Gangguan Obsesif-Kompulsif
Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu contoh dari defek positif di
mana penelitian modern telah menemukan gangguan di dalam waktu
singkat. Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang
mengganggu (intrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang
disadari, dibekukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa, atau
menghindari.
Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan kompulsi
menurunkan kecemasan. Namun, jika kompulsi dipaksa maka kecemasan
meningkat. Gangguan ini dapat merupakan gangguan yang menyebabkan
ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari dan hubungan sosial seseorang dalam
masyarakat.
EPIDEMIOLOGI
Beberapa peneliti telah memperkirakan bahwa gangguan obsesifkompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik
psikiatrik. Angka ini menyebabkan gangguan obsesif-kompulsif sebagai
diagnosis tersering yang keempat setelah fobia, gangguan berhubungan zat,
dan gangguan depresi berat.
Secara keseluruhan, kira-kira duapertiga dari pasien memiliki onset
gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki
onset gejala setelah usia 35 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak
terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan orang yang menikah.
Gangguan obsesif-kompulsif lebih jarang ditemukan pada golongan kulit
hitam dibandingkan kulit putih.
Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada pasien
dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67 persen. Diagnosis
psikiatrik komorbid lainnya pada pasien gangguan obsesif-kompulsif adalah
gangguan penggunaan alcohol, fobia spesifik, gangguan panic, dan
gangguan makan.
ETIOLOGI
Faktor Biologis
Neurotransmitter. Data menunjukkan bahwa obat serotogenik adalah
lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem neurotransmitter
lain. Beberapa peneliti telah mengatakan bahwa sistem neurotransmitter
kolinergik dan dopaminergik pada pasien gangguan obsesif-kompulsif adalah
dua bidang penelitian riset untuk di masa depan.
Penelitian pencitraan otak. Berbagai penelitian pencitraan otak
fungsional telah menemukan peningkatan aktivitas di lobus frontalis, ganglia
basalis, dan singulum pada pasien gangguan obsesif-kompulsif. Data dari
penelitian pensitraan otak fungsional adalah konsisten dengan data dari
penelitian pencitraan otak struktural. Baik penelitian pencitraan otak
fungsional maupun structural juga konsisten dengan pengamatan bahwa
prosedur neurologis yang melibatkan singulum kadang-kadang efektif dalam
pengobatan pasien gangguan obsesif-kompulsif.
Genetika. Penelitian keluarga pada pasien gangguan obsesif-kompulsif
telah menemukan bahwa 35 persen sanak saudara derajat pertama pasien
gangguan obsesif-kompulsif juga menderita gangguan.
Data biologis lainnya. Penelitian elektrofisiologis, penelitian
elektroensefalogram (EEG) tidur, dan penelitian neuroendokrin telah
menyumbang data yang menyatakan adanya kesamaan antara gangguan
depresif dan gangguan obsesif-kompulsif.
Faktor Perilaku
Obsesi adalah stimuli yang dibiasakan. Objek dan pikiran yang
sebelumnya netral mampu menimbulkan kecemasan jika proses pembiasaan
dipasangkan dengan keadaan-keadaan yang berbahaya atau menghasilkan
kecemasan.
Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Strategi menghindar yang
aktif dalam bentuk perilaku kompulsi atau ritualistik dikembangkan untuk
mengendalikan kecemasan. Teori belajar memberikan konsep yang berguna
untuk menjelaskan aspek tertentu dari fenomena obsesi-kompulsif.
Faktor Psikososial
DIAGNOSIS
DSM IV memeperkenalkan pengamatan klinis bahwa pikiran (yaitu
tindakan mental) dapat merupakan obsesi atau kompulsi, tergantung pada
apakah ia menyebabkan peningkatan kecemasan atau penurunan
kecemasan. DSM IV memungkinkan klinisi menyebutkan bahwa pasien
GAMBARAN KLINIS
Pasien dengan obsesi maupun kompulsi merupakan sekurangnya 75
persen dari pasien yang terkena. Beberapa peniliti dan klinisi percaya bahwa
beberapa pasien memang hanya memiliki pikiran obsesif dan tidak memiliki
kompulsif.
Obesei dan kompulsi memiliki cirri umum : (1)suatu gagasan yang
memaksakan dirinya terus-menerus ke dalam kesadaran sesorang. (2)suatu
keadaan yang mencemaskan dan sering kali menyebabkan orang tersebut
bertingkah kebalikan berlawanan gagasan atau impuls awal. (3)obsesi dan
kompulsi adalah asing bagi ego. (4)orang biasanya menyadarinya sebagai
hal yang mustahil atau tidak masuk akal. (5)biasanya merasakan sesuatu
dorongan yang kuat untuk menahannya. Kira-kira separuh dari semua pasien
memiliki pertahanan yang kecil terhadap kompulsi.
Pola yang paling sering ditemukan adalah suatu obsesi kontaminasi,
diikuti oleh mencuci atau disertai oleh penghindaran obsesif terhadap objek
yang kemungkinan terkontaminasi. Pola kedua adalah obsesi keragu-raguan,
diikuti oleh pengecekkan yang kompulsif. Pola ketiga adalah pola dengan
obsesional yang mengganggu tanpa suatu kompulsi. Pola keempat adalah
kebutuhan akan simetrisitas atau ketepatan yang dapat melambatkan
kompulsi.
Pemeriksaan status mental
Pada pemeriksaan status mental, pasien gangguan obsesif-kompulsif
menunjukkan gejala gangguan depresif. Beberapa pasien gangguan obsesifkompulsif memiliki sifat karakter yang mengarahkan pada gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif, tetapi sebagian besar tidak.
DIAGNOSIS BANDING
Kondisi medis
Gangguan Teurette. Gejala karakteristik dari gangguan ini adalah tik
motorik dan vocal yang hamper setiap hari terjadi. Kira-kira 90 persen pasien
TERAPI
Farmakoterapi
Data yang tersedia menyatakan bahwa obat, semuanya digunakan
untuk mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain.
Clomipharmine. Suatu obat trisiklik spesifik serotonin yang juga
digunakan untuk obat gangguan depresif.
Inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin. Walaupun SSRI
disertai dengan overstimulasi, kegelisahan, nyeri kepala, insomnia, mual,
dan efek samping gastrointestinal, kadang0kadang SSRI digunakan sebagai
obat lini pertama.
Obat lain. Obat lain yang dapat dicoba adalah inhibitor monoamin
oksidase contohnya phenelzine.
Terapi perilaku
Banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku sebagai terapi terpilih
untuk gangguan obsesif-kompulsif. Pendekatan perilaku pertama adalah
pemaparan dan pencegahan respon. Dalam terapi perilaku pasien harus
benar-benar menjalankannya untuk mendapatkan perbaikan.
Psikoterapi
Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien
yang masih mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian social. Tiap
usaha psikoterapik harus termasuk perhatian pada anggota keluarga melaui
perlengkapan dukungan emosional, penentraman, penjelasan, nasehat
tentang bagaimana menangani dan berespon terhadap pasien.
Terapi lain
Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga,
membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan
gangguan, dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk
kebaikan pasien.
Terapi kelompok adalah berguna sebagai sistem pendukung bagi
beberapa pasien.
Terapi elektrokonvulsif dan bedah-psiko juga harus dipertimbangkan.
ECT adalah alat tidak seefektif bedah-psiko tetapi kemungkinan harus di
coba sebelum dicoba. Komplikasi yang paling sering dalam bedah psiko
adalah perkembangan kejang, yang hampir selalu dikendalikan dengan
pengobatan dengan phenytoin.