DISUSUN OLEH:
PRODI : KEPERAWATAN IV C
DOSEN PEMBIMBING :Ns.Agus S.Kep
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul:Sistem Respirasi tentang Pneumonia Dan Askepnya "
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah
seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks.
Kelompok masyarakat kita yang paling beresiko tinggi terkena penyakit yaitu, ibu
hamil, ibu menyusui dan anak bawah lima tahun (Rasmaliah, 2004).
Lebih dari 90% anak di dunia lahir hidup di Negara berkembang setiap tahun. 35.000
dari mereka mati setiap hari, sebagian besar karena problem yang umum dan mudah
dicegah. Kesehatan dan anak sakit ini adalah akibat dari dinamika komplek faktorfaktor lingkungan, sosial, pola asuh, politik,dan ekonomi. Tidak ada intervensi yang
dapat memotong siklus morbiditas dan mortalitas yang membayangi mereka
(Benrham, 2000).
Salah satu penyakit yang sering diderita terutama oleh anak-anak adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan
bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah, baik di negara
berkembang maupun di negara maju yang sudah mampu dan banyak dari mereka
perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran
pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai
pada masa dewasa.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang
terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40%60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian
yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%. Kematian yang terbesar umumnya
adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (Depkes RI,
2007).
Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat,
dahakberwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen
memperlihatkan
kepadatan
pada
bagian
paru
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tapi akibatnya fungsi paru
terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk
oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri,
virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ).
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan pneumonia.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.
2.
Untuk
mengetahui
penyebab
,pengobatan
,dan
pencegahan
pneumonia.
3.
1.3. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan
kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
pneumonia.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Teori Pneumonia
2.1.1. Pengertian
Pneumonia adalah proses peradangan dimana terdapat konsulidasi
yang disebabkan pengisisan rongga alveoli eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsulidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli menjadi terhambat
dan tidak berfungsi secara maksimal.pneumonia lobularis/bronkopneumonia
menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang memiliki bercak dengan
diameter sekitar 3-4 cm mengelilingi dan mengenai bronkus.
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract) (Depkes. RI, 2004).
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari (Silalahi, L. 2004).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan
menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstiasialis dan bronkopneumonia
(Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ).
2.1.2. Klasifikasi
Menurut Rasmaliah (2004) mengatakan Program Pemberantasan ISPA
(P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indrawing).
b.
c.
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40
kali per menit atau lebih.
c.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Depkes, 1993).
klasifikasi pneumonia.
1.
a.
b.
Pneumonia
nosokomial,
(hospital-acquired
pneumonia/nosocomial pneumonia).
c.
Pneumonia aspirasi.
d.
Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering
diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu
bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut
usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental,
pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain
atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh
rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. (Soeparman,
dkk, 1998, Hal 697).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang
peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus
pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal.
Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman,
dkk, 1998, Hal 697).
b.
10
VIRUS
JAMUR
(Stapilokokus, mikoplasma,
Streptokokus Aureus, Pnemokokus,
Diplokokus, dll)
(Asferqilus, Candida,Dll)
Reaksi Implamasi
Menghasilkan Zat
Pirogen Dan Endogen
Edema Trakeobronkial,
Dan Pembentukan Sekresi / Sputum
MenstimulasI
Hipotalamus
Pengeluaran
Infiltrat pada parenkim paru
PNEUMONIA
Prostylandin
Iritasi Pada
Pleura
Perubahan Membran
Alveolar Kapiler
Pleuritis
Gesekan
pleura Saat
Inspirasi dan
Ekspirasi
MK : Gangguan
Pertukaran gas
Nyeri dada
Gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah
Demam
Peningkatan
metabolisme tubuh
MK : Resiko tinggi
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Suplai 02 ke Jaringan
Menurun
Pengambilan 02 Oleh
Jaringan Menurun
MK : Nyeri
Jaringan kekurangan
O2
Lemah, pucat
MK : Intolenransi
Aktivitas
11
b.
c.
d.
Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal
di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas
tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri
bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk /
meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri
abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan
bawah).
2.1.7
Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
3.
JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi
pada
infeksi
virus,
kondisi
tekanan
imun
seperti
AIDS,
memungkinkan
6.
7.
8.
2.1.8. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan parentral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transpormukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
-
Kompikasi yang bisa terjadi dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(Pneumonia) diantaranya abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinusitis,
meningitis purulenta, perikarditis dan epiglottis kadang ditemukan pada infeksi tipe B
(Mansjoer, A. 2007).
2.2.1 Tanda dan Gejala
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhankeluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala
menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan
pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi,
maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat
cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.Tandatanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
1. Tanda-tanda klinis
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
b.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
2. Tanda-tanda laboratories
a.
Hypoxemia,
b.
Hypercapnia dan
c.
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda
bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum
(kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin
(Rasmaliah, 2004)
14
2.2.2 Pengobatan
Menurut Mansjoer, A. (2007) Penatalaksanaan pada Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (Pneumonia), yaitu:
a. Oksigen 1-2 l/mnt
b.
IVFD (intra vena fluid drip) dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1 + KCl 10
mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan dan status
dehidrasi.
c.
Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
d.
Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
redispredisposisi
individu
terhadap
pnumonia
akan
membantu
untuk
Individu yang merokok berisiko, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas
mukosiliari dan makrofag. Tindaka preventif : ajurkan individu untuk berhenti
merokok.
Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam
waktu yang lama yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap
bronkopneumonia. Tinadakan preventif : sering mengubah posisi.
Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka
yang mendapat antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan
berisiko. Tindakan preventif : tingakan higiene oral yang teratur.
16
17
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.
Pengkajian Lengkap
1. Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama
: Tn. S.
Umur
: 43 tahun
Suku/bangsa
: Indonesia
Status Perkawinan
: kawin
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Hibrida 12
Tanggal masuk RS
: 28 Mei 2012
Tanggal Pengkajian
: 29 Me 2012
No Register : 08.110.908
:Tn.R
Umur
: 38
No telepon
: (0736)654321
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Hibrida 12
Sumber Informasi
2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
a. Keluhan utama/alasan masuk RS
Tn S (43 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 28
maret 2012, jam 10.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak
napas.
19
b.
20
3.
3. Pola eliminasi
*buang air besar
(BAB) :
- Frekuensi
: 1 x 2 hari
waktu : pagi
- Warna
: kuning
konsistensi
: lembek
- Kesulitan (diare, konstipasi, inkintinensia) :tidak ada
*buang air kecil (BAK)
- Frekuensi
:4x sehari
waktu :pagi,siang, sore, malam
- Kesulitan (disuria,nokturia, hematuria, retensi inkontensia): tidak ada
- Alat bantu(kateter intermiten, indwelling, kateter eksternal) : tidak ada
Lama tidur
:6 jam/malam tidur siang: 2 jam
Waktu : 21.00 WIB
Kebiasaaan menjelang tidur :-
tidur sore: -
21
disembuhkan
Lain-lain:-
Pekerjaan
:selama sakit pasien tidak dapat melakukan pekerjaannya
System pendukung : pasangan (), tetangga/ teman (),tidak ada ( ),
: tidak ada
4.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Penampilan umum : klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernafas,
Tingkat kesadaran
BB
TB
2. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
3. Kulit:
Warna kulit
Kelembaban
22
Turgor kulit
: buruk (tidak elastis)
Ada/ tidaknya oedema: oedema tidak ada
4. Kepala/ rambut
Inspeksi
: kepala simetris dan warna rambut hitam.
Palpasi
: tidak berminyak dan tidak kering, tidak ada benjolan
atau massa.
5. Mata : DBN
Fungsi pengelihatan : kurang , visus 3/6
Ukuran pupil
: 2 mm
Konjungtiva
: tidak anemis
Lensa/iris
: warna coklat
Oedem palpebra
: tidak ada
Palpebra
: terbuka
Sclera
: tidak ikhterik
6. Telinga
Fungsi pendengaran : berkurang
Kebersihan
: bersih
Daun telinga
: simetris, elastic, lesi tidak ada.
Fungsi keseimbangan : baik
Secret
: ada
7. Hidung dan sinus
: Pernafasan cuping hidung
Inspeksi
: bentuk simetris
Fungsi penciuman
: baik
Pembengkakan
: tidak ada polip
Kebersihan
: bersih
Pendarahan
: tidak ada
Secret
: tidak ada
8. Mulut dan tenggorok
Membran mukosa
: kering
Kebersihan mulut
: bersih
Keadaan gigi
: gigi lengkap
Tanda radang
: tidak ada
Kesulitan menelan
: tidak ada
9. Thorak /paru
Inspeksi
: Dada simetris, RR : 32x/I, penggunaan otot bantu
pernafasan (+), takipnea (+), pernafsan dangkal, dan
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
10. Jantung
Inspeksi
Palpasi
23
Auskultasi
Perkusi
11. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
12. Genetalia
13. Rektal
ROM
Kekuatan otot
Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien lobaris (sebagianlobus pada
kedua paru).
2. AGD :menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik, PCO2 turun, HCO3
normal)
3. Pemeriksaan
sputum:
ditemukan
kuman
Stapilococcus
aureus
dan
Diplococcus pneumonia
24
4. Pemeriksaan darah :
-
Hb = 10,5 gr/dl
Trombosit =265.000/mm3
Hematokrit = 44%
Leokosit = 16.000/mm3
25
3. Analisa Data :
Nama klien
: Tn. S (43 th)
Ruang rawat
: Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnosa medik : Pneumonia
No Data
Etiologi
1.
DS:
Inflamasi trakea bronkial dan
Klien mengatakan batuk farenkim paru,
pembentukkan
berdahak dan sesak napas
edema dan peningkatan produksi
Klien mengatakan batuk sputum.
dengan dahak yang kental dan sulit
untuk dikeluarkan
Klien
mengatakan
dahaknya terasa lengket di tengorokkan
Klien
Mengatakan
Kesulitan bernapas
DO:
Klien tampak lemah
kesulitan bernapas
TTV:
o TD : 140/100 mmHg
o N : 120 x /i
o RR : 32 x /i
o S : 38 0 C
Pernafasan Cuping Hidung
Takipnea (+)
Dispnea (+)
Pernafasan dangkal
Penggunaan otot bantu
pernafasan (+)
Pemeriksaan seputum :
ditemukan
kuman
stapilococcus
aureus dan diplococcus pneumonia
2.
DS:
Klien mengatakan nyeri
dada
Klien mengatakan sakit
kepala
Klien mengatakan sendi
nyeri
DO:
Klien tampak gelisah
Klien tampak meringis
kesakitan akibat nyeri
Klien tampak memegang di
daerah dada dan melindungi daerah
yang sakit
Masalah
Bersihan
Jalan
nafas
tidak
efektif
Nyeri
26
o
o
o
o
3.
TTV:
TD : 140/100 mmhg
N : 120x/i
RR : 32x /i
S : 38,50 C
DS:
Anoreksia, akibat toksin bakteri,
Klien mengatakan batuk bau dan rasa sputum
berdahak
Klien
mengatakan
dahaknya terasa lengket ditenggorokkan
Klien mengatakan tidak
nafsu makan dan hanya mampu
menghabiskan porsi setiap kali makan
(pagi,siang dan malam)
Klien mengatakan mual
Klien mengatakan lemah
DO:
Klien
tampak
mengeluarkan sputum saat batuk
Klien tampak lemah
Klien
tampak
hanya
mampu mengabiskan makanan porsi
setiap kali makan
Mukosa bibir klien kering
Hb : 10 gr / dl
Protein total : 5,86 gr / dl
Albumin 3,00 gr / dl
BB : 61 kg
TTV:
o TD : 140/100 mmhg
o N : 120 x/i
o RR : 32x /i
o S : 38,50 C
-
Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
Diagnosa
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Keperawata
1.
n
Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
berhubungan
dengan
inflamasi
trachea
bronchial,
peningkatan
produksi
sputum
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3 x 24
jam,
diharapkan
jalan
nafas
kembali
efektif
Mandiri :
1.
Kaji
N
frekuensi/kedalaman
afas normal
pernapasan dan gerakan dada.
B
unyi
nafas
bersih
Si 2.
Auskulta
anosis
si area paru, catat area
TTV : DBN :
penurunan/tak ada aliran udara
o
TD : 120dan bunyi napas adventisius,
mis, krekels, mengi stridor.
130/80-90
mmhg
o
N : 60100 x/i
o
RR : 163.
Bantu
24 x/i
0
pasien latih napas sering
o
S : 38,5
Tunjukan/bantu
pasien
C
mempelajari melakukan batuk,
mis., menekan dada dan batuk
efektif sementara posisi duduk
tinggi.
4.
Penghisa
pan sesuai indikasi.
atuk efektif
5.
Berikan
cairan paling sedikit 2500 6. Alat untuk menurunkan spasme
ml/hari
(Kecuali
kontra
bronkus dengan mobilisasi sekret,
indikasi). Tawarkan air hangat,
analgetik diberikan untuk memperbaiki
daripada air dingin.
batuk
dengan
menurunkan
Kolaborasi :
ketidaknyamanan
tetapi
harus
6.
Berikan
digunakan secara hati-hati, karena
obat sesuai indikasi: mukolitik,
dapat
menurunkan
upaya
ekspektoran,
bronkodolator,
batuk/menekan pernafasan.
analgesik.
7. Cairan diperlukan untuk mengganti
kehilangan dan memobilisasi sekret.
7.
2.
Nyeri
berhubunga
n dengan
inflamasi
parenkim
paru, reaksi
seluler
terhadap
sirkulasi
toksin dan
batuk
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3 x
24 jam,
diharapkan
Nyeri dada
terkontrol
Dispenea
dan takipnea
tidak ada
o
Kesulitan
bernafas tidak
ada
o
Akral
hangat
sianosis
o
Kapilari
refile kembali
o
Berikan
cairan tambahan misalnya :
Intravena,oksigen humidifikasi,
dan ruang humidifikasi.
Mandiri :
1.
1.
Nyeri dada
Tentukan
karakteristik
nyeri,
biasanya ada dalam beberapa derajat
misalnya : tajam, konstan,
pada peneumonia,juga dapat timbul
selidiki perubahan karakter /
komplikasi
pneumonia
seperti
lokasi nyeri dan ditusuk.
perikarditis dan indokarditis.
2.
Pantau tanda vital.
2.
Perubahan
frekuensi
jantung
atau
TD
menunjukkan
bahwa
pasien
mengalami nyeri, khususnya bila
29
menetap.
o
o
o
o
-
3.
Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
Setelah
dilakuakn
intervensi
keperawatan
selama 3 x 24 jan,
diharapkan
dalam
2-3
detik
Gelisah
tidak ada
Penurunan
kesadaran
tidak ada
Pucat dan
sianosis tidak
ada
TTV
:
DBN :
TD : 120130/80-90
mmhg
N : 60100 x/i
RR : 1624 x/i
S : 38,50
C
M Mandiri :
ual
dan 1. Identifikasi
faktor
yang 1.
Pilihan
muntah tidak
menimbulkan
mual
atau
intervensi terganggung pada penyebab
ada
muntah misalnya: sputum
masalah.u kebersihanmulut setelah
M
banyak, dispenea berat, nyeri.
muntah, setelah tindakan aerosol dan
ukosa
bibir 2. Berikan wadah tertutup untuk
drainase postur sebelem maka.
lembab.
sputum dan buang sesering 2.
Menghilangk
30
anoreksia,
akibat toksin
bakteri dan
rasa sputum .
T
mungkin. Berikan atau bantu.
an tanda bahaya, rasa bau, dari
kulit 3. Jadwalkan
pengobatan
lingkungan
pasien
dan
dapat
pernapasan sedikitnya 1 jam
menurunkan mual.
P
sebelum makan
3.
Menurunkan
eningkatan
efek mual yang berhubungan dengan
nafsu makan.
pengobatan ini.
urgor
elastis.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
Ruang rawat
Diagnosa medik
Hari/tgl
Senin,
29 mei
2012
Diagnosa
Keperawatan
1. Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan inflamasi
trachea
bronchial,
peningkatan
produksi sputum.
Implementasi
Evaluasi
oksigen
5.
7.
TD : 125/80 mmHg
N : 100 x/i
RR : 27x /i
S : 38,50 C
Mukosa
bibir
masih
kering dan pucat
Dispnea (+)
Perfusi paru redup
Premetus menurun pada
kedua paru
Akral hangat sianosis
Kapilari refile kembali dalam 2-3
detik
Klien masih pucat dan sianosis
: Masalah teratasi sebagian : klien
mengatakan nyeri berkurang, klien
merasa agak nyaman.
o
o
o
o
o
o
o
A
P : Intervensi dilanjutkan :
Kaji terus karekteristik
nyeri
Pantau terus TTV
Ingatkan kembali pasien
untuk latihan nafas dan batuk efektif
Lanjutkan pemberian obat
sesuai indikasi
(Tanda tangan perawat)
3 . Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan anoreksia,
S:
1.
Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan
berdahak
aerosol, .dispenea berat, nyeri.
Dengan Hasil : Klien mual dan muntah disebabkan
dahaknya
mengatakan
lengket
33
akibat toksin
bakteri dan rasa
sputum
sputum banyak.
2. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang
sesering mungkin.
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di wadah
3. Menjadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam
sebelum makan.
Dengan Hasil:klien sudah mengerti
4. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi
distensi abdomen.
Dengan Hasil: Terdapat bising usus
5. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering
termasuk dengan makan kering ( roti panggang ) dan
makanan yang menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien mau makan dalam porsi kecil
10.
Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat
badan dasar.
Dengan Hasil:BB : 61 Kg
ditenggorokkan
Klien mengatakan tidak
nafsu makan dan hanya mampu
menghabiskan porsi setiap kali
makan (pagi,siang dan malam)
Klien mengatakan mual
-
1. Bersihan jalan
Jam : 09.00 Wib
nafas tak efektif 1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan
berhubungan
dada.
dengan inflamasi
Dengan Hasil : RR = 25x/i,
trachea
2. Mengukur TTV
bronchial,
Dengan hasil :
peningkatan
o
TD : 120/80 mmhg
produksi sputum.
o
N : 80 x/i
o
RR : 26x /i
o S : 38,50 C
3. Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak
ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis,
krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi,
dan srtidor tidak ada.
4. Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan
melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien
melaksanakan latihan nafas sesuai yang dianjurkan dan
dapat melakukan batuk efektif dan mengeluarkan
dahak.
5. Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi.
Dengan Hasil : sekret bisa keluar
6. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali
7.
8.
2.
Nyeri
Jam : 09.00 WIB
berhubungan
1. Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam,
dengan inflamasi
konstan, selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri dan
parenkim paru,
ditusuk.
reaksi seluler
Dengan Hasil: nyeri tidak ada lagi
terhadap
2. Memantau tanda vital.
sirkulasi toksin
Dengan Hasil:TTV :
dan batuk
o TD : 120/80 mmHg
menetap.
o N : 80 x/i
o RR : 25x /i
o S : 38,50 C
3. Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan
dada selama episode batuk.
Dengan Hasil : Klien mengikuti anjuran
Kolaborasi :
4. Memberikan analgesik dan antitusip sesuai indikasi.
S:
Klien mengatakan saat
batuk sputum keluar.
Klien mengatakan masih
blum nafsu makan dan hanya mampu
menghabiskan porsi setiap kali
makan (pagi, siang dan malam)
O:
Klien
tampak
mengeluarkan sputum saat batuk dan
sudah berkurang
Klien
tampak
mengabiskan makanan dalam porsi
setiap kali makan
Kulit klien masih tampak
kering
Hb : 10 gr / dl
Protein total : 5,86 gr / dl
Albumin 3,00 gr / dl
BB : 61 kg
TTV:
37
o
o
o
o
A
TD : 120/80 mmhgs
N : 80 x/i
RR : 25x /i
S : 38,50 C
Akral hangat
38
Rabu,
01 juni
2012
1. Bersihan jalan
Jam : 09.00 Wib
Jam : 13.30 Wib
nafas tak efektif 1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan S :
berhubungan
dada.
Klien mengatakan sudah
dengan inflamasi
Dengan Hasil : RR = 24x/i.
tidak batuk
trachea
2. Mengukur TTV
Klien mengatakan sudah
bronchial,
Dengan hasil :
tidak sesak
peningkatan
o
TD : 120/80 mmhg
produksi sputum.
O:
o
N : 80 x/i
Klien mengatakan tidak
o
RR : 24x /i
0
ada sputum
o
S : 38,5 C
Krekels dan stredor (-)
TTV:
3. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali o
TD
:
120/80
mmHg
kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat
o N : 80 x/i
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat dan
o RR : 24 x /i
intake 2500 ml
o S : 38,50 C
4. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
A : Masalah teratasi : klien tidak batuk.
5. Memberikan oksigen sesuai indikasi
Tidak lagi sesak, tidak ada lagi
6. Mengawasi sinar X dada, GDA,
sputum, auskultasi area paru normal,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
intake cairan tercukupi
meyebar, dan GDA normal.
P : Intervensi dihentikan
2. Nyeri
berhubungan
dengan inflamasi
parenkim paru,
reaksi seluler
terhadap sirkulasi
toksin dan batuk
menetap.
o N : 80 x/i
Klien mengatakan
badannya sudah segar
o RR : 25x /i
o S : 38,50 C
O:
o
Klien merasa nyaman
2. Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi. TTV:
o TD : 120/80 mmHg
o N : 80 x/i
o RR : 24x /i
o S : 38,50 C
Mukosa bibir normal dan
tidak pucat lagi
Dispnea (-)
Perfusi paru Normal
Akral hangat
Kapilari refile kembali
dalam 2 detik
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang
serius dan mengancam nyawa. Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua,
dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti
COPD, penyakit jantung, diabetes, ISPA dan kanker-kanker tertentu. Untungnya,
dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasuskasus dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia
paling umum ditemukan adalah disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan
yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah orang tua, karena banyak
sekali orang tua terdapat riwayat merokok.
B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor
pencetus dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah.
Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari merokok, tidak meminum
minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat
41
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 1,
EGC, Jakarta.
Brunner & Suddarth,2002. Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2. EGC : jakarta
Doenges, Marilynn, E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC,
Jakarta
Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Erlangga : Jakarta
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi
4. EGC : Jakarta.
Soeparman, dkk. 1998. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI : Jakarta
42