Anda di halaman 1dari 13

Bab 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

Bab. 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut kamus saku kedokteran Dorland (1998), stenosis berasal dari
bahasa Yunani stenoses yang berarti penyempitan atau striktura duktus atau
kanal dan aorta beraal dari bahasa Latin aortae, aortas yaitu arteri besar yang
berasal dari ventrikel kiri. Menurut Wahab (2006), stenosis aorta merupakan
penyempitan pada jalan keluar ventrikel kiri pada katup aorta ataupun area
tepat di bawah atau atas katup aorta yang mengakibatkan perbedaan tekanan
antara ventrikel kiri dan aorta. Sedangkan menurut Mansjoer (2000), stenosis
dapat disebabkan oleh kelainan kongenital seperti aorta bikuspid dengan
lubang kecil dan katup aorta uni kuspid, yang biasanya
2.2 Klasifikasi
Stenosis aorta terjadi pada 3-8% pasien dengan kelaina jantung bawaan. Para
ahli banyak yang mengaitkan tingkat keparahan stenosis denga gradien katup.
Menurut Wahab (2009), berdasarkan tingkat keparahan, stenosis aorta dapat
dikategorikan sebagai berikut.
a. Stenosis aorta ringan dengan gradien katup <25 mmHg
b. Stenosis aorta sedang dengan gradien katup aorta antara 25 60 mmHg
c. Stenosis aorta berat dengan gradien katup >65 mmHg
d. Stenosis aorta kritis dengan gradien katup >100 mmHg
2.3 Etiologi
Menurut Qonita (2012), etiologi stenosis aorta dibedakan menjadi tiga yaitu
kelainan kongenital, penumpukan kalsium pada daun katup, dan demam
rematik.
a. Kelainan kongenital
Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan
katup aorta. Sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup
aorta yang hanya mempunyai dua daun (normal katup aorta terdiri dari
tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat tidak menimbulkan

masalah atau pun gejala yang berarti sampai bayi menjadi dewasa
dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga
membutuhkan penanganan medis.
b. Penumpukan kalsium pada daun katup
Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium
(kalsifikasi katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang dapat
ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah yang melewati katup
aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang
kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada katup aorta jantung.
Oleh karena itu, stenosis aorta yang berasal dari proses kalsifikasi
banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun, namun gejala akan timbul
saat pasien berusia 70 tahun.
c. Demam rematik
Komplikasi dari demam rematik yaitu adanya sepsis atau menyebarnya
kuman atau bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga
menyebabkan sampainya kuman atau bakteri tersebut ke jantung. Saat
kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian jaringan
pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan
penumpukan kalsium yang suatu saat dapat menyebabkan stenosis aorta.
2.4 Patofisiologi
Pengerasan dan penyempitan katup aorta akan menyumbat aliran
darah dari ventrikel kiri ketika sistole. Oleh karena itu, ventrikel kiri harus
memompa darah lebih kuat, akibatnya timbul hipertrofi pada ventrikel
tersebut. Makin lama, ventrikel yang membesar tersebut tidak dapat
memompa darah ke aorta lewat katupnya yang sempi dan mengakibatkan
berkurangnya curah jantung. Pada atrium kiri tekanan juga meningkat karen
tidak dapat mengosongkan biliknya dengan efektif, akibatnya tekanan
pulmonal meningkat dan timbul kongesti pulmonal. Hipertrofi ventrikel kiri
akan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan oksigen oleh miokardium,
tetapi arteria koronaria mengalam kompresi. Kompresi ini mengganggu suplai
darah ke miokardium dan menimbulkan iskemia dan angina pada miokardium.

Gejalanya baru apat dirasakan pada umum sekitar 40-50 tahun karena
ventrikel mampu mengadakan kompensasi (Baradero, et al.,2008)

Gambar 1. Perbandingan katup aorta normal dan stenosis aorta


(Sumber: emedicinehealth.com)

Malformasi katup stenosis


kongenital, inflamasi
rematik, kalsifikasi katup
degeneratif

Stenosis Aorta

Menghalangi aliran darah dari ventrikel


kiri ke aorta pada waktu sistolik

Curah jantung menurun


Vasodilatasi saat
aktivitas fisik
Perasaan lelah dan
lemah

Hipotensi Sistemis

Tekanan darah
menurun
Sinkop

Gangguan aktivitas
sehari-hari
Hipertensi ventrikel

Tekanan arteri
koroner menurun

Aliran darah
koroner menurun

Tekanan ventrikel kiri


meningkat

Dilatasi &
kontraktilitas
meningkat

Hipertrofi Ventrikel
kiri

Kebutuhan oksigen
meningkat

Nyeri
dada
Hipoksia
Miokardium
Infark
Miokardium

Gagal jantung kiri

Gambar 2. Patofisiologi stenosis aorta ang mengarah pada terjadinya


masalah keperawatan (Sumber: Muttaqin (2009))
2.5 Manifestasi Klinis
Price & Wilson (2006), mengemukakan bahwa trias gejala khas yang
berkaitan dengan stenosis aorta yaitu angina, sinkop, dan kegagalan ventrikel
kiri.
Menurut Williams & Wilkins (2005), manifestasi klinis yang dapat ditemukan
pada pasien stenosis aorta adalah sebagai berikut.
1. Anak dapat mengalami denyut nadi lemah, hipotensi, takikardia, dan
pola makan yang buruk.

2. Anak dapat mengalami tanda-tanda intoleransi latihan fisik, nyeri


dada, dan kelesuan ketika berdiri pada periode yang lama.
3. Murmur ejeksi sistolik dapat terdengar paling jelas pada ruang
intercosta (ICS) kedua.
Menurut Baradero, et al. (2008), manifestasi klinis steosis aorta yaitu:
1. dispnea ketika melakukan kegiatan;
2. angina pektoris;
3. sinkope ketika melakukan kegiatan.
Sedangkan steosis aorta pada tahap akhir, akan menimbukan gejala-gejala
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

kehabisan tenaga;
ortopnea;
dispnea nokturnal paroksismal;
edema paru;
tanda kegagalan jantung kanan (hepatomegali, edema, asites).

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang guna memperkuat diagnosa adanya stenosis aorta yatu
kateterisasi jantung, EKG, Radiografi dada, Ekokardiografi, dan temuan
hemodinamik.
a. EKG
EKG bisa normal pada stadium apa pun dalam perjalanan stenosis aorta.
Pada stenosis aorta yang parah, EKG biasanya abnormal dan bisa
memperlihatkan tanda hipertrofi ventrikel kiri yang bervariasi dari
pengurangan amplitudo gelombang T pada sadapan I, aVL, V5 dan V6
sampai gambaran hipertrofi ventrikel kiri yang berkembang penuh
(Olivia, 2012).
b. Kateterisasi Jantung
Jika stenosis dirasa parah dan pasien dipertimbangkan untuk
pembedahan, maka pasien harus dilakukan kateterisasi dan angiografi
jantung untuk menetapkan keparahan obstruksi dan memperkirakan
penyakit penyerta yang mungkin ada, seperti arteri koronaria
terobstruksi, penyakit ringan, penyakit primer miokardium, dan penyakit
katup lainnya (Olivia, 2012).
c. Temuan hemodinamik

Perbedaan tekanan aorta yang bermakna (50 100 mmHg), peningkatan


akhir diastolik ventrikel kiri, dan pengisian karotis tertunda.
d. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi dilakukan untuk menilai mobilitas daun
katup, ketebalan katup, kalsifikasi pada katup, penyatuan subvalvular,
perkiraan daerah katup, dan tampilan komisura Price & Wilson (2006).
e. Radiografi dada

Gambar 3. Foto thorax pasien dengan stenosis aorta


Radiograph frontal sebelah kiri menunjukkan pembesaran aorta
asendens (ditunjukkan oleh panah putih). Ventrikel kiri terlihat
membesar (panah merah) dan jantung terlihat membesar secara
keseluruhan. Apabila dilihat secara lateral, sebelah kanan jantung
menunjukkan adanya kalsifikasi di wilayah katup aorta (lingkaran
putih).
2.7 Asuhan Keperawatan
2.7.1 Pengkajian
a.

Keadaan umum : pasien tampak lemah / tampak sesak, kesadaran


composmentis, apatis, somnolen, sofor dan coma.

b.

Tanda-tanda vital : Berat Badan ( BB ) dan Tinggi Badan ( TB )

c.

Pemeriksaan kepala dan leher : pasien tampak gelisah, wajah pucat,


konjungtiva anemis, skelera ikterik, eksoptalmus, ptechie, bibir
sianosis, hidung simetris, keluhan pusing, nyeri kepala dan pingsan.

d.

Menilai arteri carotis : penurunan pulsasi arteri carotis, bising ( Bruit )


saat auskultasi.

e.

Pemeriksaan dada : obsrevasi gerakan pernafasan ( frekuensi, irama,


kedalaman nafas), kesimetrisan dada, suara nafas vesikuler / ronchi,
saat palpasi teraba thrill di daerah aorta, kaji bising stenosis aorta.
( suara paling keras, sepanjang atas sternum dan menjadi lemah di area
afek dan aksila dan atau systolik yang kasar disela iga 2-3 sebelah
kanan sternum.

f.

Pemerikaaan abdomen : adanya bruit, atau bising pembuluh oleh karena


stenosis

yang

menyangkut

pembuluh-pembuluh

cabang

aorta,

kesimetrisan bentuk abdomen ( asites, hepatomegali )


g.

Pemerikasaan kulit / ekstremitas : akral hangat atau dingin , kulit


lembab atau kering, sianosis, adanya edema

h.

Pemeriksaan kuku : sianosis perifer, cavilary refill

i.

Intervensi Keperawatan

2.7.2 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan Curah jantung berhubungan dengan faktor-faktor mekanik
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan dekompensasi jantung
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Oksigen kurang dari
kebutuhan tubuh.

2.7.3 Penatalaksanaan keperawatan pasien stenosis aorta


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan factor-faktor mekanik
1. Pertahankan tirah baring:tinggikan kepala 30-40
2. Pantau tanda-tanda vital pasien
3. Auskultasi bunyi nafas setiap 4-6 jam sekali
4. Auskultasi bunyi jantung setiap 6-8 jam sekali
5. Pantau adanya perubahan irama jantung(aritmia)

6. Diskusikan dengan tim kesehatan lain tentang terapi yang akan


diberikan
Criteria hasil: klien memperlihatkan curah jantungstabil/ membaik
Ditandai dengan:
a. laporan klien tentang perbaikan gejala-gejala
b. paru-paru bersih
c. tanda vital dan haluaran urine pasien dalam batas normal.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan dekompensasi jantung
1. Kaji haluaran urine
2. Kaji adanya penurunan ataupun kenaiakan tekanan vena jugularis
3. Ukur berat badab pasien setiap hari
4. Diskusikan pemberian obat dengan tim kesehatan lain
5. Batasi pemberiannatrium dan cairan sesuai indikasi
6. Pantau elektrolit, Hb, dan Ht
Kriteria hasil:
Keseimbangan cairan pasien dapat terpenuhi ditandai dengan
a. Bunyi paru-paru bersih
b. S3 dan S4 tidak terdengar
c. Barat badan ideal dapat tercapai
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Oksigen kurang dari kebutuhan
tubuh
1. Pantau tanda-tanda vital pasien
2. Kaji koping diri pasien terhadap aktivitas
3. Identifikasi factor-faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan
4. Lakukan tindakan yang dapat meminimalisir pasien mengalami
kelelahan
5. Diskusikan dengan tim kesehatan lain tentang terapi aktivitas yang
akan diberikan
6. Kaji respon pasien
7. Libatkan keluarga
Kriteria Hasil:

Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya ditandai


dengan:
a. Pasien mampu melakukan aktifitas tanpa adanya sesak nafas
b. Fasien tidak lagi sering jongkok
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Bab. 4 Penutup
4.1 Kesimpulan
Stenosis aorta merupakan

VIDEO DAPAT DI DOWNLOAD DI


http://www.mediafire.com/?m484xzqcnwlhwr4

DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary, et al.2008. Klien Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Emedicine Health. 2012. Aortic Valve With Stenosis. [serial online] http://www.
emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=138660&ref=128672 [19
Oktober 2012].
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media
Aeskulapius.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardioaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Price, Sylvia & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Edisi Keenam. Jakarta: EGC.
Qonita, Rufaidah. 2012. Laporan Pendahuluan Stenosis Aorta di Ruang Poli
Jantung RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Makalah. Dipublikasikan.
Banyuwangi: STIKES Banyuwangi.
W.B. Saunders Company. 1998. Buku Saku Kedokteran Dorland. Alih bahasa oleh
Poppy Kumala, et al. Jakarta: EGC.
Wahab, A. Samik. 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Kongenital yang Tidak
Sianotik. Jakarta: EGC.
Williams, Lippincott & Wilkins. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik.
Alih bahasa oleh Alfrina Hany. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai