Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI IPA TERINTEGRASI DALAM

KURIKULUM 2013

Dr. Insih Wilujeng, M.Pd.


Pendidikan Sains PPs Universitas Negeri Yogyakarta

Makalah disampaikan dalam kegiatan seminar Menuju pendidik yang berkarakter dan memiliki
kompetensi sains di MGMP IPA Kabupaten Banjarnegara
Sabtu, tanggal 15 Juni 2013

MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP)


ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SMP/MTs.
KABUPATEN BANJARNEGARA
2013

Implementasi IPA Terintegrasi dalamKurikulum 2013


A. Pendahuluan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang di awal tahun 2004 sebagai rintisan
Kurikulum Berbasis Kompetensi mulai diberlakukan pada tahun 2006. Dalam kurun waktu
belum genap 7 tahun KTSP mengalami perkembangan. Perkembangan kurikulum adalah salah
satu bentuk konsekuensi dari perkembangan pendidikan, maka tidak perlu dipertanyakan dan
diperdebatkan. Perkembangan kurikulum pasti memiliki landasan filosofis, yuridis dan
konseptual (Kemendikbud, 2012). Landasan filosofis pengembangan kurikulum 2013 adalah
pendidikan yang berbasis nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan
masyarakat; kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi. Landasan yuridis adalah
adanya rancangan pembangungan jangka menengah 2010-2014 sektor pendidikan, yang
merekomendasikan adanya perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum; inpres

No 1 tahun 2010 terkait percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional. Landasan


konseptual adalah aspek relevansi, model kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum bukan
sekedar dokumen, proses dan penilaian pembelajaran.
Landasan filosofis dari kurikulum sains adalah, bahwa pendidikan dalam arti luas dan
pembelajaran sains dalam arti implementatifnya berbasis nilai-nilai luhur (scientific attitude and
nobles values) yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Scientific attitudes and noble values in science
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Scientific attitudes and nobles values


Having an interest and curiocity towards the environment
Being honest and accurate in recording and validating data
Being diligent and persevering
Being responsible about the safety of oneself, others, and the environment
Realising that science is a means to understand nature
Apreciating and practising clean and healthy living
Being respectful and well-mannered
Apreciating the contribution of science and tecnology
Apreciating the balance of nature
Being thinkfull to God
Having critical and analitical thinking
Being flexible and open minded
Being kind-hearted and caring
Being objectives, systematic, and cooperative
Being fair and just, confident and independent
Daring to try and thinking rationally

(Curriculum Development Center Ministry of Education Malaysia, 2002: 10-11)

Implementasi landasan filosofis dapat dilakukan dengan cara menjadikan siswa peduli pada
pentingnya sikap-sikap ilmiah dan nilai-nilai mulia (scientific attitude and nobles values);
memprioritaskan;

serta

menginternalisasikan

dalam

pembelajaran.

Landasan

yuridis

pengembangan kurikulum disesuaikan dengan landasan yuridis setiap negara, namun di era
global landasan yuridis pengembangan kurikulum IPA hendaknya mengacu pada standar science
secara internasional, dimana dalam implementasi pembelajaran guru IPA harus menunjukkan
bahwa mereka: a) memahami sejarah dan budaya perkembangan IPA dan evolusi pengetahuan
beserta disiplinnya; b) memahami secara filosofis prinsip-prinsip, asumsi-asumsi, tujuan-tujuan
dan nilai-nilai yang membedakan IPA dari teknologi dan cara-cara dalam memahami dunia; c)
mengajak siswanya berhasil dalam belajar hakikat IPA, menganalisis secara kritis kesalahan atau
keragu-raguan tuntutan yang dibuat dalam menamai IPA (NSTA, 2003: 16).
Landasan konseptual pengembangan kurikulum IPA adalah, bahwa pembelajaran IPA
mencakup aspek learning area, learning objectives, learning outcome, learning activities,
scientific attitude and noble values. Learning area mencakup materi esensiil yang disesuaikan
setiap jenjang, learning objectives mencakup pengintegrasian science process and kognitif,
learning outcome mencakup kemampuan mengaplikasikan konsep, learning activities
mengandung makna subjek belajar adalah siswa, sedang scientific attitude dan noble values
mengandung makna karakter mulia.
B. Pembahasan
1. Capaian Kurikulum IPA

(NSTA, 2003: 23) menjelaskan, kurikulum IPA pada intinya bertujuan antara lain:
a) Memahami pengetahuan dan teknologi dalam konteks fenomena alam dan pengalaman
sehari-hari
b) Memahami perkembangan bidang sains dan teknologi
c) Memahami keterampilan ilmiah dan keterampilan berpikir
d) Menerapkan pengetahuan dan keterampilan sebagai sarana memecahkan masalah dan
membuat keputusan
e) Menghadapi tantangan dunia dalam bidang sains dan teknologi serta berkontribusi dalam
perkembangan sains dan teknologi
f) Mengevaluasi keterkaitan sains dan teknologi informasi secara bijak dan efektif
g) Praktik menginternalisasikan sikap-sikap ilmiah dan nilai-nilai moral yang bagus
h) Merealisasikan saling keterkaitan antara makhluk hidup dengan pengelolaan alam guna
kelangsungan hidup
i) Mengapresiasi kontribusi sains dan teknologi dalam pembangunan nasional
j) Merealisasikan temuan-temuan ilmiah untuk meningkatkan kompetensi intelektual dan
mental
k) Kreatif untuk peduli pada kebutuhan cinta lingkungan dan berperan aktif dalam
keseimbangan serta pelestarian alam.

Apabila dijabarkan lebih rinci, maka implementasi kurikulum IPA dapat dipaparkan dalam
Tabel 2.
Tabel 2. Aspek-aspek learning outcomes di atas level kognitif produk
Scientific skill
Science process
skill

Manipulative skill

Thinking skill
Critical thinking

Creative thinking

Strategy of
thinking
Conceptualising
Making decision

Reasoning

Problem solving

(CCSLC, 2006)

2. IPA Terintegrasi
Standards for Science Teacher Preparation (NSTA, 2003: 8) merekomendasikan guru-guru
IPA sekolah dasar dan menengah untuk memiliki kecenderungan interdisipliner pada IPA.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru juga menyebutkan bahwa kompetensi guru mata
pelajaran IPA SMP/MTs salah satunya adalah memahami hubungan antar berbagai cabang IPA,
dan hubungan IPA dengan matematika dan teknologi. Sebagai usaha untuk memenuhi tuntutan
tersebut, guru-guru IPA SMP/MTs dan calon guru IPA SMP/MTs hendaknya disiapkan untuk

memiliki kompetensi dalam biologi, kimia, fisika, bumi dan antariksa serta bidang IPA lainnya,
seperti kesehatan, lingkungan, dan astronomi. Apabila kita kaitkan dengan rekomendasi guru IPA
sekolah dasar dan menengah dari NSTA (2003: 8) dan Permendiknas (2007: 26) ternyata juga
terdapat kesesuaian, yaitu

bahwa guru-guru IPA sekolah menengah harus memiliki

kecenderungan interdisipliner pada sains (IPA).


Kementrian Pendidikan Nasional telah menyusun panduan pengembangan pembelajaran
IPA terpadu sejak tahun 2005, namun kenyataan di lapangan hampir semua guru IPA SMP/MTs
masih belum menerapkan pembelajaran IPA terpadu tersebut dengan berbagai alasan. Hasil isian
angket dari guru-guru IPA SMP/MTs di wilayah Yogyakarta dari 4 wilayah kabupaten dan 1
wilayah kota dengan sampel 20 orang guru IPA SMP dapat ditemukan beberapa alasan belum
dilaksanakannya pembelajaran IPA terpadu antara lain adanya ketakutan para guru tentang
muatan materi kurikulum tidak tersampaikan, tidak adanya contoh-contoh pembelajaran IPA
terpadu di beberapa buku teks serta belum diperolehnya langkah-langkah pengembangan
pembelajaran IPA terpadu bagi guru SMP/MTs (Insih Wilujeng, 2010)
Model pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan
beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Bermakna
artinya dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka
pahami (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010: 6). Sedangkan IPA terpadu adalah sebuah
pendekatan integratif yang mensintesis perspektif (sudut pandang/tinjauan) semua bidang kajian
dalam IPA untuk memecahkan permasalahan. IPA terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran
IPA yang menghubungkan atau menyatu-padukan berbagai bidang kajian IPA menjadi satu
kesatuan bahasan. Pembelajaran IPA secara terpadu juga harus mencakup dimensi sikap, proses,
produk, aplikasi, dan kreativitas
Dari sejumlah model pembelajaran IPA terpadu yang dikemukakan Fogarty (1991: xv)
terdapat empat model yang potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu, yaitu
connected, webbed, shared, dan integrated. Empat model tersebut dipilih karena konsep-konsep
dalam Kompetensi Dasar (KD) IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil yang optimal.
Ada sejumlah KD yang mengandung konsep saling beririsan/tumpang tindih, sehingga bila
dibelajarkan secara terpisah-pisah menjadi tidak efisien. Konsep-konsep semacam ini
memerlukan pembelajaran model integrated atau shared. Pada model integrated, materi
pembelajaran adalah KD-KD atau konsep-konsep dalam KD yang sepenuhnya beririsan;
sedangkan pada model shared, KD-KD atau konsep-konsep dalam KD yang dibelajarkan tidak
sepenuhnya beririsan, tetapi dimulai dari bagian yang beririsan.
Sejumlah KD lain mengandung konsep yang saling berkaitan tetapi tidak beririsan. Untuk
menghasilkan kompetensi yang utuh, konsep-konsep atau KD-KD

tersebut harus dikaitkan

dengan suatu tema tertentu hingga menyerupai jaring laba-laba. Model semacam ini disebut

webbed. Oleh karena selalu memerlukan tema pengait, maka model webbed lazim disebut model
tematik.
Juga terdapat sejumlah KD yang contoh atau terapan konsepnya bertautan dengan KD lain.
Agar pembelajarannya menghasilkan kompetensi yang utuh, maka konsep-konsep tersebut harus
dipertautkan (connected) dalam pembelajarannya. Pada model connected ini KD atau konsep
pokok menjadi materi pembelajaran inti, sedangkan contoh atau terapan konsep yang dikaitkan
berfungsi untuk memperkaya.
Pada Tabel 1 disajikan karakteristik pembelajaran terpadu model integrated, shared,
webbed, dan connected (Fogarty, 1991: xv). Empat model keterpaduan dipilih karena konsepkonsep dalam KD IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model
yang sesuai agar memberikan hasil yang optimal. Berikut ini diberikan contoh untuk masingmasing model.
Contoh untuk model integrated adalah sebagai berikut.
KD: 3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari (Fisika)
KD: 4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan
sifat fisika dan sifat kimia (Kimia)
KD: 6.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki
(Biologi)
Tema/Topik: Pemisahan Campuran
Alasan pemilihan model integrated adalah menggabungkan bidang kajian fisika, biologi, dan
kimia dalam suatu konsep pemisahan campuran baik secara fisika, kimia, dan klasifikasi makhluk
hidup berukuran mikro dan pemisahan campuran bisa dilakukan secara fisika (tanpa reaksi kimia)
dengan reaksi kimia, maupun untuk mengelompokkan makhluk hidup berukuran mikro
Tabel 1. Empat Model Pembelajaran IPA Terpadu yang Potensial untuk
Diterapkan
Model
integrated

Shared

Karakteristik

Membelajark
an konsep pada
beberapa KD yang
beririsan atau
tumpang tindih
hanya konsep yang
beririsan yang

dibelajarkan
Contoh:

Membelajarkan

semua konsep dari


beberapa KD,
dimulai dari konsep
yang beririsan

sebagai unsur
pengikat
Contoh:

Kelebihan

Keterbatasan

Pemaha
man terhadap
konsep lebih

utuh (holistik)
Lebih
efisien
Sangat

kontekstual

Pemaha
man terhadap
konsep utuh
Efisien
Konteks

tual

KD-KD yang
konsepnya beririsan
tidak selalu dalam
semester atau kelas
yang sama
Menuntut
wawasan dan
penguasaan materi
yang luas
Sarana-prasarana,
misalnya buku belum
mendukung
KD-KD yang
konsepnya beririsan
tidak selalu dalam
semester atau kelas
yang sama
Menuntut
wawasan dan
penguasaan materi

Tabel 1. Empat Model Pembelajaran IPA Terpadu yang Potensial untuk


Diterapkan
Model

Karakteristik

Kelebihan

Keterbatasan

Webbed

tema

connected

Membelajarkan
beberapa KD yang
berkaitan melalui
sebuah tema

Membelajarkan

sebuah KD, konsepkonsep pada KD


tersebut dipertautkan
dengan konsep pada
KD yang lain

Pemaha
man terhadap

konsep utuh
Konteks
tual
Dapat
dipilih tematema menarik
yang dekat
dengan
kehidupan
Melihat
permasalahan
tidak hanya
dari satu
bidang kajian
Pembela
jaran dapat
mengikuti
KD-KD dalam
standar isi

yang luas
Sarana-prasarana,
misalnya buku belum
mendukung

KD-KD yang
konsepnya berkaitan
tidak selalu dalam
semester atau kelas
yang sama
Tidak mudah
menemukan tema
pengait yang tepat.

Kaitan antara bidang


kajian sudah tampak
tetapi masih didominasi
oleh bidang kajian
tertentu

Contoh untuk model shared adalah sebagai berikut.


KD: 5.2 Menganalisis data percobaan gerak lurus beraturan dan gerak lurus
berubah beraturan serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
(Fisika)
KD: 1.3. Mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan
kesehatan (Biologi)
KD: 2.3. Mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan (Biologi)
Alasan pemilihan model shared adalah berbagi pengetahuan di bidang kajian fisika dan
biologi yang berhubungan dengan konsep gerak. Gerak merupakan konsep fisika yang juga
berlaku sebagai salah satu ciri makhluk hidup
Contoh model webbed adalah sebagai berikut
KD: 4.5 Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika (Kimia)
KD:1.5 Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan (Biologi)
Tematik : Rokok dan Kesehatan
Alasan pemilihan model webbed adalah menghubungkan bidang kajian biologi dan kimia
dalam suatu jaringan tema untuk menjelaskan tentang rokok dan kesehatan. Rokok dan

kesehatan bisa dijelaskan bahwa rokok sebagai bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh manusia
Contoh model connected adalah sebagai berikut.
KD: 2.1. Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan netral
melalui alat dan indikator yang tepat (Kimia)
KD:2.2.Melakukan percobaan sederhana dengan bahan-bahan yang diperoleh
dalam kehidupan sehari-hari (Kimia)
Alasan pemilihan model connected adalah menghubungkan bidang kajian kimia dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Asam, basa, dan garam merupakan bahan kimia
yang banyak terdapat di lingkungan, termasuk sebagai bahan makanan manusia.
IPA terpadu disebut juga IPA terintegrasi dari Sam Barrett, et al (1996 : xx-xxii) dalam A
Glencoe Program Merrill Physical Science yang mendesain pembelajaran IPA dengan beberapa
unsur integrasi dalam Activities; Mini-Labs; Problem Solving; Technology; Skill Builders;
Global Connections; Careers, dan Science and Literatur/Art.
Activities memberikan petunjuk tentang penggunaan peralatan laboratorium atau
pendekatan hands-on science; mini-labs memberi pedoman agar peserta didik dapat merancang
dan melakukan sendiri percobaan dengan peserta didik lain di luar kelas dengan menggunakan
bahan-bahan di sekitar tempat tinggal; problem solving memberikan tantangan untuk
memecahkan masalah dunia nyata atau pemahaman prinsip IPA; technology menggambarkan
penemuan baru, dan pengembangan instrumen baru serta aplikasi teknologi; skill builders
mengajak peserta didik mempertajam keterampilan IPA (Science Skill); global connections
membantu pada peserta didik untuk melihat bagaimana peserta didik melihat sains fisika
dihubungkan dengan sains lainnya; careers memberikan gambaran tentang pekerjaan (karier) apa
yang berhubungan dengan konsep IPA yang dipelajari; sedangkan science and literatur/art
memberi petujuk pada peserta didik untuk mengetahui bahan bacaan (literature) yang terkait erat
dengan konsep yang dipelajari serta contoh-contoh seni yang berhubungan dengan konsep.
Trefil dan Hazen (2007: xi - xxviii) dalam bukunya yang berjudul The Sciences: An
Integrated Approach, menjelaskan, bahwa ada dua ciri utama yang membolehkan kita
memberikan satu teks yang bertujuan membantu siswa memperoleh scientific literacy, yaitu
adanya organisasi ide-ide utama dan integrasi jelas dalam sains.
Ide-ide utama yang dijelaskan dalam buku tersebut diorganisasikan dalam tema-tema
antara lain: sains: suatu cara untuk mengetahui; urutan alam semesta; energi, panas dan hukum
kedua termodinamika; listrik dan magnet; radiasi gelombang elektromagnetik; Albert Einstein
dan teori Relativitas; atom; mekanika kuantum; kombinasi atom; ikatan kimia; materi dan sifatsifatnya; inti atom; struktur akhir materi; bintang; kosmologi; bumi dan planet-planet lain;
tektonik lempeng; beberapa siklus bumi; strategi hidup; sel-sel hidup; molekul-molekul
kehidupan; genetika klasik dan modern; sains baru bagi kehidupan dan evolusi. Tema-tema
tersebut diuraikan dalam ide-ide utama dan setiap ide utama diintegrasikan dalam seluruh bidang
sains, yaitu fisika, kimia, lingkungan, geologi, kesehatan dan keamanan, astronomi, teknologi,
dan biologi. (Trefil dan Hazen, 2007: 49).

Landasan pembelajaran IPA terpadu meliputi landasan filosofis (progresivisme); landasan


teori belajar (konstruktivisme); dan landasan yuridis (Permendiknas No 22, 23, 24, dan 41).
Progresivisme memiliki makna pendidikan menekankan adanya perubahan. Nilai-nilai
berkembang terus karena ada pengalaman-pengalaman baru, oleh karena itu, kurikulum harus
disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Konstruktivisme memiliki makna bahwa belajar dalam diri
seseorang adalah membangun pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan sebelumnya.
Kontruktivisme merupakan suatu teori mengenai bagaimana seseorang belajar. Konstruktivisme
menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia
sekitarnya melalui pengenalan terhadap benda-benda di sekitarnya yang direfleksikannya melalui
pengalamannya. Permendiknas No 24 Tahun 2006 pada pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa satuan
pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih
tinggi dari Standar Isi. Permen Diknas No 41 Tahun 2007 butir II dinyatakan bahwa RPP disusun
untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Kemudian, dalam
Butir II C nomor 5 dinyatakan pengembangan RPP memperhatikan prinsip keterkaitan dan
keterpaduan, artinya penyusunan RPP harus memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara
SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar
3. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pembelajaran IPA Terpadu
Langkah-langkah menyusun Rencana Pembelajaran IPA terpadu dapat dilalui melalui
tahapan sebagai berikut:
a. Mengkaji dan memetakan semua SK dan KD dari bidang kajian yang akan dipadukan.
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan
utuh, sehingga dapat dipilih model keterpaduan connected, shared, webbed, ataukah
integrated yang akan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu tersebut.
b. Menentukan model keterpaduan: bila konsep pada suatu KD menjadi materi utama,
sedang konsep pada KD lain akan dikaitkan atau menjadi terapannya, maka model
keterpaduan yang dihasilkan adalah connected. Bila beberapa konsep dari beberapa KD
dipersatukan melalui sebuah tema, maka model keterpaduan yang dihasilkan adalah
webbed. Bila konsep dari beberapa KD sepenuhnya beririsan dan dapat diangkat menjadi
topik pembelajaran, maka model keterpaduan yang dihasilkan adalah integrated. Tetapi,
bila konsep dari beberapa KD yang dipadukan tidak sepenuhnya beririsan, maka model
keterpaduan yang dihasilkan adalah shared.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan kaitan, menentukan tema, atau
memilih topik pada pembelajaran IPA terpadu adalah:
1) Relevan dengan KD-KD yang dipadukan.
2) Memperhatikan isu-isu yang aktual dan menarik.
3) Kontekstual, yaitu dekat dengan pengalaman pribadi peserta didik dan sesuai dengan
keadaan lingkungan setempat.

c. Membuat matriks atau bagan keterhubungan konsep-konsep dalam kompetensi dasar


sesuai keterpaduan yang dipilih. Dengan matriks atau bagan ini, hasil pemetaan KD atau
SK dan model keterpaduan yang dipilih menjadi semakin jelas.
d. Merumuskan indikator pencapaian hasil belajar sesuai KD-KD yang dipadukan. Untuk
model keterpaduan integrated, dimungkinkan merumuskan KD sesuai karakteristik
keterpaduannya.
e. Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu berdasarkan sejumlah indikator yang telah
dihasilkan. Setelah silabus tersusun, selanjutnya dikembangkan

rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Pada pembelajaran IPA Terpadu, keterpaduan terletak pada kegiatan
pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah
ditentukan dalam Standar Isi.
4. Pelaksanaan Model Pembelajaran IPA Terpadu
Sesuai uraian sebelumnya, terdapat empat model keterpaduan yang berpotensi untuk
dikembangkan dalam pembelajaran IPA terpadu, yakni connected, webbed, shared dan
integrated. Apapun model yang dipilih, pembelajaran harus dijabarkan dari silabus menjadi
RPP dan dikemas menjadi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak
lanjut.
a. Kegiatan Pendahuluan/Awal
Kegiatan pendahuluan untuk menciptakan suasana awal yang kondusif,

sehingga

pembelajaran akan berjalan efektif dan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang
tersedia relatif singkat, yaitu antara 5-10 menit.
Langkah-langkah dalam kegiatan pendahuluan antara lain: menyiapkan peserta didik
secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, melakukan kegiatan motivasi,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai, dan menyampaikan cakupan materi, serta penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Dalam kegiatan pendahuluan ini guru dapat pula melakukan penilaian awal (tes awal) secara
lisan maupun tertulis.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan inti
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Menurut Permen Diknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pembelajaran, kegiatan inti
menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran,
meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan eksplorasi, guru

melibatkan peserta didik untuk: (i)

mencari informasi yang luas dan dalam tentang

topik/tema materi yang akan dipelajari; (ii) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar lain; (iii) memfasilitasi terjadinya interaksi antar
peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya; (iv) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
(v) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium atau lapangan.
Dalam kegiatan elaborasi, guru: (i) membiasakan peserta didik mencari literatur yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna, termasuk mencari informasi dari internet;
(ii) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas dan diskusi untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; (iii) memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; (iv) berkompetisi
secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; (iv) membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik secara lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; serta (v)
melalui kegiatan-kegiatan lain yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta
didik.
Dalam kegiatan konfirmasi, guru: (i) memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik; (ii)
melakukan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi sehingga peserta didik
memahami hasil-hasil yang benar; serta (iii) melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.
c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sebagaimana waktu untuk kegiatan pendahuluan, waktu yang tersedia untuk kegiatan
penutup atau kegiatan akhir ini juga cukup singkat, karena itu guru perlu mengatur dan
memanfaatkannya secara efisien. Kegiatan penutup antara lain: mengajak peserta didik untuk
menyimpulkan materi yang telah diajarkan, melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan
pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan
yang dianggap sulit oleh peserta didik, membaca materi pelajaran tertentu, mendiskusikan
terapannya dalam kehidupan sehari-hari, mengemukakan topik yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya, memberikan evaluasi secara lisan atau tertulis, dan memberikan
penghargaan kepada peserta didik yang kinerjanya bagus. Pembelajaran IPA terpadu secara
connected, shared, webbed, atau integrated dapat dilaksanakan melalui model-model
pembelajaran inovatif, misalnya pembelajaran berdasarkan masalah, pembelajaran kooperatif,
pengajaran langsung, dan lain-lain. Tentu saja langkah-langkah atau sintaksnya dimodifikasi
sesuai model keterpaduan yang dipilih.
5. Contoh-contoh model pembelajaran IPA terintegrasi
Tabel 1. Contoh-contoh pembelajaran IPA dalam basis nature of science

10

No

Tema
pembelajaran IPA
Blacksmithing
(pandai
besi)

A body of
knowledge

A way of
investiga
ting

A way of
thinking

Aplication of
science

Nobles
values

Usaha, gaya,
energi, wujud zat
dan
perubahannya,
unsur, senyawa,
dan campuran

Keteram
pilan
proses

pemecahan
masalah,
keterampilan
berpikir
kritis

Teknologi pande
besi

Independent
learning
(belajar
mandiri)

Sains
dalam
tatah
sungging
wayang

Gaya
otot,
pesawat
sederhana,
bahan-bahan
kimia
dalam
kehidupan seharihari (cat kulit)

Keteram
pil-an
proses

Berpikir
kritis

Teknologi
penyama-kan
dan
penyunggingan
kulit

Peduli pada
lingkungan
(budaya
wayang),
rasa ingin
tahu)

Si tempai
yang tak
lekang oleh
waktu

Ciri-ciri tumbuhan
kedelai, jamur,

Keteram
pil-an
proses

Berpikir
kritis dan
kreatif

Bioteknolo-gi
(pembuat-an
tempe)

Peduli
lingkungan,
merealisasi
kan sains
dalam
memahami
alam

Sains
dalam
uniknya
gerabah

Jenis-jenis tanah,
gerak rotasi

Keteram
pil-an
proses

Problem
solving

Teknologi
pembuatan
gerabah

Rasa ingin
tahu, peduli
lingkungan,
menjaga
keseimban
gan alam

STM

Pengobat-an
tradisional

Terapi
Sengat
Lebah

Ciri-ciri makhluk
hidup
(lebah);
sistem syaraf

Keteram
pil-an
Proses

Rasa ingin
tahu, peduli
lingkungan,
menjaga
keseimban
gan alam
(Insih wilujeng, 2012)

C. Penutup
Manusia yang bisa menjawab tantangan global adalah manusia yang memiliki strtaegi
berpikir. Strategi berpikir muncul apabila manusia memiliki bekal pengetahuan tentang IPA,
mampu bernalar (reason) sebagai integrasi keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Strategi
berpikir dasar adalah konseptualisasi, dimana manusia membuat keterkaitan-keterkaian antar
konsep-konsep yang sudah dipelajarinya, sehingga belajar selalu melakukan interkoneksi antara
pengetahuan awal dan pengetahuan baru. Strategi berpikir yang kedua adalah

membuat

keputusan, dimana manusia menyeleksi solusi-solusi dari banyak alternatif yang didasarkan pada
kriteria khusus untuk tujuan yang khusus pula. Strategi berpikir yang ketiga adalah memecahkan
masalah, dimana manusia menemukan solusi terhadap setiap tantangan yang dihadapi dalam
kehidupan atau situasi-situasi yang tidak dikenal.

11

Berdasar kajian-kajian tentang beberapa hal terkait dengan pembelajaran IPA terpadu dan
kaitan dengan implementasi kurikulum 2013, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Hasil belajar IPA meliputi penguasaan aspek kognitif produk dan proses, keterampilan
ilmiah yang meliputi keterampilan proses dan keterampilan berpikir; serta diikuti nilainilai mulia
2. Keterampilan proses meliputi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses
terintegrasi yang disesuaikan tingkat perkembangan kognitif dan jenjang pendidikan
siswa.
3. Keterampilan berpikir meliputi berpikir kritis dan berpikir kreatif yang bisa dibelajarkan
pada semua jenjang pendidikan
4. Implementasi pembelajaran IPA agar mampu mewujudkan hasil belajar semua aspek,
maka berprinsip pada student centered yang bisa menerapkan standar-standar pendekatan
dan metode pembelajaran IPA.
5. Siswa yang memiliki kompetensi untuk mengintegrasikan keterampilan berpikir
didasarkan pada nalar serta memiliki bekal kognitif tinggi, maka akan memiliki strategi
berpikir konseptualisasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
6. Strategi berpikir 3 hal (konseptualisasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan)
membuat manusia bisa survive dalam menghadapi tantangan dunia global.
7. (ntegrated science memiliki makna yang lebih luas dibanding IPA terpadu
Daftar Pustaka
Carribbean Examination Council. 2007. Integrated Science. Carribbean Certificate of Secondary
Level Competence
NSTA. 2003. Standards for Science Teacher Preparation. Revised 2003
Curriculum Development Center. 2002, Integrated Curriculum for Secondary School
(Curriculum Specification. Science Form 2. Ministry of Education Malaysia
Kemendikbud. 2012. Bahan Sosialisasi Kurikulum 2013.
Fogarty, R. 1991. How to Integrated The Curricula. United States of America:
Publishing. Inc.

IRI/Skylight

Rutherford, F.J. dan Ahlgren, A. 1990. Science for All Americans. New York : Oxford
University Press.
Trefil, J. dan Hazen, R. M, 2007. The Science: An Integrated Approach. United Stated of
America: John Wiley & Sons, Inc.
-------------. 2004. Standar-standar Guru Pemula untuk SMP/MTs. Jakarta: Dirjen DIKTI.
Departemen Pendidikan Nasional.
-------------. 2005. Panduan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Pusat
Kurikulum. Balitbang. DepDikNas.
Insih Wilujeng. 2012. Model Integrated Science Berbasis Local technology and
Local Wisdom untuk Merintis Terwujudnya Outdoor Learning System.
Laporan Penelitian Unggulan DIPA UNY 2012

12

Lampiran : Contoh matrik pemetaan kurikulum IPA terpadu


PETA KOMPETENSI DASAR IPA DENGAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI
MASYARAKAT (STM)
Satuan Pendidikan

: SMP/MTs

Mata Pelajaran

: IPA

Bidang IPA
Tujuan
Pembelajaran

Teknologi
Memahami teknik
penambangan
garam

Fisika
Memahami
wujud zat
2.2

Kimia
Memahami proses
pemisahan
campuran

Indikator
Pembelajaran

Menjelaskan
proses
pembuatan
garam

Memberi nama
proses
perubahanperubahan
wujud zat
2.2.5

Melakukan
praktik teknik
sederhana
pemisahan
campuran yaitu
kristalisasi
2.6.6
Contextual
Learning
S-T-M
Percobaan

Model/
Pendekatan/
Metode

Contextual
Learning
S-T-M
Study Tour
Diskusi
Pertanian garam

Subject/
Materi

Bidang IPA
Tujuan
Pembelajaran

Biologi

Contextual
Learning
S-T-M
Percobaan
Wujud zat

Asal usul
garam?

Pemisahan
campuran

Kimia

Memahami
Mengetahui
konsep sistem
kandungan-

Tema

Kesehatan

Memahami
dampak

Teknologi

Memah
ami foto

Tema
Bahaya

13

pernapasan
pada manusia

Indikator
Pembelajaran

Pendekatan/
Metode

Subject/
Materi

BIDANG
IPA
Standar
Kompetensi

Kompetensi
Dasar

Indikator

kandungan
kimia yang
terdapat
dalam asap
rokok

merokok
bagi
kesehatan

Mendeskripsi Mendeskripsika
kan proses
n kandunganpernapasan
kandungan
kimia yang
Mengukur
terdapat
volume udara
dalam asap
pernapasan
rokok

Mendeskri
psikan
dampak
merokok
bagi
kesehatan

STM
Ekperimen
Diskusi

STM
Investigasi
kelompok
Diskusi

PKP
Eksperiment
Investigasi
kelompok
Diskusi

Sistem
pernapasan

Kandungan asap
rokok

Penyakit
akibat
merokok

FISIKA
Memahami
sistem tata
surya dan
proses yang
terjadi di
dalamnya
Menjelaskan
hubungan
antara proses
yang terjadi di
lapisan
lithosfer dan
atmosfer
dengan
kesehatan dan
permasalahan
lingkungan
Mengetahui
proses pada
lapisan
atmosfer dan

KIMIA

rongent
sebagai
alat
pendiag
nosa
paruparu
Membe
dakan
hasil
foto
rongent
paruparu
perokok
dan
bukan
perokok
STM
Observasi
Diskusi

Rokok

Foto
Rongent

BIOLOGI

Memahami
berbagai sifat
dalam perubahan
fisika dan kimia

Memahami saling
ketergantungan dalam
ekosistem

Mengidentifikasi
terjadinya reaksi
kimia melalui
percobaan
sederhana

Mengaplikasi peran
manusia dalam
pengelolaan lingkungan
untuk mengatasi
pencemaran dan
kerusakan lingkungan

Menjelaskan proses
terjadinya korosi
pada logam
Menjelaskan
penyebab

Mengetahui peran
manusia dalam
pengelolaan lingkungan
Mengetahui penerapan
pencegahan dan

TEMA
BAGAIMNA
TERJADINYA
KOROSI?

14

hubungannya
dengan
kesehatan dan
permasalahan
lingkungan
Menjelaskan
proses
terjadinya
hujan asam
Menjelaskan
dampak hujan
asam terhadap
kesehatan dan
permasalahan
lingkungan.

terjadinya korosi
pada logam

pengelolaan benda
berkorosi

Menjelaskan proses
terjadinya korosi
pada logam
Menjelaskan
penyebab
terjadinya korosi
pada logam

Subjek /
Materi

Hujan asam

Reaksi kimia pada


logam

Pendekatan /
Metode

Inkuiri
Diskusi

Inkuiri terbimbing
Eksperimen

Menjelaskan peran
manusia dalam
mencegah dan
mengelola benda yang
berkorosi
Mengaplikasikan
peranan manusia dalam
mencegah dan
mengelola benda
berkorosi dalam
kehidupan sehari-hari
Peran manusia dalam
mengelola kerusakan
lingkungan
Inkuiri terbimbing
(masalah korosi, lalu
merencanakan dan
melakukan suatu proyek
untuk mencegah dan
mengelola benda
berkorosi)
Diskusi

Tujuan
Pembelajaran

15

Anda mungkin juga menyukai