Anda di halaman 1dari 5

STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU

Oleh : Prof. H. Sarosa Hamongpranoto, S.H., M.Hum

Disampaikan Dalam Sosialisasi Peraturan Perundang - Undangan Bagi Partai Politik Tingkat Provinsi
Kalimantan Timur tahun 2010

1. Umum
Pemilihan umum (Pemilu) merupakan program pemerintah setiap lima tahun sekali dilaksanakan
di seluruh wilayah Negara kita. Pemilu merupakan implementasi dari salah satu ciri demokrasi
dimana rakyat secara langsung dilibatkan, diikutsertakan didalam menentukan arah dan kebijakan
politik Negara untuk lima tahun kedepan.
Pada saat ini pemilu secara nasional dilakukan dua macam yaitu pemilihan anggota legislatif
(Pileg) dimana rakyat memilih wakil-wakilnya untuk duduk dilembaga legislatif baik anggota Dewan
Perwakilan Rakyat ditingkat Pusat ataupun ditingkat Daerah. Disamping itu diselenggarakan pula
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) secara langsung oleh rakyat sesudah Pemilihan
anggota legislatif dilaksanakan.
Selain hal tersebut masing-masing daerah juga dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
baik Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur serta Pemilihan Walikota/Bupati dan Wakilnya yang
langsung dipilih oleh rakyatnya juga.

Dalam Pemilu baik Pileg, Pilpres, maupun Pilkada peran serta keikutsertaan masyarakat sangat
penting, karena sukses tidaknya pelaksanaan Pemilu salah satunya adalah ditentukan bagaimana
partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilu tersebut.
2. Partisipasi Masyarakat
Pengertian partisipasi sering diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam suatu kegiatan.
Partisipasi merupakan proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat dalam suatu kegiatan.
Partisipasi ini akan terwujud dalam kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukung, yaitu
(1). Adanya Kemampuan, (2). Adanya Kemampuan, dan (3).adanya kesempatan.
Dalam hal ini untuk kemauan dan kemampuan berpartisipasi berasal dari dalam atau dari diri
sendiri masyarakat tersebut. Artinya meskipun diberi kesempatan oleh pemerintah atau Negara tetapi
kalau kemauan ataupun kemampuan tidak ada maka partisipasi tidak akan terwujud.
Sedangkan kesempatan berpartisipasi berasal dari luar masyarakat. Demikian pula walaupun
kemauan dan kemampuan berpartisipasi oleh masyarakat ada tetapi kalau tidak diberi kesempatan
oleh pemerintah Negara maka partisipasi tidak akan terjadi. Oleh karena itu tiga hal ini tersebut
kemauan, kemampuan maupun kesempatan merupakan factor yang sangat penting dalam
mewujudkan partisipasi.
Selama ini kegiatan partisipasi masyarkat masih dipahami sebagai upaya mobilitasi masyarakat
untuk kepentingan Pemerintah atau Negara. Padahal sebenarnya partisipasi idealnya masyarakat ikut
serta dalam menentukan kebijakan Pemerintah yaitu bagian dari control masyarakat terhadap
kebijakan Pemerintah.

Dengan demikian implementasi partisipasi masyarakat seharusnya anggota masyarakat merasa


tidak lagi menjadi obyek dari kebijakan pemerintah tetapi harus dapat mewakili masyarakat sendiri
untuk kepentingan mereka sendiri.
3. Partisipasi VS Golput
Bentuk partisipasi masyarakat dapat diwujudkan baik secara perorangan maupun terorganisasi
dan secara berkelanjutan atau sesaat saja. Untuk ini didalam mewujudkan partisipasi masyarakat
dalam suatu kegiatan maka harus ditetapkan strategi apa yang dilakukan.
Untuk menentukan strategi dalam Partisipasi masyarakat harus diikutsertakan dalam kegiatan
apa yang akan dilakukan sehingga pula partisipasi masyarakat.
Berbicara masalah partisipasi masyarakat dalam Pemilu tidak bias dilupakan hubungannya
dengan kelompok masyarakat yang tidak menggunakan hak-nya untuk memilih atau dalam bahasa
populernya Golput. Masalah Golongan Putih (Golput) seringmenjadi wacana yang hangat dan krusial.
Sebenarnya masalah golput merupakan fenomena yang alamiah setiap penyelenggaraan Pemilu
dimanapun. Hampir setiap Pemilu jumlah Golput selalu ada bahkan ada kecenderungan meningkat
walaupun tidak terlalu signifikan.
Berbagai kalangan menilai bahwa adanya Golput merupakan hal biasa dan normal saja dalam
penerapan system demokrasi karena mustahil untuk meningkatkan partisifasi rakyat dalam Pemilu
sampai 100%. Tetapi bilamana Golput mencapai angka yang cukup besar bahkan sangat besar, hal
inilah yang perlu mendapat perhatian yangserius dari pemerintah. Untuk hal yang demikian ini perlu
adanya upaya dari pemerintah bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pemilu
sekaligus untuk menekan besarnya angka Golput yang telah terjadi.
Kenapa Golput terjadi pada setiap Pemilu, baik Pemilihan Legislatif (Pileg), Pemilihan Presiden
dan wakil Presiden (Pilpres) maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) perlu dipahami secara
mendalam. Sejumlah fenomena ini merupakan wujud apriori rakyat sebagai ketidakpercayaan
masyarakat pada parpol maupun pada figur-figur Capres, Cawapres atau kandidat para calon kepala
daerah dan wakilnya, ini perlu mendapat kajian secara tersendiri.
Tetapi secara umum orang bisa mengklasifikasikan kelompok Golput atau orang yang tidak
memilih dalam pemilu
Pertama, orang yang tidak memilih, tidak mengunakan hak pilihnya jkarena sengaja secara sadar
sebagai bentuk rasa kecewa dan tidak percaya kepada partai politik atau figur-figur yang tampil dalam
Pemilu.
Kedua, yang tidak memilih karena tidak terdaftar dan tidak mendapat surat panggilan untuk memilih .
banyak factor kenapa hal ini sampai terjadi.
Ketiga, orang yang tidak memilih karena ada unsure keterpaksaan yang berkaitan dengan
aktivitasnya. Seperti pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, sedangkan lokasi sulit terjangkau, dalam
perjalanan dimana waktunya tidak dimungkinkan untuk memilih.
Disamping itu juga ada orang yang memilih tetapi suaranya dianngap tidak
teknis dalam melakukan pemilihannya. Sebagai gambaran pada Pemilu
pengumuman KPU bahwa total jumlah daftar Pemilih tetap untuk memilih
171.265.442 orang, sementara yang menggunakan hak Pilihnya mencapai
sedangkan yang terhitung Golput sebesar 49.077.076 orang.

sah karena masalah


th. 2009 menurut
legislator mencapai
121.588.366 orang

Selanjutnya total suara yag dianggap sah mencapai 104.099.785, sedangkan yang diputuskan
tidak sah mencapai 17.488.581 orang.
Data tersebut diatas menunjukkan bahwa angka Golput secara Nasional hampir 50 Juta orang,
padahal ini sangat potensial untuk mengambil jumlah suara pada kontestan bilamana golput bisa
ditekan. Untuk Kalimantan Timur data yang diperoleh dari KPUD Kaltim memberikan gambaran
sebagai berikut:
Untuk pemilihan anggota legislatif 2009

1. Jumlah Pemilih terdaftar dalam daftar pemilih tetap sebesar 2.349.862 Orang
2. Sedangkan suara sah dan tidak sah sebesar 1.578.997 orang dari jumlah tersebut jumlah suara
tidak sah sebesar 223.674 orang
3. Dari data tersebut jumlah Golput (yang tidak menggunakan suaranya) adalah sebesar 807.865
orang
Untuk Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di Kalimantan Timur data yang diperoleh adalah
1. Jumlah Pemilih terdaftar dalam daftar pemilih tetap sebesar 2.474.351 Orang
2. Sedangkan suara sah dan tidak sah sebesar 1.672.285 Orang dari jumlah tersebut jumlah suara
tidak sah sebesar 66.913 Orang
3. Dari data tersebut jumlah Golput (yang tidak menggunakan suaranya) adalah sebesar 802.066
orang
Dari data-data tersebut diatas terlihat bahwa untuk daerah Kalimantan timur, jumlah golput yaitu
mereka yang tidak berpartisipasi dalam Pemilu baik Pemilu Legislatif (Pileg) maupun Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden (Pilpres) relative cukup banyak, belum lagi ditambah dengan suara tidak sah.
Hal-hal tersebut diatas mestinya menjadi perhatian secara bersama bukan hanya dari
pemerintah dan penyelenggara, tetapi bagi partai politik juga sangat penting karena setiap suara yang
masuk sangat bernilai dan berharga bagi parpol.
4. Startegi Meningkatkan Partisipasi Masyarakat.
Seperti yang telah disebutkan bahwa ada tiga factor pendukung dalam mewujudkan partisifasi,
yaitu :
1. adanya Kemauan
2. adanya kemampuan
3. adanya kesempatan
tiga hal ini yang sangat penting dalam rangka mewujudkan atau meningkatkan partisipasi
masyarakat. Masyarakat dengan segala karakteristiknya akan memberikan partisipasinya bilamana
merasa dilibatkan dalam setiap kegiatan tertentu.
Untuk ini diperlukan adanya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisifasi dalam
peilu. Sebaliknya pemerintah atau penyelenggara Pemilu juga harus memberikan kesempatan pada
masyarakat untuk berperan secara nyata dala penelenggaraan Pemilu.
Dengan kemauan masayarakat dalam Pemilu lebih besar maka perlu adanya motivasi bagi
masyarakat. motivasi dapat diberikan dalam nbentuk pendidikan politik seperti yang diamanatkan
dalam UU No. 02 tahun 2008 dalam pasal 3 disebutkan bahwa partai politik melakukan pendidikan
politik bagi masyarakat sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawabnya dengan memerhatikan
keadilan dan kesetaraan gender.
Sedangkan tujuannya adalah meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam
kehidupan bermasyarakat meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyaraka, meningkatkan
kemandirian, kedewasaan dan membangun karakter bangsa dalam rangka memelihara persatuan
dan kesatuan.
Pendidikan masyarakat ini merupakan hal yang sangat penting dan strategis untuk menimbulkan
efek pemilu baik partisipasi masyarakat maupun kualitas dari Pemilu itu sendiri. Disamping itu
pendidikan politik ini juga bisa menekan munculnya Golput yang disebabkan kurangnya sosialisasi
dan pemahaman politik yang benar.
Dengan demikian disini peranan partai politik sangat besar dalam memberikat pendidikan politik
bagi anggotanya sepanjang motivasi yang diberikan kepada para peserta pemilu tidak hanya untuk
kepentingan politik seata untuk mencari kemenangan dalam pemilu tetapi memberikan pendidikan

politik yang benar kepada masyarakat dengan kualitas pemilu termasuk partisifasi masyarakat dapat
meningkat
5. Penutup
Dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada Pemilu bukan semata-mata menjadi tanggung
jawab Pemerintah, tetapi ada tiga komponen yang terkait yaitu Pemerintah,/Penyelenggara Pemilu,
Partai Politik dan Masyarakat. Masyarakat juga hendaknya dijadikan objek dalam pemilu tetapi
diberikan peran yang cukup besar sehingga ada rasa memiliki terhadap Pemilu, merasa ikut
bertanggung jawab dalam pemilu sehingga secara nyata ikut berpartisipasi penuh dalam pemilu.
Salah satu yang dapat memberikan pemahaman dan kesadaran pentingnya pemilu adalah
memberikan motivasi dengan sosialisasi, pendidikan politik masyarakat agar ada kemauan dan
memiliki kemampuan serta pada masyarakat diberikan kesempatan untuk berpartisipasi yang
sebesar-besarnya.
Kerancuan Pileg 2009
KALAU setiap kita mau merekam secara acak kesiapan masyarakat memberikan suaranya pada
Pemilihan anggota Legislatif (Pileg) 9 April 2009 lalu, kita pasti pesimistis. Ini tidak mengada-ada.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) boleh saja mengklaim Pileg 2009 lancar dilaksanakan. Tetapi
bagaimana kita harus mendeskripsikan kualitas pelaksanaan Pileg 2009, itulah esensi persoalannya.
Masih begitu banyak warga kita yang tidak atau belum tahu bagaimana cara memberikan suaranya.
Dalam satu rukun tetangga (RT) ada warga yang mengaku sudah menerima surat undangan untuk
mencontreng. Tetapi tetangganya belum tahu apa-apa. Ada yang masih yakin bahwa cukup dengan
menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP), setiap orang yang punya hak pilih boleh mencontreng.
Belakangan muncul kebingungan karena warga boleh mencontreng hanya jika diundang.
Muncul kesan kalau Pileg 2009 memang direkayasa agar kualitasnya rendah, sosialisasinya begitu
minim, aturannya berubah-ubah, kerja KPU tidak focus, tidak ada yang peduli dengan
menggelembungnya golput, jumlah pemilih tidak pernah berkepastian, dan logistik pemilu terus
saja menghadirkan masalah. Pokoknya dari aspek manajemen, persiapan Pemilu Legislatif 2009
paling kacau. Produktivitas KPU benar-benar mengecewakan. Bahkan hingga dua hari menjelang
pemungutan suara, logistik di banyak daerah pemilihan masih bermasalah. Karena itu kita
cenderung untuk yakin bahwa Pemilu Legislatif 2009 tidak memenuhi syarat untuk disebut sukses.
Kalaupun terlaksana dia hanya memenuhi titah undang-undang tentang kewajiban melaksanakannya
setiap lima tahun. Tak mungkin sukses karena jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya
akan menggelembung.
Selain direkayasa untuk mutu rendahan, ada gelagat buruk. Fakta manipulasi daftar pemilih tetap
(DPT) yang terungkap di hampir semua daerah mengindikasikan ada yang ingin berbuat curang.
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap, DPT bermasalah itu tidak layak lagi untuk diidentifikasi
sebagai akibat kesalahan atau kelalaian petugas pencatat (human error). DPT bermasalah itu sudah
memenuhi syarat untuk disebut sebagai sebuah kesalahan yang direncanakan dengan matang dan
dikerjakan dengan cermat. Ada yang beranggapan agar isu DPT bermasalah tak perlu dibesarbesarkan, karena jumlahnya tidak signifikan. Cara menyikapi masalah seperti itu jelas tidak benar.
Berapa pun jumlah, jika itu bertendesi pada manipulasi suara, tak hanya wajib dicegah, tetapi
pelaku atau pemberi order manipulasi DPT harus dicari dan diberikan sanksi hukum.
Karena itu, agar Pileg 2009 tidak dimenangi kelompok-kelompok manipulatif, semua elemen
masyarakat, utamanya partai politik peserta Pileg 2009, harus kompak melakukan pengawasan dan
pengamanan. Pengawasan harus sampai ke soal-soal yang detail. Pengamanan ekstra amat
diperlukan untuk mencegah intervensi para manipulator serta mereka yang mungkin mencoba
melakukan intimidasi terhadap petugas pemilihan atau saat penghitungan suara.
KPU tidak bisa lagi diharapkan. Kita semua harus menanggung risiko akibat buruknya kinerja KPU.
Sekarang, paling penting bagi kita semua adalah Pileg 2009 harus terlaksana tepat waktu, seburuk
apa pun kualitasnya. Tak cukup hanya dengan terlaksana tepat waktu, melainkan juga keterlibatan
semua pihak mengamankan penghitungan suara. Sangat penting bagi kita untuk menjaga stabilitas

keamanan. Sebab, sudah diperkirakan bahwa suasana pasca Pileg 2009 akan ingar-bingar karena
munculnya banyak gugatan dari caleg atau parpol yang merasa dirugikan oleh metode penghitungan
suara untuk menetapkan caleg terpilih.
Calon di pilih yang membingungkan
Terlepas dari proses dan hasil angka yang diperoleh para kontestan PEMILU Legislatif 2009 yang baru
saja digelar, bahwa selama bergulirnya kegiatan PEMILU 2009 ini telah terjadi proses pembelajaran
sangat berharga dalam diri saya. Untuk sampai pada pencontrengan nama calon dan partai yang
saya pilih, saya merasakan adanya perubahan sudut pandang saya dalam menentukan pilihan.
Seperti dimaklumi, PEMILU legislatif kali ini merupakan PEMILU berorientasi orang (saya
menyebutnya people-oriented). Di tengah-tengah berjibunnya jumlah partai dan para calon yang
membingungkan, saya berupaya untuk menentukan pilihan dengan mengutamakan kapasitas dan
kredibilitas dari calon yang bersangkutan, tentunya berdasarkan informasi dan pengetahuan yang
saya miliki atau dengan kata lain, apapun partainya yang penting orangnya.
Sayangnya, tidak selamanya saya harus berpegang pada people-oriented, untuk pemilihan caleg
tingkat provinsi, sejujurnya saya mengalami kesulitan untuk memahami kapasitas dari para calon
yang terdaftar. Untuk kasus ini saya lebih cenderung mempercayakan kepada partainya, yang
menurut pemikiran saya relatif memiliki kredibilitas lebih baik. Dalam hal ini, prinsip yang saya
pegang jika tidak kenal orangnya maka pilihlah partainya yang paling dipercaya.
Hal lain yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih orang maupun partai adalah sejauh mana
kepedulian dan komitmennya terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Jangan harap dapat
suara dari saya jika orang ataupun partai yang bersangkutan kurang atau bahkan sama sekali tidak
memiliki indikasi untuk memajukan pendidikan di negeri ini.
Itulah pembelajaran yang saya dapati dalam PEMILU Legislatif 2009 ini, yang bisa dikatakan sebagai
bentuk dukungan saya terhadap upaya demokratisasi dan kemajuan pendidikan di negeri ini.
Mungkin akan lain cerita, jika ada seseorang yang bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil atau
peraturan PEMILU-nya memungkinkan Pegawai Negeri Sipil untuk berkiprah dalam politik. Walaupun
demikian, saya tetap menghendaki dan berkeyakinan sebaiknya Pegawai Negeri Sipil tidak usah
dilibatkan dalam politik praktis, biarkan mereka bekerja secara profesional sesuai bidangnya
masing-masing, tanpa memandang siapa dan partai apa yang harus dan sedang berkuasa.

Anda mungkin juga menyukai