Anda di halaman 1dari 13

PARKINSON DISEASE DIMENTIA

PARKINSON DISEASE
DIMENTIA
PENDAHULUAN
Penyakit parkinson atau lebih tepat bila disebut sebagai
sindrom parkinson, mencangkup berbagai kondisi dengan beragam
etiologi dengan gejala klinik yang serupa atau hampir serupa.
Kriteria untuk menggolongkannya kedalam sindrom parkinson ialah
adanya rigiditas, tremor dan bradikinesia, gejala yang dapat
dijumpai pada banyak penyakit neurologi khronis dan dapat pula
dicetuskan oleh obat tertentu atau toksin tertentu. Diagnosa klinis
penyakit

parkinson

dapat

ditegakan

bila

dijumpai

sekurang-

kurangnya 2 dari 4 gejala berikut yaitu : tremor, rigiditas,


bradikinesia dan instabilitas postural.

(2)

Penyakit parkinson timbul karena kerusakan ganglia basal,


terutama substansia nigra. Pada kasus yang berat dan progresif,
lokus seruleus, talamus, dan korteks serebri juga mengalami
degenerasi.

Penyebab

kerusakan

ini

antara

lain

ensefalitis,

ateroskloerosis serebri, keracunan CO, senilitas. Gejala gejala


mungkin terdapat pada satu sisi atau pada kedua sisi dengan
derajat yang berlainan.

(5)

DEFINISI
Penyakit parkinson merupakan suatu penyakit atau sindrom
akibat dari kerusakan yang luas pada bagian substansia nigra, yaitu
KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 1

PARKINSON DISEASE DIMENTIA

bagian pars kompakta, yang mengirim serat-serat saraf yang


menyekresi dopamin ke nukleus kaudatus dan putamen. Penyakit
ini ditandai dengan kekakuan

otot otot tubuh, tremor involunter,

dan akinesia yaitu mengalami kesulitan yang serius dalam memulai


gerakan.

(1)

ETIOLOGI
Etiologi Penyakit parkinson masih belum diketahui. Terdapat
berbagai dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang nonkonvensional

( belum diketahui ), reaksi abnormal terhadap

virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang


belum

diketahui,

terjadinya

penuaan

yang

prematur

atau

dipercepat.
Dua

hipotesis

yang

disebut

juga

sebagai

mekanisme

degenerasi neuronal pada penyakit Parkinson ialah: hipotesis


radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
1.Hipotesis radikal bebas
Diduga

bahwa

oksidasi

enzimatik

dari

dopamine

dapat

merusak neuron nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan


hidrogren

peroksid

dan

radikal

oksi

lainnya.

Walaupun

ada

mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stress


oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2.Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada
proses

neurodegenerasi

pada

Parkinson.

KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 2

Sebagai

contoh

PARKINSON DISEASE DIMENTIA

dikemukakan kemampuan zat MPTP ( 1-methyl 4phenyl-1,2,3,6tetrahidropyridine) atau toksin sejenis MPTP yang secara selektif
toksik terhadap substansia nigra dan lokus seruleus dan mencetus
sindrom yang serupa dengan parkinson pada manusia.

(2)

PATOFISIOLOGI
Gejala utama sindrom parkinson ialah bradikinesia, rigiditas
dan tremor, yang sebagian disebabkan oleh tidak seimbangnya
aktivitas sistem motor alfa dengan motor gamma. Didapatkan
depresi aktivitas gamma dan peningkatan aktivitas alfa. Saat ini
belum dapat diungkapkan dengan baik bagaimana berkurangnya
dopamin di striatum dapat menyebabkan tremor, rigiditas dan
akinesia.
Secara sederhana, penyakit atau kelainan sistem motorik
dapat dibagi sebagai berikut :
1. Piramidal : kelumpuhan, disertai reflek tendon yang meningkat
dan refleks superfisial yang abnormal.
2. Ekstrapiramidal : didominasi oleh adanya gerakan-gerakan
involuntar.
3. Serebelar : adanya ataksia, walaupun sensasi proprioseptif
normal, sering disertai nistagmus.
4. Neuromuskular : kelumpuhan, sering disertai atrofi otot dan
refleks tendon yang menurun.

(2)

Penelitian terakhir pada parkinsonisme yang diinduksi dengan


neurotoksin

terutama

MPTP

(1-Methyl

4phenyl-1,2,3,6-

Tetrahidropyridine), menunjukan bahwa pembentukan radikal bebas


berperan

dalam

patogenesis

penyakit.

KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 3

Kasus

familial

dapat

PARKINSON DISEASE DIMENTIA

dijumpai.

Risiko

untuk

meningkat 10 kali lipat.

anggota

keluarga

pasien

parkinson

(4)

KLASIFIKASI
Pada

umumnya

diagnosis

sindrom

Parkinson

mudah

ditegakkan, tetapi harus diusahakan menentukan jenisnya untuk


mendapat

gambaran

tentang

etiologi,

prognosis

dan

penatalaksanaannya. Penyakit parkinson dapat dibagi atas 3 bagian


besar, yaitu :
1.Parkinsonismus primer atau idiopatik
Merupakan

bentuk

parkinson

kronis

yang

paling

Sering

dijumpai, yang disebut juga sebagai paralisis agitans. Kira-kira 7


dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini. (2)
2.Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
Pada parkinson yang sekunder atau simtomatik penyebabnya
kita ketahui. Biasa disebabkan oleh berbagai kelainan diantaranya :
Pasca ensefalitis virus.
Pasca infeksi lain, misalnya

sifilis

meningovaskular,

tuberkulosis, atorosklerosis.
Iatrogenik atau terinduksi obat misalnya obat obat
golongan fonotiazin, reserpin, tetrabenazin.
Toksik, misalnya karena intoksikasi karbonmonoksida,
karbondisulfida, mangan, sianida.

KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 4

PARKINSON DISEASE DIMENTIA

Lain lain, misalnya karena perdarahan serabral petekial


pasca trauma yang berulang ulang pada petinju, infark
lakunar, tumor serebri, hipoparatiroid, kalsifikasi.

(2,4)

3.Sindrom paraparkinson (Parkinson plus)


Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari
gambaran penyakit keseluruhan. Dari segi terapi dan prognosis
perlu dideteksi jenis ini, yang misalnya didapat pada penyakit
Wilson, Huntington, sindrom shy drager, hidrosefalus normotesif.

(2)

GEJALA KLINIS
Pada kasus yang berat dan progresif, lokus seruleus, talamus,
dan korteks serebri juga mengalami degenerasi. Gejala gejala
mungkin terdapat pada satu sisi atau pada kedua sisi degan derajat
yang berlainan. Berikut ini adalah gejala yang didapatkan pada
sindrom parkinson :
a. Rigiditas otot otot
Terdapat kekakuan pada otot otot fleksor dan ekstensor
secara bersamaan. Rigiditas ini menyebabkan beberapa
gejala klinis antara lain :
pada wajah menjadi seperti topeng karena mimik yang
-

berkurang
kedip mata menjadi jarang
sikap berdiri agak membungkuk
lengan dan tungkai berada dalam sikap fleksi ringan
jejari tangan berada dalam fleksi pada sendi metakarpofalangisi dan agak ekstensi pada sendi interfalangisi

KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 5

PARKINSON DISEASE DIMENTIA


-

ibu jari abduksi dan ekstensi pada sendi interfalangisi dan


metakarpofalangisi
jalan dengan langkah langkah kecil
gerakan halus melambat
konvergensi mata melemah
bicara monoton
tulisan mikrografi
gerakan penyerta berkurang, misalnya lenggang lengan
ketika berjalan tidak ada, refleks lutut segera terhenti
ayunannya. (5)

b. Tremor
Tremor terdapat pada jejari tangan, tremor kasar pada sendi
sendi

metakarpofalangisi,

menghitung

uang

kadang

receh,

kepala

kadang

seperti

mengangguk

atau

menggeleng, mulut membuka-menutup, lidah terjulur-tertarik.


Tremor menghilang ketika tidur dan menghebat waktu emosi
meningkat.

(5)

c. Bradikinesia
Menurunnya kemampuan untuk melakukan gerakan wajah
disertai bertambahnya waktu yang diperlukan untuk memulai
atau mengubah gerakan akibatnya keseluruhan gerakan
penderita memberi kesan lambat.
Didapatkan berkurangnya gerak
lamban

mengenakan

pakaian,

asosiatif

lambat

bila

berjalan,

mengambil

suatu

obyek. Ekspresi atau mimik muka berkurang( seolah muka


topeng ). Bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat.
Gerak halus sewaktu menulis atau mengerjakan benda
benda berukuran kecil menjadi sulit dan menghilang.
d. Disfungsi autonom

KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 6

(2,6)

PARKINSON DISEASE DIMENTIA

Dapat terjadi disfungsi autonom karena berkurangnya secara


progresif

sel

mengakibatkan

sel

neuron

keringat

di

ganglia

berlebihan,

air

simpatis.
ludah

Ini

yang

berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan


hipotensi ortostatik. (2)
e. Korea
Terdiri atas lonjakan lonjakan tarikan otot yang tidak dapat
ditentukan, bersifat tidak teratur, yang terjadi pada berbagai
bagian tubuh dan mengganggu gerakan otot otot yang
biasa.

(3)

f. Tick
Merupakan gerakan abnormal yang teratur dan mendadak,
yang cenderung terjadi berulang, terutama disekitar muka
dan kepala seperti mendengus berulang atau mengangkat
bahu berulang. (3)
g. Gangguan vegetatif dan sensibilitas
Gangguan pada saraf vegetatif terdiri atas sekresi kelenjar
lemak kulit, terutama pada wajah yang meninggi dan
hipersalivasi. Gangguan sensibilitas terdapat pada otot otot
karena rigiditas timbul rasa pegal seperti kram sehingga
tampak motoris yang gelisah dan tidak bisa dapat diam.

(5)

h. Gangguan mental
Pada gangguan mental inteligensi pada permulaannya tidak
berubah terkecuali bila ada kerusakan kerusakan yang lebih
luas

maka

dapat

menyebabkan

taraf

kecerdasan

mundur, emosi dapat normal atau menjadi labil.

KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 7

(5)

akan

PARKINSON DISEASE DIMENTIA

DIAGNOSA
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada setiap kunjungan penderita perlu
diperoleh :
1. Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri,
hal ini untuk mendeteksi hipotensi ortostatik.
2. Menilai respons terhadap stres
Penderita tampaknya dapat berespons baik

terhadap

pengobatan sampai ia mengalami stress ringan. Penderita


disuruh melakukan tugas sederhana seperti berdiri dengan
tangan diekstensikan, dan disuruh dengan cepat membuka
dan menutup jari-jarinya disatu sisi dan pada waktu yang
bersamaan disuruh menghitung surut dari angka seratus.
Stres

ringan

ini

biasanya

telah

cukup

menimbulkan

peningkatan tremor dan rigiditas pada ekstremitas lainnya


bila penderita belum berespon baik terhadap medikasi.
3. Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional

KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 8

PARKINSON DISEASE DIMENTIA

Penderita

disuruh

menggambarkan

menulis

kalimat

lingkaran-lingkaran

sederhana
konsentris

dan

dengan

tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk
perbandingan waktu follow up berikutnya. (2)

DIAGNOSA BANDING
Sindrom parkinson sekunder.
Pascaensefalitis letargika van economo.
Keadaan iatrogenis akibat pemberian obat terutama golongan
fenotiazin, haloperidol dan litium.
Akibat keracunan CO atau Mn.
Penyakit saraf lain : penyakit serebrovaskular/parkinsonisme
arteriosklerosis.
Akibat keadaan lain seperti trauma atau tumor otak.

(6)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
- CT Scan kepala atau MRI (biasanya terjadi atropi kortikal difus,
sulki melebar, hidrosefalus eks vakuo pada kasus yang lanjut).
(2,6)

TERAPI

KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 9

PARKINSON DISEASE DIMENTIA

FARMAKOLOGIS
Bersifat

simtomatis

untuk

memperbaiki

keseimbangan

neurotransmiter asetilkolin dan dopamin berupa :


- Obat anti kolinergik
- Obat levodopa ( L.dopa )
- Agonis dopamin berupa bromokriptin
Tujuan terapi medikamentosa untuk mengurangi

efek

kelebihan asetilkolin dengan pemberian obat antikolinergik


berupa triheksifenidil HCL (Artane).
Menambah dopamin, diberikan obat

levodopa

bersama

antidekarboksilase agar levodopa tidak cepat terurai sebelum


melewati sawar darah.
Contoh obat : L. Dopa + benzerazide = Madopar
L. Dopa + carbitopa
= Sinemet
Prinsip pengobatan dengan medikamentosa diatas harus
dimulai dengan dosis rendah dan secara perlahan dinaikan
untuk mencari dosis optimal. (3,5,6)
Pengobatan dengan L Deprenil
Obat ini menghambat oksidase monoamin, yang bertanggung
jawab untuk penghancuran sebagian besar dopamin setelah
dopamin disekresikan.

(1)

Pengobatan dengan sel dopamin janin yang ditransplantasikan


Transplantasi sel yang menyekresi dopamin ke dalam nukleus
kaudatus dan putamen ( sel yang diperoleh dari otak janin
yang abortus ) telah memberi beberapa keberhasilan dalam
mengobati penyakit parkinson. Namun, sel sel ini hanya
dapat menetap beberapa bulan saja. Jika dapat diusahakan
untuk menetap lama, barangkali cara ini akan menjadi bentuk
pengobatan terpilih di masa yang akan datang. (1)
Pengobatan dengan merusak bagian lintasan umpan balik di
ganglia basalis. Karena sinyal abnormal yang berasal dari
KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 10

PARKINSON DISEASE DIMENTIA

ganglia basalis kekorteks motorik dapat menimbulkan banyak


abnormalitas pada penyakit parkinson, maka berbagai usaha
telah

dilakukan

untuk

mengobati

pasien

dengan

cara

menghambat sinyal sinyal ini seperti dengan membuat lesi di


nuklei

ventrolateral

menghambat

lintasan

dan

ventroanterior

umpan

balik

dari

talamus,
ganglia

yang
basalis

kekorteks. Hal ini telah memberi berbagai tingkat keberhasilan.


(1)

Pengobatan dengan Inhibitor MAO jenis B seperti Selegiline


Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit parkinson karena
neurotransmisi dopamin dapat ditingkatkan dengan mencegah
perusakannya, selegiline adalah suatu inhibitor MAO jenis B
yang cukup selektif dan dapat dikombinasi dengan levodopa
yang memberikan efek antiparkinson dan fluktuasi gejala
dapat
Beberapa

dikurangi. (2,3)
obat dengan sifat

antimuskarinik

yang

juga

digunakan dalam pengobatan penyakit parkinson antara lain :


Benztropin mesilat, biperiden, klorfenoksamin, orfenadrin,
prosiklidin dan triheksifenidil. Obat obat ini merupakan jenis
obat penghambat asetilkolin yang dapat mengobati tremor
dan rigiditas pada penyakit parkinson.

(3)

TERAPI FISIK
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek
baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi
ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau
latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada
penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan
KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 11

PARKINSON DISEASE DIMENTIA

jenis

terapi

disesuaikan

dengan

perkembangan

atau

perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas,


tremor dan hambatan lainnya.

(2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, A.C-Hall,J.E. Sindrom Klinis Yang Merupakan Akibat


Dari Kerusakan Ganglia Basalis : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
edisi 9. Jakarta: 1997: 904-907
2. Harsono. Penyakit Parkinson: Buku Ajar Neurologi Klinik .
Jakarta: Gajah Mada University Press,2003 : 233-244
3. Katzung

B.G.

Penatalaksanaan

Farmakologik

pada

Parkinsonisme dan Gangguan Gerakan Lain: Farmakologi Dasar


dan Klinik edisi 6. Jakarta: EGC, 1998: 438-446
4. Mansjoer, A.dkk.Penyakit Parkinson: Kapita Selekta Kedokteran
edisi 3 Jilid 2. Jakarta: FKUI,2000: 60-61
5. Markam, S. Penyakit Ganglia Basal: Neurologi Praktis. Jakarta:
Widya Medika, 2002: 153-161

KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 12

PARKINSON DISEASE DIMENTIA

6. Muchtarruddin, M. Penyakit Parkinson: Standar Pelayanan


Medik edisi 3. Jakarta: IDI,1998: 425- 427
7. Weiner, H.L-Levitt, L .P. Penyakit Parkinson: Buku Saku
Neurologi edisi 5. Jakarta: EGC, 2004 : 146-152

KKS NEUROLOGI
INDRA R SIREGAR (206210027)
Pembimbing: Dr. KOLMAN SARAGIH, Sp.SPage 13

Anda mungkin juga menyukai