Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
[if !supportLists]1.

[endif]Latar Belakang

Adenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior
nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin waldeyer. Secara
fisiologik pada anak-anak, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi. Adenoid ini
membesar pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang sama sekali
pada usia 14 tahun.Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas bagian atas, maka
dapat terjadi hipertrofi adenoid yang akan mengakibatkan sumbatan pada koana,
sumbatan tuba eustachius.
Akibat sumbatan koana pasien akan bernapas melalui mulut sehingga terjadi fasies
adenoid, faringitis dan bronchitis serta sinusitis kronik. Akibat sumbatan tuba Eustachius
akan terjadi otitis media akut berulang dan akhirnya dapat terjadi otitis media supuratif
kronik. Akibat hipertrofi adenoid juga dapat menimbulkan gangguan tidur, ngorok,
retardasi mental dan pertumbuhan fisik berkurang.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
[if !supportLists]1.

[endif]Anatomi

[if !supportLists]A. [endif]Tonsil


Tonsilla palatina adalah dua massa jaringan limfoid berbentuk ovoid yang terletak
pada dinding lateral orofaring dalam fossa tonsillaris. Tiap tonsilla ditutupi membran
mukosa dan permukaan medialnya yang bebas menonjol kedalam faring. Permukaannya
tampak berlubang-lubang kecil yang berjalan ke dalam Cryptae Tonsillares yang
berjumlah 6-20 kripte. Pada bagian atas permukaan medial tonsilla terdapat sebuah celah
intratonsil dalam. Permukaan lateral tonsilla ditutupi selapis jaringan fibrosa yang disebut
Capsula tonsilla palatina, terletak berdekatan dengan tonsilla lingualis.
Adapun struktur yang terdapat disekitar tonsilla palatina adalah :
1.

Anterior : arcus palatoglossus

2.

Posterior : arcus palatopharyngeus

3.

Superior : palatum mole

4.

Inferior : 1/3 posterior lidah

5.

Medial : ruang orofaring

6.

Lateral : kapsul dipisahkan oleh m. constrictor pharyngis superior oleh jaringan

areolar longgar. A. carotis interna terletan 2,5 cm dibelakang dan lateral tonsila.
Vaskularisasi tonsil diperoleh Arteri terutama masuk melalui polus caudalis, tapi juga bisa
melalui polus cranialis. Melalui polus caudalis : rr. tonsillaris a. dorsalis linguae, a.
palatina ascendens dan a. facialis. Melalui polus cranialis : rr. tonsillaris a. pharyngica
ascendens dan a. palatina minor. Semua cabang-cabang tersebut merupakan cabang dari
a. carotis eksterna.
Darah venous dari tonsil terutama dibawa oleh r. tonsillaris v. lingualis dan di sekitar
kapsula tonsillaris membentuk pleksus venosus yang mempunyai hubungan dengan
pleksus pharyngealis. Vena paratonsillaris dari palatum mole menuju ke bawah lewat
pada bagian atas tonsillar bed untuk menuangkan isinya ke dalam pleksus pharyngealis.
Cairan limfe dituangkan ke lnn. submaxillaris, lnn. cervicalis superficialis dan sebagian
besar ke lnn. cervicalis profundus superior terutama pada limfonodi yang terdapat di
dorsal angulus mandibular (lnn. tonsillaris). Nodus paling penting pada kelompok ini
adalah nodus jugulodigastricus yang terletak di bawah dan belakang angulus
mandibulae.2
B.Adenoid
Adenoid / tonsila faringea adalah jaringan limfoepitelial berbentuk triangular yang
terletak pada aspek posterior nasofaring. Adenoid terletak pada dinding posterior
nasofaring, berbatasan dengan kavum nasi dan sinus paranasalis pada bagian anterior,
kompleks tuba eustachius-telinga tengah-kavum mastoid pada bagain lateral.
Vaskularisasi adenoid diperoleh melalui cabang faringeal a.carotis eksternal, beberapa
cabang minor berasal dari a.maxilaris interna dan a.fasialis. Inervasi sensible merupakan
cabang dari n.glosofaringeus dan n.vagus. Anatomi mikro dan makroskopik dari adenoid
menggambarkan fungsinya dan perbedaannya dengan tonsila palatine. Adenoid adalah
organ limfoid yang mengalami invaginasi dalam bentuk lipatan yang dalam, hanya terdiri

beberapa kripte berbeda dengan tonsila palatine yang memiliki jumlah kripte lebih
banyak.2
Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan
mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.3,4
Gambar anatomi adenoid
2.

[endif]Fisiologi

[if !supportLists]A. [endif]Tonsil


Tonsil membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran napas dan saluran
pencernaan yang dikenal sebagai cincin Waldeyer. Pada cincin Waldeyer, tonsil terdiri
dari tiga jenis yaitu tonsil lingualis berjumlah satu pasang yang terletak dibawah lidah,
satu buah tonsil adenoid yang terletak di belakang hidung, dan tonsil palatina yang
terletak disebelah kanan-kiri rongga mulut. Cincin Waldeyer ini mampu mengeluarkan
imunoglobulin jenis G, A, M , D , dan E.2

[if !supportLists]B.

[endif]Adenoid

Fungsi adenoid adalah bagian imunitas tubuh. Adenoid merupakan jaringan limfoid
bersama dengan struktur lain dalam cincin Waldeyer. Adenoid memproduksi IgA sebagai
bagian penting sistem pertahanan tubuh garis depan dalam memproteksi tubuh dari invasi
kuman mikroorganisme dan molekul asing.
Proses imunologi pada adenoid dimulai ketika bakteri, virus atau antigen makanan
memasuki nasofaring mengenai epitel kripte yang merupakan kompartemen adenoid
pertama sebagai barier imunologis. Kemudian akan diabsorbsi secara selektif oleh
makrofag, sel HLA dan sel M dari tepi adenoid. Antigen selanjutnya diangkut dan
dipresentasikan ke sel T pada area ekstra folikuler dan ke sel B pada sentrum
germinativum oleh follicular dendritic cells (FDC).
Interaksi antara sel T dengan antigen yang dipresentasikan oleh APC bersama dengan IL1 akan mengakibatkan aktifasi sel T yang ditandai oleh pelepasan IL-2 dan ekspresi
reseptor IL-2. Antigen bersama-sama dengan sel Th dan IL-2, IL-4, IL-6 sebagai aktifator
dan promotor bagi sel B untuk berkembang menjadi sel plasma. Sel plasma akan

didistribusikan pada zona ekstrafolikuler yang menghasilkan immunoglobulin (IgG 65%,


IgA 20%, sisanya IgM, IgD, IgE) untuk memelihara flora normal dalam kripte individu
yang sehat.3
[if !supportLists]3.

[endif]Histologi

[if !supportLists]A. [endif]Tonsil


Permukaan tonsila palatina yang dilapisi mukosa terdiri dari epitel berlapis pipih yang
mempunyai daya tahan yang lebih baik daripada jenis epitel yang lain dimana mukosa
tonsila palatina ini selalu mendapat gesekan dalam tubuh sehingga memerlukan
perlindungan yang lebih baik agar lebih tahan terhadap trauma.
Kripte pada tonsila palatina dalam dan bercabang-cabang dan terdapat kripte dalam
jumlah yang banyak. Pada kripte ini bermuara kelenjar-kelenjar submukosa yang terdapat
di sekitar tonsil.2
[if !supportLists]B.

[endif]Adenoid

Secara histologis, adenoid tersusun atas 3 jenis epitel pada permukaannya: epitel
kolumnar bertingkat dengan silia, epitel berlapis skuamous dan epitel transisional. Infeksi
kronik atau pembesaran adenoid cenderung akibat peningkatan proporsi epitel berlapis
skuamous (aktif untuk proses antigen) dan berkurangnya epitel respirasi (aktif untuk
klirens mukosilier).3
[if !supportLists]4.

[endif]Definisi

Adenoid merupakan jaringan limfoid yang terletak pada dinding posterior nasofaring,
termasuk dalam rangkaian cincin waldeyer. Pembesaran adenoid adalah membesarnya
ukuran adenoid pada nasofaring yang dapat diketahui dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan klinik THT dan pemeriksaan foto polos lateral.3
[if !supportLists]5.
Di

Indonesia,

[endif]Epidemiologi

data

nasional

mengenai

jumlah

operasi

tonsilektomi

atau

tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun, data yang didapatkan dari RSUPNCM selama
5 tahun terakhir (1999-2003) menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi
tonsilektomi. Fenomena ini juga terlihat pada jumlah operasi tonsiloadenoidektomi
dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) dan terus menurun sampai tahun

2003 (152 kasus). Sedangkan data dari rumah sakit Fatmawati dalam 3 tahun terakhir
(2002-2004) menunjukkan kecenderungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi dan
penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi.3
[if !supportLists]6.

[endif]Etiologi

Etiologi pembesaran adenoid dapat di ringkas menjadi dua yaitu secara fisiologis dan
faktor infeksi. Secara fisiologis adenoid akan mengalami hipertrofi pada masa puncaknya
yaitu 3-7 tahun. Biasanya asimptomatik, namun jika cukup membesar akan menimbulkan
gejala. Hipertrofi adenoid juga didapatkan pada anak yang mengalami infeksi kronik atau
rekuren pada saluran pernapasan atas atau ISPA. Hipertrofi adenoid terjadi akibat
adenoiditis yag berulang kali antara usia 4-14 tahun.3,5
[if !supportLists]7.

[endif]Pathogenesis

Pada balita jaringan limfoid dalam cincin waldeyer sangat kecil. Pada anak berumur 4
tahun bertambah besar karena aktivitas imun, karena tonsil dan adenoid (pharyngeal
tonsil) merupakan organ limfoid pertama di dalam tubuh yang menfagosit kuman-kuman
patogen. Jaringan tonsil dan adenoid mempunyai peranan penting sebagai organ yang
khusus dalam respon imun humoral maupun selular, seperti pada bagian epithelium
kripte, folikel limfoid dan bagian ekstrafolikuler. Oleh karena itu, hipertrofi dari jaringan
merupakan respons terhadap kolonisasi dari flora normal itu sendiri dan mikroorganisme
pathogen.
Adenoid dapat membesar seukuran bola ping-pong, yang mengakibatkan tersumbatnya
jalan udara yang melalui hidung sehingga dibutuhkan adanya usaha yang keras untuk
bernafas sebagai akibatnya terjadi ventilasi melalui mulut yang terbuka. Adenoid dapat
menyebabkan obstruksi pada jalan udara pada nasal sehingga mempengaruhi suara.
Pembesaran adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada tuba eustachius yang akhirnya
menjadi tuli konduktif karena adanya cairan dalam telinga tengah akibat tuba eustachius
yang tidak bekerja efisien karena adanya sumbatan.4
Gejala Klinis
Pembesaran adenoid menimbulkan beberapa gangguan :
[if !supportLists]1.

[endif]Obstruksi nasi

Pembesaran adenoid dapat menyumbat parsial atau total respirasi hidung sehingga terjadi
ngorok, percakapan hiponasal, dan membuat anak akan terus bernapas melalui mulut.

Beberapa peneliti menunjukkan korelasi statistic antara pembesaran adenoid dan kongesti
hidung dengan rinoskopi anterior.
[if !supportLists]2.

[endif]Facies Adenoid

Secara umum telah diketahui bahwa anak dengan pembesaran adenoid mempunyai
tampak muka yang karakteristik.
Tampakan klasik tersebut meliputi :
Mulut yang terbuka, gigi atas yang prominen dan bibir atas yang pendek. Namun sering
juga muncul pada anak-anak yang minum susu dengan menghisap dari botol dalam
jangka panjang. Hidung yang kecil, maksila tidak berkembang/ hipoplastik, sedut
alveolar atas lebih sempit, arkus palatum lebih tinggi.
[if !supportLists]3.

[endif]Efek pembesaran adenoid pada telinga

Hubungan pembesaran adenoid atau adenoiditis rekuren dengan otitis media efusi telah
dibuktikan baik secara radiologis dan penelitian tentang tekanan oleh Bluestone.
[if !supportLists]4.

[endif]Sleep apnea

Sleep apnea pada anak pertama kali diperkenalkan oleh Gastatut, berupa adanya episode
apnea saat tidur dan hipersomnolen pada siang hari. Sering juga disertai dengan
hipoksemia dan bradikardi. Episode apnea dapat terjadi akibat adanya obstruksi, sentral
atau campuran.2
Bila hipertrofi adenoid berlangsung lama, akan timbul wajah adenoid, yaitu pandangan
kosong dengan mulut terbuka. Biasanya langit-langit cekung dan tinggi. Karena
pernapasan melalui hidung terganggu akibat sumbatan adenoid pada koane, terjadi
gangguan pendengaran, dan penderita sering beringus. Pada pemeriksaan tepi anterior
adenoid yang hipertrofi terlihat melalui lubang hidung bila sekat hidung lurus dan konka
mengerut, dengan cermin dahi, adenoid juga terlihat melalui mulut. Dengan meletakkan
ganjal di antara deretan gigi atas dan bawah, adenoid yang membesar dapat diraba.6
[if !supportLists]8.

[endif]Diagnosa Hipertropy Adenoid

Diagnosis ditegakkan berdasarkan:


[if !supportLists]1.

[endif]Tanda dan gejala klinik.

[if !supportLists]2.

[endif] Pemeriksaan rinoskopi anterior dengan melihat tertahannya

gerakan velum palatum mole pada waktu fonasi.

[if !supportLists]3.

[endif] Pemeriksaan rinoskopi posterior (pada anak biasanya sulit).

[if !supportLists]4.

[endif] Pemeriksaan nasoendoskopi dapat membantu untuk melihat

ukuran adenoid secara langsung.


[if !supportLists]5.

[endif] Pemeriksaan radiologi dengan membuat foto polos lateral

dapat melihat pembesaran adenoid.


Prosedur Pemeriksaan Radiologi:
Posisi Pasien : Pemeriksaan dilakukan pada pasien dengan posisi berdiri tegak pada film
sejauh 180 cm.
Pengukuran adenoid (A) : A adalah titik konveks maksimal sepanjang tepi inferior
bayangan adenoid. Garis B adalah garis yang ditarik lurus dari tepi anterior basisoksiput.
Jarak A diukur dari titik A ke perpotongannya pada garis B.
Pengukuran ruang nasofaring : Ruang nasofaring dikukur sebagai jarak antara titik C,
sudut posterior-superior dari palatum durum dan D (sudut anterior-inferior sincondrosis
sfenobasioksipital.
Jika sinkondrosis tidak jelas, maka titik D ditentukan sebagai titik yang melewati tepi
posterior-inferior pterigoidea lateralis dan lantai tulang nasofaring.
Rasio adenoid nasofaring diperoleh dengan membagi ukuran adenoid dengan ukuran
ruang nasofaring, yaitu Rasios AN = A/N.
Dengan kriteria sebagai berikut :
[if !supportLists] [endif]Rasio Adenoid Nasofaring 0 0,52

: tidak ada

pembesaran.
[if !supportLists] [endif]Rasio Adenoid Nasofaring 0,52 0,72

: pembesaran

sedang non obstruksi.


[if !supportLists] [endif]Rasio Adenoid Nasofaring > 0,72

: pembesaran

dengan obstruksi.
[if !supportLists]6.

[endif]CT-Scan merupakan modilitas yang lebih sensitif daripada

foto polos untuk identifikasi patologi jaringan lunak, tapi kekurangannya karena biaya
yang mahal.1,3
[if !supportLists]9.

[endif]Tatalaksana

Terapinya terdiri atas adenoidektomi untuk adenoid hipertrofi yang menyebabkan

obstruksi hidung, obstruksi tuba Eustachius, atau yang menimbulkan penyulit lain.
Operasi dilakukan dengan alat khusus (adenotom). Kontraindikasi operasi adalah celah
palatum atau insufisiensi palatum karena operasi ini dapat mengakibatkan rinolalia
aperta.6
Indikasi adenoidektomi:
[if !supportLists]1.

[endif]Sumbatan sumbatan hidung yang menyebabkan bernapas

melalui mulut, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, kelainan bentuk
wajah muka dan gigi ( adenoid face ).
[if !supportLists]2.

[endif]Infeksi adenoiditis berulang/kronik, otitis media efusi

berulang/kronik, otitis media akut berulang.


[if !supportLists]3.

[endif]Kecurigaan neoplasma jinak / ganas.1

Teknik adenoidektomi terbagi atas dua cara yaitu :


[if !supportLists]1.

[endif] Eksisi melalui mulut

[if !supportLists] [endif]merupakan teknik yang paling banyak di gunakan. Adenoid di


keluarkan melalui mulut setelah mulut dibuka dengan menggunakan suatu alat dan
menarik langit-langit mulut. Suatu cermin digunakan untuk melihat adenoid karena
adenoid terletak pada rongga hidung bagian belakang melalui pendekatan ini beberapa
instrumen dapat dimasukkan.
[if !supportLists]a.

[endif]Cold Surgical Technique:

Curette adenoid : Merupakan patokan dan metode konvensional yang sukses dilakukan.
Alat adenoid currete mempunyai sisi yang tajam dan bengkok. Untuk mengangkat
adenoid digunakan mata pisau yang tajam setelah terlebih dahulu memposisikan
nasofaring. Perdarahan dapat dikontrol dengan elektrocauter.
Adenoid Punch : Penekanan pada adenoid dengan menggunakan satu instrumen
bengkok yang mempunyai celah dan ditempatkan di atas adenoid kumudian celah itu
ditutup dan pisau bedah mengangkat adenoid.
Magill Forceps : Adalah suatu instrumen yang berbentuk bengkok yang digunakan
untuk mencabut jaringan sisa pada adenoid.
[if !supportLists]b.

[endif]Elektrocauter dengan suction bovie : Teknik kedua dengan

menggunakan elektrocauter dengan suatu suction bovie yang berfungsi untuk mencabut
jaringan adenoid.

[if !supportLists]c.

[endif]Surgical microdebrider : Ahli bedah lain sudah

menggunakan metode microdebrider, sebagian orang menganggapnya lebih efektif.


Perdarahan pasti terjadi pada pengangkatan tetapi sebagian besar dilaporkan perdarahan
dengan menggunakan tradisional currete. Mikrodebrider memindahkan jaringan adenoid
yang sulit di jangkau oleh teknik lain.

[if !supportLists]2.

[endif]Eksisi melalui hidung.

[if !supportLists] [endif]Satu-salunya teknik bermanfaat untuk memindahkan adenoid


melalui rongga hidung dengan menggunakan alat mikrodebrider. Dengan prosedur ini,
jika terjadi perdarahan dikontrol dengan menggunakan cauter suction.6,7
Komplikasi adenoidektomi:
Komplikasi tindakan adenoidektomi adalah perdarahan bila pengerokan adenoid kurang
bersih. Bila terlalu dalam menguretnya akan terjadi kerusakan dinding belakang faring.
Bila kuretase terlalu ke lateral maka torus tubarius akan rusak dan dapat mengakibatkan
oklusi tuba Eustachius dan akan timbul tuli konduktif.1,4
[if !supportLists]10. [endif]Prognosis
Adenotonsillektomi merupakan suatu tindakan yang kuratif pada kebanyakan individu.
Jika pasien ditangani dengan baik diharapkan dapat sembuh sempurna, kerusakan akibat
cor pulmonal tidak menetap dan sleep apnea dan obstruksi jalan nafas dapat diatasi.4,8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tonsil adalah bagian dari jaringan limfoid yang berfungsi menangkis infeksi yang
menyerang tubuh. Jika seseorang mengalami infeksi maka terjadi pembengkakan jaringan
limfoid dalam tubuh, termasuk tonsil sebagai upaya pertahanan tubuh.
Tonsil terdiri dari tiga jenis yaitu tonsil lingualis berjumlah satu pasang yang terletak

dibawah lidah, satu buah tonsil adenoid yang terletak di belakang hidung, dan tonsil
palatina yang terletak disebelah kanan-kiri rongga mulut.
Adenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior
nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin waldeyer. Secara
fisiologik pada anak-anak, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi. Adenoid ini
membesar pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang sama sekali
pada usia 14 tahun.Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas bagian atas, maka
dapat terjadi hipertrofi adenoid yang akan mengakibatkan sumbatan pada koana,
sumbatan tuba eustachius.

Anda mungkin juga menyukai