Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indikator keberhasilan pembangunan salah satunya adalah semakin meningkatnya
usia harapan hidup penduduk. Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk,
menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, yang
dimaksud dengan Lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (BPS,
2009).
WHO pada tahun 2010 menyatakan prosentase lansia dunia diestimasi 9,11% dari
jumlah penduduk dunia. Tahun 2011 di Amerika di estimasi akan terjadi silver tsunami of
aging, yaitu terdapat 12 % populasi lansia, di Jepang lansia dengan usia 65 tahun keatas
sebanyak 22,6%, di Jerman lansia dengan usia 65 tahun keatas sebanyak 20,5% , di China
sebanyak 13%, sedangkan diperkirakan Indonesia, di tahun 2010 mempunyai populasi lansia
dengan usia 60 tahun keatas sebanyak 9,77% dan di tahun 2020 sebanyak 11,34% (BPS,
2009).
Indonesia selama empat dasawarsa terakhir menempati posisi empat jumlah populasi
terbesar di dunia menurut US. Cencus bureau. Tercatat bahwa penduduk Indonesia pada
tahun 2010 berdasarkan data sensus penduduk 2010 yang diselenggarakan BPS di seluruh
wilayah Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa dengan jumlah penduduk Lansia sebanyak
18.118.699 jiwa (Susenas, 2009). Provinsi dengan usia harapan hidup yang lebih tinggi juga
mempunyai jumlah penduduk lanjut usia yang lebih banyak. Suatu wilayah disebut
berstruktur tua jika persentase lanjut usianya lebih dari 7 persen. Dari seluruh provinsi di
Indonesia, ada 11 provinsi yang penduduk lansianya sudah lebih dari 7 persen, yaitu Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat,

Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan lima
provinsi dengan persentase lansia terendah adalah: Papua (2,15 persen); Papua Barat (2,92
persen), Kepulauan Riau (3,78 persen), Kalimantan Timur (4,53 persen), dan Riau (4,86
persen).
Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik
sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi
organ tubuh akan semakin menurun baik karena factor alamiah maupun karena penyakit.
Dengan demikian, peningkatan jumlah Lansia menjadi salah satu indikator keberhasilan
pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan. Bila permasalahan tersebut
tidak diantisipasi dari sekarang, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa proses
pembangunan akan mengalami berbagai hambatan. Mengingat kondisi dan permasalahan
Lansia tersebut, maka penanganan masalah Lansia harus menjadi prioritas, karena
permasalahannya terus berpacu dengan pertambahan jumlahnya. Seiring dengan semakin
meningkatnya populasi Lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan
kesehatan Lansia ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan
Lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya.
Pembinaan Lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan Undang-Undang
RI No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang menyebutkan bahwa pelayanan
kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan
kemampuan Lansia, upaya penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan lembaga. Sebagai
wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok Lansia , pemerintah telah
mencanangkan pelayanan pada Lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di
tingkat masyarakat adalah Posyandu Lansia, pelayanan kesehatan Lansia tingkat dasar adalah
Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.

Posyandu Lansia adalah kesehatan dasar untuk para Lansia yang diselenggarakan
dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Posyandu Lansia
merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung jawab
kepala desa. Bali yang termasuk salah satu provinsi dengan jumlah lansia yang tinggi di
Indonesia, telah lama menggalakkan program posyandu lansia ini. Idealnya sama seperti
posyandu balita, disetiap wilayah dusun terdapat sebuah posyandu lansia dan kader lansia
masing masing 3 orang.
UPT . Puskesmas Nusa Penida II salah satu puskesmas di Bali tepatnya berada di
Kabupaten Klungkung merupakan salah satu puskesmas yang telah menjalankan pembinaan
terhadap posyandu lansia yang ada di wilayahnya. UPT. Puskesmas Nusa Penida II memiliki
12 dusun di wilayah kerjanya dengan jumlah penduduk Th. 2012 tercatat 8.772 orang dan
11,22% diantaranya adalah lansia, namun berbeda dengan posyandu balita yang aktif disetiap
dusunnya, posyandu lansia didaerah tersebut kurang aktif, dari 12 dusun yang ada hanya 2
dusun yang memiliki posyandu lansia dengan 6 orang kader aktif. Hal ini tentunya jauh dari
target pemerintah, jumlah lansia yang tercover dengan posyandu lansia yang aktifpun hanya
13,92 % dari target 80 % yang ditetapkan ditambah lagi partisipasi lansia pada posyandu
lansia yang aktif tidak mencapai angka 80 %. Banyak factor yang mempengaruhi masalah
tersebut, factor tersebut datang dari berbagai kalangan seperti kader posyandu, lansia,
keluarga. petugas kesehatan, aparat desa dan pemerintahan juga masih adanya asumsi di
masyarakat yang manyatakan bahwa lansia tidak berguna sehingga keberadaan posyandu
lansia pun tidak sepenting posyandu balita.

Anda mungkin juga menyukai