Anda di halaman 1dari 45

28

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.

Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Untuk memahami secara baik dan benar mengenai apa
yang dimaksud dengan belajar, di bawah ini dipaparkan
pengertian belajar menurut para ahli pendidikan:
a. Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa belajar adalah
suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat.1
b. Slameto menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha
yang

dilakukan

seseorang

untuk

memperoleh

suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,


berupa hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.2
c. Menurut Suryasubrata, seseorang disebut belajar bila:
belajar itu membawa perubahan (dalam diri behavior
changes, aktual maupun potensial), perubahan itu pada

1Syaful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2008),


hlm. 12.
2Slameto, Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta:
Rineka Cipta, 1991), hlm. 2.

29

pokoknya

adalah

didapatkan

kecakapan

baru

dan

perubahan itu terjadi karena usaha sengaja.3


d. Sardiman menerangkan belajar adalah suatu perubahan,
yang dimaksud dengan perubahan adalah tingkah laku,
setelah belajar, individu akan mengalami perubahan yang
dapat dilihat dari bentuk
(perubahan

kecakapan,

perbuatan maupun psikis


keterampilan,

dan

juga

pengetahuan).4
e. Oemar Hamalik mengatakan belajar adalah suatu bentuk
pertumbuhan dan perkembangan
ataupun perubahan
28
dalam diri seseorang yang menyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan. Tingkah laku yang baru itu adalah pengetahuan,
pengertian, sikap, kebiasaan, sifat sosial, emosional dan
pertumbuhan fisik.5
f. Winkel juga menjelaskan bahwa belajar adalah Suatu
aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam

3Suryasubrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta:Rajawali Press, 1993),


hlm. 246.
4Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali,
1992), hlm. 21.
5 Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar
(Bandung: Tarsito, 1975), hlm. 28.

30

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.


Perubahan itu bersifat relatif, konstan, dan berbekas.6
g. Menurut Tabarani Rusyandalam bukunya pendekatan
dalam proses belajar mengajar mengemukakan pendapat
Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman. pengertian ini berbeda dengan
pengertian lama tentang belajar yang menyatakan bahwa
belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar
adalah

latihan-latihan

pembentuk

kebiasaan

secara

otomatis, dan seterusnya.7


Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada setiap diri seorang sepanjang hidupnya. Proses
belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan

lingkungannya.

Salah

satu

pertanda

bahwa

seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan pada


tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikapnnya.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian
belajar

disimpulkan

bahwa

belajar

adalah

serangkaian

kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan


tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
6Winkel, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Gramedia, 2003), hlm. 36.
7Tabrani Rusyan,Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: Remaja Rosdakarya , 1989), hlm. 7.

31

Selain mengetahui definisi belajar, perlu juga diketahui


apa yang menjadi ciri-ciri belajar, di bawah ini dipaparkan ciriciri tersebut secara singkat.
a. Belajar memungkinkan terjadinya perubahan perilaku
pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada
aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi
aspek

sikap

dan

nilai

(afektif)

serta

keterampilan

(psikomotor)
b. Mengarahkan individu yang belajar melakukan perubahan
interaksi antara dirinya dengan lingkungan, interaksi ini
dapat berupa interaksi fisik dan psikis
c. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup
permanen.
Definisi belajar di atas sejalan dengan kesimpulan
belajar di bawah ini:
a. Belajar adalah suatu usaha, yang berarti perbuatan yang
dilakukan secara sungguh-sungguh, sistematis, dengan
mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik
maupun mental
b. Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam
diri antara lain perubahan tingkah laku diharapkan ke arah
positif dan ke depan

32

c. Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan


sikap, dari sikap negatif menjadi positif, dari sikap tidak
hormat menjadi hormat, dan sebagainya
d. Belajar bertujuan mengadakan perubahan kebiasaan dari
kebiasaan buruk, menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan
buruk yang harus dirubah tersebut untuk menjadi bekal
hidup seseorang agar dia dapat membedakan mana yang
dianggap

baik

di

tengah-tengah

masyarakat

untuk

dihindari dan mana pula yang harus dipelihara


e. Belajar bertujuan mengadakan perubahan pengetahuan
berbagai bidang ilmu, misalnya tidak tahu membaca
menjadi tahu membaca, tidak dapat menulis jadi dapat
menulis, dari tidak tahu berhitung menjadi tahu berhitung,
dari tidak tahu berbahasa Arab menjadi bisa berbahasa
Arab.
f. Belajar

dapat

mengadakan

perubahan

dalam

hal

keterampilan, misalnya: keterampilan bidang olag raga,


bidang kesenian, bidang teknik dan sebagainya.8
Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan
para ahli di atas, penulis mendefinisikan belajar sebagai
suatu

usaha

sadar

yang

dilakukan untuk

mengadakan

perubahan dalam diri seseorang yang mencakup perubahan

8Mardianto, Psikologi Pendidikan Landasan Bagi Pengembangan


Strategi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009),
hlm. 35-36.

33

tingkah

laku,

sikap,

kebiasaan,

ilmu

pengetahuan

dan

keterampilan.
2. Prestasi Belajar Siswa
Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan
yang bersifat transaksional, artinya diketahui secara jelas dan
operasional oleh guru dan siswa. Tujuan akan tercapai jika
siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan di
dalam proses belajar mengajar tersebut. Oleh sebab itu hasil
belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi
pada akhir pembelajaran.
Hasil belajar yang mendasari suksesnya pelaksanaan
pendidikan adalah merubah pandangan atau persepsi setiap
individu yang terlibat langsung dalam pendidikan. Dari
berbagai definisi belajar maka perubahan tingkah laku itu
bisa saja dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian
baru, perubahan dalam sikap dan kebiasaan, perubahan
pandangan, kegemaran dan lain-lain. Kegiatan dan usaha
untuk mencapai tingkah laku merupakan proses belajar
sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan
hasil belajar.
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu Hasil dan
Belajar. Hasil merupakan akibat dari yang ditimbulkan
karena berlangsungnya suatu proses kegiatan. Sedangkan

34

belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh


perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya. Hamalik mengatakan
bahwa : Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa, yang dapa diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan.
Perubahan tersebut diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan

yang

lebih

baik

dibandingkan

dengan

sebelumnya, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu,


sikap kurang sopan menjadi sopan.9
Selanjutnya Nana Sudjana
hasil

proses

belajar

mengajar

dalam bukunya penilaian


hasil

belajar

kemampuankemampuan yang dimiliki siswa


menerima

pengalaman

belajarnya.10

Horward

adalah:

setelah ia
Kingsley

membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan


dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap
dan cita-cita.
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar,
yakni

(a) informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c)

strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.


9Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Bandung: Bumi
Aksara, 2007), hlm. 30.
10Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 22.

35

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara


garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah
kognitif, ranah afektif, ranah psikomotoris.
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari tujuh

aspek, yakni pengetahuan,

ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis ,dan


evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat
tinggi.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan

hasil

belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek


ranah

psikomotoris,

yakni

(a)

gerakan

reflex,

(b)

keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual,


(d)

keharmonisan

dan

ketetapan,

(e)

gerakan

keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan


interpretatife.

Ketiga

ranah

tersebut

menjadi

objek

penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah


kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf
keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajarmengajar. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai

36

sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara


bekerja, pemecahan, metode, materil, dan lain-lainl. 11Untuk
melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan
belajar peserta didik secara tepat(valid) dan dapat dipercaya
(reliable), kita memerlukan informasi yang didukung oleh
data yang objektif dan memadai tentang indikator-indikator
perubahan prilaku dan pribadi peserta didik.
Dengan demikian teranglah sejauh mana kecermatan
evaluasi atas taraf keberhasilan proses belajar mengajar itu
akan

banyak

bergantung

kepercayaan, keobjektifan, dan

pada

tingkat

ketepatan,

keresponaktifan

informasi

yang didukung oleh data yang diperoleh.


Siswa yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil
mencapai

tujuan

pembelajaran.

Dalam

hal

ini

tujuan

pengajaran tidak hanya sekedar pada dimensi kognitif saja,


tetapi juga pada aspek afektif, dan psikomotorik. Selanjutnya,
adapun

karakteristik

perubahan

hasil

belajar

menurut

Muhibbinsyah ada tiga perubahan,yaitu: (1) perubahan itu


intensional, (2) perubahan itu positif dan aktif, (3) perubahan
itu efektif dan fungsional .12
3. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
11 Sudjana, Penilaian Hasil Proses hlm. 28.
12Muhibbinsyah. Psikologi Belajar,(Jakarta :PT Raja Grafindo Persada,
2003), hlm. 144.

37

Menurut
menerangkan

Abu
bahwa

Ahmadi

Dan

faktor-faktor

Widodo
yang

prestasi belajar siswa ada dua hal yaitu:


a.

Supriyono

memepengaruhi

Faktor

internal,

yaitu faktor jasmaniah, psikologi yang terdiri atas faktor


intelektif yang meliputi faktor kecerdasan dan bakat serta
faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki,
faktor

non

intelektif

yaitu

unsur-unsur

kepribadian

tertentu, kemudian faktor internal yang terakhir faktor


kematangan fisik maupun psikis.
b.

Faktor

eksternal

yaitu faktor sosial terdiri atas lingkungan keluarga,


sekolah, masyarakat dan lingkungan kelompok. Faktor
budaya, faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungan
spiritual atau keamanan.13
Sejalan dengan hal di atas Dimyati dan Mujiono
merincikan lagi faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar adalah sebagai berikut, yaitu:

3.a Faktor Internal

13Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta:


Rineka Cipta, 1991), hlm. 130-131.

38

1) Sikap terhadap belajar. Sikap terhadap belajar dapat


menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan
belajar. Sikap tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil
belajar.
2) Motivasi belajar. Motivasi belajar pada siswa dapat
lemah, lemahnya motivasi dapat melemahkan kegiatan
belajar yang selanjutnya akan menurunkan hasil belajar.
3) Konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar merupakan
kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.
Untuk meningkatkan konsentrasi diperlukan strategi
belajar mengajar yang tepat dan mempertimbangkan
waktu belajar serta selingan istirahat.
4) Mengolah bahan belajar. Merupakan kemampuan
siswa untuk menerima isi dan cara memahami materi
pelajaran yang telah dan akan diberikan, sehingga
menjadi bermakna bagi siswa.
5) Menyimpan perolehan hasil belajar. Kemampuan
siswa

menyimpan

perolehan

hasil

belajar

dapat

berlangsung dalam waktu lama dan pendek. Bagi siswa


yangberkemampuan tinggi hasil belajar dapat melekat
lama, sedangkan siswa yang berkemampuan sedang
hasil belajar lebih mudah lupa.
6) Rasa percaya diri. Timbul dari keinginan mewujudkan
diri bertindak dan berhasil.
7) Intelegensi dan keberhasilan belajar. Intelegensi
merupakan

suatu

kecakapan

global

untuk

dapat

39

bertindak

secara

terarah.

bertindak

dan

berpikir

Kecakapan

siswa

mempengaruhi

dalam
tingkat

keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi belajar.


Perolehan

hasil

belajar

yang

rendah

disebabkan

intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan


belajar.
8) Kebiasaan

belajar.

Kebiasaan

belajar

sangat

mempengaruhi kesuksesan dalam mencapai tujuan.14


3.b Faktor Eksternal
1) Guru sebagai pembina siswa belajar. Guru adalah
pengajar yang mendidik, bukan sekedar mentransfer
pengetahuan tetapi juga membentuk sikap dan tingkah
laku dari peserta didik. Oleh karena itu, guru harus
menggunakan metode-metode yang bervariasi dalam
menyampaikan pembelajaran agar peserta didik tidak
bosan atau jenuh dalam proses pembelajaran.
2) Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang
memadai dapat membatu meningkatkan hasil belajar.
Karena sarana dan prasarana ini dapat memudahkan
siswa

dalam

memahami

materi

pelajaran

yang

disampaikan oleh seorang guru.


3) Kebijaksanaan Penilaian. Keputusan tentang hasil
belajar merupakan puncak harapan siswa. Siswa secara
14 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:.Rineka Cipta,
1999), hlm. 228.

40

kejiwaan terpengaruh oleh hasil belajar, oleh karena itu


guru harus aktif dan bijaksana dalam penilaian.
4) Lingkungan sosial siswa di sekolah. Lingkungan
sosial belajar yang kondusif sangat berpengaruh pada
hasil belajar dan menumbuhkan perilaku yang positif.15
Prestasi yang dicapai siswa sudah pasti berbeda-beda,
hal ini disebabkan siswa memkiliki bakat, kemampuan, ciri
dan keunikan yang membedakan antara satu siswa dengan
siswa yang lainnya. Prestasi belajar yang dicapai oleh
seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai
faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor
internal) maupun faktor dari luar diri (faktor eksternal)
individu.
Perbedaan prestasi belajar yang terjadi pada setiap
peserta didik adalah sesuatu hal yang wajar, mengingat
setiap peserta didik itu memiliki tarap kecerdasan yang pada
dasarnya memang, oleh karenanya dengan memahami hal ini
seorang guru dituntut untuk menjiwai segala faktor yang
kemungkinan dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi
belajar

peserta

didik,

secara

sederhana

faktor

yang

mempengaruhi prestasi siswa dapat dilihat dalam bentuk


Guru, Metode, Kurikulum
gambar di bawah ini:
Siswa Yang
Belajar

Proses
Pembelajaran

Siswa Setelah
Belajar

15Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 228.

Lingkungan, Sarana Dan Prasarana

41

Gambar 2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi


Siswa
Skema di atas menggambarkan bahwa dalam proses
pembelajaran yang dijalani oleh siswa faktor-faktor tersebut
berinteraksi satu sama lain, mulai dari peserta didik itu
memasuki suatu lembaga pendidikan hingga akhirnya selesai
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
4. Cara Mendapatkan Prestasi Belajar Yang Baik
Dalam mendapatkan hasil belajar yang baik tidak lepas
dari peran guru dalam mengajarkan materi pelajaran, cara
pembelajaran IPA yang efektif dan insfitatif harus diberikan
secara cermat dan tepat namun tetap memiliki kegiatan
bermain yang menyenangkan dan didukung oleh lingkungan
yang penuh ketenangan, kasih sayang serta memberikan
keleluasan

kepada

anak

untuk

sepenuhnya

keberhasilan

setiap

guru

untuk

bereksplorasi.
Tingkat

berbeda-beda

tergantung persepsi guru tersebut. Akan tetapi ada satu

42

acuan keberhasilan, suatu proses belajar mengajar tentang


suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan
instruksional khusus atau yang sekarang disebut sebagai
indikator dapat tercapai.16
Sehubungan

dengan

hal

ini

keberhasilan

proses

mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf.


Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pengajaran
yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
b. Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar 76% s.d. 99%
bahan pengajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh
siswa
c. Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan
hanya 61% - 75% saja dikuasai oleh siswa
d. Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang
dari 60% dikuasai oleh siswa.
Beberapa
dengan

alternatif

difasilitasi

oleh

yang

dapat

guru

membantu

untuk

siswa

mendapatkan

pengetahuan dan keterampilan, antara lain: a). Proses belajar


mengajar satu kelas penuh: pengajaran yang dipimpin oleh
guru yang mensimulasi seluruh siswa, b). Diskusi kelas: dialog

16Djamarah dan Aswan, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka


Cipta, 1996), hlm. 107.

43

dan debat tentang persoalan-persoalan utama, c). Pengajuan


pertanyaan: siswa meminta penjelasan, d). Kegiatan belajar
kalaboratif: tugas dikerjakan secara bersama dalam kelompok
kecil, e) Pengajaran oleh teman sekelas: pengajaran oleh
teman sendiri, f). Kegiatan belajar mandiri: aktifitas kegiatan
yang dilakukan perseorangan, g). Kegiatan belajar aktif:
kegiatan yang membantu siswa memahami perasaan, nilainilai dan sikap mereka.17
B. Strategi Learning Cycle
Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu
menjadi fasilitator agar siswa belajar aktif sehingga potensi
dirinya dapat berkembang dengan maksimal. Agar hal ini
dapat terwujud, guru harus memahami cara siswa belajar dan
menguasai strategi pembelajaran yang baik. Alasan mengapa
guru harus memahami strategi pembelajaran adalah bahwa
strategi pembelajaran akan membahas tentang bagaimana
cara

membelajarkan

siswa

dengan

berbagai

variasinya

sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana


belajar yang nyaman dan menyenangkan.18

17 Silberman, Active Learning, (Bandung: Nusa Media, 2009), hlm. 13.


18Haryanto, Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Card Sort Dan Index Card
Match Terhadap Prestasi Belajar Getaran Dan Gelombang Jurnal Volume 2,
(Semarang: Program Studi Pendidikan Fisika IKIP PGRI, 2011), hlm. 167.

44

Ketika seorang guru merancang pembelajaran, guru


tersebut harus memahami bahwa seluruh komponen yang
berkaitan

dengan

proses

belajar mengajar

tidak

boleh

dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Begitu juga


dengan

belajar

pembelajaran

IPA,

seorang
IPA

pendekatan/strategi/model

guru

dalam

harus
pembelajaran

merancang
menguasai

IPA,

memahami

kompetensi pembelajaran IPA, dll. Untuk lebih memperjelas


bahwa semua komponen pembelajaran memang memiliki
Kompetensi
kaitan dan hubungan, pada gambar dibawah ini dicantumkan
Pembelajaran
alur hubungan dari komponen IPA
pembelajaran itu sendiri.19
Pendekatan,
Metode, Media Pembelajaran IPA

Materi
Pembelajaran
IPA

Penilaian
Hasil Belajar
IPA

Gambar 2.2 Hubungan Antar Komponen Kompetensi,


Materi, Pendekatan-Metode-Media Dalam Pembelajaran

19Asih Widi Wisudawati Dan Eka Sulistyowati, Metodologi


Pembelajaran.. hlm. 28.

45

Gambar di atas menunjukkan bahwa satu komponen


pembelajaran tidak bisa pisahkan dari yang lainnya walaupun
waktu pelaksanaan dari setiap komponen tersebut berbedabeda. Misalnya antara penggunaan media atau strategi
pembelajaran

bisa

sekaligus

dilaksanakan

dan

dinilai

kefektifannya pada ranah apektif saat belajar, tapi penilaian


kognitif dalam bentuk lainnya kemungkinan bisa dilakukan
setelah selesai melaksanakan pembelajaran dan peserta didik
diberi tugas dalam bentuk instrumen tes.
Salah satu teori pembelajaran yang dapat digunakan
dalam

melaksanakan

pembelajaran

adalah

teori

konstrutivisme, konstruktivisme memandang bahwa belajar


merupakan suatu proses membangun pengetahuan sedikit
demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau
diingat. Manusia harus mengonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.20
Model pembelajaran pada teori konstruktivisme salah
satunya adalah model pembelajaran Learning Cycle (siklus
belajar). Model Learning Cycle pertama kali diperkenalkan

20Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,


(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm 115.

46

oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement


Study

(SCIS).

pengorganisasian

Siklus
yang

belajar

merupakan

memberikan

suatu

kemudahan

untuk

penguasaan konsep-konsep baru dan untuk menata ulang


pengetahuan peserta didik.21 Pada awalnya model learning
cycle

terdiri

atas

tiga

tahap:

eksplorasi

(exproration),

pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan


konsep (concept aplication). Pada proses selanjutnya tiga
tahap tersebut mengalami pengembangan. Tiga tahap siklus
dikembangkan menjadi lima tahap: (1) pembangkitan minat
(engagement), (2) eksplorasi (exploration), (3) penjelasan
(explanation), (4) elaborasi (elaboration/extention), dan (5)
evaluasi (evaluation).22 Strategi learning cycle inilah yang
digunakan peneliti untuk melakukan penelitian nantinya.
Beberapa

keuntungan

diterapkannya

model

pembelajaran learning cycle adalah (1) Pembelajaran bersifat


student centered; (2) Informasi baru dikaitkan dengan
pengetahuan

yang

telah

pembelajaran

adalah

dimiliki

investigasi

siswa;
dan

(3)

Orientasi

penemuan

yang

merupakan pemecahan masalah; (4) Proses pembelajaran


21Slamet Santoso, Dinamika Kelompok, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 34.
22Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu
Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.
171

47

menjadi lebih bermakna karena mengutamakan pengalaman


nyata; (5) Menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional
yang cenderung menghafal; dan (6) Membentuk siswa yang
aktif, kritis, dan kreatif.
Fase penerapan strategi learning cycle dalam penelitian
ini dijelaskan sebagai berikut.
1) Fase identifikasi, merupakan fase awal dimana guru
melakukan identifikasi terhadap kurikulum pembelajaran
yang digunakan.
2) Fase engage (menarik perhatian), pada fase ini guru
mengidentifikasi dan menggali sejauh mana pemahaman
perta didik terhadap materi yang akan atau sedang
dipelajari, jawaban siswa digunakan untuk mengetahui
hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh peserta didik.
3) Fase explore (eksplorasi), dalam fase ini peserta didik
diberi kesempatan untuk bekerja sama mengidentifikasi
materi tanpa arahan langsung yang terlalu banyak dari
guru. Fase ini merupakan kesempatan bagi guru untuk
menguji hipotesis atau prediksi mereka itu sudah betul
setengah betul atau bahkan salah.
4) Fase explain (menjelaskan), pada fase ini perta didik di
motivasi

untuk

menjelaskan

konsep

dengan kalimat

mereka sendiri. Guru memberikan kesempatan kepada


siswa secara individu untuk mengungkapkan pemahaman

48

baru dengan pengetahuan yang sudah lama berupa


penjelasan terhadap suatu konsep yang mereka pahami.
5) Fase extend (perluasan), pada fase ini siswa harus
mengaplikasikan materi yang telah mereka pahami. Guru
mendesain

kegiatan

yang

bebentuk

permainan

ketangkasan menyusun dan mengelompokkan materi,


kemudian ditempel pada gabus yang telah disediakan
guru.
6) Fase evaluate, mengevaluasi pemahaman siswa dalam
konteks

baru,

dilangsungkan

dilaksanakan
(evaluasi

selama

apektif),

saat

pembelajaran
peserta

didik

menyusun gambar pada gabus kemudian ditempelkan di


papan tulis (evaluasi psikomotorik), pemberian tes tertulis
dan tes lisan.23
Berdasarkan fase pelaksanaan yang telah dipaparkan di
atas, model pembelajaran Learning Cycle yang dipakai dalam
penelitian ini adalah Learning Cycle model Johnston yang
dipopulerkan

pada

tahun

2001.24

Bentuk

bagan

fase

pelaksanaannya dapat diperhatikan pada gambar di bawah.


23Muhammad Taufiq, Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru
Fisika Pada Konsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar
(Learning Cycle) 5E, (Semarang: Jurnal Prodi Pendidikan IPA FMIPA
UNNES Semarang, 2012), hlm. 200.
24Muhadi Dan Aman Santoso, Penerapan Pembelajaran Daur Belajar
Pada materi Hidrolisis, Larutan Penyangga Dan Ksp Bagi Siswa SMA
Kelas 3 Semester I Tahun Ajaran 2004/2005 Di Malang, (Malang:
Prosiding Seminar Nasional FMIPA Universitas Negeri Malang, 2005),
hlm. Kim-17-3.

49

IDENTIFIKASI
Gambar 2.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Learning
Cycle
Gambar di atas merupakan langkah
penerapan learning
ENGAGE
cycle, pada saat pelaksanaan penelitian, akan digunakan
EVALUATE

media card sort sebagai alat bantu penerapan strategi


EXPLORE
learning cycle untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang
telah disusun sebelumnya.
C. Media Pembelajaran Perspektif Al-Quran Dan Hadits
EXPLAIN
EXTEND
Dalam proses pembelajaran banyak sekali istilah yang

digunakan
terkait

untuk

dengan

penyebutan
pembelajaran,

perangkat/komponen yang
tujuan

utamanya

adalah

sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah


dirumuskan dalam bentuk kurikulum baku. Penyebutan dan
pemaknaan strategi, model, media, metode dan istilah
lainnya

yang

berkaitan

dengan

perangkat

pembeljaran

hakikatnya untuk mempermudah menjalankan pembelajaran


itu sendiri. Beberapa ilmuan Islam memberikan pandangan

50

atau definisi mengenai media atau metode pembelajaran


yang dapat diperhatikan pada penjelasan di bawah ini.
Secara bahasa atau etimologi, media ( )persamaan
katanya adalah alat,25 sedangkan metode berasal dari dua
perkataan yaitu meta dan hodos, meta berarti melalui dan
hodos berarti jalan atau cara26 Dari pengertian tersebut
disusun definisi media atau metode secara harfiah yang
berarti cara, yang secara terminologis diartikan sebagai suatu
cara atau prosedur yang dipakai untuk tujuan tertentu. 27
Seorang ilmuan Islam memberikan pengertian metode seperti
di bawah ini.





Artinya: Metode belajar merupakan cara-cara yang dilakukan
seseorang untuk sampai pada kesempurnaan yang
25Nur Mufid, Kamus Modern Indonesia-Arab Al-Mufied, (Surabaya:
Pustaka Progresif, 2010), hlm. 445.
26Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan TeoritisDan
PraktisBerdasarkan Pendekatan Interdisipliner Cet. 1, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), hlm. 61.
27Hamruni, Strategi Dan Model- Model Pembelajaran Aktif
Menyenangkan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga,
2009), hlm. 6.

51

menganjurkan

pada

ajaran

Islam.

Cara

ini

disesuaikan kondisi seseorang.28


Berarti,

jika

dikaitkan

dengan

pembelajaran

yang

diterapkan pada sekolah (lembaga pendidikan) media atau


metode itu merupakan suatu alat dan cara yang digunakan
untuk membantu mencapai tujuan pendidikan atau mencapai
tujuan semua materi pelajaran khususnya tingkat sekolah
dasar,

seperti

Materi

Pendidikan

Islam

(PAI),

Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),


Matematika, Bahasa Indonesia, dll.
Berkenaan dengan pandangan Islam secara umum
mengenai prosedural penyampaian pendidikan atau prosedur
penyampaian materi pembelajaran dengan tujun mengajak
manusia ke jalan Allah, sejak 14 abad yang lalu Allah telah
memerintahkan kepada manusia melalui perantaraan Nabi
Muhammad SAW. untuk menyampaikan ilmu pengetahuan
dengan cara yang lemah lembut, hal tersebut ada dalam AlQuran Surat An-Nahl ayat 125:29

28Ali Sayyid Akhmad Az-Jarnuji, At-Talim Wal Muallimun, (Libanon:


Darushabuny, 1997), hlm. 26.

29Penerbit Al-Quran, Mushaf Al-Azhar, (Bandung: Hilal, 2010), hlm.


281.

52


Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Allah dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka

dengan

cara

yang

baik

sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa


yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Q.S Al-Nahl 125).
Pada

ayat

di

atas

dapat

dipahami

bahwa

Allah

memerintahkan dan memberi tahu manusia bagaimana cara


mengarahkan

dan

mengajari

orang

lain

hendaknya

disampaikan dengan cara yang lemah lembut, bahkan ketika


ada sesuatu yang kurang baik dari dalam diri mereka (ada
perselisihan dengan mereka) hendaknya berbantah-bantah
dengan cara yang baik, yaitu tetap menghormati pendapat
mereka, tidak mencela atau mengeluarkan kalimat makian.

53

Berkaitan dengan menuntut ilmu, Rasululllah SAW.


menjelaskan

tentang

kewajiban

setiap

muslim

untuk

menuntut ilmu pengetahuan serta mempermudah orang yang


menuntut ilmu untuk mendapatkan ilmu, seperti diriwayatkan
oleh Bukhori dan Muslim dalam hadits di bawah ini.

:

.( )
Artinya: Dari Abu Hurairah R.A., ia berkata: Bahwasannya
Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa menempuh
jalan

untuk

menuntut

ilmu,

maka

Allah

akan

memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut jalan


menuju ke surga. (H.R. Muslim).30

:



.( )
Artinya: Dari Anas bin Malik ra. dari Nabi Muhammad SAW.
bersabda: Mudahkanlah kepada mereka dan janganlah
disukarkan, gembirakanlah hati mereka dan janganlah
dijauhkan dari Islam. (HR. Bukhari).31
30Muhammad Faiz Al-Math, 1100 Hadist Terpilih (Jakarta: Gema Insan
Pers, 1995), hlm. 206.
31Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shakhih al-Bukhari bab Ilmu, (Bandung: Mizam,
1997), hlm. 33.

54

Melalui ayat Al-Quran dan Hadits di atas, tergambar


satu perintah kepada ummat Islam untuk menuntut ilmu,
mengajarkannya pada orang lain dengan cara santun dengan
penyampaian yang lemah lembut dan bijak, menggunakan
metode yang mempermudah siswa dalam pembelajaran
sehingga siswa yang sedang belajar lebih mudah menuntut
ilmu, dengan pemahaman tersebut pula, penulis termotivasi
untuk

melaksanakan

pembelajaran

IPA

dalam

bentuk

penelitian, dengan tujuan meningkatkan prsestasi belajar


peserta didik.
D. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Pengertian Dan Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ilmu pengetahuan yang
muncul

melalui

kegiatan/aktivitas

progresif

manusia

(eksperimen dan observasi) yang menghasilkan konsepkonsep baru, dimana konsep baru tersebut akan mendorong
kepada dilakukannya eksperimen-eksperimen dan observasiobservasi lebih lanjut yang menghasilkan suatu bukti bahwa
ilmu pengetahuan alam semakin lama akan berkembang
semakin cepat.32

32Subiyanto, Strategi Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam


Cetakan II, (Malang: IKIP Malang, 1990), hlm. 14.

55

IPA merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau


Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris Science. Kata
Science sendiri berasal kata dalam bahasa latin Scientia
yang berarti saya tahu. Science terdiri dari Social Sciences
(Ilmu

Pengetahuan

Pengetahuan

Sosial)

Alam).

dan

Namun

Natural

dalam

Science

(Ilmu

perkembangannya

science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti ilmu


pengetahuan alam saja. IPA berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan.33
Carin

dan

Sund

mendefinisikan

IPA

sebagai

pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur,


berlaku umum (universal) dan merupakan kumpulan data dari
hasil observasi dan eksperimen.

Merujuk

pada

definisi

tersebut, maka hakikat IPA memiliki empat unsur utama.


a. Sikap, IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda,
fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab
akibat
33Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi Dan
Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 136.; Idem, Model Pembelajaran
Terpadu Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007),
hlm. 100.

56

b. Proses,

proses

memungkinkan
sistematis

pemecahan
adanya

melalui

prosedur

metode

penyusunan

masalah
yang

ilmiah

IPA

runtut

dan

yang

hipotesis,

eksperimen/percobaan,

pada

meliputi

perancangan

evaluasi,

pengukuran

dan

penarikan kesimpulan
c. Produk, sebagai produk IPA menghasilkan produk berupa
fakta, prinsip, teori dan hukum
d. Aplikasi, berkaitan dengan penerapan metode ilmiah dan
konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.34
Dari definisi di atas, penulis memahami bahwa IPA
merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan
observasi

dan

eksperimentasi.

Ekperimentasi

yang

dimaksudkan dalam pengertian ini adalah eksperimen yang


dilakukan langsung dengan turun ke alam atau eksperimen
yang dilakukan dalam laboratorium.
Misalnya seorang guru yang akan mengajarkan tentang
materi

tumbuhan

hijau,

maka

guru

tersebut

dapat

menunjukkan langsung jenis tumbuhan yang berwarna hijau


kepada murid saat pembelajaran berlangsung atau membawa

34Asih Widi Wisudawati Dan Eka Sulistyowati, Metodologi


Pembelajaran IPA Cetakan I, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 24.

57

muridnya keliling ke lingkungan sekitar (daerah lingkungan


sekolah, lingkungan rumah, ladang atau persawahan) untuk
melihat langsung berbagai jenis tumbuhan hijau yang ada di
alam. Sedangkan untuk melakukan pembuktian secara ilmiah
apakah tumbuhan hijau memang memiliki zat hijau pada
daun atau tidak guru membawa murid melakukan percobaan
di laboratorium.
2. Nilai-Nilai Ilmu Pengetahuan Alam
Sebagian besar ilmuan mengatakan bahwa IPA tidak
menjangkau nilai-nilai moral atau etika, juga tidak membahas
nilai-nilai keindahan atau estetika, tetapi IPA mengandung
nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Yang
dimaksud nilai di sini adalah sesuatu yang dianggap berharga
yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan
dicapai. Nilai-nilai tersebut bukanlah nilai-nilai kebendaan,
akan tetapi adalah nilai-nilai kenonbendaan.
a. Nilai Praktis, penerapan dari penemuan-penemuan IPA
telah

melahirkan

teknologi

yang

secara

langsung

dimanfaatkan masyarakat. Kemudian dengan teknologi


tersebut membantu pula mengembangkan penemuanpenemuan

baru

yang

secara

tidak

langsung

juga

bermanfaat bagi kehidupan. Dengan demikian, sains

58

mempunyai nilai praktis, yaitu sesuatu yang bermanfaat


dan berharga dalam kehidupan sehari-hari.
b. Nilai Inteklektual, metode ilmiah yang digunakan dalam
IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk memecahkan
masalah. Tidak saja masalah-masalah alamiah, tetapi juga
masalah-masalah sosial, ekonomi dan sebagainya.
c. Nilai Sosial-Budaya-Ekonomi-Politik, IPA mempunyai nilainilai sosial-budaya-ekonomi-politik berarti kemajuan IPA
dan

teknologi

tersebut

suatu

memperoleh

bangsa,

menyebabkan

kedudukan

yang

kuat

bangsa
dalam

percaturan sosial-budaya-ekonomi-politik international.


d. Nilai Kependidikan, dengan makin berkembangnya IPA
dan teknologi serta diterapkannya psikologi belajar pada
pelajaran IPA, maka IPA diakui bukan hanya sebagai suatu
pelajaran melainkan juga sebagai alat pendidikan. Artinya,
pelajaran IPA dan yang lainnya merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai tersebut antara
lain:
1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan
sistematis menurut metode ilmiah
2) Keterampilan
pengamatan,

dan

kecakapan

mempergunakan

memecahkan masalah

dalam

mengadakan

peralatan

untuk

59

3) Memiliki

sikap

ilmiah

yang

diperlukan

dalam

memecahkan masalah.
e. Nilai Keagamaan, suatu pandangan yang naif apabila
dengan mempelajari IPA akan mengurangi kepercayaan
kepada

Tuhan.

Karena

secara

empiris

orang

yang

mendalami mempelajari IPA, makin sadrlah dirinya akan


adanya

kebenaran

hukum-hukum

alam,

sadar

akan

adanya keterkaitan di dalam alam raya ini dengan Maha


Pengaturnya. Walau bagaimanapun manusia membaca,
mempelajari dan menerjemahkan alam manusia akan
sadar akan keterbatasan dengan ilmunya.35
Dari

penjelasan

kenonbendaan

yang

singkat
terkandung

mengenai
dalam

IPA

nilai-nilai
di

atas,

memberikan penjelasan dan penegasan secara tegas bahwa


tidak ada ilmu yang sia-sia untuk kehidupan manusia, oleh
karenanya menuntut ilmu merupakan suatu keharusan bagi
siapapun atau bagi setiap individu.
3. Keterampilan Dan Proses Pembelajaran IPA Di SD/MI
Sebelum masuk SD/MI dan diajarkan sains secara
formal, anak-anak biasanya sudah membawa ide sains
berdasarkan lingkungan dan fenomena alam yang mereka

35Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi hlm. 138140.

60

lihat dalam kehidupan sehari-hari, berdasarkan hal tersebut


para ahli menyimpulkan bahwa anak-anak belajar sains
melalui

konsep

yang

mereka

ciptakan/konstruk

sendiri,

paham inilah yang sering sekali disebut sebagai paham


konstruktivisme. Setelah masuk dalam lingkungan sekolah
maka konsep-konsep yang mereka ketahui tersebut kemudian
bersinggungan

dengan

status

sains

sebagai

Public

Knowledge dan pada perkembangan selanjutnya dipengaruhi


oleh proses interaksi dengan teman, guru dan sistem
pendidikan yang sudah terkonsepsi secara baik.36
Dalam pembelajaran di sekolah, IPA sudah dikonstruksi
dengan baik secara sosial maupun secara personal. Sehingga
secara otomatis anak-anak sudah memasuki dunia IPA yang
berisikan teori dan konsep yang sudah divalidasi oleh
masyarakat sains yaitu para ahli pendidikan IPA. Misalnya,
peserta didik tidak lagi memandang bahwa es yang mencair
itu bukan hanya sekedar adanya persentuhan antara es dan
sinar matahari sehingga es menjadi cair, tetapi peserta didik
sudah dikenalkan dan diajarkan pada istilah sains seperti
atom, ion, tenaga, energi, gerak, perubahan wujud benda,
dan lain sebagainya. Konsep tersebut tidak bisa dipahami

36Asih Widi Wisudawati Dan Eka Sulistyowati, Metodologi


Pembelajaran.. hlm. 7.

61

peserta didik pada tingkat SD/MI secara individual, melainkan


dipelajari dalam bentuk pembelajaran yang kompleks, maka
pada kekomplekan inilah muncul sifat IPA (sains) sebagai ilmu
yang terkonstruksi secara sosial.
Salah satu tantangan guru dalam pembelajaran IPA di
sekoah adalah memberikan akses kepada peserta didik
terhadap

pengalaman-pengalaman

fisik

dan

membantu

peserta didik untuk mengkonstruksi konsep-konsep sains


mereka sendiri, serta mengenalkan konsep-konsep yang
sudah disepakati bersama oleh masyarakat sains. Tantangan
tersebut juga yang menjadi salah satu ide dasar pemerintah
untuk menggalakkan dan tetap konsisten mengembangkan
paradigma pembelajaran di tanah air, dimana pembelajaran
konvensional yang selama ini dilaksanakan di sekolah-sekolah
secara

perlahan

diubah

menjadi

paradigma

belajar

konstruktivisme yang lebih bermakna bagi peserta didik serta


memberikan kebebasan kepada peserta didik membangun
pengetahuannya

sendiri,

sehingga

dalam

penyampaian

materi pembelajaran dan prkatek intervensi guru yang terlalu


banyak mengandung perintah porsinya dikurangi menjadi
pengarahan kepada peserta didik untuk menjadikan peserta
didik sebagai pusat pembelajaran dan guru sebagai fasilitator
pembelajaran.

62

Berkaitan dengan keterampilan proses, selain fasilitator


peran seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA
adalah pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator,
evaluator

dan

katalisator

dalam

pembelajaran,

serta

mengontrol konsep IPA yang dipahami peserta didik. Jika


peran guru tersebut dapat dilaksanakan guru dengan baik
dengan

penguasaan

model-model

pembelajaran

yang

memadai maka pembelajaran akan mengarah kepada proses


pembelajaran

yang

aktif,

inovatif,

kreatif,

efektif,

menyenangkan, gembira dan berbobot.


Keterampilan proses bukan hanya semata-mata guru
saja yang harus memahami, tetapi peserta didik juga harus
diajari bagaimana keterampilan proses untuk belajar. Peserta
didik yang diajarkan keterampilan ini dalam pendidikan IPA,
memberi penekanan kepada keterampilan berpikir yang
dapat

mengembangkan

peserta

didik

mempelajari

IPA

sebanyak yang mereka mau dan sebanyak yang ingin mereka


pahami. Selain itu, penggunaan keterampilan proses ini
merupakan suatu proses yang berlangsung selama hidup.
Di

dalam

menggunakan

pendekatan

keterampilan

proses pada pembelajaran IPA digunakan prinsip-prinsip


sebagai berikut:
a. Di dalam menyusun strategi mengajar, pengembangan

63

keterampilan proses terintegrasi dengan pengembangan


produk IPA
b. Keterampilan proses IPA, mulai dari mengamati hingga
mengajukan pertanyaan tidak perlu merupakan suatu
urutan yang harus diikuti dalam mengajarkan IPA
c. Setiap pendekatan atau metode mengajar

yang

diterapkan dalam pengajaran IPA dapat digunakan untuk


mengembangkan keterampilan proses IPA. Jumlah dan
macam keterampilan proses IPA tidak perlu sama untuk
setiap metode, asal sesuai dengan tingkat perkembangan
anak dan materi yang diajarkan
d. Pendekatan keterarmpilan proses tidak hanya dapat
dikembangkan

melalui

kegiatan

eksperimen

atau

praktikum, tetapi dapat pula dilatihkan melalui kegiatan


non eksperimen atau diskusi.37
Langkah yang ditempuh dalam upaya meningkatkan
keterampilan

proses

anak

adalah

melalui

kegiatan

noneksperimen yaitu dengan mengembangkan Lembar Kerja


Siswa noneksperimen yang mengembangkan keterampilan
proses (LKS Non Eksperimen). Beberapa contoh LKS Non
Eksperimen
adalah

yang

model

mengembangkan

menemukan

pola,

keterampilan
menemukan

proses

hipotesa,

mencatat data, merancang eksperimen, menganalisa data


37Poppy Kamalia Devi, Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA
Untuk Guru SD, (Jakarta: P4TK IPA, 2010), hlm. 25.

64

dan menjelaskan hasil pengolahan data.


Keterampilan proses tentu melibatkan keterampilanketerampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial.
Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan
melakukan keterampilan siswa menggunakan pikirannya.
Keterampilan

manual

jelas

terlibat

dalam

keterampilan

proses, karena mereka mungkin menggunakan alat dan


bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan
keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi
dengan sesamanya dalam kegiatan belajar mengajar dengan
keterampilan proses, misalnya dengan mendiskusikan hasil
pengamatan.38
Keterampilan
dalam

proses

pembelajaran

IPA

perlu

dilatihkan/dikembangkan

karena

keterampilan

proses

mempeunyai peranan-peranan penting sebagai berikut.


a. Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya
b. Memberi siswa kesempatan untuk melakukan penemuan
c. Meningkatkan daya ingat
d. Memberi kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil
melakukan sesuatu
e. Mempelajari konsep-konsep sains.39
38Nuryani, Strategi Belajar Mengajar Biologi, hlm. 78.
39Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi hlm.148.

65

Selain peranan penting keterampilan proses di atas,


keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang
penting untuk memperoleh keberhasilan belajar siswa yang
optimal.

Materi

pelajaran akan lebih

mudah dipelajari,

dipahami, dihayati dan diingat dalam waktu yang relatif lama


bila siswa sendiri mempperoleh pengalaman langsung dari
peristiwa

belajar

tersebut

melalui

pengamatan

atau

eksperimen.
Dengan mempelajari dan menggunakan keterampilan
proses akan terjadi interaksi antara konsep/prinsip/teori yang
telah ditemukan atau dikembangkan dengan keterampilan
proses

itu

sendiri.

Di

sekolah,

keterampilan

proses

kebanyakan digunakan untuk menguji konsep yang telah ada


atau verifikasi saja. Dengan adanya interaksi tersebut, akan
timbul sikap dan nilai yang perlu dilakukan dalam penemuan
ilmu pengetahuan. Nilai ini meliputi teliti, kreatif, tekun,
tenggang rasa, tanggung jawab, kritis, objektif, rajin, jujur,
terbuka dan disiplin. Tujuan dari melatihkan keterampilan
proses adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena
dalam melatihkan ini siswa dipacu untuk berpartisipasi
secara aktif dan efisien dalam belajar

66

2) Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik


keterampilan

proses,

produk

ataupun

keterampilan

kinerjanya
3) Menemukan dan membangun sendiri konsespsi, serta
dapat mendefinisikan secara benar untuk mencegah
terjadinya miskonsepsi
4) Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian dan fakta
yang dipelajarinya karena dengan melatih keterampilan
proses,

siswa

sendiri

yang

berusaha

mencari

dan

menemukan konsep tersebut


5) Mengembangkan pengetahuan teori dan konsep dengan
kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat
6) Sebagai persiapan dan latihan menghadapi kenyataan
hidup di dalam masyarakat, karena siswa telah dilatih
keterampilan dan berpikir

logis

dalam memecahkan

berbagai masalah dalam kehidupan.


Dari penjelasan tersebut pendidikan IPA menekankan
pada pemberian pengalaman belajar secara langsung. Dalam
pembelajaran IPA siswa difasilitasi untuk mengembangkan
sejumlah keterampilan proses. Dalam pembelajaran tersebut
siswa

difasilitasi

untuk

mengembangkan

sejumlah

keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan


sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang

67

dirinya dan alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi:


keterampilan

mengamati

dengan

seluruh

indera;

keterampilan menggunakan alat dan bahan secara benar


dengan

selalu

mempertimbangkan

keselamatan

kerja;

mengajukan pertanyaan; menggolongkan data; menafsirkan


data; mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam,
serta menggali dan memilah informasi faktual yang relevan
untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah
sehari-hari.
4. Hakikat Pembelajaran IPA Di SD/MI
Sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, proses
pembelajaran IPA harus memperhatikan karakteristik IPA
sebagai proses dan IPA sebagai produk. Oleh karenanya,
merupakan

kewajiban

perencanan

proses

seorang

guru

pembelajaran,

dalam

melakukan

melaksanakan

proses

pembelajaran dan melaksanakan penilaian hasil belajar


peserta didik. Hal tersebut berlaku untuk semua materi
pelajaran
pendidikan

IPA

dan

yang

berlaku

juga

diselenggarakan

untuk
di

semua

tanah

air.

jenjang
Secara

sederhana, siklus proses pembelajaran IPA dipaparkan pada


gambar di bawah ini.40

40Asih Widi Wisudawati Dan Eka Sulistyowati, Metodologi


Pembelajaran.. hlm. 28.

68

Perencanaan
Proses
Pembelajaran
IPA

Pelaksanaan Pembelajaran
IPA

Penilaian
Hasil
Pembelajaran
IPA

Gambar 2.4 Siklus Proses Pembeljaran IPA


Secara umum IPA dipahami sebagai suatu ilmu yang
lahir

dan

berkembang

observasi,

perumusan

pengujian

hipotesis

melalui
masalah,

melalui

serangkaian
penyusunan
eksperimen,

kegiatan
hipotesis,
penarikan

kesimpulan serta penemuan teori dan konsep. Dapat pula


dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang
dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap
ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang
tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep,
prinsip dan teori yang berlaku secara universal.
Merujuk pada hakikat IPA, nilai-nilai IPA dan tujuan IPA
yang telah dipaparkan di atas, sebagai alat pendidikan yang
berguna untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang
dicanangkan

pemerintah,

sebagaimana

yang

sudah

termaktub dalam Depdiknas tahun 2003 halaman 2 tentang


hakikat pembelajaran IPA, maka pembelajaran IPA yang
dilaksanakan di satuan pendidikan SD/MI pada hakikatnya
harus dapat memberikan:

69

a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk


meningkatkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari
prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan
saling ketergantungan dan hubungan antara sains dan
teknologi
c. Keterampilan
peralatan,

dan

kemampuan

memecahkan

untuk

menangani

dan

melakukan

masalah

observasi
d. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritisn sensitive, obyektif,
jujur terbuka, benar dan dapat bekerja sama
e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis
induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan
prinsip sains unutk menjelaskan berbagai peristiwa alam
f. Apresiasi

terhadap

sains

dengan

menikmati

dan

menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta


penerapannya dalam teknologi.41
Pembelajaran IPA yang telah direncanakan proses
pembelajarannya,

dilaksanakan

dengan

sebaik-baiknya

menggunakan model dan media pembelajaran yang relevan,


kemungkinan
memuaskan

besar
yang

akan
dapat

mendapatkan
diketahui

hasil

dengan

belajar

melakukan

41Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi hlm.143.

70

penilaian terhadap kinerja siswa baik saat proses belajar


sedang berlangsung ataupun setelah peserta didik selesai
mengerjakan tugas yang disusun oleh guru, dan yang lebih
utama pula, pembelajaran IPA yang dilaksanakan harus
mampu membawa peserta didik pada hakikat pembelajaran
IPA itu sendiri.
Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa IPA yang
pada pembelajarannya ditekankan pada penciptaan proses
pembelajaran bermakna yang memberikan siswa kebebasan
membangun pengetahuan dirinya, akan menjadikan proses
pendidikan
pengaruh

maupun
positif

produk

kepada

pendidikan

siswa

hingga

memberikan
siswa

dapat

menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep ilmu


dalam dirinya, memahami teori-teori ilmiah, memiliki sikap
ilmiah serta memberikan kesadaran sepenuhnya dalam hati
peserta didik bahwa IPA itu berada dan benar-benar dekat
dengan kehidupannya sendiri.
E. Kerangka Berpikir Penerapan Learning Cycle
Pada kegiatan belajar mengajar di kelas, setiap pendidik
selalu

mengharapkan

agar

proses

pembelajaran

dapat

berjalan dengan baik dan peserta didik memperoleh hasil


belajar yang memuaskan. Hal ini menjadi satu motivasi
tersendiri bagi peneliti untuk melakukan penelaahan proses

71

pembelajaran

IPA

yang

dilaksanakan

di

sekolah

dasar

(madrasah ibtidaiyah) dan bekerja sama dengan guru mata


pelajaran

IPA

di

sekolah

tersebut

untuk

merancang

pembelajaran pada salah satu materi pembelajaran IPA dalam


bentuk peneitian.
Dalam

merancang

pembelajaran

IPA

yang

baik,

tentunya harus dipahami segala komponen yang terkait


dengan pembelajaran, dan yang terutama peneliti/guru harus
memahami

segala

apa

yang

menjadi

kendala

dan

keterbatasan siswa dalam mengikuti proses belajar IPA. Untuk


memahami

kendala dan keterbatasan siswa inilah perlu

diadakan observasi secara langsung sebagaimana yang telah


dilakukan peneliti dan telah dipaparkan pada pembahasan
sebelumnya.

Daya ingat siswa rendah Dari


kendala
yang
sudah
dipahami
tersebut,
Model
pembelajaran
yang
digunakan
guru
tidak
bervariasi
dan cenderung m
Siswa tidak bersemangat dan kurang motivasi
belajar IPA
Sebab
guru/peneliti
yang
tepat untukmetode
menyelesaikan
(Hanya
menggunakan
konvensional)
Siswa tidak aktif dalam
belajar IPA mencari solusi
Prestasi belajar rendah tidak mencapai KKM
masalah belajar yang dihadapi siswa, solusi yang diberikan
peneliti/guru

adalah

dengan

menerapkan

strategi

pembelajaran learning cycle. Setelah kendala siswa dalam


belajar

dipahami

dan

solusi

ditemukan

maka

disusun

kerangka penelitian sebagai berikut ini.

Penerapan Strategi Learning Cycle 6 Fase

Siswa mampu mengingat materi pelajaran dengan baik dan lebih aktif saat belajar
Siswa lebih bersemangat untuk belajar dan lebih termotivasi mengerjakan tugas-tugas belajarnya
Prestasi belajar siswa meningkat dan lebih baik

72

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir Pelaksanaan Learning Cycle


Kerangka berpikir penerapan strategi learning cycle di
atas

merupakan

konsep

sederhana

dari

penyelesaian

permasalahan IPA yang dialami peserta didik pada saat


mengikuti

proses

pembelajaran

dalam

kelas,

dengan

dibuatnya kerangka berpikir dalam penelitian ini, maka besar


kemungkinan

penelitian

penelitian yang benar.

akan

terlaksana

dengan

alur

Anda mungkin juga menyukai