Disusun oleh :
Nama
: Melin Amalia
NIM
: 1210702036
Smt/Kls
: VI/B
Dosen
Asisten
Tanggal Praktikum
: 27 Februari 2013
Tanggal Pengumpulan
6 Maret 2013
Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
2013
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kebiasaan mengadu cupang, karena ikan
ini mempunyai perilaku agonistik, pada pertengahan tahun 1990-an, ikan cupang mulai
diperlombakan dan di pamerkan keindahan fisiknya. Maka tak heran, jika Indonesia
merupakan penghasil ikan cupang hias terbesar kedua di dunia, setelah Thailand. Namun
cupang alam, Indonesia menjadi penghasil nomor satu didunia. Saat ini kita memiliki
sekitar 40 jenis cupang alam yang sudah diteliti.
Perilaku agonistik pada ikan cupang ini perlu diketahui untuk mengetahui agresivitas
cupang yang diamati. Hal ini berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan
konflik, termasuk berkelahi, melarikan diri, dan diam. Perilaku agonistik meliputi pula
beragam ancaman atau perkelahian yang terjadi antar individu dalam suatu populasi.
Perilaku agonistik ini dilakukan untuk mengetahui ikan mana yang paling kuat atau
bisa disebut dominan dalam mempertahankan wilayahnya dan juga bisa mengetahui ikan
mana yang lemah yang tidak bisa mempertahankan wilayahnya.
1.2 Tujuan
1.3 Hipotesis :
Ikan individu A dan C dilihat dari morfologinya mempunyai bentuk tubuh yang kecil dan
pergerakan yang lambat ketika dilihat dalam botol jamp, sehingga pada pengamatan MIS
diduga akan lebih aktif ikan individu B dan D yang dilihat dari morfolginya yang besar
dan gesit. Dan pada pertarungan di duga akan dimenangkan oleh individu B atau D
menjadi ikan yang dominan. Sedangkan ikan A atau C diduga akan menjadi ikan yang
subdominan.
penyesuaian diri untuk kondisi konflik yang terjadi dalam satu spesies. Aspek-aspek yang ada
dalam tingkah laku agonistik antara lain ancaman, pengejaran, dan pertarungan fisik
(Dewantoro, 2001).
Perilaku agonistik adalah perilaku yang berhubungan dengan konflik, termasuk
berkelahi (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing). Perilaku agonistik
meliputi pula beragam ancaman atau perkelahian yang terjadi antar individu dalam suatu
populas. Perilaku agonistik berkaitan erat dengan agresivitas, yaitu kecenderungan untuk
melakukan serangan atau perkelahia. Bentuk-bentuk perilaku tersebut dapat berupa postur
tubuh maupun gerakan yang diperlihatkan oleh individu pemenang maupun individu yang
kalah dalam kontes perkelahian .PopulasiUntuk mengetahui perilaku agonistik ini
digunakanlah ikan cupang adu sebagai hewan uji. Cupang adu (Betta splendens) merupakan
jenis ikan laga; individu jantan dapat sangat agresiv terhadap jantan lainnya dalam sebuah
arena bertarung. Dengan adanya akuarium sebagai media bertarung, maka diharapkan dapat
dengan mudah diamati perilaku agonistik diantara ikan cupang jantan (Djuanda, 2002).
Ikan cupang adu (Betta spendens) merupakan anggota dari famili Anabantidae.
Anabantidae merupakan satu-satunya famili yang mencakup seluruh ikan berlabirin. Betta
splendens memiliki tubuh yang lonjong dengan bagian depan sedikit membulat dan memipih
pada bagian belakang. Mulutnya dapat disembulkan dengan lubang mulut terletak serong
pada bagian depan kepala. Badan dan kepala bersisik kasar. Ikan betina berwarna kusam,
tetapi ikan jantan mempunyai warna metalik yang mengkilat. Ikan cupang jantan maupun
betina memiliki sisik gurat sisi berjumlah 29-33 keping (Djuanda, 2002).
Adapun klasifikasi daripada ikan cupang menurut Regan (1910) adalah sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Subfilum
: Craeniata
Kelas
: Osteichthyes
Subkelas
: Actinopterygii
Super Ordo
: Teleostei
Ordo
: Percomorphoidei
Subordo
: Anabantoidei
Famili
: Anabantidae
Genus
: Betta
Spesies
: Betta Splendens
Ikan Cupang Hiup di daerah tropis, terutama di benua Asia sampai Afrika. Habitat
asalnya di daerah perairan dangkal dan berair jernih, seperti daerah persawahan hingga
sungai yang bertemperatur 24-27 derajat celcius, dengan pH berkisar 6,2 7,5 serta tingkat
kandungan mineral terlarut dalam air atau kesadahan (hardness) berkisar 5-12 dH. Pada
umumnya cupang sanggup hidup dan berkembang biak dengan baik pada kisaran pH 6,5 - 7,2
dan hardness berkisar 8,5 10dH (Kikkawa, 1974).
Betta splendens selain sebagai cupang hias,betta splendes merupakan jenis adu
terutama jenis yang lama. menurut catatan ikan ini telah dibudidayakan sejak tahun 1970.Ikan
ini memiliki daya tahan yang kuat namun tidak ditopang dengan gigi tajam dan sisik yang
kuat.Pada tutup ingsangnya terdapat 2 garis vertikal berwarna merah.sosok cupang ini bisa
dibilang kecil dengan warna tubuh cenderung gelap.warnannya perpaduan antara merah tua
dan biru tua serta tidak ada totol di tubuhnya.gerakan tubuhnya cendrung agresif dan terlebih
dahulu menyerang ketika bertarung (Campbell, 2003).
Keagresifan lain pada ikan cupang ini, dipisahkan menjadi appetitive, kawin dan
pasca kawin (Djuanda, 2002). Komponen yang appetitive ini, ditandai dengan perilaku
kejenuhan warna tubuh, ereksi penutup overculum, atau insang, orientasi dan gerakan
karakteristik. Komponen termasuk menggigit, mengunci rahang antara lawan dan mencolok
ekor. Respon yang ditunjukan oleh ikan cupang dari tiap individu, yang berkaitan dengan
pembuahan, dapat kita amati dengan uji menggunakan model subjek dalam aquarium yang
diberi sekat cermin. Dengan memperhitungkan durasi, dan frekuensi demonstrasi merupakan
presiktor dan perkelahian yang nyata (Dewantoro, 2001).
Sirip dorsal terletak lebih ke belakang, memiliki jari-jari keras dan 8-9 jari-jari lunak.
Sirip anal panjang dan lebar, dimulai dari belakang anus dan berakhir di belakang dekat
pangkal sirip kaudal, memiliki 1-4 jari-jari keras dan 21-24 jari-jari lunak. Ujung sirip anal
berbentuk lancip. Sirip perut berukuran kecil, terletak di bawah sirip dada, memiliki 1 jari-jari
keras dan 5 jari-jari lunak. Satu dari jari-jari lunak berukuran lebih panjang dari yang lainnya.
Sirip dada bentuknya membulat, memiliki 12-13 jari-jari lunak (Djuanda, 2002).
Kegemaran berkelahi Ikan cupang adu akan semakin memuncak apabila ikan cupang
diletakkan di baskom, akuarium, toples, atau tempat pemeliharaan lain. Hal ini dikarenakan
ikan cupang telah terbiasa hidup di tempat yang lebih nyaman bila dibandingkan dengan
selokan atau tempat lainnya. Ketika melakukan pertarungan, ikan cupang jantan menghampiri
lawan tandingnya. Kemudian ikan cupang jantan mempertontonkan sirip pada musuhnya.
Sirip yang semula terlihat lemas dalam hitungan detik akan mengembang. Tidak hanya sirip
yang dipertontonkan, tetapi sirip cadangan lain yaitu membrana branchiostegi dan tutup
insang pada lengkungan leher juga ikut mengembang (Djuanda, 2002).
Baik secara instinktif maupun perilaku terlatih, Betta splendens memiliki karakteristik
respons agresiv. Dalam suhu air kira-kira antara 24-29oC, ikan cupang secara normal
merupakan ikan yang berperikau sangat aktif. Beberapa perilku agonistic cupang yang
diketahui antara lain :
-
Approach (Ap)
: menggigit lawan
: mengejar lawan yang melarikan diri
: mengancam dari depan dengan membuka operculum,
dagu direndahkan dan melebarkan sirip dada saat berhadapan dengan lawan
Side Threat (ST)
: mengancam dari pinggir dengan membuka operculum,
Bahan yang digunakan adalah ikan cupang (Betta splendens) sebagai spesimen uji dan air
untuk media ikan hidup.
3.2 Prosedur kerja
Pengamatan Morfologi
Pertama tama dimati masing-masing individu ikan cupang adu. dicatat perbedaan
fisik, antara lain warna tubuh, bentuk sirip (dada, punggung, perut, dubur, ekor) dan cirri
khas lainnya (mulut, operculum, gurat sisi, bentuk tubuh) tiap individu ,kemudian foto.
Pengamatan 1 MIS
Pada salah satu kompartemen yang berisi cermin (misalnya kompartemen (a) diamati
perilaku individu Betta Spelendens a catat semua perilku yang tampak saat individu ikan
a tersebut melihat bayangannya sendiri di dalam cermin. Pegamatan dilakukan selama 3
menit dengan pengulangan 3 kali. Setelah selesai, lakukan hal yang sama dengan individu
ikan b yang berada dalam kompartemen b dengan cara membalikan cermin kearah
kompartemen b,begitupun dengan individu c dan d
Pengamatan 2
2 ikan cupang (A dan B) terpisah kompartemen pembatas/ cermin dilepas hitung waktu
sebagai waktu ke-0 tunggu hingga 3 menit ulangi sampai 3 kali pengulangan, dicatat
hasil perilaku yang terjadi (lakukan hal yang sama pada ikan C dan D) dan lihat mana
yang dominan dan subdomina
Pengamatan 3
ikan cupang dominan pada pengamatan kedua diulangi bertarung , ikan dominan dengan
dominan dimasukkan dalam aquarium, kemudian amati setiap perilaku agonistik yang
dilakukan ikan tersebut untuk mempertahankan wilayahnya. Catat hasil pengamatan
setiap 3 menit dengan pengulangan 3 kali.
Pengamatan 4
ikan cupang subdominan pada pengamatan kedua diulangi bertarung , ikan subdominan
dengan subdominan dimasukkan dalam aquarium, kemudian amati setiap perilaku
agonistik yang dilakukan ikan tersebut untuk mempertahankan wilayahnya. Catat hasil
pengamatan setiap 3 menit dengan pengulangan 3 kali.
Ciri-ciri
Warna tubuh hitam
Terdapat garis biru muda-hitam (ekor)
Bentuk sirip kecil bergaris (dada)
Bentuk sirip punggung berigi dominan
warna biru
Sirip
punggung
Sirip ekor
GambarIndividu B
Sirip
Sirip dada
punggung
Sirip ekor
Sirip dubur
GambarIndividu C
Sirip ekor
Sirip
punggung
Sirip dada
Sirip dada
Sirip dubur
Sirip dubur
GambarIndividu D
Sirip ekor
Ciri-ciri
Warna tubuh hitam
Sirip ekor hitam dengan garis berwarna
biru sedikit
Sirip dada hitam agak putih
Bentuk sirip agak lebar biru muda
Sirip perut coklat kehitaman
Sirip dubur coklat kehitaman
Mulutnya membulat
Operkulum hitam
Gurat sisi kecoklatan
Bentuk tubuh lonjong tapi kecil
Ciri-ciri
Warna tubuh biru kehijauan
Bentuk sirip melebar
Sirip dada kecil, garis hitam dan
terputus
Sirip punggung biru
Sirip perut biru kemerahan kecil
Sirip duburbiru
Ekor lebar biru kehijauan
Bentuk
tubuh lonjong
Dependent Variable:frekuensi
Sirip
punggung
Squares
Df
Mean Square
Sig.
6489.467a
39
166.397
9.919
.000
Sirip dubur
3944.533
3944.533
235.144
.000
individu
356.467
118.822
7.083
.000
perilaku
3834.967
426.107
25.401
.000
individu * perilaku
2298.033
27
85.112
5.074
.000
Error
1342.000
80
16.775
Total
11776.000
120
7831.467
119
Corrected Model
Sirip dada
Intercept
Corrected Total
Pada
pengamatan kedua kami mengamati perilaku agonistik masing masing ikan cupang. Hal ini
dilakukan dengan mengamati ikan cupang ketika dimasukkan dalam aquarium kemudian
diberi skat kaca, dan mengamati perilaku agonistik apa saja yang sering muncul. Perilaku
yang kami amati meliputi :
-
Approach (Ap)
: menggigit lawan
: mengejar lawan yang melarikan diri
: mengancam dari depan dengan membuka operculum,
dagu direndahkan dan melebarkan sirip dada saat berhadapan dengan lawan
Side Threat (ST)
: mengancam dari pinggir dengan membuka operculum,
menunjukan bahwa masing masing individu ada perbedaan yang nyata begitu pula dengan
perilakunya. ehingga diperlukanlah uji lanjut. Uji lanjut yang kami gunakan yaitu dengan uji
Duncan, karena dalam uji ini, akan terlihat secara detail perbedaan yang jelas dari setiap
perlakuan.
Frekuensi
Subset
individu
Tukey HSDa
30
4.2000
30
4.4333
30
5.7667
30
Sig.
Duncana
8.5333
.453
30
4.2000
30
4.4333
30
5.7667
30
Sig.
5.7667
.051
8.5333
.166
1.000
Dilihat dari frekuensi individu duncan diatas terlihat bahwa ikan 4 atau D lebih
dominan dibandingkan yang lain. Dan frekuensi perilaku uji duncan terlihat bahwa perilaku
yang sering muncul adalah perilaku 4 yaitu frontal threat yang artinya mengancam dari depan
dengan membuka operculum , dagu direndahkan dan melebarkan sirip dada saat berhadapan
dengan lawan. Sedaangkan perilaku yang jarang dilakukan oleh ikan cupang adalah perilaku
bite yaitu menggigit lawan. Terlihat di tabel uji duncan dibawah ini :
Frekuensi
Subset
perilaku
Tukey HSDa
12
.0000
12
.0833
12
.0833
12
2.7500
2.7500
10
12
3.4167
3.4167
12
4.4167
4.4167
4.4167
12
7.7500
7.7500
7.7500
12
9.6667
9.6667
12
12
Sig.
Duncana
10.6667
18.5000
.216
.099
.068
12
.0000
12
.0833
12
.0833
12
2.7500
2.7500
10
12
3.4167
3.4167
12
12
7.7500
12
9.6667
12
10.6667
12
Sig.
.767
4.4167
18.5000
.071
.353
.103
1.000
1.000
A dan B
Squares
df
Mean Square
Sig.
1053.517a
19
55.448
6.735
.000
Intercept
558.150
558.150
67.791
.000
individu
40.017
40.017
4.860
.033
perilaku
482.683
53.631
6.514
.000
individu * perilaku
530.817
58.980
7.164
.000
Error
329.333
40
8.233
Total
1941.000
60
Corrected Total
1382.850
59
Corrected Model
Dalam tabel diatas terlihat bahwa nilai sig individu dan perilaku lebih kecil dari 0,05
dan itu diartikan bahwa masing masing individu dan perilaku sangat berbeda nyata
,sehingga diperlukanlah uji lanjut. Uji lanjut yang kami gunakan yaitu dengan uji Duncan,
karena dalam uji ini, akan terlihat secara detail perbedaan yang jelas dari setiap indidu dan
perlakuan.
Frekuensi
Subset
perilaku
Tukey HSDa
.0000
.1667
.5000
.6667
2.5000
2.5000
10
3.0000
3.0000
3.1667
3.1667
5.0000
5.0000
5.0000
6.6667
6.6667
Sig.
Duncana
8.8333
.108
.292
.403
.0000
.1667
.5000
.6667
2.5000
2.5000
10
3.0000
3.0000
3.1667
3.1667
3.1667
5.0000
5.0000
Sig.
6.6667
6.6667
8.8333
.105
.177
.051
.198
Setelah melakukan uji lanjut duncan terlihat bahwa perilaku yang sering muncul
adalah chase yang artinya mengejar lawan yang melarikan diri. Dan perilaku yang tidak
dilakukan oleh ikan cupang pertarung itu adalah Mouth to mouth contact yang artinya kontak
ke mulut yaitu dua individu akan saling mendorong, menarik, mencengkram dengan mulut.
Ikan yang memenangkan pertandingan ini adalah ikan B.
C dan D
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:frekuensi
Type III Sum of
Source
Squares
df
Mean Square
Sig.
34.183a
19
1.799
1.499
.138
46.817
46.817
39.014
.000
individu
.817
.817
.681
.414
perilaku
22.683
2.520
2.100
.053
individu * perilaku
10.683
1.187
.989
.464
Error
48.000
40
1.200
Total
129.000
60
82.183
59
Corrected Model
Intercept
Corrected Total
Pertarungan C dan D terlihat nilai individu dan perilaku lebih kecil dari 0,0 dapat
diartikan bahwa masing masing individu terlihat perbedaan yang nyata. sehingga
diperlukanlah uji lanjut. Uji lanjut yang kami gunakan yaitu dengan uji Duncan, karena
dalam uji ini, akan terlihat secara detail perbedaan yang jelas dari setiap individu dan
perlakuan.
Frekuensi
Subset
perilaku
Tukey HSDa
.0000
.3333
.5000
.5000
.6667
.8333
.8333
10
1.3333
1.8333
2.0000
Sig.
Duncana
.078
.0000
.3333
.5000
.5000
.5000
.5000
.6667
.6667
.6667
.8333
.8333
.8333
.8333
.8333
.8333
10
1.3333
1.3333
1.3333
1.8333
1.8333
Sig.
2.0000
.077
.074
.070
Dilihat dari tabel uji duncan terlihat nilai sig lebih besar dari 0,05 sehingga perilaku
diatas sudah dapat terlihat perbedaanya dan tidak ada perbedaan yang nyata dimana terlihat
perilaku Approach lebih sering muncul yang artinya ikan lebih sering mendekat, berenang
cepat kemudian berhenti didekat bayangan atau ikan lain. Sedangkan perilaku yang tidak
dilakukan oleh ikan yaitu Mouth to mouth contact yang artinya kontak ke mulut yaitu dua
individu akan saling mendorong, menarik, mencengkram dengan mulut. Ikan yang menang
dalam pertarungan ini adalah ikan C
Menang vs menang
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:frekuensi
Type III Sum of
Source
Squares
df
Mean Square
Sig.
1706.000a
19
89.789
7.752
.000
326.667
326.667
28.201
.000
Individu
1.667
1.667
.144
.706
perilaku
692.333
76.926
6.641
.000
1012.000
112.444
9.707
.000
Error
463.333
40
11.583
Total
2496.000
60
Corrected Total
2169.333
59
Corrected Model
Intercept
Individu * perilaku
Pertarungan menang vs menang ini masing masing perilaku terlihat perbedaan nyata
terlihat dari nilai sig yang kurang dari 0,05. Sehingga harus dilakukan uji lanjut duncan
Frekuensi
Subset
perilaku
Tukey HSDa
.1667
.1667
.1667
.3333
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.1667
1.1667
10
1.5000
1.5000
Sig.
Duncana
7.3333
10.5000
1.000
.068
.1667
.1667
.1667
.3333
1.0000
1.0000
1.1667
10
1.5000
7.3333
10.5000
Sig.
7.3333
.567
.835
.115
Pada uji lanjut duncan terlihat perilaku yang paling dominan itu adalah melarikan diri
dan yang paling jarang muncul adalah Mouthh to mouth contact, tail flaging dan circle.
Kalah vs kalah
Squares
df
Mean Square
Sig.
3.517a
19
.185
1.586
.108
Intercept
.817
.817
7.000
.012
Individu
.150
.150
1.286
.264
perilaku
2.683
.298
2.556
.020
.683
.076
.651
.747
Error
4.667
40
.117
Total
9.000
60
Corrected Total
8.183
59
Corrected Model
Individu * perilaku
Pada pertarungan kalah vs kalah ini terlihat nilai sig perilaku kurang dari 0,05 yang
artinya berbeda nyata. Untuk itu perlu dilakukan uji lanjut duncan agar terlihat perbedaanya
Frekuensi
Subset
perilaku
Tukey HSDa
.0000
.0000
.0000
.0000
.0000
.0000
10
.0000
.1667
.1667
.3333
.3333
Sig.
Duncana
.6667
.794
.0000
.0000
.0000
.0000
.0000
.0000
10
.0000
.1667
.3333
Sig.
.281
.3333
.6667
.159
.099
Perilaku yang sering keluar yaitu Aproach (mendekat, berenang, cepat kemudian
berhenti didekat bayangannya atau ikan lain dan perilaku yang lain jarang sekali dilakukan
karena kurangnya keagresifan ikan ini.
Hasil grafik
Mirror Image Stimulation
Dilihat dari grafik diatas terlihat bahwa ikan 4 atau D lebih dominan mengejar lawan
yang melarikan diri kemudian sering mengibaskan ekornya dibandingkan yang lain
sedangkan individu 1 atau A lebih sering melakukan Approach yaitu mendekat, berenang
dengan cepat kemudian berhenti dekat bayangan atau ikan lainnya.
Grafik pertandingan A dan B
Dilihat dari grafik terlihat bahwa individu dominan adalah individu 2 atau B dimana
terlihat individu B lebih sering melakukan Chase (Mengejar lawan yang melarikan diri)
sedangkan individu A lebih sering Flight (melarikan diri).
Grafik pertandingan C dan D
Dilihat dari grafik pertarungan diatas, terlihat bahwa yang sering melarikan diri yaitu
individu 4 atau D dimana individu D sering melakukan flight (melarikan diri) dan individu C
lebih dominan karena sering menggigit lawan.
Grafik pertandingan menang vs menang
Pada pertandingan Menang vs menang ini terlihat individu B lebih sering mengejar
lawannya sedangkan individu C lebih sering Flight melarikan diri.
Grafik pertarungan kalah vs kalah
Dari grafik diatas terlihat individu A datar tidak melakukan perlawanan apapun
dibandingkan dengan D yang mendekat, berenang cepat kemudian berhenti didekat bayangan
atau ikan lainnya.
Pembahasan dan analisis
Ketika kami mengamati masing masing morfologi ikan A,B,C dan D terlihat
persamaan bahwa Betta splendens memiliki tubuh yang lonjong dengan bagian depan sedikit
membulat dan memipih pada bagian belakang. Mulutnya dapat disembulkan dengan lubang
mulut terletak serong pada bagian depan kepala. Badan dan kepala bersisik kasar. Ikan betina
berwarna kusam, tetapi ikan jantan mempunyai warna metalik yang mengkilat. Ikan cupang
jantan maupun betina memiliki sisik gurat sisi berjumlah 29-33 keping. Perbedaannya hanya
pada warna corak masing masing ikan dan bentuk sirip.
Pada pengamatan mirror image stimulation terlihat nilai signifikan 0.000 ( kurang dari
0,05) yang berarti
terdapat perbedaan nyata, dan perlu dilakukan uji lanjut. Uji yang
dilakukan selanjutnya, yaitu melakukan uji Duncan, karena dalam uji ini, akan terlihat secara
detail perbedaan yang jelas dari setiap perlakuan. setelah menggunakan uji Duncan,
signifikan yang dihasilkan itu 0,166 yang berarti data yang sudah diolah sudah tidak berbeda
nyata, dengan melihat hasil di uji duncan.setelah di uji terlihat bahwa perlakuan yang sering
muncul adalah perilaku 4 yaitu frontal threat yang artinya mengancam dari depan dengan
membuka operculum , dagu direndahkan dan melebarkan sirip dada saat berhadapan dengan
lawan. Sedaangkan perilaku yang jarang dilakukan oleh ikan cupang adalah perilaku bite
yaitu menggigit lawan. Dan grafik MIS terlihat bahwa ikan 4 atau D lebih dominan mengejar
lawan yang melarikan diri kemudian sering mengibaskan ekornya dibandingkan yang lain
sedangkan individu 1 atau A lebih sering melakukan Approach yaitu mendekat, berenang
dengan cepat kemudian berhenti dekat bayangan atau ikan lainnya
Pada pertarungan sesungguhnya kami mengadu ikan A dengan B dan C dengan D.
Saat pertarungan ikan A dan B Dilihat dari grafik terlihat bahwa individu dominan adalah
individu 2 atau B dimana terlihat individu B lebih sering melakukan Chase (Mengejar lawan
yang melarikan diri) sedangkan individu A lebih sering Flight (melarikan diri). Mengejar
lawan yang dimunculkan oleh ikan B lebih dominan. Hal ini membuktikan bahwa
kebanyakan pada keseluruhan ikan cupang yang diamati ialah ikan cupang hias. Hal ini
sesuai dengan literature, bila sifat dari cupang adu sendiri, memiliki seifat keagresifan yang
tinggi. Serta daya saing untuk mendominasi suatu wilayah cukup kuat (Campbell, 2003).
Sedangkan pada uji ini, tingkat keagresifan ikan cupang dalam menyerang, intensitasnya
sedikit. Jadi pada pertarungan A dan B ini yang menang adalah B hingga B lebih dominan
daripada A. Pada pertarungan C dan D Dilihat dari grafik pertarungan terlihat bahwa yang
sering melarikan diri yaitu individu 4 atau D dimana individu D sering melakukan flight
(melarikan diri) dan individu C lebih dominan karena sering menggigit lawan. Jadi individu
C lebih dominan dibandingkan individu D.
Untuk pertandingan menang vs menang yaitu pada ikan B dan C terlihat individu B
lebih sering mengejar lawannya sedangkan individu C lebih sering Flight melarikan diri.
Sehingga terlihat bahwa ikan yang paling dominan adalah ikan B dimana Seperti menurut
literature, Invidu yang aggressive dan mampu menguasai arena perkelahian (teritori) akan
memunculkan individu yang kuat (dominan) dan lemah (submissive/ subordinat) (Djuanda,
2002). Dan pertandingan kalah vs kalah grafik diatas terlihat individu A datar tidak
melakukan perlawanan apapun dibandingkan dengan D yang mendekat, berenang cepat
kemudian berhenti didekat bayangan atau ikan lainnya jadi individu yang paling lemah /
subordinat adalah individu A.
Bab V Kesimpulan
-
flight (melarikan diri) dan individu C lebih dominan karena sering menggigit lawan
Pada pertandingan Menang vs menang ini terlihat individu B lebih sering mengejar
lawannya sedangkan individu C lebih sering Flight melarikan diri jadi yang paling
dominan adalah B
Pertarungan kalah vs kalah terlihat individu A datar tidak melakukan perlawanan
apapun dibandingkan dengan D yang mendekat, berenang cepat kemudian berhenti
didekat bayangan atau ikan lainnya, jadi individu paling lemah /subordinat adalah A
Daftar Pustaka
-
Lampiran
individ
u
A
latensi 3
menit
perlaku
an
frekue
nsi
pengulanga
nI
1
2
3
4
25
pengulanga
n II
pengulanga
n III
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2
4
1
7
5
pengulangan
III
10
14
5
latensi 3
menit
pengulangan
I
pengulangan
II
perlaku
an
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
2
3
3
6
1
22
17
10
3
5
8
20
11
9
2
individu
latensi 3
menit
pengulangan
I
individ
u
B
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
frekue
nsi
1
C
pengulangan
II
11
21
15
2
5
pengulangan
III
13
15
10
perlakua
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
frekue
nsi
6
13
6
5
3
4
11
2
27
2
8
6
3
3
16
2
9
6
1
individ
u
latensi 3
menit
pengulanga
nI
pengulanga
n II
pengulanga
n III
perlaku
an
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
frekue
nsi
2
perlaku
an
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
frekue
nsi
10
26
13
4
22
1
6
3
32
22
12
31
2
2
30
3
2
33
4
8
pertarungan
sesungguhnya
indivi
du
A
latensi 3
menit
pengulangan
I
pengulangan
II
individ
u
B
latensi 3
menit
6
4
pengulangan
I
18
1
1
1
11
pengulangan
II
perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
frekue
nsi
11
23
10
1
2
7
5
3
14
2
2
pengulangan
III
individ
u
latensi 3
menit
pengulangan
I
pengulangan
II
pengulangan
III
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
pengulangan
III
9
2
perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
frekuens
i
2
1
individ
u
1
1
latensi 3
menit
pengulangan
I
2
2
2
3
1
2
1
D
pengulangan
II
3
1
pengulangan
III
1
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
perlaku
an
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
6
2
1
10
2
1
2
3
6
frekuensi
4
2
1
4
2
4
2
1
3
1
1
1
3
1
menan
g
individ
u
latensi 3
menit
pengulanga
nI
pengulanga
n II
pengulanga
n III
kalah
individ
u
A
latensi 3
menit
pengulangan
I
perlaku
an
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
frekue
nsi
individ
u
latensi 3
menit
perlakuan
pengulangan
I
1
37
pengulangan
II
10
pengulangan
III
16
perlakuan
1
2
frekuens
i
2
individ
u
D
latensi 3
menit
pengulangan
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
perlaku
an
1
2
frekue
nsi
4
1
18
5
1
1
1
5
1
1
11
1
2
2
1
15
4
frekuensi
1
pengulangan
II
pengulangan
III
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
pengulangan
II
pengulangan
III
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
1