Bagian Ilmu Penyakit Anak Fakultas Kedokteran 2005 Bab I Pendahuluan 1
Bagian Ilmu Penyakit Anak Fakultas Kedokteran 2005 Bab I Pendahuluan 1
1.1. Latar belakang Sepsis merupakan suatu penyebab penting morbiditas dan
mortalitas pada bayi-bayi yang dirawat di rumah sakit dan pada bayi-bayi prematur.
Patofisiologi dan simptom sepsis pada orang dewasa dan anak-anak pada dasarnya
hampir sama, yaitu mengindikasikan adanya respon inflamasi sistemik yang
menyebabkan terjadinya koagulopati, hipotensi, perfusi jaringan dan organ yang
tidak adekuat, dan pada akhirnya, kegagalan organ dan kematian. Walaupun kedua
kelompok usia ini menunjukkan gambaran yang hampir sama, namun sebenarnya
ada beberapa perbedaan-perbedaan, seperti perbedaan peran mediator-mediator
sepsis, dan patofisiologi dari sepsis itu sendiri pada orang dewasa, anak-anak, dan
pada bayi. Dalam beberapa tahun terakhir, sudah terjadi kemajuan-kemajuan pesat
akan pemahaman potofisiologi sepsis. Inflamasi, aktivasi koagulasi, dan proses
fibrinolisis yang terganggu/tersupresi, merupakan mekanisme-mekanisme penting
sebagai patofisiologi sepsis dan dikenal dengan sepsis cascade. Terapi-terapi
terbaru yang potensial terhadap sepsis kini lebih diarahkan kapada respon selular.
Pemahaman akan patofisiologi sepsis tentunya penting untuk diagnostik dengan
sensifitas dan spesifisitas yang baik untuk deteksi dini serta penatalaksanaannya.
1.2. Definisi Sepsis Pada tahun 1992, The American College of Chest Physicians and
the Society of Critical Care Medicine (ACCP/SCCM) mengembangkan suatu
konsensus tentang definisi sepsis. Beberapa diskusi dilakukan untuk membahas
tentang dapat tidaknya definisi ini diaplikasikan kepada bayi atau neonatus. Hal ini
menyangkut adanya perbedaan-perbedaan yang didasarkan pada usia, seperti nilainilai normal tekanan darah, frekwensi, frekwensi pernafasan, oliguria, dan jumlah
leukosit. Selain itu, adanya beberapa sindrom seperti syok kardiogenik, syok
hemoragic, dan syok ensefalopati yang menyerupai syok septic. Konsensus
internasional ini telah diadaptasi untuk pemakaian di bagian pediatric. Pada
pembahasan patofisiologi sepsis ini, yang dipakai adalah konsensus internasional
tentang sepsis, yakni adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
dengan infeksi. BAB II GAMBARAN PATOFISIOLOGI SEPSIS 2.1. Patofisiologi Sepsis
Sepsis merupakan hasil interaksi yang kompleks antara organisme patogen dan
tubuh manusia sebagai pejamu. Tinjauan mengenai sepsis berhubungan dengan
patofisiologi yang kompleks untuk mengilustrasikan gambaran klinis akan suatu
hipotensi yang berat dan aliran darah yang terbendung akibat terbentuknya
mikrotrombus di dalam sistem kapiler. Hal ini dapat menyebabkan disfungsi organ
yang kemudian dapat berkembang menjadi disfungsi dari beberapa organ dan
akhirnya kematian. Proses molekuler dan seluler dari pejamu sebagai respon
terhadap sepsis adalah berbeda-beda tergantung dari jenis organisme yang
menginvasi (organisme Gram-positif, organisme Gram-negatif, jamur, atau virus).
Respon pejamu terhadap organisme Gram-negatif dimulai dengan dikeluarkannya
lipopolisakarida, yakni endotoksin dari dalam dinding sel bakteri Gram-negatif, yang
dikeluarkan saat proses lisis. Organisme Gram-positif, jamur dan virus memulai
respon pejamu dengan mengeluarkan eksotoksin dan komponen-komponen antigen
seluler. Kedua substansi tadi memicu terjadinya kaskade sepsis yakni dimulai
dengan pengeluaran mediator-mediator inflamasi (Gambar 1). Mediator-mediator
inflamasi adalah substansi yang dikeluarkan dari sel sebagai hasil dari aktivasi
makrofag. Hasilnya adalah aktifnya sistem koagulasi dan sistem komplemen.
Kerusakan utama akibat aktivasi ini terjadi pada endotel dan menyebabkan migrasi
leukosit serta pembentukan mikrotrombus. Akibat aktivasi endotelium, terjadi
peningkatan jumlah reseptor trombin pada permukaan sel untuk melokalisasi
koagulasi pada lesi tersebut. Lesi pada endotel berhubungan dengan proses
fibrinolisis yang terganggu. Hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah reseptor
pada permukaan sel yang diperlukan untuk sintesis dan pemunculan molekul
antitrombotik. (Gambar 1) Kaskade sepsis ini menghasilkan kebocoran kapiler dan
vasodilatasi yang dapat berkembang lebih lanjut menjadi disfungsi organ dan syok.
Multiorgan Dysfunction Syndrome (MODS) dapat terjadi ketika syok, kebocoran
kapiler, dan vasodilatasi tidak distabilkan, dan dapat menyebabkan kematian. 2.2.
Wawasan Baru Tentang Patofisiologi Sepsis Sebelumnya, sepsis secara utama hanya
dipandang sebagai suatu kekacauan sistem inflamasi. Beberapa studi terakhir
mengindikasikan bahwa mekanisme sepsis juga mencakup aktivasi koagulasi dan
terganggunya fibrinolisis yang menyebabkan terbentuknya protrombin sebagai hasil
abnormalitas endotel yang diinduksi oleh sepsis dan kemudian disfungsi organ.
Gambar 2 mengilustrasikan hilangnya homeostasis pada sepsis akibat mekanisme
ini. Gambar 2. Hilangnya homeostasis pada sepsis. Patofsiologi sepsis mencakup
aktivasi inflamasi, aktivasi koagulasi, dan fibrinolisis yang terganggu. Hal ini
menciptakan ketidakseimbangan dalam homeostasis yang normal antara
mekanisme prekoagulan dan antikoagulan. (PAI-1, plasminogen activator inhibitor1; TAFIa, thrombin activatable fibrinolysis inhibitor). 2.2.1. Respon Inflamasi Pada
orang dewasa, tumor necrosis factor alpha (TNF-) merupakan mediator sepsis
yang terutama di samping beberapa sitokin dan sel-sel lain yang juga terlibat. Mulamula, makrofag teraktivasi dan memproduksi sejajaran mediator-mediator
proinflamasi, termasuk TNF-, Interleukin-1 (IL-1), IL-6, IL-8, platelet activating
factor (PAF), leukotrien, dan thromboxane-A2. Mediator-mediator proinflamasi ini
mengaktifkan banyak jenis sel, menginisiasi kaskade sepsis, dan menghasilkan
kerusakan endotel. Ketika terluka, sel-sel endotel dapat dilalui oleh granulosit dan
unsur-unsur plasma menuju jaringan yang mengalami inflamasi, yang mana dapat
berujung pada kerusakan organ. Inflamasi sel-sel endotelial menyebabkan
vasodilatasi melalui aksi nitric oxide pada pembuluh darah otot polos. Hipotensi
yang berat dihasilkan dari produksi nitric oxide yang berlebihan, sehingga
melepaskan peptida-peptida vasoaktif seperti bradikinin dan serotonin, dan dengan
kerusakan sel endotel ini, terjadilah ekstravasasi cairan ke jaringan interstisial.
Aktivasi IL-8 dapat menyebabkan disfungsi paru-paru melalui aktivasi netrofil yang
berada di paru-paru. Kerusakan kapiler menyebabkan peningkatan permeabilitas di
paru-paru, serta dapat menyebabkan oedem paru non kardiogenik. Sitokin-sitokin
proinflamasi mengaktivasi sistem komplemen baik melalui jalur klasik maupun jalur
alternatif. Sistem komplemen merupakan komponen yang esensial pada imunitas
bawaan. Namun demikian, aktivasi yang berlebihan, seperti yang terjadi pada
sepsis, dapat menyebabkan kerusakan endotel. C5a dan produk dari aktivasi
komplemen lainnya mengaktifkan kemotaksis neutrofil, fagositosis dengan
fungsi monosit pada neonatus sama dengan orang dewasa; namun demikian,
aktivitas kemotaksis makrofag terganggu dan berlanjut dengan penurunan
fungsinya sampai masa kanak-kanak awal. Jumlah makrofag di paru-paru, limpa,
serta hepar menurun. Aktivitas kemotaksis, bakterisidal, serta pemaparan antigen
tidak sempurna baik. Jumlah sitokin yang diproduksi oleh makrofag juga berkurang,
yang mana dapat berhubungan dengan penurunan jumlah produksi sel-T. Sel-T
ditemukan dalam sirkulasi janin pada awal kehamilan dan jumlahnya meningkat
saat kelahiran sampai usia sekitar 6 bulan. Namun, sel ini banyak yang immatur
dan tidak bertahan lama. Neonatus kekurangan fenotip sel-T dengan sel memori
pada permukaannya. Namun demikian, jumlah sel-T ini bertambah dengan makin
maturnya neonatus serta dengan stimulus paparan antigen. Sel-T neonatus yang
masih naf ini belum dapat langsung berproliferasi bila diaktivasi seperti pada sel-T
orang dewasa. Selain itu, sel-T neonatus ini belum secara efektif memproduksi
sitokin saat terjadi stimulasi dan diferensiasi oleh sel-B, serta stimulasi sum-sum
tulang oleh granulosit/monosit. Keterlambatan pembentukan fungsi memori
terhadap antigen spesifik mengikuti terjadinya infeksi primer. Fungsi sitotoksik sel-T
neonatus kurang lebih 50-100% sama efektifnya dengan sel-T orang dewasa.
Kekebalan pasif terhadap beberapa jenis organisme didapatkan melalui IgG yang
ditransfer melalui plasenta selama trimester III kehamilan. Kadar IgG antibodi dalam
darah bayi cukup bulan setara dengan kadar antibodi tersebut dalam tubuh ibunya.
Maka dari itu, bayi-bayi yang lahir prematur khususnya yang lahir pada usia
kehamilan kurang dari 30 minggu, tentu tidak memiliki antibodi ini secara
mencukupi. Bila sistem imun ibu tersupresi (immunosuppressed mother), maka
tentu akan sangat mungkin bahwa jumlah IgG yang ditransmisikan kepada janinnya
juga rendah. Janin dapat mensintesis IgM pada usia kehamilan 10 minggu; namun
levelnya sangat rendah saat lahir, kecuali jika janin terpapar agen infeksius selama
kehamilan. Hal tersebut akan menstimulasi peningkatan produksi IgM. IgG dan IgE
juga dapat disintesis oleh janin dalam kandungan namun jumlahnya dalam darah
pada saat lahir hanya sedikit. Neonatus mendapatkan IgA melalui ASI dan mulai
mensekresikan IgA pada usia 2-5 minggu. Respon terhadap antigen polisakarida
berkurang dan tetap demikian sampai 2 tahun pertama kehidupan. Pada neonatus,
kemampuan kemotaksis dan kapasitas neutrofil neonatal serta leukosit PMN untuk
mengeliminasi antigen mengalami penurunan. Berkurangnya adhesi sel-sel ini pada
pembuluh darah mengurangi kemampuannya untuk berdiapedesis meniggalkan
pembuluh darah menuju ke jaringan. Selain itu juga, PMN pada neonatal kurang
dapat bergerak melalui matriks ekstraselular jaringan untuk mencapai lokus
inflamasi dan infeksi. Kemampuan PMN untuk memfagositosis dan membunuh
bakteri terganggu saat bayi itu sakit. Yang terakhir, cadangan neutrofil dengan
mudah terdeplesi karena sum-sum tulang kurang responsif, khususnya pada bayi
prematur. Natural killer (NK) cells ditemukan dalam jumlah yang lebih besar pada
darah tepi neonatus dibandingkan orang dewasa; namun kemampuannya
berkurang dalam hal mengekspresikan antigen pada membran sel. Respon yang
berkurang ini ditemukan pada infeksi herpes virus pada neonatus. Janin mulai dapat
memproduksi protein komplemen pada usia kehamilan 6 minggu. Komposisi
partum atau ketika ada kecurigaan kuat terhadap sepsis, aspirasi suprapubik dan
LCS sebaiknya dilakukan. Beberapa bayi dalam keadaan kritis, terutama bayi BBLR,
dapat diberikan antibiotik sebelum spinal tap dilakukan. Bila antibiotik sudah mulai
diberikan, biakan harus diinkubasikan selam 72 jam untuk menyediakan cukup
waktu bagi organisme untuk berkembang biak sebelum biakan dinyatakan negatif
dan terapi antibiotik intravena dihentikan. Hanya sekitar 82-90% biakan darah
sensitif pada neonatus. Karena itu, dengan adanya kecurigaan klinik yang cukup
kuat terhadap sepsis serta jumlah leukosit yang abnormal, bayi harus diterapi
lengkap dengan antibiotikwalaupun dengan hasil biakan yang negatif . Pemeriksaan
cairan serebrospinal umumnya sukar diinterpretasikan pada neonatus. LCS normal
dapat mengandung sampai 32 leukosit per mikroliter, dengan 60% sel PMN. Kadar
glukosa LCS bervariasi pada neonatus, namun secara umum 40% lebih tinggi dari
kadar glukosa dalam plasma. Protein dapat mencapai 180mg/dL atau lebih tinggi
pada bayi prematur. Organisme sebaiknya dilihat dengan pewarnaan Gram. 3.5.
Penatalaksanaan Sepsis Bila sepsis kecurigaan sudah cukup kuat ke arah sepsis,
maka beberap tes harus dilakukan segera dan pemberian antibiotic perlu dilakukan
segera. Antibiotik dilanjutkan sampai hasil ada hasil biakan dan respon klinis
terhadap intervensi dievaluasi. Mula-mula, infeksi diterapi empiris dengan antibiotik
spektrum luas seperti penisilin dan aminoglikosida untuk mencakup organismeorganisme Gram-positif dan Gram-negatif. Ketika organisme penyebab telah
diidentifikasi, antibiotik tadi mungkin perlu diganti dengan antibiotik yang lebih
sesuai. Beberapa golongan antibiotik yang biasanya dipakai untuk sindrom sepsis
neonatorum antara lain adalah: ampicillin, gentamicin, cefotaxime, vancomycin,
metronidazole, erythromycin, dan piperacillin. Pilihan antibiotik harus didasarkan
pada organisme yang bersangkutan dengan sepsis tersebut, sensitifitas agen
bakterial, serta harus mencegah tren infeksi naosokomial pada bayi. Perlu diingat
bahwa infeksi virus juga dapat menyerupai infeksi bakteri. Kategori Obat: Antibiotik
Terapi antimikroba secara empiris Empiric antimicrobial harus cukup luas dan
sebaiknya mencakup semua pathogen yang mungkin pada konteks gambaran klinis.
Nama Obat Ampicillin (Marcillin, Omnipen, Polycillin, Principen, Totacillin) Antibiotik
beta-lactam yang bersifat bacteriocidal bagi bebrapa organisms, seperti GBS,
Listeria, nonpenicillinase-producing Staphylococcus, beberapa strains of H
influenzae, dan meningokokus. Dosis Pediatrik <7 hari dan <2000 g: 50 mg/kg/dose
IV/IM q12h <7>2000 g: 50 mg/kg/dose IV/IM q8h 7-30 hari dan <1200 g: 50
mg/kg/dose IV/IM q12h 7-30 hari dan 1200-2000 g: 50 mg/kg/dose IV/IM q8h 7-30
hari dan >2000 g: 50 mg/kg/dose IV/IM q6h >30 hari: 100-200 mg/kg/hari IV/IM
dibagi q6h; dosis dapat digandakan pada kasus meningitis. Nama Obat Gentamicin
(Garamycin) -- Aminoglycoside yang bacteriocidal untuk beberapa organisme gramnegative seperti E coli dan Pseudomonas, Proteus, dan Serratia species. Efektif pada
kombinasi dengan ampicillin untuk GBS and Enterococcus. Dosis Pediatrik 0-4
minggu dan <1200 g: 2.5 mg/kg/dose IV/IM q18h <7 hari dan 1200-2000 g: 2.5
mg/kg/dose IV/IM q12h <7>2000 g: 2.5 mg/kg/dose IV/IM q12h >7 hari dan 12002000 g: 2.5 mg/kg/dose IV/IM q8h >7 hari dan >2000 g: 2.5 mg/kg/dose IV/IM q8h
(IM dilakukan bila akses vena sukar) Nama Obat Cefotaxime (Claforan)
Cephalosporin generasi III. Efektif melawan GBS dan E coli serta gram-negative
enteric bacilli lainnya. Kadar dalam serum dan LCS baik. Kemampuannya melawan
drug-resistant gram-negative bacteria lebih daripada penicillin dan aminoglycoside.
Tidak efektif terhadap Listeria dan enterococci. Digunakan dalam kombinasi dengan
ampicillin. Pediatric Dose <7 hari: 50 mg/kg/dose IV/IM q12h >7 hari: 50
mg/kg/dose IV/IM q8h Nama Obat Vancomycin (Lyphocin, Vancocin, Vancoled)
Bakterisidal terhadap kebanyakan coccus dan basil gram-positif maupun
anaerob.Penting khususnya untuk terapi MRSA. Direkomendasikan bila sepsis
dicurigai disebabkan oleh coagulase-negative staphylococcal. Terapi dengan
rifampin, gentamycin, or cephalothin dilakukan pada endokarditis atau infeksi CSF
shunt oleh coagulase-negative staphylococcus. Pediatric Dose <1 month: <1200 g:
15 mg/kg/dose IV qd 1200-2000 g: 10 mg/kg/dose IV q12h >2000 g: 10 mg/kg/dose
IV q8h Drug Name Metronidazole (Flagyl) -- Antimicrobial yang efektif melawan
infeksi anaerob, terutama meningitis oleh Bacteroides fragilis. Pediatric Dose <4
minggu dan <1200 g: 7.5 mg/kg/dose PO/IV q2d <7 hari dan 1200-2000 g: 7.5 mg
PO/IV qd <7>2000 g: 7.5 mg/kg PO/IV q12h >7 hari dan 1200-2000 g: 7.5 mg/kg
PO/IV q12h >7 hari dan >2000 g: 15 mg/kg/dose q12h Nama obat Erythromycin (EMycin, Erythrocin) Macrolide antimicrobial agent terutama bersifat bacteriostatik
dan aktif melawan kebanyakan bakteri Gram-positif, seperti Neisseria species,
Mycoplasma pneumoniae, Ureaplasma urealyticum, dan Chlamydia trachomatis.
Tidak terkonsentrasi dengan baik di LCS. Dosis Pediatrik <7 hari dan <2000 g: 5
mg/kg/dose PO/IV/IM q12h <7>2000 g: 5 mg/kg/dose PO/IV/IM q8h >7 hari dan
<1200 g: 5 mg/kg PO/IV/IM q12h >7 hari dan >1200 g: 10 mg/kg PO/IV/IM q8h
Nama Obat Piperacillin (Pipracil) -- Suatu acylampicillin dengan aktivitas yang baik
melawan Pseudomonas aeruginosa. Efektif melawan Klebsiella pneumonia, Proteus
mirabilis, B fragilis, S marcescens, dan kebanyakan strain Enterobacter. Tersedia
dalam bentuk kombinasi dengan aminoglikosida. Pediatric Dose <7 hari dan 12002000 g: 75 mg/kg IV/IM q12h <7>2000 g: 75 mg/kg IV/IM q8h >7 hari dan 12002000 g: 75 mg/kg IV/IM q8h >7 hari dan >2000 g: 75 mg/kg/dose IV/IM q6h Kategori
Obat: Antiviral Infeksi viral seperti HSV, dapat menyerupai sepsis bakterialis. Pada
onset infeksi, terapi harus langsung diberikan untuk mencegah replikasi virus.
Nama obat Acyclovir (Zovirax) Digunakan untuk infeksi mukosa, kutan, dan
sistemik oleh HSV-1 and HSV-2. Dosis Pediatrik 1500 mg/m2/hari PO/IV dibagi q8h
atau 30 mg/kg/hari PO/IV dibagi q8h selama 14-21 hari; dosis 45-60 mg/kg/hari
dibagi q8h digunakan untuk bayi aterm. Bayi prematur: 20 mg/kg/hari PO/IV dibagi
q12h selama 14-21 hari. Nama Obat Zidovudine (Retrovir) Analog thymidine,
menginhibisi replikasi virus. Dipakai pada terapi penderita HIV. Dosis Pediatrik 3
bulan 12 tahun: 90-180 mg/m2/dosis PO q6h; max: 200 mg q6h 0.5-1.8 mg/kg/jam
(continuous IV); atau 100 mg/m2/dosis (intermittent IV q6h) Kategori obat: Antifungi
Infeksi fungi dapat menyerupai infeksi bacterial dan/atau dapat muncul pada
terapi antibacterial yang lama. Mekanismenya dapat mencakup perubahan
metabolisme RNA dan DNA atau akumulasi peroksida yang sangat toksik pada sel
fungi. Nama Obat Fluconazole (Diflucan) Digunakan untuk infeksi jamur, termasuk
candidiasis orofaringeal, esophageal, dan vaginal. Juga digunakan untuk infeksi
waktu yang lama. Namun demikian, bila tanda awal dan/atau faktor-faktor resiko
terlewatkan, maka mortalitas dapat meningkat. Sequelle kerusakan neurologis
terjadi pada 15-30% neonatus yang mengalami sepsis. BAB IV KESIMPULAN
Perkembangan tentang patofisiologi sepsis telah banyak terjadi dalam dekade
terakhir. Sebelumnya, sepsis hanya dipandang sebagai suatu proses gangguan
inflamasi. Penelitian baru menunjukkan bahwa faktor-faktor hematologis yang
kompleks, termasuk aktivasi koagulasi dan gangguan fibrinolisis, membentuk
protrombotik sebagai hasil dari abnormalitas endotel serta disfungsi organ yang
diinduksi karena terjadinya sepsis. Bukti terbaru menunjukkan bahwa walaupun
fakta tentang immaturitas perkembangan system immune dan hematologi bayi
adalah benar, secara garis besarnya patofisiologi sepsis antara bayi dan dewasa
adalah sama-sama didasarkan pada inflamasi, koagulasi, dan supresi terhadap
proses fibrinolisis yang kemudian berujung pada kegagalan organ. Sepsis pada
neonatus merupakan hal penting dan berakibat fatal bila tidak terdeteksi sehingga
tidak mendapatkan pengelolaan yang baik. Pada beberapa kasus, gejala sepsis
pada neonatus tidak tampak jelas. Hal ini menjadi tantangan pada klinisi intuk
dapat mendiagnosis dini akan adanya sepsis dengan secara cermat mencari adanya
tanda awal atau pun faktor-faktor resiko yang mungkin ada dan dapat
menyebabkan terjadinya sepsis pada neonatus. DAFTAR PUSTAKA Behrman R. E.,
Kliegman R.M., Jenson H.B. 2003. Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. China:
Saunders. Hay Jr W.W., Hayward A. R., Levin M. J., Sondheimer J.M. 2003. A LANGE
medical book CURRENT pediatric diagnosis & treatment. 16th ed. Boston: McGRAWHILL. Rudolph A.M., Kamei R.K., Overby K.J. 2002. Rudolphs fundamental of
pediatrics. 3rd ed. New York: McGRAW-HILL Medical Publishing Division.
http://www.emedicine.com Neonatal Sepsis. 2004.
http://www.medscape.com/viewarticle/493246 Linking the Sepsis Triad of
Inflammation, Coagulation, and Suppressed Fibrinolysis to Infants. 2004.
http://www.fpnotebook.com/OB7.htm Neonatal sepsis. 2005.
Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwin