Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH SISTEM RESPIRASI

TENTANG PNEUMONIA DAN ASKEPNYA

DISUSUN OLEH:

NOVA DWI ASTRINAH


ZEPLEN CHITRA E
ASTRIEN MELYNDA
IRWAN AFRIYANDI
EKA PUSPITA SARI
VIVI JANUARTI
NOPITA SARI

PRODI : KEPERAWATAN IV C
DOSEN PEMBIMBING :Ns.Agus S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN
STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2012
1

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul:Sistem Respirasi tentang Pneumonia Dan Askepnya "
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Bengkulu , Mei 2012


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah
seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks.
Kelompok masyarakat kita yang paling beresiko tinggi terkena penyakit yaitu, ibu
hamil, ibu menyusui dan anak bawah lima tahun (Rasmaliah, 2004).
Lebih dari 90% anak di dunia lahir hidup di Negara berkembang setiap tahun. 35.000
dari mereka mati setiap hari, sebagian besar karena problem yang umum dan mudah
dicegah. Kesehatan dan anak sakit ini adalah akibat dari dinamika komplek faktorfaktor lingkungan, sosial, pola asuh, politik,dan ekonomi. Tidak ada intervensi yang
dapat memotong siklus morbiditas dan mortalitas yang membayangi mereka
(Benrham, 2000).
Salah satu penyakit yang sering diderita terutama oleh anak-anak adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan
bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah, baik di negara
berkembang maupun di negara maju yang sudah mampu dan banyak dari mereka
perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran
pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai
pada masa dewasa.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang
terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40%60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian
yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%. Kematian yang terbesar umumnya
adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (Depkes RI,
2007).

Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat,
dahakberwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen
memperlihatkan

kepadatan

pada

bagian

paru

Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tapi akibatnya fungsi paru
terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk
oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri,
virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ).
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan pneumonia.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.

Untuk mengetahui penyakit pneumonia

2.

Untuk

mengetahui

penyebab

,pengobatan

,dan

pencegahan

pneumonia.
3.

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan


pneumonia, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementsi, dan evaluasi.

1.3. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan
kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
pneumonia.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Teori Pneumonia
2.1.1. Pengertian
Pneumonia adalah proses peradangan dimana terdapat konsulidasi
yang disebabkan pengisisan rongga alveoli eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsulidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli menjadi terhambat
dan tidak berfungsi secara maksimal.pneumonia lobularis/bronkopneumonia
menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang memiliki bercak dengan
diameter sekitar 3-4 cm mengelilingi dan mengenai bronkus.
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract) (Depkes. RI, 2004).
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari (Silalahi, L. 2004).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan
menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstiasialis dan bronkopneumonia
(Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ).

2.1.2. Klasifikasi
Menurut Rasmaliah (2004) mengatakan Program Pemberantasan ISPA
(P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indrawing).
b.
c.

Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.


Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa
disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas
cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan

untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.


Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
a. Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa (common cold), bila tidak ditemukan
tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta).
b.

Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40
kali per menit atau lebih.

c.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Depkes, 1993).

klasifikasi pneumonia.
1.

Berdasarkan klinis dan epidemiologis:

a.

Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).

b.

Pneumonia

nosokomial,

(hospital-acquired

pneumonia/nosocomial pneumonia).
c.

Pneumonia aspirasi.

d.

Pneumonia pada penderita immunocompromised.


(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)

2. Berdasarkan bakteri penyebab:


a.

Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering
diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu
bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut
usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental,
pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain
atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh
rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. (Soeparman,
dkk, 1998, Hal 697).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang
peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus
pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal.
Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman,
dkk, 1998, Hal 697).

b.

Pneumonia Akibat virus.


Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza
(bedakan dengan bakteri h emofilus influenza yang bukan penyebab
penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Gejala
awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu
demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam
12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan

berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir.


Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena
bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu
tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang
kental dan berwarna hijau atau merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804814)
2.1.3. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pnemokokus, Hemofilus, Diplokokus, Bordetella dan Korinebakterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, Virus Influenza, Repiratory Syticial
Virus, dll sedangkan dari jamur seperti :Asferqilus dan candida.

Gambar 1. Streptococcus Pneumoniae


Sumber : http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=48
2.1.4. Patofisiologi
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara atau
kuman di tenggorokan terhisap masuk ke paru-paru, penyebaran darah bisa
juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit, jika melalui
saluran pernafasan, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawani oleh

system pertahanan tubuh manusia, misalnya dengan batuk-batuk atau


pertahanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorok, hingga gerakan-gerakan
rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar, tentu
itu semua tergantung besar kecilnya ukuran penyebab tersebut ( Brunner &
Suddarth, 2002 hal 570 )
Pneumonia bakteria menyerang baik ventilasi maupun difusi, serta
reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumotoraks terjadi pada alveoli dan
menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta
karbon dioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil juga bermigrasi
kedalam alveoli ddan memenuhi yang cukup karena sekresi, Edema mukosa
dan bronkospasmo, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli yang
mengakibatkan turunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasui
paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi
jantung tanpa mengalami oksigenisasi. Pada pokoknya,darah terpirau dari sisi
kanan ke sisi kiri jantung. Pencampuran darah yang teroksigenasi dan tidak
teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arteria. (Brunner &
Suddarth, 2002, hal 570)
Sindrom pneumonia atipikal, pneumonia yang berkaitan dengan
mikoplasma, fungus, klamidia demam dan penyakit legionnaires ; pneumocyist
carnill, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal. Pneumonia
mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umu.
Mikoplasma adalah organisme yang kecil dikelilingi oleh membran berlapisan
tiga tanpa dinding sel, organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi
berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada anakanak yang sudah kesat dan dewasa muda (Brunner & Suddarth, 2002 hal 570).
Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang
terinfeksi, melalui kontak individu ke individu, pasien dapat diperiksa terhadap
antibody mikoplasma. ( Brunner & Suddarth, 2002 hal 570 )
Inflamasi infiltrate lebih kepada interstisial ketimbangan alveolar,
pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus.

secara umum, pneumonia ini mempunyai cirri bronkopneumonia, sakit telinga


dan meningitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal
dapat menimbulkan masalh yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi
seperti yang diuraikan dalam pneumonia bacterial. ( Brunner & Suddarth, 2002
hal, 570 )

10

2.1.5. Woc Pneumonia


BAKTERI

VIRUS

JAMUR

(Stapilokokus, mikoplasma,
Streptokokus Aureus, Pnemokokus,
Diplokokus, dll)

(Virus Influenza, Repiratory


Syticial Virus, dll)

(Asferqilus, Candida,Dll)

Masuk Ke Saluran Pernafasan Atas


(Hidung, Faring dan Laring)

Aspirasi ke Nasofaring Atau


Orofaring
Masuk Ke Sel Epitel Bersilia

Diteruskan Ke Trakea Dan Bronkus


Masuk Ke Sel Goblet Dan
Mukosa Bronkus
Aktivasi Sel-Sel Monosit Dan
Makrofag
Penurunan Kerja Silia

Reaksi Implamasi

Menghasilkan Zat
Pirogen Dan Endogen

Batuk Tidak Efektif

Vasodilatasi Pembuluh Darah


Bronkial

Masuk ke aliran darah

Edema Trakeobronkial,
Dan Pembentukan Sekresi / Sputum

Masuk Ke Dalam Otak

Akumulasi Sputum Dan


Peningkatan Produksi Sputum

MK : Bersihan jalan nafas tidak


efektif
Bau Dan Rasa Sputum

Infeksi Berlanjut Ke Parenkim


Paru

MenstimulasI

Jaringan Paru Digantikan


Oleh Jaringan Ikat

Hipotalamus

Anoreksia, mual dan muntah

Pengeluaran
Infiltrat pada parenkim paru

Mk : Resiko Tinggi Perubahan Nutrisi


Dari Kebutuhan Tubuh

PNEUMONIA
Prostylandin
Iritasi Pada
Pleura

Perubahan Membran
Alveolar Kapiler

Pleuritis

Gangguan difusi O2 dan


CO2

Gesekan
pleura Saat
Inspirasi dan
Ekspirasi

MK : Gangguan
Pertukaran gas

Nyeri dada

Gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah

Demam
Peningkatan
metabolisme tubuh
MK : Resiko tinggi
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

Suplai 02 ke Jaringan
Menurun
Pengambilan 02 Oleh
Jaringan Menurun

MK : Nyeri
Jaringan kekurangan
O2
Lemah, pucat
MK : Intolenransi
Aktivitas

11

2.1.6. Manifestasi Klinik


Secara umum dapat dibagi menjadi :
a.

Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 C


sampai 40,5 C). , sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan
gastrointestinal.

b.

Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25


45 kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger,
merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring
pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.

c.

Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah


kedalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak,
fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.

d.

Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal
di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas
tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri
bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk /
meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri
abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan
bawah).

2.1.7

Pemeriksaan Penunjang
1.

Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);


dapat juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul
(lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.

2.

GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas


paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

3.

Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi


jarum, aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum
12

meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos,


hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan
semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara
4.

JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi
pada

infeksi

virus,

kondisi

tekanan

imun

seperti

AIDS,

memungkinkan

berkembangnya pneumonia bakterial.


5.

Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin.


membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

6.

Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps


alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi
perembesan (hipoksemia)

7.

Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah

8.

Bilirubin : Mungkin meningkat.

2.1.8. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan parentral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transpormukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
-

Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian

Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian

2.1.9. Komplikasi Pneumonia


13

Kompikasi yang bisa terjadi dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(Pneumonia) diantaranya abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinusitis,
meningitis purulenta, perikarditis dan epiglottis kadang ditemukan pada infeksi tipe B
(Mansjoer, A. 2007).
2.2.1 Tanda dan Gejala
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhankeluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala
menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan
pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi,
maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat
cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.Tandatanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
1. Tanda-tanda klinis
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
b.

Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan


cardiac arrest.

c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
2. Tanda-tanda laboratories
a.

Hypoxemia,

b.

Hypercapnia dan

c.

Acydosis (metabolik dan atau respiratorik).


Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:

tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda
bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum
(kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin
(Rasmaliah, 2004)
14

2.2.2 Pengobatan
Menurut Mansjoer, A. (2007) Penatalaksanaan pada Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (Pneumonia), yaitu:
a. Oksigen 1-2 l/mnt
b.

IVFD (intra vena fluid drip) dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1 + KCl 10
mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan dan status
dehidrasi.

c.

Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.

d.

Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.

e. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit


f.

Antibiotik sesuai hasil biakan

Untuk kasus pneumonia comiunity base:


1) Ampicillin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
2) chloramphenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian.

Untuk kasus pneumonia hospital base:


1) cefotaxim 100 mg/kgB/hari dalam 2 kali pemberian
2) Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari 2 kali pemberian

2.2.3 Pencegahan, Pemberantasan, dan factor resiko


a. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2) Imunisasi.
3) Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
b. Pemberantasan
15

a. Pemberantasan yang dilakukan adalah :


1) Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.
2) Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
3) Imunisasi.
. Pelaksana pemberantasan
Tugas pemberantasan penyakit ISPA (pneumonia) merupakan tanggung jawab
bersama. Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di
wilayah kerjanya.
Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita
mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat melalui
aktifitas kader akan sangat membantu menemukan kasus-kasus pneumonia yang perlu
mendapat pengobatan antibiotik cotrimoxacol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang
perlu segera dirujuk ke rumah sakit .
Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan setuasi yang umumnya
menjadi

redispredisposisi

individu

terhadap

pnumonia

akan

membantu

untuk

mengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko terhadap pneumonia. Tindakan preventif


memberikan perawatan antisipatif dan preventif adalah tindakan perawatan yang
penting(Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573).

Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan


mengganggu drainase normal paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien
terhadap pneumonia. Tindakan preventif :tingkankan batuk dan pengeluaran sekresi.

Individu yang merokok berisiko, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas
mukosiliari dan makrofag. Tindaka preventif : ajurkan individu untuk berhenti
merokok.

Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam
waktu yang lama yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap
bronkopneumonia. Tinadakan preventif : sering mengubah posisi.

Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka
yang mendapat antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan
berisiko. Tindakan preventif : tingakan higiene oral yang teratur.

16

17

18

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.

Pengkajian Lengkap
1. Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama

: Tn. S.

Umur

: 43 tahun

Suku/bangsa

: Indonesia

Status Perkawinan

: kawin

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Hibrida 12

Tanggal masuk RS

: 28 Mei 2012

Tanggal Pengkajian

: 29 Me 2012

No Register : 08.110.908

Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi:


Nama

:Tn.R

Umur

: 38

No telepon

: (0736)654321

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Hibrida 12

Sumber Informasi

: Pasien dan keluarga

2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
a. Keluhan utama/alasan masuk RS
Tn S (43 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 28
maret 2012, jam 10.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak
napas.

19

b.

Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :


o Faktor pencetus: klien mengatakan sesak napas didahului oleh batuk
pilek 2 minggu sebelum masuk RS.
o Muncul keluhan ( ekaserbasi) : klien mengatakan sesak napas sejak 6
hari sebelum masuk RS.
o Sifat keluhan : klien mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan,
sesak napas terus menerus dan bertambah dengan aktivitas.
o Berat ringannya keluhan : klien mengatakan sesak napas cenderung
bertambah sejak 2 hari sebelum masuk RS.
o Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : klien mengatakan
upaya untuk mengatasi sesak adalah dengan istirahat dan minum obat
batuk ( OBH ).
o Keluhan lain saat pengkajian : klien juga mengatakan batuk dengan
dahak yang kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket
di tenggorokkan. Klien mengatakan kesulitan bernapas. Klien
mengatakan badannya terasa lemah dan ujung - ujung jarinya terasa
dingin.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) :


o Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu,
dan lain-lain.
o Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita sesak napas
seperti ini.Riwayat merokok 2 bungkus perhari.
d. Riwayat kesehatan keluarga (RKK) :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit sesak napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit keturunan dan penyakit menular lainnya
seperti penyakit jantung, hipertensi, asma, TB, ISPA dan lain-lain.

20

3.

Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
-

Persepsi terhadap penyakit :


Pasien tidan megetahui penyakit yang dideritanya.
Penggunaan :
Tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berhenti): pasien

merupakan seoran perokok. Pasien bias merokok sebanyak 2 bungkus perhari.


Alergi(obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien tidak ada alergi

2. Pola nutrisi dan metabolism


-

Diet/suplemen khusus : tidak ada


Intruksi diet sebelumnya: tidak ada
Nafsu makan (normal, meningkat, menurun): menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mual-mual
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun, BB pasien menurun

sebanyak 4 kg (65 kg menjadi 61 kg)


Kesulitan menelan (disfagia) : tidak ada
Gigi (lengkap/tidak, gigi palsu) : tidak lengkap
Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam, kering, keringat berlebihan,

penyembuhan abnormal) : tidak ada


Jumlah minum/ 24 jam dan jenis (kehausan yang sangat ) ; tidak ada
Frekuensi makan: normal (3X sehari)
Jenis makanan : KH, protein, lemak, vitamin
Pantangan/alergi
: tidak ada
Lain-lain : -

3. Pola eliminasi
*buang air besar

(BAB) :
- Frekuensi
: 1 x 2 hari
waktu : pagi
- Warna
: kuning
konsistensi
: lembek
- Kesulitan (diare, konstipasi, inkintinensia) :tidak ada
*buang air kecil (BAK)
- Frekuensi
:4x sehari
waktu :pagi,siang, sore, malam
- Kesulitan (disuria,nokturia, hematuria, retensi inkontensia): tidak ada
- Alat bantu(kateter intermiten, indwelling, kateter eksternal) : tidak ada

4. Pola istirahat tidur


-

Lama tidur
:6 jam/malam tidur siang: 2 jam
Waktu : 21.00 WIB
Kebiasaaan menjelang tidur :-

tidur sore: -

21

Masalah tidur (insomnia,terbangun dini, mimpi buruk) :tidak segar setelah


bangun

5. Persepsi diri dan konsep diri


-

Perasaan klien tentang masalah ini

disembuhkan
Lain-lain:-

:pasien merasa penyakitnya sulit untuk

6. Pola peran hubungan


-

Pekerjaan
:selama sakit pasien tidak dapat melakukan pekerjaannya
System pendukung : pasangan (), tetangga/ teman (),tidak ada ( ),

keluarga serumah (), keluarga tinggal berjauhan ()


Masalah keluarga bekenaan dengan RS : tidak ada
Kegiatan social
: sejak menderita penyakit pneumonia pasien tidak

pernah melakukan kegiatan social


Lain-lain
:-

7. Pola seksual dan produksi


-

Masalah seksual berhubungan dengan penyakit


Lain-lain
:-

: tidak ada

8. Keyakinan agama dalam kehidupan


-

Agama : pasien beragama islam


Pengaruh agama dalam kehidupan

:pasien menganggap bahwa penyakit

yang dideritanya adalah cobaan.

4.

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Penampilan umum : klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernafas,
Tingkat kesadaran
BB
TB
2. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
3. Kulit:
Warna kulit
Kelembaban

dan klien tampak gelisah


: Compos Mentis GCS 11 (E2V4M5)
: 61 kg
: 167 cm
: 130/90 mmHg
: 120 x/ menit
: 32 x/ menit
: 38 0 C
: tampak pucat
: Kering

22

Turgor kulit
: buruk (tidak elastis)
Ada/ tidaknya oedema: oedema tidak ada
4. Kepala/ rambut
Inspeksi
: kepala simetris dan warna rambut hitam.
Palpasi
: tidak berminyak dan tidak kering, tidak ada benjolan
atau massa.
5. Mata : DBN
Fungsi pengelihatan : kurang , visus 3/6
Ukuran pupil
: 2 mm
Konjungtiva
: tidak anemis
Lensa/iris
: warna coklat
Oedem palpebra
: tidak ada
Palpebra
: terbuka
Sclera
: tidak ikhterik
6. Telinga
Fungsi pendengaran : berkurang
Kebersihan
: bersih
Daun telinga
: simetris, elastic, lesi tidak ada.
Fungsi keseimbangan : baik
Secret
: ada
7. Hidung dan sinus
: Pernafasan cuping hidung
Inspeksi
: bentuk simetris
Fungsi penciuman
: baik
Pembengkakan
: tidak ada polip
Kebersihan
: bersih
Pendarahan
: tidak ada
Secret
: tidak ada
8. Mulut dan tenggorok
Membran mukosa
: kering
Kebersihan mulut
: bersih
Keadaan gigi
: gigi lengkap
Tanda radang
: tidak ada
Kesulitan menelan
: tidak ada
9. Thorak /paru
Inspeksi
: Dada simetris, RR : 32x/I, penggunaan otot bantu
pernafasan (+), takipnea (+), pernafsan dangkal, dan
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
10. Jantung
Inspeksi
Palpasi

retraksi dinding dada tidak ada.


: fremitus menurun pada kedua paru
: redup
: bunyi nafas bronkial, krekels (+), stridor (+)
: ictus cor tidak terlihat
: Ictus cordis teraba 1 jari LMCS RIC ke 5

23

Auskultasi
Perkusi

: SI dan SII terdengar jelas.


: Batas atas jantung : RIC ke 2

11. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
12. Genetalia
13. Rektal

: simetris, jaringan parut tidak ada, vena tidak menonjol


: B. U 12x/i
: tympani
: Tidak ada pembesaran hepar dan limpa
: Bersih, tanda-tanda radang tidak ada, lesi tidak ada
: Haemoroid tidak ada, lesi atau kemerahan tidak ada,

massa tidak ada


14. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah

: akral dingin, oedema tidak ada, genggaman tidak kuat


: akral dingin, oedema tidak ada, kekuatan otot
berkurang
: ada terbatasan rentang gerak pada ekstremitas atas

ROM

dan ekstremitas bawah


: kekuatan otot kurang 444 444
444 444

Kekuatan otot

15. Vaskular perifer


Capillary refille
: Pengisian kapiler lambat, kembali dalam 5 detik
Clubbing
: clubbing tidak ada
Perubahan warna (kuku, kulit, bibir) : pucat, sedikit sianosis
16. Neurologis
Kesadaran (GCS)
: GCS 11 (E2V4M5)
Status mental
: Rentang perhatian baik, memori baik, bicara kurang
jelas
Motorik (kejang, tremor, parese, dan paralisis) : gerakan terkoordinasi, fungsi
tidak koordinasi dengan dan baik, tidak ada kejang.
Sensorik
: sensasi terhadap sentuhan dan nyeri baik
Tanda rangsang meningeal :
Saraf cranial
: Fungsi Nervus 1-12 baik, tidak ada kelainan
5.

Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien lobaris (sebagianlobus pada
kedua paru).
2. AGD :menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik, PCO2 turun, HCO3
normal)
3. Pemeriksaan

sputum:

ditemukan

kuman

Stapilococcus

aureus

dan

Diplococcus pneumonia
24

4. Pemeriksaan darah :
-

Hb = 10,5 gr/dl

Trombosit =265.000/mm3

Hematokrit = 44%

Leokosit = 16.000/mm3

Albumin = 3,01 gr/dl

Protein total = 5,86 gr/dl

25

3. Analisa Data :
Nama klien
: Tn. S (43 th)
Ruang rawat
: Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnosa medik : Pneumonia
No Data
Etiologi
1.
DS:
Inflamasi trakea bronkial dan
Klien mengatakan batuk farenkim paru,
pembentukkan
berdahak dan sesak napas
edema dan peningkatan produksi
Klien mengatakan batuk sputum.
dengan dahak yang kental dan sulit
untuk dikeluarkan
Klien
mengatakan
dahaknya terasa lengket di tengorokkan
Klien
Mengatakan
Kesulitan bernapas
DO:
Klien tampak lemah
kesulitan bernapas
TTV:
o TD : 140/100 mmHg
o N : 120 x /i
o RR : 32 x /i
o S : 38 0 C
Pernafasan Cuping Hidung
Takipnea (+)
Dispnea (+)
Pernafasan dangkal
Penggunaan otot bantu
pernafasan (+)
Pemeriksaan seputum :
ditemukan
kuman
stapilococcus
aureus dan diplococcus pneumonia
2.

DS:
Klien mengatakan nyeri
dada
Klien mengatakan sakit
kepala
Klien mengatakan sendi
nyeri
DO:
Klien tampak gelisah
Klien tampak meringis
kesakitan akibat nyeri
Klien tampak memegang di
daerah dada dan melindungi daerah
yang sakit

Inflamasi parenkim paru, reaksi


seluler terhadap sirkulasi toksin
dan batuk menetap.

Masalah
Bersihan
Jalan
nafas
tidak
efektif

Nyeri

26

o
o
o
o
3.

TTV:
TD : 140/100 mmhg
N : 120x/i
RR : 32x /i
S : 38,50 C

DS:
Anoreksia, akibat toksin bakteri,
Klien mengatakan batuk bau dan rasa sputum
berdahak
Klien
mengatakan
dahaknya terasa lengket ditenggorokkan
Klien mengatakan tidak
nafsu makan dan hanya mampu
menghabiskan porsi setiap kali makan
(pagi,siang dan malam)
Klien mengatakan mual
Klien mengatakan lemah
DO:
Klien
tampak
mengeluarkan sputum saat batuk
Klien tampak lemah
Klien
tampak
hanya
mampu mengabiskan makanan porsi
setiap kali makan
Mukosa bibir klien kering
Hb : 10 gr / dl
Protein total : 5,86 gr / dl
Albumin 3,00 gr / dl
BB : 61 kg
TTV:
o TD : 140/100 mmhg
o N : 120 x/i
o RR : 32x /i
o S : 38,50 C
-

Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh

4. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi
toksin dan batuk menetap.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat
toksin bakteri, bau dan rasa sputum
27

5. Asuhan Keperwatan (Nurse Care Planing / NCP)


No

Diagnosa

Tujuan

Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

Keperawata
1.

n
Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
berhubungan
dengan
inflamasi
trachea
bronchial,
peningkatan
produksi
sputum

Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3 x 24
jam,
diharapkan
jalan
nafas
kembali
efektif

Mandiri :
1.
Kaji
N
frekuensi/kedalaman
afas normal
pernapasan dan gerakan dada.
B
unyi
nafas
bersih
Si 2.
Auskulta
anosis
si area paru, catat area
TTV : DBN :
penurunan/tak ada aliran udara
o
TD : 120dan bunyi napas adventisius,
mis, krekels, mengi stridor.
130/80-90
mmhg
o
N : 60100 x/i
o
RR : 163.
Bantu
24 x/i
0
pasien latih napas sering
o
S : 38,5
Tunjukan/bantu
pasien
C
mempelajari melakukan batuk,
mis., menekan dada dan batuk
efektif sementara posisi duduk
tinggi.
4.
Penghisa
pan sesuai indikasi.
atuk efektif

1. Takipnue pernafasan dangkal dan


gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidak nyamanan. Simetris
yang
sering
terjadi
karena
ketidaknyamanan gerakan dinding
dada dan/ atau cairan paru.
2. Penurunan aliran udara terjadi pada
area konsolidasi dengan cairan. Bunyi
napas bronkial (normal pada bronkus)
dapat juga terjadi pada area
konsilidasi. Krekel, ronki, dan mengi
terdengar pada inspirasi dan/atau
ekpirasi
pada
respon
terhadap
pengumpulan cairan, sekret kental, dan
spesme jalan napas/obstruksi.
3. Merangsang batuk atau pembersihan
nafas secara mekanik pada pasien yang
tidak mampu melakukan karena batuk
tak efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
4. Cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan sekret
5. Cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
28

5.

Berikan
cairan paling sedikit 2500 6. Alat untuk menurunkan spasme
ml/hari
(Kecuali
kontra
bronkus dengan mobilisasi sekret,
indikasi). Tawarkan air hangat,
analgetik diberikan untuk memperbaiki
daripada air dingin.
batuk
dengan
menurunkan
Kolaborasi :
ketidaknyamanan
tetapi
harus
6.
Berikan
digunakan secara hati-hati, karena
obat sesuai indikasi: mukolitik,
dapat
menurunkan
upaya
ekspektoran,
bronkodolator,
batuk/menekan pernafasan.
analgesik.
7. Cairan diperlukan untuk mengganti
kehilangan dan memobilisasi sekret.

7.

2.

Nyeri
berhubunga
n dengan
inflamasi
parenkim
paru, reaksi
seluler
terhadap
sirkulasi
toksin dan
batuk

Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3 x
24 jam,
diharapkan
Nyeri dada
terkontrol

Dispenea
dan takipnea
tidak ada
o
Kesulitan
bernafas tidak
ada
o
Akral
hangat
sianosis
o
Kapilari
refile kembali
o

Berikan
cairan tambahan misalnya :
Intravena,oksigen humidifikasi,
dan ruang humidifikasi.

Mandiri :
1.
1.
Nyeri dada
Tentukan
karakteristik
nyeri,
biasanya ada dalam beberapa derajat
misalnya : tajam, konstan,
pada peneumonia,juga dapat timbul
selidiki perubahan karakter /
komplikasi
pneumonia
seperti
lokasi nyeri dan ditusuk.
perikarditis dan indokarditis.
2.
Pantau tanda vital.

2.

Perubahan
frekuensi
jantung
atau
TD
menunjukkan
bahwa
pasien
mengalami nyeri, khususnya bila
29

menetap.
o
o
o
o
-

3.

Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan

Setelah
dilakuakn
intervensi
keperawatan
selama 3 x 24 jan,
diharapkan

dalam
2-3
detik
Gelisah
tidak ada
Penurunan
kesadaran
tidak ada
Pucat dan
sianosis tidak
ada
TTV
:
DBN :
TD : 120130/80-90
mmhg
N : 60100 x/i
RR : 1624 x/i
S : 38,50
C

alasan lain untuk perubahan tanda vital


3.
telah terlihat.
Berikan tindakan nyaman misalnya, 3.
tindakan non
pijatan punggung, perubahan
analgesik diberikan dengan sentuhan
posisi, musik tenang, relaksasi
lembut dapat menghilangkan ketidak
atau latihan napas.
nyamanan dan memperbesar efek
4.
terapi analgesik.
Tawarkan
pembersihan
mulut 4.
Pernapasan
dengan sering.
mulut dan terapi oksigen dapat
mengiritasi
dan
mengeringkan
membran mukosa, potensial ketidak
5.
nyamanan umum.
Anjurkan dan bantu pasien dalam 5.
Alat untuk
teknik menekan dada selama
menontorl ketidak nymanan dada
episode batuk.
sementara meningkatkan keefektifan
upaya batuk.
Kolaborasi :
6.
6.
Obat
ini
Berikan analgesik dan atitusip
digunakan untuk menekan batuk non
sesuai
indikasi.
produktif atau proksismal atau
menurunkan
mukosa
berlebihan,
meningkatkan
kenyamanan
atau
istirahat umun.

M Mandiri :
ual
dan 1. Identifikasi
faktor
yang 1.
Pilihan
muntah tidak
menimbulkan
mual
atau
intervensi terganggung pada penyebab
ada
muntah misalnya: sputum
masalah.u kebersihanmulut setelah
M
banyak, dispenea berat, nyeri.
muntah, setelah tindakan aerosol dan
ukosa
bibir 2. Berikan wadah tertutup untuk
drainase postur sebelem maka.
lembab.
sputum dan buang sesering 2.
Menghilangk
30

anoreksia,
akibat toksin
bakteri dan
rasa sputum .

intake nutrisi adekuat


-

T
mungkin. Berikan atau bantu.
an tanda bahaya, rasa bau, dari
kulit 3. Jadwalkan
pengobatan
lingkungan
pasien
dan
dapat
pernapasan sedikitnya 1 jam
menurunkan mual.
P
sebelum makan
3.
Menurunkan
eningkatan
efek mual yang berhubungan dengan
nafsu makan.
pengobatan ini.
urgor
elastis.

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
Ruang rawat
Diagnosa medik
Hari/tgl
Senin,
29 mei
2012

: Tn. S (43 th)


: Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu
: Pneumonia

Diagnosa
Keperawatan
1. Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan inflamasi
trachea
bronchial,
peningkatan
produksi sputum.

Implementasi

Evaluasi

Jam : 09.00 Wib


1.
Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan
gerakan dada.
Dengan Hasil : RR = 32x/i, pernapasan cepat dan
dangkal, fremitus menurun pada kedua paru.
2.
Mengukur TTV
Dengan hasil :
o
TD : 140/100 mmhg
o
N : 120 x/i
o
RR : 32 x /i
o
S : 38,50 C
3.
Mengauskultasi area paru, mencatat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi,
dan srtidor ada.
4.
Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan
melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien dapat

Jam : 13.30 Wib


S:
Klien mengatakan sudah
dapat mengeluarkan dahak
Klien
mengatakan
sesaknya sudah berkurang
O:
Klien dapat mengeluarkan
dahaknya
Krekels dan stredor (+)
Dispnea berkurang
TTV:
o TD : 125/80 mmHg
o N : 100x/i
o RR : 27x /i
o S : 38,50 C
Klien masih mendapat
31

melakukan batuk efektif dan mengeluarkan dahak.


Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi.
Dengan Hasil : sekret bisa keluar
6.
Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
(Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat
7.
Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
8.
Memberikan oksigen sesuai indikasi
9.
Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
meyebar, dan GDA tidak normal.
10.
Membantu bronkostropi sesuai indikasi
Dengan Hasil : Perlengketan mukosa teratasi

oksigen

5.

A : Masalah teratasi sebagian : klien


dapat mengeluarkan dahak dengan
efektif dan sesak nafas berkurang.
P : Intervensi dilanjutkan :
Kaji frekuensi kedalaman
nafas
Pantau terus TTV
Auskultasi area paru
Ingatkan kembali pasien
untuk latihan nafas dan batuk efektif
Lanjutkan pemberian obat
sesuai indikasi
Lanjutkan
pemberian
oksigen sesuai indikasi
Awasi GDA

(Tanda tangan perawat)


2. Nyeri
Jam : 09.00 WIB
Jam : 13.30 Wib
berhubungan
8. Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam, S :
dengan inflamasi
konstan, selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri dan Klien mengatakan nyeri
parenkim paru,
ditusuk.
berkurang
reaksi seluler
Dengan Hasil : Nyeri Konstan dan lokasi di bagian Klien mengatakan
terhadap sirkulasi
dada.
badannya masih lemah
toksin dan batuk
6.
Memantau tanda vital
O:
menetap.
Dengan hasil :
Klien
tampak
agak
o
TD : 140/100 mmhg
nyaman
Gelisah berkurang
o
N : 120 x/i
Dispneu berkurang
o
RR : 32 x /i
0
TTV:
o S : 38,5 C
32

7.

Memberikan tindakan nyaman misalnya, pijatan


punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi
atau latihan napas.
Dengan Hasil: Pasien sudah merasa agak nyaman
8.
Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Dengan Hasil: Pasien menerima tawaran
9.
Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik
menekan dada selama episode batuk.
Dengan Hasil: Pasien mematuhi anjuran
6. Memberikan analgesik dan antitusip sesuai indikasi.

TD : 125/80 mmHg
N : 100 x/i
RR : 27x /i
S : 38,50 C
Mukosa
bibir
masih
kering dan pucat
Dispnea (+)
Perfusi paru redup
Premetus menurun pada
kedua paru
Akral hangat sianosis
Kapilari refile kembali dalam 2-3
detik
Klien masih pucat dan sianosis
: Masalah teratasi sebagian : klien
mengatakan nyeri berkurang, klien
merasa agak nyaman.
o
o
o
o

o
o
o
A

P : Intervensi dilanjutkan :
Kaji terus karekteristik
nyeri
Pantau terus TTV
Ingatkan kembali pasien
untuk latihan nafas dan batuk efektif
Lanjutkan pemberian obat
sesuai indikasi
(Tanda tangan perawat)
3 . Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan anoreksia,

S:
1.
Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan
berdahak
aerosol, .dispenea berat, nyeri.
Dengan Hasil : Klien mual dan muntah disebabkan
dahaknya

Klien mengatakan batuk


Klien
terasa

mengatakan
lengket
33

akibat toksin
bakteri dan rasa
sputum

sputum banyak.
2. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang
sesering mungkin.
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di wadah
3. Menjadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam
sebelum makan.
Dengan Hasil:klien sudah mengerti
4. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi
distensi abdomen.
Dengan Hasil: Terdapat bising usus
5. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering
termasuk dengan makan kering ( roti panggang ) dan
makanan yang menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien mau makan dalam porsi kecil
10.
Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat
badan dasar.
Dengan Hasil:BB : 61 Kg

ditenggorokkan
Klien mengatakan tidak
nafsu makan dan hanya mampu
menghabiskan porsi setiap kali
makan (pagi,siang dan malam)
Klien mengatakan mual
-

Klien mengatakan lemah


O:
Klien
tampak
mengeluarkan sputum saat batuk
Klien tampak lemah
Klien
tampak
hanya
mampu mengabiskan makanan
porsi setiap kali makan
Kulit klien tampak kering
Turgor kulit buruk
Hb : 10 gr / dl
Protein total : 5,86 gr / dl
Albumin 3,00 gr / dl
BB : 61 kg
TTV:
o TD : 125/80 mmhgs
o N : 100 x/i
o RR : 27x /i
o S : 38,50 C
Akral hangat
Kuku pucat dan sedikit
sianosis
Mukosa bibir kering dan
pucat
A : Masalah belum teratasi
34

P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan


o
Indentifikasi mual
o
Auskultasi bunyi usus
o
Memberikan
makanan
dengan porsi kecil tapi sering
o
Evaluasi terus status
nutrisi
Selasa,
30 mei
2012

1. Bersihan jalan
Jam : 09.00 Wib
nafas tak efektif 1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan
berhubungan
dada.
dengan inflamasi
Dengan Hasil : RR = 25x/i,
trachea
2. Mengukur TTV
bronchial,
Dengan hasil :
peningkatan
o
TD : 120/80 mmhg
produksi sputum.
o
N : 80 x/i
o
RR : 26x /i
o S : 38,50 C
3. Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak
ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis,
krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi,
dan srtidor tidak ada.
4. Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan
melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien
melaksanakan latihan nafas sesuai yang dianjurkan dan
dapat melakukan batuk efektif dan mengeluarkan
dahak.
5. Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi.
Dengan Hasil : sekret bisa keluar
6. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali

(Tanda Tangan Perawat)


Jam : 13.30 Wib
S:
Klien mengatakan sudah
dapat mengeluarkan dahak
Klien mengatakan sudah
tidak sesak
O:
Klien dapat mengeluarkan
dahaknya
Krekels dan stredor (-)
Dispnea tidak ada
TTV:
o TD : 120/80 mmHg
o N : 80x/i
o RR : 25x /i
o S : 38,50 C
A : Masalah teratasi sebagian : klien
dapat mengeluarkan dahak dengan
efektif, dispnuea tidak ada
P : Intervensi dilanjutkan :
35

7.
8.

kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat


Dengan Hasil : intake cairan 2000 ml dan pasien mau
minum air hangat.
Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
meyebar, dan GDA tidak normal.

Pantau terus TTV


Auskultasi area paru
Ingatkan kembali pasien
untuk latihan nafas dan batuk efektif
Lanjutkan pemberian obat
sesuai indikasi
Awasi GDA
(Tanda tangan perawat)

2.

Nyeri
Jam : 09.00 WIB
berhubungan
1. Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam,
dengan inflamasi
konstan, selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri dan
parenkim paru,
ditusuk.
reaksi seluler
Dengan Hasil: nyeri tidak ada lagi
terhadap
2. Memantau tanda vital.
sirkulasi toksin
Dengan Hasil:TTV :
dan batuk
o TD : 120/80 mmHg
menetap.
o N : 80 x/i
o RR : 25x /i
o S : 38,50 C
3. Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan
dada selama episode batuk.
Dengan Hasil : Klien mengikuti anjuran
Kolaborasi :
4. Memberikan analgesik dan antitusip sesuai indikasi.

Jam : 13.30 Wib


S:
Klien mengatakan tidak
nyeri lagi
Klien mengatakan
badannya sudah merasa segar
O:
Klien merasa nyaman
TTV:
o TD : 120/80 mmHg
o N : 80 x/i
o RR : 25x /i
o S : 38,50 C
Mukosa
bibir
masih
kering dan pucat
Dispnea (-)
Perfusi paru redup
Akral hangat
Kapilari refile kembali
dalam 2-3 detik
Klien masih pucat dan
sianosis
36

A : Masalah teratasi sebagian : klien


mengatakan nyeri tidak ada, klien
merasa nyaman, badan pasien segar,
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau terus TTV
Lanjutkan pemberian obat
sesuai indikasi
(Tanda tangan perawat)
3. Resiko tinggi
1.
Mengidentifikasikan
faktor
yang
terhadap nutrisi
menimbulkan mual atau muntah misalnya: sputum
kurang dari
banyak, pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.
kebutuhan tubuh
Dengan Hasil : Klien dapat mengeluarkan sputum
berhubungan
2. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi
dengan
distensi abdomen.
peningkatan
Dengan Hasil: Terdapat bising usus
kebutuhan
3. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering termasuk
metabolik
dengan makan kering (roti panggang) dan makanan yang
sekunder terhadap
menarik untuk pasien.
demam dan
Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan dalam porsi
proses infleksi.
kecil
4. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat badan
dasar.
Dengan Hasil: BB = 61 Kg

S:
Klien mengatakan saat
batuk sputum keluar.
Klien mengatakan masih
blum nafsu makan dan hanya mampu
menghabiskan porsi setiap kali
makan (pagi, siang dan malam)
O:
Klien
tampak
mengeluarkan sputum saat batuk dan
sudah berkurang
Klien
tampak
mengabiskan makanan dalam porsi
setiap kali makan
Kulit klien masih tampak
kering
Hb : 10 gr / dl
Protein total : 5,86 gr / dl
Albumin 3,00 gr / dl
BB : 61 kg
TTV:
37

o
o
o
o
A

TD : 120/80 mmhgs
N : 80 x/i
RR : 25x /i
S : 38,50 C
Akral hangat

:Masalah teratasi sebagian :


Mengidentifikasi
pengeluaran
sputum, observasi
distensi
abdomen, dan status gizi

P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan


o Auskultasi terus bising usus
o Memberikan makanan dengan
porsi kecil tapi sering
o Evaluasi terus status nutrisi
(Tanda Tangan Perawat)

38

Rabu,
01 juni
2012

1. Bersihan jalan
Jam : 09.00 Wib
Jam : 13.30 Wib
nafas tak efektif 1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan S :
berhubungan
dada.
Klien mengatakan sudah
dengan inflamasi
Dengan Hasil : RR = 24x/i.
tidak batuk
trachea
2. Mengukur TTV
Klien mengatakan sudah
bronchial,
Dengan hasil :
tidak sesak
peningkatan
o
TD : 120/80 mmhg
produksi sputum.
O:
o
N : 80 x/i
Klien mengatakan tidak
o
RR : 24x /i
0
ada sputum
o
S : 38,5 C
Krekels dan stredor (-)
TTV:
3. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali o
TD
:
120/80
mmHg
kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat
o N : 80 x/i
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat dan
o RR : 24 x /i
intake 2500 ml
o S : 38,50 C
4. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
A : Masalah teratasi : klien tidak batuk.
5. Memberikan oksigen sesuai indikasi
Tidak lagi sesak, tidak ada lagi
6. Mengawasi sinar X dada, GDA,
sputum, auskultasi area paru normal,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
intake cairan tercukupi
meyebar, dan GDA normal.
P : Intervensi dihentikan

2. Nyeri
berhubungan
dengan inflamasi
parenkim paru,

Jam : 09.00 WIB


1. Memantau tanda vital.
Dengan Hasil:TTV :
o TD : 120/80 mmHg

Jam : 13.30 Wib


S:
Klien mengatakan tidak
nyeri lagi
39

reaksi seluler
terhadap sirkulasi
toksin dan batuk
menetap.

o N : 80 x/i
Klien mengatakan
badannya sudah segar
o RR : 25x /i
o S : 38,50 C
O:
o
Klien merasa nyaman
2. Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi. TTV:
o TD : 120/80 mmHg
o N : 80 x/i
o RR : 24x /i
o S : 38,50 C
Mukosa bibir normal dan
tidak pucat lagi
Dispnea (-)
Perfusi paru Normal
Akral hangat
Kapilari refile kembali
dalam 2 detik
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan

3. Perubahan nutrisi 1. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi


kurang dari
distensi abdomen.
kebutuhan tubuh
Dengan Hasil: tidak terdapat bising usus
berhubungan
2. Memberikan makan dengan porsi kecil dan sering
dengan anoreksia,
termasuk dengan makan kering (roti panggang) dan
akibat toksin
makanan yang menarik untuk pasien.
bakteri dan rasa
Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan 1 porsi
sputum
penuh
3. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat badan
dasar.
Dengan Hasil: BB = 61 Kg
40

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang
serius dan mengancam nyawa. Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua,
dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti
COPD, penyakit jantung, diabetes, ISPA dan kanker-kanker tertentu. Untungnya,
dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasuskasus dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia
paling umum ditemukan adalah disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan
yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah orang tua, karena banyak
sekali orang tua terdapat riwayat merokok.
B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor
pencetus dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah.
Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari merokok, tidak meminum
minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat

41

DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 1,
EGC, Jakarta.
Brunner & Suddarth,2002. Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2. EGC : jakarta
Doenges, Marilynn, E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC,
Jakarta
Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Erlangga : Jakarta
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi
4. EGC : Jakarta.
Soeparman, dkk. 1998. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI : Jakarta

42

Anda mungkin juga menyukai