Anda di halaman 1dari 23

PENCAHAYAAN ALAMI

SIANG HARI
Laboratorium Fisika Bangunan dan Akustik
Kelompok Keahlian Teknik Fisika
Fakultas Teknologi Industri ITB
2010

Pencahayaan Alami
Dimanfaatkan untuk penerangan dalam

ruangan selama siang hari (pukul 08.00 ~


16.00)
Pengurangan penggunaan energi listrik
untuk pencahayaan
Memberikan keuntungan psikologis dan
fisiologis
2

Jenis-jenis Cahaya Alami


Sunlight cahaya matahari langsung.

Harus dijaga supaya jumlahnya tetap terkendali


(menghindari silau dan radiasi panas matahari).
Daylight cahaya matahari
tidak langsung (difus, refleksi
dari langit).
Digunakan untuk pencahayaan
dan kesehatan lingkungan.
3

Model Langit
Langit cerah (clear sky)

Matahari terlihat pada satu titik


Luminansi maks. : ~ 3000 cd/m2
Iluminansi di permukaan tanah :
~ 100 000 lux

Langit berawan (overcast sky)

Matahari tidak terlihat (terhalang


awan)
Luminansi zenit : ~ 300 cd/m2
Iluminansi di permukaan tanah : ~ 10 000 lux

Langit Berawan
Langit berawan CIE

L = Lz (1 + 2 sin ) / 3

Langit berawan uniform


L = Lz [konstan]

Faktor/Komponen Cahaya
Langit
Faktor langit
Faktor refleksi luar
Faktor refleksi dalam

Faktor Langit
Komponen pencahayaan yang
langsung berasal dari langit.

FL =
L : lebar lubang cahaya efektif
H : tinggi lubang cahaya efektif
D : jarak titik ukur ke lubang cahaya
7

Faktor Refleksi Luar


Komponen pencahayaan yang

berasal dari refleksi benda-benda


di sekitar bangunan yang
bersangkutan.
FRL = FLP Lrata-rata

FLP : faktor langit disebabkan penghalang


Lrata-rata : perbandingan antara luminansi penghalang dengan luminansi rata-rata langit
8

Faktor Refleksi Dalam


Komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi

permukaan-permukaan dalam ruangan.


FRD = { kacaW / [A(1 R)]} (C Rfw + 5Rcw)
kaca faktor transmisi kaca lubang cahaya
W luas lubang cahaya
A luas seluruh permukaan dalam ruangan
R faktor refleksi rata-rata seluruh permukaan
C konstanta dari sudut penghalang
Rcw faktor refleksi rata-rata langit-langit dan dinding bag.
atas (mulai dari tengah-tengah lubang cahaya)
Rfw faktor refleksi rata-rata lantai dan dinding bag.
bawah (mulai dari tengah-tengah lubang cahaya)
9

Konstanta Sudut Penghalang


Untuk sudut penghalang
sebesar , konstanta C
yang digunakan ialah
sbb.:

(o)

0
10

39
35

20
30

31
25

40
50

20
14

60
70

10
7

80

5
10

Langit Perancangan
Langit yang sering dijumpai, memberikan tingkat

pencahayaan pada bidang datar di lapangan


terbuka, dengan nilai dekat minimum sedemikian
sehingga frekuensi kegagalan untuk mencapainya
cukup rendah.
untuk Indonesia sebesar 10 000 lux
- Langit biru tanpa awan
- Langit yang seluruhnya tertutup awan
- Langit yang terangnya merata di mana-mana
(uniform) umumnya di Indonesia
11

Faktor Pencahayaan Alami Siang


Hari
Perbandingan antara iluminansi horisontal di

bidang kerja dalam ruangan (Ei [lux]) terhadap


iluminansi horisontal di lapangan terbuka di luar
ruangan (Eo [lux]) pada saat yang sama.
FPASH = (Ei / Eo) 100%
Jumlah dari faktor refleksi dalam (FRD), faktor
refleksi luar (FRL), dan faktor langit (FL) di suatu
titik ukur dalam ruangan.
FPASH = FRD + FRL + FL
12

Titik Ukur
Diambil pada bidang datar (bidang

kerja) setinggi 0,75 meter di atas lantai.


Titik ukur utama (TUU), diambil pada
tengah-tengah kedua dinding
samping, pada jarak d/3 dari bidang
lubang cahaya efektif (d = kedalaman
ruangan).
Titik ukur samping (TUS), diambil
pada jarak 0,5 meter dari dinding
samping, pada jarak d/3 dari bidang
lubang cahaya efektif.
13

Kedalaman Ruangan
Jarak antara lubang cahaya efektif dengan dinding
seberangnya
Jika kedua dinding yang berhadapan tidak sejajar,
jarak d diambil di tengah antara kedua dinding
tsb, atau diambil rata-ratanya
Untuk ruangan dengan d 6 m, ketentuan jarak
d/3 diganti dengan jarak minimum 2 m

14

Kedalaman Ruangan
Ilustrasi TUU, TUS, dan kedalaman
ruangan:

15

Lubang Cahaya Efektif


Bagian dari bidang lubang

cahaya di mana langit dapat


terlihat dari titik ukur
Luasnya dapat lebih kecil
dari luas lubang cahaya

16

Klasifikasi Kualitas
Pencahayaan
Kualitas A: kerja halus sekali, pekerjaan cermat

terus-menerus, misal: menggambar detil,


menjahit kain warna gelap
Kualitas B: kerja halus, pekerjaan cermat tidak
terus-menerus, misal: menulis, membaca, merakit
komponen
Kualitas C: kerja sedang, tanpa konsentrasi besar,
misal: pekerjaan kayu
Kualitas D: kerja kasar, hanya detil-detil besar
yang harus dikenal, misal: gudang, lorong lalu
lintas orang
17

Standar Faktor Langit


Untuk bangunan umum, FL minimum di
TUS sebesar 40% FL minimum di TUU
Standar FLmin di TUU (d dalam meter):
Kualifikasi
A
B
C
D

FLmin di TUU
[%]
0,45 d
0,35 d
0,25 d
0,15 d

18

Perhitungan Faktor Langit


Dilakukan dengan metoda analisis di mana nilai

FL [%] dinyatakan sebagai fungsi dari H/D dan


L/D, seperti tercantum dalam tabel 4 SNI 03-23962001.

19

Contoh Perhitungan Faktor


Langit
Misalkan diketahui posisi titik ukur

dan lubang cahaya efektif sbb.:


Lubang cahaya ABCD dianggap
terdiri dari lubang-lubang:
EGCH dengan H/D = 1,5 dan L/D = 1,5
() EFDH dengan H/D = 1,5 dan L/D = 0,5
(+) EFAI dengan H/D = 0,5 dan L/D = 0,5
() EGBI dengan H/D = 0,5 dan L/D = 1,5

20

Contoh Perhitungan Faktor


Langit
Maka menurut tabel 4 SNI 03-2396-2001, faktor
langit di titik ukur U yang disebabkan lubang
cahaya ABCD sebesar:
FL = FLEGCH FLEFDH + FLEFAI FLEGBI
= 9,52% 4,99% + 1,39% 2,40%
= 3,52%

21

Contoh Penerapan PASH

22

Referensi
Badan Standardisasi Nasional. SNI 03-23962001 -Tata Cara Perancangan Sistem
Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung.
Square One Research. Daylighting.
___. Methods for Daylight Factor Estimation.

23

Anda mungkin juga menyukai