Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
52
53
54
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara peran serta orang tua dengan pengetahuan
remaja putri usia 15-19 tahun tentang kesehatan reproduksi di Dusun Mojoroto
Desa Mojosari Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013.
1.3.2
Tujuan Khusus
55
Manfaat Teoritis
1. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang hubungan antara
peran serta orang tua dengan pengetahuan remaja putri usia 15-19 tahun
tentang kesehatan reproduksi serta dapat menyusun penelitian dengan baik.
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat bermanfaat sebagai bahan masukan atau perbandingan bagi
peneliti berikutnya tentang peran serta orang tua dengan pengetahuan remaja
putri usia 15-19 tahun tentang kesehatan reproduksi.
1.4.2
Manfaat Praktis
1. Bagi responden
Dapat memberi informasi kepada responden tentang kesehatan
reproduksi remaja sehingga responden mengetahui dan memahami pengertian
kesehatan reproduksi remaja dan perubahan yang dialami pada masa remaja.
2. Bagi tenaga kesehatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada tenaga
kesehatan tentang pentingnya pengetahuan kesehatan reproduksi bagi remaja
dan dapat memberikan bahan konseling bagi orang tua remaja agar lebih
berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan remaja putri usia 15-19 tahun
tentang kesehatan reproduksi.
56
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan tentang konsep remaja, konsep orang tua,
konsep peran serta orang tua, konsep pengetahuan, konsep kesehatan reproduksi,
kerangka konseptual dan hipotesis.
2.1 Konsep Remaja
2.1.1
Definisi Remaja
Remaja
atau
adolescence
(Inggris),
berasal
dari
bahasa
latin
57
2.1.2
perkembangan
remaja
serta
ciri-cirinya.
Berdasarkan
sifat
atau
ciri
58
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian 5 hal, yaitu:
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain
dan dalam pengalaman-pengalaman baru
3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang
lain.
5) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public) (Sarwono SW, 2011 : 30-31).
2.1.3
1. Pria
a. Perubahan fisik
1) Seks primer
59
2. Wanita
a. Perubahan fisik
1) Seks primer
: Menstruasi
Human Development and Education yang dikutip oleh Panut Panuju dan Ida
Umami (1999:23-26) ada sepuluh yaitu :
1. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya,baik dengan
teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.
Artinya para remaja memandang gadis-gadis sebagai wanita dan laki-laki
sebagai pria, menjadi manusia dewasa diantara orang-orang dewasa. Mereka
dapat bekerja sama dengan orang lain dengan tujuan bersama, dapat menahan
dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi, dan belajar memimpin orang
lain dengan atau tanpa dominasi.
2. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masingmasing.
Artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai
ketentuan atau norma masyarakat.
a. Menerima kenyataan (realitas) jasmani serta menggunakannya seefektif
mungkin dengan perasaan puas.
60
b. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya.
Ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat pada orang tuanya. Ia
membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang tua atau orang
lain.
3. Mencapai kebebasan ekonomi.
Ia merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri. Ini terutama
sangat penting bagi laki-laki. Akan tetapi dewasa ini bagi kaum wanita pun
tugas ini berangsur-angsur menjadi tambah penting.
a. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan, artinya
belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan
mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.
b. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah
tangga. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan keluarga
dan memiliki anak. Bagi wanita hal ini harus dilengkapi dengan
pengetahuan dan ketrampilan bagaimana mengurus rumah tangga dan
mendidik anak.
c. Mengembangkan
kecakapan
intelektual
serta
konsep-konsep
yang
61
Masalah Remaja
Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik.
Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam
memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu :
1. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan
kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian
sosial, tugas dan nilai-nilai.
2. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas
pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau
penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan
lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orang tua.
(http://sofia-psy.staff.ugm.ac.id/, 2012).
62
2.1.6
1. Periode yang penting, yaitu periode yang berakibat langsung terhadap sikap,
perilaku, dan berakibat jangka panjang.
2. Periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
3. Periode perubahan, yaitu perubahan sikap dan perilaku yang sejajar dengan
perubahan fisik.
4. Mencari identitas diri, yaitu dengan penyesuaian diri dengan kelompok yang
kemudian lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak
puas lagi dengan menjadi sama dengan temannya dalam segala hal.
5. Usia yang menimbulkan ketakutan, karena adanya anggapan bahwa remaja
adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, dan cenderung
berperilaku merusak.
6. Masa yang tidak realistik, yaitu melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya.
7. Ambang masa dewasa, yaitu remaja mulai bertindak dan berperilaku seperti
orang dewasa
(http://ayurai.wordpress.com/, 2009).
2.2 Konsep Orang Tua
Mengenai pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia
disebutkan Orang tua artinya ayah dan ibu. Banyak dari kalangan para ahli yang
mengemukakan pendapatnya tentang pengertian orang tua, yaitu menurut Miami
yang dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan Orang tua adalah pria dan
63
wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung
jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Seorang ahli
psikologi Ny. Singgih D Gunarsa dalam bukunya psikologi untuk keluarga
mengatakan, Orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup
bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan- kebiasaan seharihari (http://zaldym.wordpress.com, 2010).
2.3 Konsep Peran Serta Orang Tua
2.3.1
Pengertian Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan possi atau status adalah posisi
individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri, suami atau anak
(Muhlisin A, 2012: 23).
Peranan (role) merupakan dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia
menjalankan suatu peranan (Widyastuti Y dkk, 2009:91).
Untuk menekankan hubungannya dengan pandangan masyarakat maka
sering pula dikatakan peran sosial, karena peranan ditentukan oleh masyarakat.
Dari contoh-contoh yang telah dikemukakan dapat disimpulkan apa yang
dimaksud dengan peranan itu.
1. Suatu peran adalah sekelompok norma-norma dan harapan mengenai tingkah
laku seseorang.
2. Norma-norma dan harapan yang dimiliki oleh orang-orang di lingkungan
dekat dengan individu itu.
64
1. Pengetahuan
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan sikap sebagai reaksi atau
respon seseorang untuk memberikan respon terhadap stimulus atau obyek.
2. Pendidikan
65
66
2.3.5
tua dekat dengan anak, maka otomatis mereka dapat melihat kemungkinan
kesulitan yang dialami anak. Dalam hal ini orang tua harus mampu menjadi
konsultan bagi anak. Apabila anak mendapat kesulitan orang tua dapat membantu
dengan mencarikan alternatif jalan keluar, tapi jalan keluar itu tidak harus mutlak
diikuti anak. Anak harus dapat memilih jalan keluar yang sesuai atau yang
dianggapnya terbaik baginya. Orang tua tidak boleh memaksakan jalan keluar
yang disodorkannya. Berilah kebebasan pada anak itu untuk memilih yang dinilai
baik dan cocok bagi dirinya. Jadi peran orang tua disini hanya memberi saran
bukan yang menentukan keputusan. Namun harus tahu batas haknya sebagai
penanggung jawab (Ronald, 2006: 17-18).
2.3.6
67
ekonomis.
Meliputi:
pencarian
nafkah,
perencanaan
serta
68
2.3.7
69
70
2.3.8
71
dan berusaha hidup sesuai dengan norma-norma yang berlaku (Ronald, 2006 :
171-172).
2.4 Konsep Pengetahuan
2.4.1
Definisi Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
mempunyai
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
72
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain,
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau
materi harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
73
74
:
1. Faktor internal
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip
75
76
77
Mariner
yang
dikutip
Nursalam,
lingkungan
Pengertian
78
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemandirian dalam mengatur fungsi dan proses
reproduksinya,
termasuk
kehidupan
seksualitasnya
sehingga
hak-hak
1. Remaja (Pubertas)
a. Diberi penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi yang diawali
dengan pemberian pendidikan seks.
79
80
3. Lansia
a. Proporsi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan
pengobatan penyakit menular seksual minimal 70%.
b. Pemberian makanan yang banyak megandung zat kalsium untuk mencegah
osteoporosis.
c. Memberi persiapan secara benar dan pemikiran yang positif dalam
menyongsong masa menopause
(Romauli S, 2009: 2-3).
2.5.4
sangat luas sesuai dengan definisi yang tertera diatas, karena mencakup
keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati.
Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) termasuk
PMS-HIV/HIV
3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
4. Kesehatan reproduksi remaja
5. Pencegahan dan penanganan infertilitas
6. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis
7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi
genital, fistula, dll (Widyastuti Y, dkk, 2009:1-2).
81
2.5.5
Hak-Hak Reproduksi
Hak adalah kekuasaan untuk berbuat sesuai dengan aturan, Undang-undang
82
jawab (kepada diri, keluarga dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar
anak, serta penentuan waktu kelahiran anak dan akan melahirkan (Yanti, 2011 :
22).
1. Menurut ICPD (Yanti, 2011 : 24) hak-hak reproduksi tersebut antara lain:
a. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
b. Hak mendapatkan pelayanan kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi
yang berkualitas.
c. Hak untuk bebas membuat keputusan tentang hal yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi tanpa paksaan diskriminasi serta kekerasan.
d. Hak kebebasan dan tanggung jawab dalam menentukan jumlah dan jarak
waktu memiliki anak.
e. Hak untuk hidup (hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
dan proses melahirkan).
f. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan
reproduksi.
g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan
seksual.
h. Hak mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait
dengan kesehatan reproduksi.
i. Hak atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan reproduksinya.
j. Hak membangun dan merencanakan keluarga.
k. Hak kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi.
83
84
2.5.8
85
2.5.9
prima yang meliputi tiga aspek penting yaitu kemampuan (ability), keberhasilan
(success) dan keamanan proses (safety of processes). Ketiga komponen tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kemampuan (ability) alat reproduksi artinya dapat berfungsi baik untuk
hubungan seksual normal dan berproduksi artinya menjalani proses untuk
menjadi hamil.
2. Keberhasilan (successfulness) alat reproduksi artinya bahwa alat reproduksi itu
berhasil memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil konsepsi, sampai
aterm.
3. Keamanan (safety) alat reproduksi artinya bahwa semua proses dari
kemampuan, keberhasilan dan diikuti kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi
dan kembalinya kekondisi normal dapat berlangsung dengan aman dan baik.
(Manuaba IBG, 2007: 85)
2.5.10 Masalah Kesehatan Reproduksi
1. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi,
genital, deskriminasi nilai anak, dsb).
2. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak masa
kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan remaja,
kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak aman).
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi
tidak aman.
86
4. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan,
persalinan dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi
lahir rendah.
5. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual.
6. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan
penyakit menular seksual.
7. Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ
reproduksi.
8. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan
lainnya (Yanti, 2011 : 11).
2.5.11 Dampak dari Masalah Kesehatan Reproduksi
Dampak dari masalah kesehatan reproduksi sangat luas menyangkut
berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat. Kesehatan alat reproduksi
sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
anak (AKA) (Manuaba IBG, 2009: 7).
2.5.12 Upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Kesehatan
Reproduksi
1. Menetapkan usia perkawinan yang baik diatas 20 tahun dan melarang
perkawinan pada umur < 20 tahun agar wanita terhindar dari resiko tingginya
angka kesakitan dan kematian saat hamil dan melahirkan.
2. Meningkatkan pendidikan pada wanita dengan sekolah yang tinggi.
87
3. Tidak terlalu memaksakan kehendak kepada anak. Orang tua diharapkan dapat
menjadi panutan yang baik bagi anaknya oleh karena itu orang tua diharapkan
tidak memaksakan kehendak pada anaknya, dimana akibat pemaksaan
kehendak dapat memperburuk kehidupan anaknya dimasa yang akan datang.
4. Memberi penyuluhan tentang resiko perkawinan usia muda.
5. Didirikannya pusat-pusat kesehatan untuk mendekatkan pelayanan terhadap
masyarakat.
6. Penyebaran Bidan di Desa untuk menggantikan peran dukun yang masih
dominan ditengah masyarakat, sehingga mendapatkan pelayanan yang
bermutu dan menyeluruh.
(Manuaba IBG, 2009: 7)
88
Keterangan
Gambar 2.1 Kerangka konseptual hubungan antara peran serta orang tua dengan
pengetahuan remaja putri usia 15-19 tahun tentang kesehatan
reproduksi di Dusun Mojoroto Desa Mojosari Kecamatan Kalitidu
Kabupaten Bojonegoro 2013.
89
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang
telah dirumuskan (Hidayat AAA, 2007: 53).
Hipotesis didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,
patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut (Notoatmodjo S, 2005: 72).
H0:
Tidak ada hubungan antara peran serta orang tua dengan pengetahuan
remaja putri usia 15-19 tahun tentang kesehatan reproduksi di Dusun
Mojoroto Desa Mojosari Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro 2013.
90
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
91
3.3
Kerangka Kerja
Kerangka kerja ini merupakan bagan kerja rancangan kegiatan penelitian yang
akan dilakukan. Kerangka kerja meliputi populasi, sampel, dan teknik sampling
penelitian, teknis pengumpulan data, dan analisis data (Hidayat AAA, 2007: 31).
Populasi : Seluruh remaja putri usia 15-19 tahun di Dusun Mojoroto Desa Mojosari
Kecamatan Kalitidu Kabupaten yaitu 54 orang.
Sampel : Remaja putri usia 15-19 tahun di Dusun Mojoroto Desa Mojosari
Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro yaitu 54 orang.
Sampling : teknik non-probability sampling yaitu total sampling
Variabel independent:
Peran serta orang tua
Variabel dependent:
Pengetahuan remaja putri usia 15-19
tahun tentang kesehatan reproduksi
Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan antara peran serta orang tua dengan
pengetahuan remaja putri usia 15-19 tahun tentang kesehatan
reproduksi di Dusun Mojoroto Desa Mojosari Kecamatan Kalitidu
Kabupaten Bojonegoro tahun 2013.
92
3.4
3.4.1 Populasi
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat AAA, 2007: 32).
Pada penelitian ini sampelnya adalah sebagian remaja putri usia 15-19 tahun
di Dusun Mojoroto Desa Mojosari Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro
tahun 2013 yaitu 54 orang.
3.4.3 Sampling
93
3.5
Identifikasi Variabel
94
3.6
Definisi Operasional
Indikator
Alat ukur
Kuesioner
Skala
Skor
Nominal Ya = 1
Tidak = 0
Dengan kategori :
1. Berperan, jika
dapat
menjawab ya
75-100%.
2. Tidak berperan,
jika dapat
menjawab ya
< 75%
Kode :
2 : Berperan
1 : Tidak berperan
Variabel
dependent:
Pengetahuan
remaja putri
usia 15-19
tahun
tentang
kesehatan
reproduksi
Hasil
jawaban
responden
dari
pertanyaan
tentang
pengetahuan
remaja putri
usia 15-19
tahun tentang
kesehatan
reproduksi
Pengetahuan remaja
putri usia 15-19 tahun
tentang kesehatan
reproduksi:
1. Pengertian
2. Tujuan kesehatan
reproduksi
3. Sasaran kesehatan
reproduksi
4. Ruang lingkup
kesehatan
reproduksi
5. Usia reproduksi
sehat
Kuesioner
Ordinal
Benar = 1
Salah = 0
Dengan kategori :
1. Pengetahuan
baik,jika dapat
menjawab
benar 76-100%
pertanyaan.
2. Pengetahuan
cukup,jika
dapat
menjawab
benar 56-75%
pertanyaan.
95
Variabel
Definisi
Operasional
Indikator
Alat ukur
6. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kesehatan
reproduksi
7. Hak-hak
reproduksi
8. Indikator
kesehatan
reproduksi di
indonesia
9. Komponen
kesehatan
reproduksi
10. Masalah kesehatan
reproduksi
11. Dampak dari
masalah kesehatan
reproduksi
12. Upaya yang
dilakukan untuk
mengatasi masalah
kesehatan
reproduksi
3.7
Skala
Skor
3. Pengetahuan
kurang,jika
dapat
menjawab
benar <55%
pertanyaan.
Kode :
3 : Baik
2 : Cukup
1 : Kurang
96
97
Setiap responden diberi kode sesuai dengan nomor urut. Pada variabel
independent peran serta orang tua, jika berperan diberi kode 2 dan jika tidak
berperan diberi kode 1. Untuk variabel dependent pengetahuan remaja putri
usia 15-19 tahun tentang kesehatan reproduksi, jika pengetahuan baik diberi
kode 3, jika pengetahuan cukup diberi kode 2, dan jika pengetahuan kurang
diberi kode 1.
3. Skoring
Setelah
data
kuesioner
terkumpul
dan
sudah
diisi
oleh
f
x 100%
n
Dimana : p : Prosentase
n : Jumlah seluruh observasi.
f : Frekeunsi
(Budiarto E, 2002 : 37).
Interpretasi data peran serta orang tua adalah sebagai berikut :
98
a. 75-100 % : Berperan
b. <75%
: Tidak berperan
: Pengetahuan cukup
e. <56%
: Pengetahuan kurang
Teknik pengolahan dan analisa data pada penelitian ini adalah data yang
sudah terkumpul ditabulasi dan diprosentasekan dalam tabel distribusi
frekuensi. Dari pengolahan data hasil penelitian yang telah dilaksanakan, data
kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi yang dikonfirmasi dalam bentuk
prosentase dan narasi, kemudian dilakukan tabulasi silang untuk mengetahui
hubungan variabel independent dengan variabel dependent.
Intepretasi data sebagai berikut (Nursalam, 2011 : 130) :
a. 90%-100%
: Mayoritas
b. 70%-89%
: Sebagian besar
c. 51%-69%
d. 50%
: Sebagian
e. < 50%
99
Etika Penelitian
100
Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan untuk itu perlu adanya annonimity (tanpa nama) dan confidentiality
(rahasia).
3.9.2
3.9.3
101
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dan pembahasan meliputi
gambaran umum lokasi penelitian, data umum mengenai karakteristik
responden berdasarkan pendidikan dan pengalaman. Data khusus mengenai
hubungan antara peran serta orang tua dengan pengetahuan remaja putri
usia 15-19 tahun tentang kesehatan reproduksi di Dusun Mojoroto Desa
Mojosari Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro tahun 2013.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1
Kalitidu Kabupaten
102
4.1.2
Data umum
SM P
SM A
20.37%
Pendidikan
pie
karakteristik
pendidikan
Pernah
Diagram
pie
karakteristik
103
92.59%
Pernah
7.41%
Tidak pernah
Diagram
responden
berdasarkan
pie
karakteristik
informasi
tentang
104
72.22%
Pernah
Tidak pernah
27.78%
Diagram
pie
karakteristik
Desa
Mojosari Kecamatan
Kalitidu
Data khusus
105
106
No
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
20
24
10
Prosentase (%)
37,04
44,44
18,52
Total
54
Sumber : Data primer pengisian kuesioner bulan Juni 2013.
100,00
Jumlah
f
24 100,00
30 100,00
54 100,00
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian responden yang
orang tuanya berperan memiliki pengetahuan baik yaitu 20 orang (66,67%),
sedangkan kurang dari sebagian responden yang orang tuanya tidak berperan
memiliki pengetahuan kurang yaitu 10 orang (41,67%).
107
4.2 Pembahasan
4.2.1
108
menyuruh untuk mencukur rambut pubis setiap 40 hari sekali, menyuruh untuk
setiap buang air kecil atau buang air besar harus duduk, mengharamkan untuk
shalat dan puasa saat menstruasi. Fungsi edukatif di antaranya memberikan
pendidikan tentang cara buang air kecil yang benar, memberikan pendidikan
tentang cara cebok yang benar, memberikan pendidikan tentang menstruasi,
memberikan pendidikan tentang cara menjaga agar alat genetalia tidak lembab.
Fungsi protektif di antaranya melarang untuk berpacaran. Fungsi sosialisasi di
antaranya melarang untuk bergaul dengan pria yang peroko aktif, melarang untuk
tidak melihat film porno, menyarankan untuk bersosialisasi dengan masyarakat.
Remaja tersebut sudah tahu mana yang perlu mereka lakukan tentang kesehatan
reproduksi. Remaja yang menerima informasi tentang kesehatan reproduksi dari
orang tuanya merupakan hal yang tidak tabu lagi atau tidak porno karena remaja
sudah menginjak masa dewasa dan mereka perlu mendapatkan informasi tersebut
dari orang tuanya. Responden akan melaksanakan apa yang sudah mereka terima
tentang informasi kesehatan reproduksi.
4.2.2
109
110
111
responden yang orang tuanya tidak berperan memiliki pengetahuan kurang yaitu
10 orang (41,67%).
Menurut Miami yang dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan Orang tua
adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk
memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang
dilahirkannya (http://zaldym.wordpress.com, 2010). Peran serta adalah pola sikap,
perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
masyarakat (Nursalam dan Siti Pariani, 2001 : 128). Orang tua harus menjadi orang
yang terdekat dengan anak. Apabila orang tua dekat dengan anak, maka otomatis
mereka dapat melihat kemungkinan kesulitan yang dialami anak. Dalam hal ini
orang tua harus mampu menjadi konsultan bagi anak. Apabila anak mendapat
kesulitan orang tua dapat membantu dengan mencarikan alternatif jalan keluar,
tapi jalan keluar itu tidak harus mutlak diikuti anak. Anak harus dapat memilih
jalan keluar yang sesuai atau yang dianggapnya terbaik baginya. Orang tua tidak
boleh memaksakan jalan keluar yang disodorkannya. Berilah kebebasan pada
anak itu untuk memilih yang dinilai baik dan cocok bagi dirinya. Jadi peran orang
tua disini hanya memberi saran bukan yang menentukan keputusan. Namun harus
tahu batas haknya sebagai penanggung jawab (Ronald, 2006: 17-18). Menurut
Ann Mariner yang dikutip Nursalam, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang
ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku orang atau kelompok (Wawan dan Dewi, 2011: 18).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori diatas dimana orang tua memiliki
peran yang baik untuk memberikan informasi kepada anak remajanya tentang
masalah kesehatan reproduksi sehingga remaja bisa mengaplikasikan informasi
112
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan keadaan seperti ini, orang tua
mempunyai peranan baik kepada responden, sehingga responden memiliki
pengetahuan yang baik pula. Orang tua
berbagai fungsi di antaranya fungsi religius dimana orang tua melarang responden
untuk tidak melakukan seks sebelum nikah, menyuruh untuk mencukur rambut
pubis setiap 40 hari sekali, menyuruh untuk setiap buang air kecil atau buang air
besar harus duduk, mengharamkan untuk shalat dan puasa saat menstruasi. Fungsi
edukatif di antaranya memberikan pendidikan tentang cara buang air kecil yang
benar, memberikan pendidikan tentang cara cebok yang benar, memberikan
pendidikan tentang menstruasi, memberikan pendidikan tentang cara menjaga
agar alat genetalia tidak lembab. Fungsi protektif di antaranya melarang untuk
berpacaran. Fungsi sosialisasi di antaranya melarang untuk bergaul dengan pria
yang peroko aktif, melarang untuk tidak melihat film porno, menyarankan untuk
bersosialisasi dengan masyarakat.
tuanya
untuk
mengikuti
kegiatan
positif
seperti
mengikuti
kegiatan
berpikir.
Dengan
responden
berpendidikan
menengah
maka
113
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang simpulan dan saran dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dengan dengan judul Hubungan antara Peran
Serta Orang Tua dengan Pengetahuan Remaja Putri Usia 15-19 Tahun tentang
Kesehatan Reproduksi di Dusun Mojoroto Desa Mojosari Kecamatan Kalitidu
Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013.
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang didapatkan, maka dapat diambil kesimpulan
penelitian yaitu :
1. Sebagian besar orang tua responden di Dusun Mojoroto Desa
Mojosari Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro Tahun
2013 berperan.
2. Kurang dari sebagian responden di Dusun Mojoroto Desa
Mojosari Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro Tahun
2013
memiliki
reproduksi.
3. Ada hubungan
pengetahuan
pengetahuan
antara
remaja
cukup
peran
putri
serta
usia
tentang
orang
15-19
kesehatan
tua
dengan
tahun
tentang
114
115
5.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan hasil penelitian di atas maka penulis dapat
memberi saran-saran yang bermanfaat antara lain sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan Karya Tulis ini sebagai
bahan
untuk
penelitian
selanjutnya,
terutama
tentang
faktor
yang
hendaknya
mampu
untuk memotivasi
dan membekali