Anda di halaman 1dari 15

0

BUKU AJAR
Mata Kuliah : Rekayasa Jalan 2 (Perkerasan Jalan)
SKS
:1
Semester
:4
Program Studi : Diploma III Jurusan Teknik Sipil

Oleh:
Ir. Didik Purwadi, MT

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2008

A. TINJAUAN MATA KULIAH


1. Deskripsi Singkat
Rekayasa Jalan 2 (Perkerasan) merupakan mata kuliah yang
mempelajari tentang tata cara perencanaan dan pelaksanaan pembuatan
lapis perkerasan untuk jalan raya, pemilihan dan pengujian material yang
digunakan serta penggunaan peralatan untuk pembangunannya.
2. Relevansi (Mata Kuliah)
Setelah mempelajari Rekayasa Jalan 2, maka mahasiswa mampu
merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pembuatan konstruksi
perkerasan jalan terutama perkerasan lentur (flexible pavement).
3.1 Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, maka mahasiswa dapat
melaksanakan pekerjaan pembuatan perkerasan jalan lentur. Ia juga
mampu memilih tanah, agregat dan bitumen sebagai bahan pembuat jalan
dan mampu membuat campuran agregat bitumen sebagai bahan lapis
perkerasan jalan.
3.2 Kompetensi Dasar
Bila diberikan perkuliahan Rekayasa Jalan 2, maka mahasiswa
Semester IV, Program Diploma III Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro dapat:
a. Menjelaskan dan menggambarkan model perkerasan lentur
b. Menggambarkan dan menerangkan lapis perkerasan lentur dan macam
material yang digunakan
c. Menerangkan cara mengklasifikasikan tanah dengan cara AASHTO
maupun USCS
d. Menerangkan tata cara pemadatan material
e. Memilih agregat dan bahan bitumen untuk konstruksi perkerasan jalan
f. Memilih campuran agregat-bitumen untuk bahan perkerasan jalan

3.3 Indikator
Setelah

menyelesaikan

perkuliahan

Rekayasa

Jalan

2,

maka

mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan sejarah konstruksi jalan dan menjelaskan macam-macam
lapisan jalan, fungsinya maupun material pembentuknya.
2. Menunjukkan cara melakukan klasifikasi tanah dasar dengan metoda
AASHTO.
3. Menunjukkan cara melakukan klasifikasi tanah dasar dengan metoda
USCS.
4.

Menerangkan konsep

dasar

pekerjaan

pemadatan tanah baik

dilaboratorium maupun dilapangan.


5. Memberikan definisi agregat dan menerangkan cara-cara menguji
agregat.
6. Memberikan definisi mengenai bahan bitumen, menjelaskan berbagai
macam bahan bitumen dan menerangkan cara-cara menguji bahan
bitumen.
7. Menjelaskan berbagai macam bentuk campuran agregat-bitumen dan
cara menguji campuran bahan agregat-bitumen.
4. Susunan Buku Ajar
1. Mengenal Lapis Perkerasan Jalan.
2. Klasifikasi Tanah Dasar (Subgrade) Dengan Cara AASHTO.
3. Klasifikasi Tanah Dasar (Subgrade) Dengan Cara USCS.
4. Pemadatan (Compaction).
5. Agregat
6. Bitumen
7. Campuran Agregat-Bitumen
5. Petunjuk Bagi Mahasiswa Dalam Mempelajari Bahan Ajar
1. Baca dulu di rumah sebelum perkuliahan
2. Baca sewaktu perkuliahan berlangsung
3. Tanyakan bagian yang tidak jelas waktu dibahas diperkuliahan

4. Baca sekali lagi sewaktu dirumah setelah perkuliahan


5. Kerjakan soal-soal yang ada dibuku ajar
6. Kerjakan tugas yang diberikan dosen, 1 tugas untuk 2 orang.

POKOK BAHASAN I
MENGENAL LAPIS PERKERASAN JALAN
1.1 Pendahuluan
Mahasiswa perlu mengenal model perkerasan yang lazim digunakan di
Indonesia. Demikian juga jenis lapisan-lapisan yang digunakan untuk
membentuk konstruksi perkerasan dan sifat material pembentuknya perlu
diketahui. Sebagai penguatan mahasiswa diberi sejarah dibangunnya jalan
raya.
1.1.1 Deskripsi Singkat
Mengenal lapis perkerasan jalan ini berisi tentang:
1. Sejarah konstruksi jalan raya
2. Gambar model perkerasan Telford dan Makadam
3. Macam lapisan-lapisan yang ada pada perkerasan lentur (flexible
pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement)
4. Deskripsi kegunaan lapisan-lapisan yang ada pada perkerasan lentur
dan perkerasan kaku
5. Jenis material yang dipakai pada lapisan-lapisan perkerasan lentur,
perkerasan kaku dan syarat-syarat teknis yang harus dipenuhi
1.1.2 Relevansi
Mengenal

Lapis

Perkerasan Jalan

ini meletakkan

dasar-dasar

pengertian tentang lapisan jalan dan model perkerasan pada mahasiswa.


Pengertian ini selanjutnya menjadi dasar untuk pokok bahasan selanjutnya.
Secara rinci jenis material perkerasan, cara pembentukannya dan
pengujiannya akan dibahas dalam bab-bab berikutnya.
1.1.3.1 Standar Kompetensi
Setelah selesai mempelajari Pokok Bahasan I, mahasiswa akan
mengerti pentingnya konstruksi jalan sebagai prasarana transportasi, yaitu

untuk distribusi bahan baku ke pabrik dan barang jadi dari pabrik ke pasar
(fungsi ekonomi) juga fungsi jalan sebagai pemelihara keamanan regional
dan sebagai prasarana menuju tempat wisata. Untuk mengembangkan
daerah baru, jalan juga berfungsi sebagai prasarana untuk meningkatkan
aksesibilitas dan mobilitas daerah tersebut.
1.1.3.2 Kompetensi Dasar
Bila diberikan gambar model perkerasan jalan dan penjelasan macam
perkerasan beserta lapisan-lapisan dan material pembentuknya, maka
mahasiswa Program Diploma III Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro dapat mengambarkan model perkerasan jalan dan
menyebutkan macam perkerasan jalan serta material pembentuknya
dengan 100% benar.
1.2 Penyajian

1.2.1 Sejarah Konstruksi Jalan


Pada jaman purbakala, manusia tinggal di goa-goa. Untuk mencapai
sumber air dan tempat makanannya manusia membuat jalan setapak.
Demikian juga untuk menghindari rintangan alam yang tidak begitu besar
(sungai dan lembah yang kecil) manusia menebang pohon dan
merentangkannya sehingga berfungsi menjadi jembatan. Lebih dari 2000
tahun yang lalu, kerajaan Romawi membuat jalan keseluruh pelosok
Eropa. Di Inggris saja mereka membuat jalan yang panjangnya 3000 mil
(1mil = 1.6 km). Jalan ini fungsinya hanya untuk militer saja.
Konstruksinya dari batu-batu setempat yang ditata selebar jalan yang
diinginkan. Seiring bertambah majunya cara bercocok tanam, maka panen
yang dihasilkanpun berlimpah maka fungsi jalan berubah menjadi
prasarana transportasi hasil pertanian dan para petani dapat saling barter
hasil panenannya. Untuk saat ini jalan juga berfungsi sebagai prasarana
transportasi bahan baku ke pabrik dan dari pabrik ke pasar.

Thomas Telford (17571796) seorang yang berkebangsaan Skotlandia,


memperkenalkan suatu konstruksi perkerasan jalan. Konstruksi tersebut
terdiri dari batu kali ukuran 15/20 cm sampai 25/30 cm yang disusun tegak
diatas pasir urug yang dipadatkan dan diatasnya diletakkan batu-batu kecil
ukuran 5/7 cm untuk mengunci batu kali tersebut agar tidak goyang. Diatas
batu-batu kecil tersebut diletakkan campuran pasir aspal (sand sheet)
sebagai lapis aus yang tebalnya bervariasi antara 310 cm. Gambar 1.1 (a)
menunjukkan model perkerasan Telford. Di Indonesia perkerasan tipe ini
banyak dibangun semasa kolonial Belanda dulu (waktu Gubernur Jenderal
Daendels) dan dikenal cara pembangunannya dengan sistim kerja paksa
Rodi yang mana menghasilkan jalan dari Anyer sampai Panarukan yang
panjangnya mencapai 1000 km.
John Loudon McAdam (nama ini di Indonesia menjadi Makadam),
seorang insinyur konstruksi perkerasan jalan dari Skotlandia, membuat
suatu konstruksi jalan dari agregat batu pecah (crushed aggregate).
Makadam menyadari bahwa untuk mengoptimalkan kekuatan lapis agregat
batu pecah maka diperlukan penggunaan batu pecah yang terdiri dari
berbagai macam ukuran (mixed size), hal ini dinamakan agregat
bergradasi (graded aggregate). Beberapa jalan di Inggris yang dibangun
dengan sistim ini dan dilapisi dengan bahan tar (Indonesianya tir, yaitu
semacam aspal cair hasil destilasi arang/arang batu). Tercatat awal
konstruksi model Makadam adalah jalan di Gloucestershire yang dibuat
pada tahun 1832 dan di Nottinghamshire pada tahun 1884. Makadam
menyatakan, secara teknis ruang diantara agregat-agregat yang besar
akan diisi oleh agregat-agregat yang lebih kecil yang mana akan
menciptakan suatu kondisi yang disebut saling mengunci (interlocking),
akhirnya akan menjadikan kondisi lapisan menjadi sangat stabil. Cara
Makadam ini merupakan pondasi bagi industri campuran aspal (hotmix)
dikemudian hari, dimana mulai pertengahan abad 20 hingga saat ini
industri hotmix berkembang pesat. Gambar 1.1 (b) model lapis perkerasan
Makadam.

Lapis Aus
Pasir campur aspal
Batu Kali 5/7 cm

Batu Kali 20/30 cm

Pasir tebal 10-20 cm

(a)

Graded Aggregate
Mixed With Tar

(b)
Gambar 1.2 Model perkerasan (a) Telford, (b) Makadam
Perkerasan Lentur Dan Perkerasan Kaku
Pada saat ini ada 2 model perkerasan yang digunakan untuk konstruksi
jalan, yaitu model perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan
kaku (rigid pavement). Perkerasan lentur mengadopsi model Makadam
dengan bahan penutup (surfacing) dari campuran aspal agregat. Pada
model perkerasan kaku digunakan pelat beton diatas lapisan agregat,
diatas pelat beton tersebut dapat dilapisi aspal agregat/aspal pasir yang
tipis atau tidak ada lapisan sama sekali. Pemilihan penggunaan kedua
macam perkerasan tersebut, memerlukan pengkajian yang sangat
mendalam pada bidang: pembiayaan, umur perkerasan, pemeliharaan dan
ketersediaan material di sekitar lokasi pembangunannya.

Untuk perkerasan lentur maka bagian-bagiannya adalah: tanah dasar


(subgrade), lapisan pondasi bawah (sub-base), lapis pondasi (base) dan
lapisan penutup (surface). Dari atas sampai bawah maka tebal lapisan
menjadi semakin besar, hal ini seiring dengan harga materialnya yang
semakin kebawah semakin murah. Tiap lapisan dari perkerasan lentur
dapat terdiri dari bermacam-macam lapisan. Pada lapisan surface
misalnya, biasanya terdiri dari lapisan aus (wearing course), lapis antara
(binder course) dan lapis pondasi (asphalt treated base). Pada lapis
pondasi (base) maka bila ia diperkuat/dicampur dengan asphalt menjadi
asphalt treated base (atb), bila ia diperkuat dengan semen menjadi cement
treated base (ctb). Gambar 1.3 (a) merupakan bagian-bagian dari
perkerasan lentur.
Bagian-bagian perkerasan kaku terdiri dari: tanah dasar (subgrade),
lapisan

pondasi

bawah

(sub-base),

lapisan

beton

B-0

(blinding

concrete/beton lantai kerja), lapisan pelat beton (concrete slab) dan lapisan
aspal agregat/aspal pasir yang bisa ada bisa tidak. Pada pelaksanaan
pekerjaan, antara lapisan B-0 dan lapisan pelat beton diberi lembaran
plastik pemisah, yang tujuannya agar lapisan pelat beton dapat bergeser
sempurna diatas lapisan B-0 bila diatasnya ada beban. Untuk lapisan pelat
beton

bisa

menggunakan

tulangan

bisa

tidak,

tergantung

dari

perencanaannya, karena fungsi tulangan dapat diganti dengan bertambah


tebalnya pelat beton. Fungsi lantai kerja B-0 disini sebagai lapis perata,
agar membantu kerataan lapis diatasnya dan sebagai tempat perletakan
lapis diatasnya. Gambar 1.3 (b) merupakan bagian-bagian dari perkerasan
kaku.

Surfacing (lapisan penutup)


Base
(lapisan pondasi)

Bituminous
Bituminous
Surfacing
Surfacing
Concrete Slab
(dengan penulangan/tidak)
Lapisan Beton B-0

Sub-base
(lapisan pondasi bawah)

Subgrade (lapisan tanah dasar)

Sub-base
(lapisan pondasi bawah)

Subgrade (lapisan tanah dasar)

(a)

(b)

Gambar 1.3 Bagian-bagian perkerasan (a) lentur, (b) kaku

Fungsi Dari Lapisan Dan Material Pembentuknya


Fungsi dari lapisan-lapisan pada perkerasan lentur adalah sebagai
berikut:
1. Subgrade menyediakan tanah dasar yang kuat bagi bangunan
konstruksi perkerasan, dengan dikontrol oleh pemadatan (compaction).
Subgrade sangat berpengaruh dalam perencanaan struktur diatasnya dan
mempengaruhi umur konstruksi perkerasan. Subgrade dibentuk dengan 2
cara yang berbeda yaitu berupa timbunan (filling) atau dalam pemotongan
tanah (cutting). Material pembentuk subgrade adalah tanah dan setelah
dipadatkan harus mempunyai CBR 6% dan nilai PI 10%. (CBR =
California Bearing Ratio dan PI = Plasticity Index).
2. Sub-base merupakan bagian dari konstruksi perkerasan yang berfungsi
untuk mendukung dan menyebarkan beban roda. Sub-base juga
dipergunakan untuk mencapai efisiensi dalam penggunaan material karena

10

harga materialnya murah sehingga lapisan-lapisan lain dapat dikurangi


tebalnya (untuk penghematan konstruksi). Sub-base juga sebagai lapis
pertama dalam pembangunan jalan, berfungsi agar pelaksanaan pekerjaan
berikutnya dapat berjalan lancar. Material pembentuk sub-base biasanya
tanah (selected embankment) yang mempunyai CBR 20% dan PI 10%.
Material lain sirtu maupun batu pecah.
3. Base berfungsi sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda
dan sebagai perletakan terhadap lapis permukaan. Material pembentuk
lapisan base adalah dari agregat batu pecah dengan CBR 50% dan PI
4%.
4. Surface berfungsi sebagai bagian perkerasan yang menahan langsung
beban roda, juga berfungsi sebagai lapis kedap air untuk melindungi badan
jalan dari kerusakan akibat cuaca. Fungsi lain adalah menyediakan
permukaan yang halus (riding comfort) dan tahanan terhadap selip (skid
resistance). Bahan pembentuk lapisan surface adalah campuran agregat
aspal (aspal beton) yang mempunyai nilai MS 744 kg. (MS = Marshall
Stability).
Fungsi dari lapisan-lapisan pada perkerasan kaku:
1. Subgrade fungsinya sama seperti lapisan perkerasan lentur.
2. Sub-base fungsinya juga sama seperti pada perkerasan lentur hanya
material pembentuknya biasanya agregat atau sirtu. Karena material
tersebut dapat mengalirkan air.
3. Beton B-0 berfungsi sebagai lapis perata guna perletakan lapis
diatasnya. Saat ini pada pelaksanaan pekerjaan beton B-0 sudah diganti
dengan beton K-125, hanya sebutannya masih menggunakan nama beton
B-0.
4. Concrete slab mempunyai fungsi utama sebagai penahan dan penyebar
beban roda kendaraan. Material utama concrete slab adalah beton dengan
FS minimal 45 kg/cm2 pada umur 28 hari atau diatas K-375. (FS = flexural
strength, tegangan lentur).
5. Bituminous Surfacing dapat berupa aspal beton atau sand sheet,
keberadaannya kadang ada kadang tidak. Bila ada maka kegunaannya

11

sebagai riding comfort yaitu suara ban terdengar dari dalam kendaraan
lebih pelan (terredam) dari pada tanpa lapisan ini.
1.2.2 Latihan
1. Gambarkan struktur perkerasan model Telford?
2. Gambarkan struktur perkerasan model Makadam?
3. Gambarkan dan sebutkan bagian-bagian dari lapisan perkerasan lentur?
4. Gambarkan dan sebutkan bagian-bagian dari lapisan perkerasan kaku?
5. Apa alasan Makadam menggunakan agregat bergradasi dalam
konstruksi perkerasannya?
6. Apa fungsi lapisan subgrade dan sebutkan material pembentuknya?
7. Apa fungsi lapisan sub-base dan sebutkan material pembentuknya?
8. Apa fungsi lapisan base dan sebutkan material pembentuknya?
9. Apa fungsi lapisan surface dan sebutkan material pembentuknya?
1.3 Penutup

1.3.1 Tes Formatif


a. Gambarkan model perkerasan Telford?
b. Gambarkan model perkerasan Makadam?
c. Gambar dan sebutkan bagian-bagian perkerasan lentur?
d. Gambar dan sebutkan bagian-bagian perkerasan kaku?
e. Jelaskan material yang digunakan pada masing-masing lapisan
perkerasan lentur?
f. Jelaskan material yang digunakan pada masing-masing lapisan
perkerasan kaku?
g. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh masing-masing
material untuk lapisan perkerasan lentur?
h. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh masing-masing
material untuk lapisan perkerasan kaku?
1.3.2 Umpan Balik

12

Agar anda dapat menilai sendiri hasil tes formatif diatas, maka setiap
butir pertanyaan anda beri skor 12.5. Sehingga jika jawaban anda betul
semua, skor total yang didapatkan 100. Untuk skor 100 nilai A, bila salah 1
atau 2 mendapat nilai B dan bila salah 3 nilai yang didapat C. Tes formatif
diatas harus dikerjakan dalam waktu 30 menit.
1.3.3 Tindak Lanjut
Apabila hasil tes formatif masih didapatkan kesalahan 4 butir atau
lebih, maka mahasiswa diharuskan membaca ulang Bab I keseluruhan
sekali lagi dan menjawab ulang pertanyaan yang ada pada tes formatif.
1.3.4 Rangkuman
Model konstruksi perkerasan ada 2 yaitu Telford dan Makadam. Jenis
lapis perkerasan ada 2 yaitu lapis perkerasan lentur dan lapis perkerasan
kaku. Lapis perkerasan lentur mempunyai lapisan-lapisan: subgrade,
subbase, base dan surface. Lapis perkerasan kaku mempunyai lapisanlapisan: subgrade, subbase, lapis beton B-0, concrete slab dan bituminous
surfacing (boleh ada,boleh tidak). Masing-masing lapisan mempunyai
fungsi sendiri-sendiri dan jenis material yang berbeda.
1.3.5 Kunci Jawaban Tes Formatif
Untuk pertanyaan:
a. lihat Gambar 1.2 (a).
b. lihat Gambar 1.2 (b).
c. lihat Gambar 1.3 (a).
d. lihat Gambar 1.3 (b).
e. subgrade dari tanah yg dipadatkan, subbase dari tanah/sirtu/agregat,
base dari agregat batu pecah dan surface dari campuran agregat aspal.
f. subgrade dari tanah, subbase dari agregat, lapisan beton B-0, lapisan
concrete slab, bituminous surfacing.
g. subgrade CBR 6% PI 10%, subbase CBR 20% PI 10%, base
CBR 50% PI 4%, surface MS 744 kg.

13

h. concrete slab FS-45.

DAFTAR PUSTAKA
BROWN STEPHEN., (1990), The Shell Bitumen Handbook, Shell
Bitumen Publication, Chertsey, Surrey, UK.
CRONEY, D., AND CRONEY, P., (1992), The Design And Performance
Of Road Pavements, 2nd edition, McGraw-Hill Book Company, London,
UK.
HUNTER, R. N., (1994), Bituminous Mixtures In Road Construction, 1st
edition, Thomas Telford Services Ltd., London, UK.
SUKIRMAN SILVIA., (1992), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit
Nova, Bandung.
YODER, E.J., AND WITCZAK, M.W., (1975), Priciples Of Pavement
Design, 2nd edition, John Wiley & Sons, New York, USA.
SENARAI
Aggregate

Flexural strength

Base

Hotmix

Bituminous surfacing

Interlocking

California bearing ratio

Makadam

Concrete slab

Marshall stability

Crushed aggregate

McAdam, John Loudon

Cutting

Mixed size

Daendels

Plasticity Index

Filling

Riding comfort

Flexible pavement

Rodi

14

Skid resistance
Subbase
Subgrade
Surfacing
Tar
Telford, Thomas

Anda mungkin juga menyukai