TINJAUAN PUSTAKA
Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh
meningkatnya tekanan intra okuler yang disertai pencekungan diskus optikus dan
pengecilan lapang pandang. Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan
intraokuler yang dapat disebabkan oleh bertambahnya produksi humor akueous
oleh badan siliar ataupun berkurangnya pengeluaran humor akueus di daerah
sudut bilik mata atau di celah pupil2,4.
Glaukoma dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka, glaukoma
primer sudut tertutup, glaukoma sekunder, dan glaukoma kongenital (glaukoma
pada bayi)3,5.
A. Glaukoma Sudut Tertutup Primer
1. Faktor Resiko dan Predisposisi
Faktor resiko dan predisposisi dari glaukoma sudut tertutup primer adalah
sebagai berikut1,2,4:
- Hipermetropia
- Bilik mata depan dangkal
- Penyempitan sudut bilik mata depan yang dapat disebabkan oleh
mikroftalmos, ukuran lensa ataupun korpus siliar yang besar dan
-
glaukoma
Riwayat keluarga
2. Manifestasi Klinis
Berdasarkan manifestasi klinisnya, glaukoma primer sudut tertutup
dibagi dalam enam kategori yaitu4:
a) Glaukoma sudut tertutup primer laten
Istilah glaukoma sudut tertutup primer laten digunakan untuk mata
yang secara anatomi beresiko mengalami glaukoma sudut tertutup berupa
bilik mata depan dangkal. Pada tahap ini pasien tidak mengeluhkan
gejala apapun. Suspek glaukoma sudut tertutup laten ditemukan pada:
-
sudut tertutup
b) Glaukoma sudut tertutup primer subakut atau intermiten
Pada glaukoma primer sudut tertutup subakut terjadi peningkatan
tekanan intraokuler sementara (40-50mmHg) yang berakhir dalam
beberapa menit hingga satu sampai dua jam. Serangan pada pasien
tersebut biasanya dipicu oleh:
- Midriasis fisiologis, misalnya ketika membaca dalam penerangan
yang kurang, menonton TV di kamar gelap atau ketika mengalami
-
tengkurap.
c) Glaukoma sudut tertutup primer akut
Serangan akut glaukoma sudut tertutup terjadi karena penutupan
penuh sudut yang mengakibatkan peningkatan hebat tekanan intraokular.
Biasanya tidak berakhir dengan sendirinya jika tidak ditangani. Gejala
yang dirasakan oleh pasien berupa nyeri, mual, muntah, penurunan
penglihatan progresif, kemerahan, fotofobia dan lakrimasi. Sekitar 5%
pasien mempunyai riwayat serangan intermiten glaukoma sudut tertutup
subakut.
Tanda klinis yang dapat dilihat adalah adanya pembengkakan
pelupuk mata, injeksi siliar maupun konjungtiva, edema kornea, bilik
mata depan sangat dangkal, sudut bilik mata depan tertutup penuh jika
diperiksa dengan gonioskopi, iris tidak berwarna, semidilatasi pupil, TIO
meningkat biasanya 40-70 mmHg, hiperemis dan edema diskus optikus.
d) Glaukoma sudut tertutup post kongestif
Glaukoma sudut tertutup post kongestif merupakan kondisi klinis
mata setelah serangan akut glaukoma primer sudut tertutup dengan atau
tanpa pengobatan. Dapat dilihat dalam empat kondisi klinis yaitu:
- Glaukoma sudut tertutup post kongestif pasca bedah
- Pembukaan sudut spontan
- Glaukoma sudut tertutup kongestif kronik
- Ciliary body shut down
f) Glaukoma absolut
Fase kronik jika tidak ditangani, dengan atau tanpa serangan
subakut, secara bertahap akan menjadi fase akhir yaitu glaukoma absolut.
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada glaukoma absolut adalah:
- Mata buta yang nyeri
- Daerah biru kemerahan pada perilimbus
- Caput medusa
- Kornea keruh dan bisa terdapat infiltrat
- Bilik mata depan dangkal
- Atrofi iris
- Dilatasi pupil
- Atrofi optik glaukomatosa
- TIO tinggi; bola mata menjadi keras
B. Glaukoma Sudut Terbuka Primer
1. Faktor Resiko dan Predisposisi
Faktor resiko dan predisposisi :glaukoma sudut terbuka primer adalah
sebagai berikut1,2,4:
10
2. Manifestasi Klinis
Gejala klinis glaukoma sebagai berikut2, 4:
a) Biasanya terjadi secara tiba-tiba dan asimptomatik, sampai terjadi
penurunan penglihatan.
b) Pasien mengeluhkan adanya sakit kepala dan nyeri pada bola mata.
c) Beberapa pasien mengeluhkan adanya defek lapangan pandang apabila
sudah mencapai stadium lanjut.
d) Terjadi kesulitan dalam kemampuan membaca dekat akibat kegagalan
akomodasi karena adanya tekanan pada muskulus siliaris dan suplai
darah sehingga penderita mengganti kaca mata bacanya secara berulangulang.
e) Terjadi keterlambatan dalam adaptasi gelap.
f) Riwayat penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
Tanda klinis glaukoma:
a)
Pada pemeriksaan penyinaran oblik atau dengan slit-lamp
didapatkan bilik mata depan normal.
b)
Peningkatan TIO yang dapat diukur dengan tonometri Schiotz,
aplanasi Goldmann dan Non Contact Tonometry (NCT). Peningkatan
TIO pada glaukoma yang disebabkan kortikosteroid biasanya terjadi
secara perlahan-lahan.
c)
Perubahan pada diskus saraf optik, dibagi menjadi early
glaukomatous dan advanced glaucomatous changes.
Early glaucomatous changes ditandai dengan :
11
0.9
Penipisan jaringan neuroretinal.
Adanya pergeseran ke nasal dari pembuluh darah retina.
Pulsasi dari arteriol retina mungkin tampak saat TIO sangat tinggi
12
13
yang merusak sudut. Penutupan sudut juga dapat menjadi penyebab pada
beberapa kasus glaukoma sekunder4,5,6,7 :
-
tertutup
Katarak dapat membengkak dan mendorong iris ke depan sehingga menutup
sudut drainase
Uveitis dapat menyebabkan iris menempel ke jalinan trabekula
14
15
16
Gambar 2.8. Saraf optik normal dan saraf optik penderita glaukoma
e) Kampimeter atau Perimeter, untuk pemeriksaan lapang pandang. Hal ini
penting dilakukan untuk mendiagnosis dan menindaklanjuti pasien
glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan berkurang karena
peningkatan tekanan intra okular akan merusakan papil saraf optikus.
Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30
lapang pandang bagian tengah. Nilai normal lapang pandang perifer yang
diperiksa dengan perimeter/campimeter yaitu superior 55, nasal
60,
17
menit selama 1,5 jam. Bila TIO > 8 mmHg, maka disebut glaukoma.
Tes tekanan kongestif, dilakukan dengan memasang tensi meter 50-60
mmHg selama 1 menit. Bila TIO naik > 9 mmHg maka pasien dapat
dinyatakan glaukoma.
g) Test kamar gelap, dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Pada kamar
gelap, saat membaca atau saat bersujud, pupil pasien akan midriasis. Pasien
dinyatakan glaukoma bila TIO naik > 10 mmHg.
E. Tatalaksana
Terapi medis
1. Supresi pembentukan aquous humor
a. Penyekat adrenergik beta dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi
dengan obat lain. Larutan timolol maleat 0,25 %, betaxolol 0,25% dan
0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%, metipranolol 0,3%, serta carteolo 1
% dua kali sehari dan gel timolol maleat 0,1 %, 0,25%, dan 0,5% sekali
setiap
pagi
adalah
preparat-preaparat
yang
tersedia
saat
ini.
18
pascaterapi laser segen anterior dan dapat diberikan sebagai terapi jangka
pendek pada kasus-kasus yang sukar disembuhkan2.
c. Brimonidine (larutan 0,2% dua kali sehari) adalah suatu agonis
adrenergik 2 yang terutama menghambat pembentukan aquous humor
dan juga meningkatkan pengaliran aquous humor2.
d. Penghambat anhidrase karbonat sistemik (acetazolamide) adalah yang
paling
banyak
digunakan,
tetapi
terdapat
alternatif
yaitu
travoprost
0,004%,
masing-masing
sekali
setiap
malam)
kulit
periorbita,
pertumbuhan
bulu
mata,
dan
19
seluler yang
20
ml alkohol 80% setelah 5-10 menit. Hal ini akan menghancurkan ganglion
siliar.
6. Enukleasi bola mata dapat dipertimbangkan jika nyeri tidak hilang dengan
metode konservatif.