Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha di bidang pertanian adalah suatu usaha yang dilakukan manusia
dalam bidang hayati untuk menghasilkan bahan pangan. Kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati yang termasuk dalam bidang pertanian adalah kegiatan
budidaya tanaman dan bercocok tanam. Usaha pembudidayaan bibit jamur tiram
termasuk dalam salah satu jenis usaha di bidang pertanian. Dalam usaha ini pelaku
budidaya melakukan pembuatan bibit jamur untuk menghasilkan tanaman jamur
yang dapat di konsumsi oleh masyarakat. Usaha ini bisa dijadikan pilihan untuk
masyarat karena sekarang untuk menjadi pegawai ataupun karyawan dalam suatu
perusahaan cukup sulit.
Usaha bibit jamur tiram akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang
cukup pesat. (berikan bukti) Hal tersebut diakibatkan karena adanya perubahan
pola hidup masyarakat yang lebih mementingkan pola hidup yang lebih sehat.
Oleh karena itu banyak perubahan variasi masakan yang mengikuti selera makan
masyarakat, contohnya seperti dari mie ayam yang biasanya menggunakan ayam
saja sebagai campuran mie sekarang sudah bermunculan mie ayam jamur. Seperti
sayuran lainnya, jamur juga mengandung banyak vitamin yang sangat berguna
bagi kesehatan tubuh manusia, misalnya sebagai antioksidan dan antikolesterol.
Usaha bibit jamur tiram tidak begitu sulit, hanya butuh ketekunan dari
pembudidayanya dalam mengelola kegiatan produksi untuk menghasilakan bibit
jamur yang berkualitas.
Di kabupaten Bondowoso khususnya di desa Patemon terdapat pelaku
budidaya bibit jamur tiram yang cukup sukses. Banyak pesanan dari daerah
kabupaten Bondowoso yang memesan bibit jamur dari pembudidaya tersebut
untuk di jual kembali ataupun untuk diolah sebagai bahan dari menu makanan
yang ada di kabupaten Bondowoso. Di Bondowoso terdapat beberapa rumah
makan yang menjual berbagai macam menu makanan yang berbahan jamur
seperti mie ayam jamur dan bakso jamur. Dengan banyaknya permintaan bibit
jamur dari pengusaha jamur tiram rumahan, para pelaku pembudidaya bibit jamur
1

pernah mengalami kesulitan untuk memenuhi pesanan bibit jamur tiram.


Pemesanan bibit jamur yang semakin meningkat akan membuat keuntungan yang
didapat oleh pelaku budidaya juga semakin meningkat maka perspektif dari usaha
ini akan terus meningkat.
Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti, yang
dilakukan kepada bapak Saiful Rahman, beliau sudah melakukan usaha
pembibitan jamur selama 3 tahun. Beliau termasuk salah satu pembudidaya bibit
jamur yang sukses di kabupaten Bondowoso. Selama melakukan usaha
pembudidayaan bibit jamur, beliau dengan tekun mengelola usaha bibit jamur
untuk memperoleh keuntungan guna menghidupi keluarganya. Dari waktu ke
waktu penghasilan yang diperoleh oleh bapak Saiful mengalami peningkatan.
Dengan membudidayakan bibit jamur tiram ini beliau dapat membiayai kuliah
anaknya hingga lulus sarjana. Beliau juga bisa menghidupi keluarganya dengan
layak dan memenuhi semua kebutuhan keluarganya. Dengan kegigihan,
ketekunan dan kerja keras yang dimiliki, bapak Saiful bisa mengelola usahanya
dengan baik.
Menurut bapak saiful dalam mengelola usaha pembibitan jamur tiram ini
ada kemudahan dan kendala yang diperoleh. Kemudahannya adalah bahan yang
diperoleh untuk membuat baglog ini cukup mudah, seperti serbuk kayu bisa beliau
dapatkan di toko-toko mebel sedangkan untuk bahan-bahan yang lain seperti
katul, kapur, pupuk, kalsium, dan plastik bisa dia dapatkan dengan mudah di tokotoko bangunan dan pertanian di kabupaten Bondowoso. Sedangkan kedala yang
dialami adalah terletak pada serbuk kayu. Apabila musim hujan tiba, sangat sulit
memperoleh serbuk kayu yang bagus karena pada proses pembuatan baglog,
serbuk kayu yang digunakan tidak boleh basah dan lembab artinya serbuk kayu
yang digunakan harus kering. Kemudahan dalam memperoleh bahan-bahan untuk
membuat bibit jamur menyebabkan biaya yang dikeluarkan semakin sedikit
karena pembudidaya tidak perlu membeli bahan di daerah yang jauh dan
mengeluarkan banyak biaya.
Dalam pengelolaan usaha bibit jamur harus melalui beberapa tahapan
proses produksi. tahapan proses produksi tersebut tidak dapat dilakukan oleh satu

orang, dibutuhkan beberapa orang yang sesuai dengan keterampilan masingmasing untuk menangani beberapa tahapan proses produksi seperti pencampuran
bahan, pembuatan bibit, pengukusan, penanaman bibit dan penginkubasi. Oleh
sebab itu bapak Saiful memiliki 7 pekerja untuk membantu usahanya. Hal tersebut
dilakukan karena setiap orang memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Dengan
adanya spesifikasi pekerja, maka akan dihasilkan bibit jamur yang berkualitas.
Bibit jamur yang berkualitas akan berdampak pada hasil penjualan karena banyak
dibeli konsumen sehingga pendapatan yang diperoleh semakin banyak.
Kegiatan pembelian bahan, pembuatan baglog, hingga baglog siap untuk
dipasarkan membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan. Dari beberapa tahapan
proses produksi, tahapan yang paling lama adalah pada tahapan inkubasi karena
seluruh baglog harus sudah memutih untuk bisa dipasarkan kepada pengusaha
jamur rumahan. Apabila baglog hitam tidak bisa dipasarkan karena terjangkit
penyakit sehingga tidak bisa dijadikan bibit jamur tiram. Produk bibit yang gagal
tersebut tidak dibuang begitu saja oleh pembudidaya, bibit jamur yang gagal
tersebut digunakan sebagai media pemeliharaan cacing dan pembuatan pupuk
kompos sehinga meskipun gagal tetap memiliki nilai ekonomis.
Bapak Saiful melakukan pemasaran di berbagai daerah perkotaan di
kabupaten Bondowoso karena selain strategis letaknya juga banyak pengusaha
jamur tiram. Pemasaran yang dilakukan tidak begitu gencar, hanya melalui
perantara perbincangan dari para pekerja dan tetangganya. Apabila ada seorang
pengusaha yang ingin membeli bibit jamur tiram dan datang kepada bapak Saiful,
maka beliau meminta apabila ada pengusaha jamur tiram yang lain ingin membeli
bibit bisa datang langsung kepada beliau. Pada dasarnya, bapak Saiful melakukan
yang terbaik untuk usahanya. Ketika banyak orang yang mengetahui keberadaan
dan kualitas bibit jamur tiram yang dihasilkan oleh bapak Saiful, maka secara
otomatis para pengusaha jamur tiram tersebut akan datang kepada bapak Saiful
dan membeli bibit jamur tiram yang beliau produksi.
Pelanggan bibit jamur yang memesan bibit jamur tidak hanya berasal dari
daerah

perkotaan

kabupaten

Bondowoso,

melainkan

juga

dari

daerah

Banyuwangi. Jumlah bibit yang dipesan cukup banyak sehingga pembudidaya

pernah mengalami kesulitan untuk melayani pemesanan bibit. Hal tersebut


menyebabkan pelanggan harus sabar menunggu apabila jumlah persediaan bibit
jamur terbatas dan tidak mencukupi untuk dibeli. Pelanggan biasanya menunggu
beberapa hari sampai bibit jamur tersebut tersedia dan bisa dibeli. Pembudidaya
selalu berusaha memproduksi bibit jamur setiap hari meskipun kadangkala
kenaikan permintaan jamur tiram tidak sebanding dengan kenaikan produksi.
Kenaikan permintaan jamur tiram menyebabkan pembudidaya harus lebih
meningkatkan hasil produksi agar bisa memenuhi kebutuhan dan permintaan
pelanggan. Hal tersebut dilakukan agar pelanggan tetap melakukan pembelian
bibit jamur kepada pembudidaya bibit jamur dan bahkan bisa menyebabkan
pelanggan yang semakin bertambah. Kenaikan permintaan jamur yang
menyebabkan kenaikan produktivitas bibit jamur tiram berkaitan erat dengan
efisiensi usaha yang dilakukan oleh pembudidaya bibit jamur tiram. Ketika para
pelanggan banyak yang memesan bibit, maka pembudidaya harus bisa memenuhi
jumlah bibit jamur yang dipesan pelanggan dan secara otomatis dapat
meningkatkan penghasilan atau pendapatan yang diperoleh serta usaha yang
dikelola bisa terus berkembang nantinya.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dwi Citra Wulandari (2006)
mengenai Efisiensi Usaha dan Trend Produksi Tembakau. Dari hal ini dapat
diketahui bahwa di dalam suatu usaha harus terdapat pengelolaan usaha secara
efisien agar menghasilkan hasil produksi yang maksimal. Pengelolaan usaha
secara efisien erat kaitannya dengan penyediaan faktor-faktor produksi untuk
selanjutnya dianalisis biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang diterima.
Selain itu, untuk mengetahui tingkat kenaikan produksi dari waktu ke waktu maka
perlu adanya suatu analisis yang disebut dengan analisis trend. Analisis trend ini
menyebutkan apakah tingkat produksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan
mengalami kenaikan atau penurunan sehingga dapat dianalisa apa yang harus
dilakukan oleh perusahaan agar usaha yang dijalankan dapat berkembang lebih
baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui


efisiensi usaha pada pelaku budidaya bibit jamur. Oleh sebab itu, peneliti tertarik
untuk mengambil judul Analisis Efisiensi Usaha Pada Pelaku Budidaya Bibit
Jamur Tiram Di Desa Patemon Kabupaten Bondowoso Tahun 2013 s/d 2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana efisiensi usaha pada pelaku budidaya bibit jamur
tiram di desa Patemon kabupaten Bondowoso tahun 2013 s/d 2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
efisiensi usaha pada pelaku budidaya bibit jamur tiram di desa Patemon kabupaten
Bondowoso tahun 2013 s/d 2014.
1.4 Manfaat Peneiltian
Adapun manfaat peneitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam kaitannya
dengan efisiensi usaha pada pelaku budidaya bibit jamur.
2. Bagi Pembudidaya bibit Jamur
Penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan mengenai
efisiensi usaha bibit jamur yang baik seperti apa guna meningkatkan
prospek usaha lebih baik lagi.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai rujukan untuk melakukan
penelitian sejenis dan sekaligus untuk melakukan pengembangan agar
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai