PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh para siswa

dari SD sampai SMA di Indonesia. Pada pelaksanaannya, matematika merupakan

mata

pelajaran yang sering membuat siswa tidak termotivasi untuk belajar akibatnya banyak siswa
yang tidak menyukai mata pelajaran ini. Hal ini disebabkan oleh konsep matematika yang
cukup sulit dipelajari atau dipahami oleh siswa karena sifatnya yang abstrak, analisis, dan
hampir semuanya perhitungan. Seperti halnya pada keliling dan luas persegipanjang dan persegi
pada kelas VII SMP, materi ini kurang diminati siswa, berdasarkan wawancara dengan guru
matematika di SMP Negeri 4 Limboto diperoleh informasi bahwa hasil aktivitas belajar siswa
pada materi ini rendah.
Salah satu usaha untuk meminimalkan kondisi di atas, guru diharapkan dapat
menggunakan model-model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Disamping itu, guru harus selalu membimbing serta menjadi motivator, vasilitator, dan
innovator untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Karena pada dasarnya setiap siswa
memiliki potensi untuk berfikir sendiri dan potensi tersebut hanya dapat diwujudkan apabila
diberi banyak aktivitas dalam pembelajaran yang menyenangkan oleh karena itu guru hendaklah
memperlakukan siswa sebagai subyek belajar bukan obyek belajar. Dalam hal ini pada
pengalaman belajar yang memberikan kesempatan belajar untuk mengembangkan kreatifitas
kemandirian, disiplin dan tanggungjawab dalam mengelola suatu informasi serta bekerja sama
dengan teman sekelasnya akan jauh memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar dari pada
siswa hanya merencanakan informasi yang diberikan secara searah hanya berasal dari guru yang
bersifat ceramah.
Seperti yang kita lihat selama ini, pembelajaran matematika disajikan dalam bentuk
pembelajaran langsung seperti ceramah, tanya jawab dan pemberian latihan. Pada saat proses
pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang kurang mampu mengemukakan pendapat atau
ide serta kurangnya kerja sama antar siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal
ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dan kurang termotivasi dalam belajar serta penguasaan
siswa terhadap materi sangat rendah akibatnya nilai aktivitas belajarpun rendah.
Aktivitas belajar yang baik hanya akan tercapai jika proses pembelajaran dilaksanakan
secara propesional oleh guru. Proses pembelajaran ini ditandai dengan adanya siswa yang
terlibat aktif di dalamnya melalui komunikasi dan interaksi positif. Interaksi dalam pristiwa

3
belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas dalam hal ini bukan terbatas pada
penyampaian pesan berupa materi pembelajaran melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri
siswa yang melakukan proses pembelajaran.
Sesuai fakta yang saya dapat di SMP N 4 Limboto dalam proses belajar mengajar di
kelas seringkali siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Demikian pula
sebaliknya, apabila diberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, siswa
lebih banyak diam (pasif). Ini menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dalam menerima materi
pembelajaran matematika di kelas yang ditandai ketidakmampuan mereka antara lain
mengerjakan pertanyaan tadi.
Berdasarkan pengalaman tersebut, peneliti berasumsi bahwa seorang guru perlu
mengubah metode yang selama ini digunakan dalam proses belajar dari metode ceramah yang
biasa digunakan menjadi metode yang lebih menarik. Salah satunya Pendekatan Realistik
Matematic Education. Penggunaan pendekatan ini dapat diintegrasikan dengan tujuan dan
indicator pembelajaran itu sendiri. Dalam konteks ini sedapat mungkin pendekatan ini
diupayakan untuk membangkitkan aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya akan berimplikasi
positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Menurut Poerwadarminta (2003:23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar
adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Dalam hal kegiatan
belajar, Rousseuau (dalam Sardiman 2004:96) memberikan penjelasan bahwa segala
pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dengan
bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak
mungkin terjadi.
Belajar bukanlah proses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai
aktivitas. Tak pernah terlihat orang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila
aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang,
membaca, mengingat, berfikir, latihan atau praktek dan sebagainya.
Penggunakan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa oleh karena
(Hamalik:2012:175), 1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami
sendiri; 2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral; 3)
Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa; 4) Para siswa bekerja menurut minat
dan kemampuan sendiri; 5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

4
demokratis; 6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua
dengan guru; 7) Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis; 8) Pengajaran
disekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat.
Pernyataan Freudenthal (wijaya:2012:20) bahwa matematika merupakan suatu bentuk
aktivitas manusia melandasi pengembangan Pendidikan Matematika Realistik (Realistic
Mathematics Education). Pendidikan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran matematika di Belanda. Kata realistik sering disalahartikan sebagai real world,
yaitu dunia nyata. Banyak pihak yang menganggap bahwa Pendidikan Matematika Realistik
adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang harus selalu menggunakan masalah
sehari-hari. Penggunaan kata realistik sebenarnya berasal dari bahasa Belanda zich
realiseren yang berarti untuk dibayangkan atau to imagine . Menrut Van den HeuvelPanhuizen (wijaya:2012:20), penggunaan kata realistic tersebut tidak sekedar menunjukkan
adanya suatu konteks dengan dunia nyata (real-world) tetapi lebih mengacu pada focus
Pendidikan Matematika Realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang
bisa dibayangkan (imagineable) oleh siswa.
Pembelajaran konvensional yaitu mengarah pada metode ceramah. Metode ceramah
dapat diartikan sebagai cara menyajikan pembelajaran secara lisan atau penjelasan langsung
kepada sekolompok siswa.
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap
guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya
faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala
dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa,
mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melauli ceramah,
sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak
ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran ekspositori (Sanjaya 2012:147).

5
II.

METODE PENULISAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Limboto yang bertempat d Jln. Hasan

Dangkua. Pada kelas VII pada semester genap yaitu tepatnya pada bulan Mei-Juni tahun ajaran
2012/2013. Adapun Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 4
Limboto, yang tersebar pada 2 kelas yang terdaftar pada tahun ajaran 2012-2013
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sampling jenuh. Sugiyono
(2009:68) menyebutkan bahwa tenik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel.. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka penulis mengambil
semua populasi itu di jadikan sampel yaitu kelas VII 1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah
17 orang dan kelas VII2 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 16 orang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan menggunakan The Posttest-Only Control Group Design (Emzir, 2012 : 99). Dalam
desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi tes akhir (post
test) untuk mengetahui keadaan kemampuan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Instrumen berfungsi dan berperan penting dalam rangka mengetahui keefektifan proses
pembelajaran. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yakni instrumen untuk mengukur
aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan persegi
dan persegi panjang. Instrumen tersebut berbentuk test uraian.

6
III.

PEMBAHASAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua perangkat data, yakni (1) data

aktivitas belajar siswa pada materi persegi dan persegi panjang yang di ajarkan dengan
pendeketan matematika realistik dan (2) data aktivitas belajar siswa yang diajarkan tanpa
menggunakan pedekatan matematika realistic
Berdasarkan hasil penelitian, untuk kelas eksperimen yang menggunakan pedekatan
matematika realistik skor minimum siswa adalah 55 dan skor maksimum 98, dari perhitungan
nilai rata-rata diperoleh skor rata-rata 81,25 Sedangkan untuk kelas pembanding (kelas kontrol)
yang tidak menggunakan pedekatan matematika realistik ( pembelajaran konvensional ),
diperoleh skor minimum 40 dan skor maksimum 90, dari perhitungan diperoleh skor rata-rata
71,18. Data selengkapnya dapat dilihat (lampiran 14). Hal ini berarti, aktivitas belajar siswa yang
menggunakan pedekatan matematika realistik lebih tinggi dari pada aktivitas belajar siswa yang
tidak menggunakan pedekatan matematika realistik (pembelajaran konvensional ).
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua perangkat data, yakni (1) data
aktivitas belajar siswa pada materi persegi dan persegi panjang yang di ajarkan dengan
pendeketan matematika realistik dan (2) data aktivitas belajar siswa yang diajarkan tanpa
menggunakan pedekatan matematika realistik
Berdasarkan hasil penelitian, untuk kelas eksperimen yang menggunakan pedekatan
matematika realistik skor minimum siswa adalah 55 dan skor maksimum 98, dari perhitungan
nilai rata-rata diperoleh skor rata-rata 81,25 Sedangkan untuk kelas pembanding (kelas kontrol)
yang tidak menggunakan pedekatan matematika realistik ( pembelajaran konvensional ),
diperoleh skor minimum 40 dan skor maksimum 90, dari perhitungan diperoleh skor rata-rata
71,18. Data selengkapnya dapat dilihat (lampiran 14). Hal ini berarti, aktivitas belajar siswa yang
menggunakan pedekatan matematika realistik lebih tinggi dari pada aktivitas belajar siswa yang
tidak menggunakan pedekatan matematika realistik (pembelajaran konvensional ).
Sebelum pos test digunakan, terlebih dahulu peneliti melakukan uji

validasi dan uji

reliabilitas instrumen, untuk mengetahui apakah test ini layak digunakan. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa validasi ini dilakukan dalam dua tahap yaitu melalui bimbingan
dosen pembimbing (validitas konstruksi) dan melalui pengujian soal (validitas isi). Dan untuk
menguji reliabilitas test, digunakan rumus alpha crombach dan diperoleh nilai r = 0,52 dalam

7
(lampiran 14). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa test ini reliabel sehingga bisa
digunakan sebagai alat pengumpul data.
Setelah diketahui bahwa test yang akan digunakan sudah valid dan reliabel, dan kedua
kelas memenuhi syarat homogen, barulah peneliti melakukan perlakuan. Untuk kelas eksperimen
dikenai tindakan berupa pedekatan matematika rekreasi sedangkan kelas kontrol tidak
menggunakan pedekatan matematika rekreasi atau sesuai dengan RPP yang digunakan guru di
sekolah.
Setelah kelas kontrol dan kelas eksperimen mendapat perlakuan, guru memberikan tes
aktivitas belajar. Pemberian tes hasil belajar ini bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa
setelah dibelajarkan dengan menggunakan pedekatan matematika realistik yaitu pada kelas
eksperimen dan hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan pedekatan matematika
realistik atau pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Dan hasil tes hasil belajar yang
didapat diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen X 1
rata-rata yang diperoleh adalah X 2

81,25 dan untuk kelas kontrol nilai

71,18 . Hal ini menunjukkan bahwa kelas yang dibelajarkan

dengan menggunakan pedekatan matematika realistik memiliki nilai rata-rata lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelas yang dibelajarkan dengan tanpa menggunakan pedekatan matematika
realistik atau pembelajaran konvensional.
Selanjutnya akan dilakukan pengujian normalitas terhadap data tes aktivitas belajar
yang didapat. Untuk melakukan pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors.
Untuk kelas eksperimen diperoleh nilai L o = 0,1977. untuk taraf nyata = 0,05 dengan n = 16
diperoleh Ldaftar =0,213 ,dapat dilihat bahwa Lo < Ldaftar . Karena Lo < Ldaftar , maka HO diterima.
Dengan demikian hasil tes aktivitas belajar untuk kelas eksprimen berdistribusi normal (lampiran
16). Pengujian normalitas data juga dilakukan pada data aktivitas belajar kelas kontrol, dari hasil
tes aktivitas belajar diperoleh nilai Lo = 0,1226 sedangkan untuk taraf nyata = 0,05 dengan n
= 17 diperoleh

Ldaftar = 0,206. karena Lo < Ldaftar , dengan demikian kelas kontrol juga

berdistribusi normal. (lampiran 16)


Karena kedua sampel berdistribusi normal, maka uji statistik dapat dilanjutkan pada
pengujian hipotesis. Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
parametrik yaitu uji t (uji kesamaan dua rata-rata), dengan taraf nyata = 0,05. Dan berdasarkan

8
uji f (lampiran 17) kedua sampel memiliki varians yang homogen dan jumlah kedua sampel
tidak sama maka berdasarkan perhitungan pada (lampiran 18) diperoleh thitung = 1,83 dan
t 34)(0,975 atau tdaftar = 1,70. Dengan demikian H o ditolak dan artinya H1 diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas belajar antara
siswa yang diajarkan dengan pedekatan matematika realistik dengan aktivitas belajar siswa yang
tidak menggunakan pedekatan matematika realistik atau konvensional. Dimana nilai rata-rata
siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan nilai rata-rata siswa pada kelas
kontrol.
Salah satu yang menyebabkan rata-rata skor kedua kelas berbeda adalah model
pembelajaran yang digunakan. Pada kelas eksperimen nilai rata-rata lebih tinggi sebab adanya
penggunaan pedekatan matematika realistik yang mana siswa dibawa ke masalah sehari-hari
sedangkan pada kelas kontrol soal-soal yang diberikan hanya terbatas dari guru sehingga siswa
kurang terampil dalam menyelesaikan soal. Selain hal tersebut diatas pada kelas eksperimen
siswa kelihatan begitu antusias dalam mengerjakan soal sedangkan pada kelas kontrol siswa
sedikit pasif, dan juga pada kelas eksperimen suasana kelas lebih hidup, karena setiap kelompok
diberikan masalah yang kontekstual.

IV.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diangkat simpulan sebagai

berikut :
1. Terdapat perbedaan rata-rata nilai aktivitas belajar siswa yang diajarkan dengan
menggunakan pendekatan matematika realistik dengan aktivitas belajar siswa yang
diajarkan melalui pembelajaran konvensional pada materi persegi dan persegi panjang.
2. Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistic terbukti dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada materi persegi dan persegi panjang.
3. Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik menjadikan siswa termotivasi
untuk belajar.

9
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat diajukan saran sebagai berikut :
1. Pendekatan matematika realistik dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada siswa untuk melatih keterampilan mereka dalam menyelesaikan soal dan cocok
digunakan dalam mengajar materi persegi dan persegi panjang.
2. Agar suasana matematika realistik dapat terasa sebaiknya guru memilih tempat di luar
kelas, misalnya di taman sekolah jika memungkinkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Nopiwan. 2011. Aktivitas Belajar Siswa. (online)


http://noviansangpendiam.blogspot.com/2011/04/aktivitas-belajar-siswa.html
Di akses Tanggal 4 April 2013
Arikunto, Suharsimi. 2012. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hendroandoni, Diargo. 2011. Penerapan Model Pembelajaran dengan Pendekatan Matematika
Realistik Indonesia. (online)
http://dhonnypergerakan.blogspot.com/2011/12/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html. Di Akses Tanggal 4 april 2013
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA.
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.
. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung; ALFABETA.
Wahyuni, Tri dan Nurhaini, Dewi. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Pusat
Perbukuan
Wijaya, Ariyadi. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Pendekatan Pembelajaran Matematika
. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai